Anda di halaman 1dari 60

KECERNAAN IN VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK

JERAMI JAGUNG (Zea mays) YANG DIINOKULASI DENGAN


Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh:

RASUL GANI K
I 211 08 260

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

KECERNAAN IN VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK


JERAMI JAGUNG (Zea Mays) YANG DIINOKULASI DENGAN
Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh:

RASUL GANI K
I 211 08 260

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ii

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama

: Rasul Gani K

NIM

: I 211 08 260

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:


a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil
dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan
dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Makassar,

Desember 2013

Rasul Gani K

iii

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Judul Skripsi

Kecernaan In Vitro Bahan Kering dan Bahan Organik


Jerami Jagung (Zea mays) yang Diinokulasi Dengan
Trichoderma sp. Pada Lama Inkubasi yang Berbeda

Nama

: Rasul Gani K

Nomor Induk Mahasiswa

: I 211 08 260

Fakultas

: Peternakan

Skripsi ini telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Dr. Harfiah, S.Pt., MP


Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Hj. Rohmiyatul Islamiyati, MP


Pembimbing Utama

Mengetahui:

Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc.


Dekan Fakultas Peternakan

Tanggal Pengesahan :

Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si


Ketua Jurusan

Desember 2013

iv

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Rasul Gani K (I 211 08 260). Kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik
jerami jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma sp pada lama inkubasi yang
berbeda. Di bawah Bimbingan Rohmiyatul Islamiyati sebagai Pembimbing Utama
dan Harfiah sebagai Pembimbing Anggota.
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecernaan in vitro bahan kering
dan bahan organik jerami jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada lama
inkubasi yang berbeda. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu: P0= jerami jagung tanpa inokulasi
(kontrol), P1= Jerami jagung + 5% Trichoderma sp. dengan lama waktu inkubasi 1
minggu, P2= Jerami jagung + 5% Trichoderma sp. dengan lama waktu inkubasi 2
minggu, P3= Jerami jagung + 5% Trichoderma sp. dengan lama waktu inkubasi 3
minggu. Kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik menggunakan metode
pepsin sellulase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami jagung yang diinokulasi
dengan fungi Trichoderma sp. pada lama inkubasi yang berbeda berpengaruh yang
nyata (P<0.05) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik. Disimpulkan
bahwa kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik jerami jagung yang
difermentasi dengan Trichoderma sp. menunjukkan kecenderungan meningkat pada
minggu ke-2 dan menurun pada minggu ke-3.

Kata kunci: Inkubasi, Jerami Jagung, Kecernaan In vitro, Trichoderma sp.

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Rasul Gani K (I 211 08 260). In vitro digestibility of dry matter and organic matter
corn straw inoculated with Trichoderma sp at different incubation time. Under
Direction Rohmiyatul Islamiyati as Main Supervisor and Harfiah as Co-supervisor
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the in vitro digestibility of dry
matter and organic matter corn straw inoculated with Trichoderma sp. at different
incubation time. This study is based on completely randomized design (CRD) with 4
treatments and 3 replications is: P0 = maize straw without inoculation (control), P1 =
corn straw + 5% Trichoderma sp with long incubation time 1 week, P2 = corn straw +
5 % Trichoderma sp. with a long incubation period of 2 weeks, P3 = corn straw + 5%
Trichoderma sp. with a long incubation period of 3 weeks. In vitro digestibility of dry
matter and organic matter were analyzed according to the method sellulase pepsin.
The results showed that maize straw inoculated with fungi Trichoderma sp. at
different incubation time real effect (P<0.05) on digestibility of dry matter and organic
matter. It was concluded that the in vitro digestibility of dry matter and organic matter
fermented corn straw with Trichoderma sp. showed a tendency to increase at week 2
and decreased at week 3.
Keywords: Corn Straw, Incubation, In vitro digestibility, Trichoderma sp.

vi

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas Anugerah
diberikan kepada penulis sehingga Skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, berbagai hambatan yang menjadi rel kehidupan
bagi keberhasilan penulis. Untuk melewati itu semua karena dibarengi dengan usaha,
doa dan kerja keras penulis. Untuk itu dukungan baik berupa moral, material maupun
spiritual dari segala kalangan sangat dibutuhkan mulai dari kalangan keluarga hingga
kalangan umum.
Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin juga kepada Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si
selaku Ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak beserta jajarannya, penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan pelayanan intelektual yang
diberikan. Terkhusus kepada seluruh Dosen dan Staf Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, penulis menghaturkan rasa bangga kepada Bapak dan Ibu sekalian.
Keberhasilan ini adalah sebuah fase yang telah tercapai dalam kehidupan dan
menjadi kewajiban dan syarat yang harus dipenuhi setelah melalui beberapa tahap
perkuliahan oleh seluruh komponen yang ada di dunia kampus. Olehnya itu, dengan
penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Kedua
Pembimbing penulis yaitu Dr. Ir. Hj. Rohmiyatul Islamiyati, MP dan Dr. Harfiah S.Pt,
M.Si atas didikan, bimbingan, dan telah meluangkan waktunya selama ini.
Ucapan terima kasih dan cinta kasih penulis persembahkan kepada Ayahanda
tercinta Helmi A. Koto dan juga kepada Ibunda tercinta Mieke S. (Semoga Tuhan
senantiasa memberkahi mereka dalam setiap aktivitasnya) atas kasih sayang, cinta, dan

vii

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

didikan tulus yang telah diberikan. Kepada saudara-saudaraku dan dukungan kalian
menjadi semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman
mahasiswa baik di dunia kampus maupun teman teman di luar kampus, teman KKN
dan teman bermain lainnya khususnya Ardi Setiawan Dar, Muh. Khaidir K.,
Dirgahayu Putra Kasman, Fadli Ramadhani, Nur Akmal Nurdin, Sofyan Ismail,
Rizaldy Natsier, keluarga Vuniman dan Spesies 08 tetap semangat dan eksistensikan
pertemanan dan persaudaraan yang ada.
Sebagai ungkapan terakhir, penulis memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa
untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada kita semua. Berdoa,
berusaha, bekerja keras dan pantang menyerah merupakan tiang menuju keberhasilan.
Kesabaran dan ketabahan menjadikan segala sesuatu yang sulit menjadi mudah untuk
mengerjakannya. Keberhasilan ini senantiasa penulis persembahkan kepada orang tua,
keluarga, teman, dan masyarakat Indonesia. Akhir kata semoga Peternakan menjadi
jaya dan mampu mencerdaskan anak bangsa.

Makassar,

Desember 2013

Rasul Gani Koto

viii

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................

ii

PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................

iv

ABSTRAK.....................................................................................................

ABSTRACT ....................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... .......

ix

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................
Perumusan masalah ..............................................................................
Hipotesa ................................................................................................
Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................

1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
A. Limbah Jagung Sebagai Hijauan Makan Ternak.............................
B. Pemanfaatan Jerami Jagung Sebagai Pakan Ternak ........................
C. Fungi Trichoderma sp. ....................................................................
D . Pengukuran Daya Cerna In Vitro.....................................................
E. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik.

4
6
8
15
17

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Materi Penelitian .................................................................................
Prosedur Penelitian ..............................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................
Parameter yang Diukur .........................................................................
ix

19
19
19
20
21

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Anlisis Data...

24

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Fisik Jerami Jagung ................................................................
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik .....................................

25
28

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ....................................................................................................

32
32

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

33

LAMPIRAN .....................................................................................................

38

RIWAYAT HIDUP

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

DAFTAR TABEL

No.
1.

Teks

Halaman

Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten/Kota di Sulawesi


Selatan .

2.

Kandungan Nilai Gizi Jerami Jagung ..

3.

Hasil Pengamatan Warna, Bau, dan Tekstur pada Jerami Jagung yang
Diinokulasi dengan Trichoderma sp pada lama Inkubasi yang Berbeda .

25

Rataan Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Jerami Jagung
yang Diinokulasi dengan Trichoderma sp pada lama Inkubasi yang
Berbeda ........................................................................................................

28

4.

xi

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Trichoderma sp ..........................................................................................

2. Hifa Trichoderma sp ...................................................................................

3. Jerami Jagung Tanpa Menggunakan Trichoderma sp

26

4. Jerami Jagung Hasil Inkubasi (7 Hari) Menggunakan Trichoderma sp ......

26

5. Jerami Jagung Hasil Inkubasi (14 Hari) Menggunakan Trichoderma sp.

27

6. Jerami Jagung Hasil Inkubasi (21 Hari) Menggunakan Trichoderma sp

27

xii

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

DAFTAR LAMPIRAN

No
1

Halaman

Teks
Rataan Kecernaan Bahan Kering (%) pada jerami jagung yang
diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada lama inkubasi yang
berbeda

38

Rataan Kecernaan Bahan Organik (%) pada jerami jagung yang


diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada lama inkubasi yang
berbeda

40

Denah penelitian Trichoderma sp. ..

42

Foto foto Kegiatan Selama Penelitian..

43

xiii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
produktivitas ternak. Apabila kekurangan pakan, baik secara kualitas maupun kuantitas
dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan usaha untuk mencari bahan pakan yang berpotensi baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
Permasalahan pakan dapat diatasi dengan mencari pakan alternatif yang
potensial, murah, mudah diperoleh dan tidak bersaing dengan manusia. Hasil
sampingan pertanian merupakan bahan yang mudah diperoleh dan melimpah. Salah satu
limbah pertanian yang biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak yaitu jerami jagung.
Jerami jagung merupakan limbah pertanian yang cukup banyak tersedia dan sering
digunakan sebagai bahan pakan pada saat persediaan rumput berkurang. Limbah
tanaman jagung di Sulawesi Selatan meningkat, seiring digalakkannya program
pencapaian produksi jagung 1.5 juta ton. Limbah tanaman jagung berkisar 5-6 ton
bahan kering per hektar (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2006).
Kandungan nutrisi jerami jagung mengandung bahan kering 60%, protein 3,3%,
abu 4,4%, serat kasar 20,2%, dan lemak 0,7% (Lubis, 1992). Jerami jagung memiliki
kekurangan yaitu kandungan nutrisi dan daya cernanya yang rendah. Hal ini disebabkan
oleh karena dinding selnya sudah mengalami lignifikasi lanjut sehingga selulosa dan
hemiselulosa terikat oleh lignin.

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami jagung maka dilakukan suatu proses
pengolahan secara biologis yaitu dengan memberi fungi pendegradasi serat. Pada proses
pengolahan secara biologis, umumnya terjadi perombakan bahan-bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak. Fungi
Trichoderma sp. memproduksi enzim ekstraseluler yang mempunyai kemampuan
mendegradasi komponen yang kompleks. Inokulasi fungi Trichoderma sp. pada jerami
jagung diharapkan dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik.
Perumusan Masalah
Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan
dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.
Pemanfaatan jerami jagung sebagai pakan ternak telah dilakukan terutama untuk ternak
sapi, kambing, dan domba. Rendahnya nilai nutrisi dan kecernaan jerami jagung, maka
diperlukan suatu usaha untuk memperbaiki nilai kecernaan bahan kering dan bahan
organiknya. Jerami jagung yang diinokulasi dengan fungi Trichoderma sp. dapat
mempengaruhi kecernaan bahan kering dan bahan organik jerami jagung, akan tetapi
belum diketahui pengaruh inokulasinya dengan lama inkubasi yang berbeda terhadap
daya cerna in vitro bahan kering dan bahan organiknya.

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Hipotesa
Diduga bahwa jerami jagung yang diinokulasi dengan fungi Trichoderma sp.
dengan lama inkubasi yang berbeda dapat meningkatkan daya cerna in vitro bahan
kering dan bahan organik jerami jagung.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama inkubasi jerami jagung yang
diinokulasi dengan fungi Trichoderma sp. terhadap daya cerna in vitro dengan masa
inkubasi yang tepat.
Kegunaannya adalah sebagai sumber informasi kepada peternak untuk
memanfaatkan jerami jagung yang telah diinokulasikan dengan fungi Trichoderma sp.
sebagai bahan pakan ternak.

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah Jagung Sebagai Hijauan Makanan Ternak


Tanaman jagung termasuk keluarga graminae dan merupakan jenis tumbuhan
semusim (annual), susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang,
dan buah. Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas yang
bervariasi 10 40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang, kecuali pada
jagung manis, sering tumbuh beberapa cabang (beranak) yang muncul dari pangkal
batang (Rukmana, 1997).
Pucuk tanaman dan daun jagung dapat diberikan pada ternak pemamah biak,
butir jagungnya untuk manusia. Seluruh batang jagung dapat pula diberikan pada ternak
bila tanaman tersebut gagal sebagai tanaman pangan. Batang jagung dan seluruh pohon
jagung yang telah diambil butir jagungnya dan sudah tua dapat pula diberikan pada
ternak (Huitema, 1986). Menurut Hardjodinomo (1982) bahwa tanaman jagung dapat
hidup di daerah tropis dan subtropis. Temperatur yang optimal untuk tumbuhnya adalah
antara 30 32o C temperatur terendah 9 10o C dan temperatur tertinggi 40 44o C.
Tanaman Jagung setiap kali panen akan menghasilkan limbah sebagai hasil
sampingan. Adapun yang termasuk jenis hasil limbah tanaman jagung misalnya batang,
daun jagung (jerami jagung) kelobot dan janggel jagung (Anonim, 1986). Potensi
jerami jagung untuk pakan di Sulawesi Selatan cukup besar disajikan pada Tabel 1.

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten/Kota di Sulawesi


Selatan, 2012
Kabupaten/Kota

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Kepulauan Selayar

2.567

5.234

Bulukumba

30.726

110.263

Bantaeng

28.532

172.120

Jeneponto

50.469

239.434

Takalar

2.586

13.274

Gowa

38.677

219.407

Sinjai

2.417

7.773

Maros

3.435

19.037

Pangkep

1.055

5.841

Barru

1.022

5.153

Bone

38.879

170.305

Soppeng

10.394

48.881

Wajo

17.134

76.393

Sidrap

12.321

59.475

Pinrang

11.783

64.674

Enrekang

7.373

39.877

Luwu

5.908

17.344

Tana Toraja

4.126

24.454

Luwu Utara

22.209

99.544

Luwu Timur

4.238

17.151

Toraja Utara

710

2.444

Makassar

14

53

Pare-pare

59

154

Palopo

492

1.869

Sulawesi Selatan 2011


297.126
2010
303.375
2009
299.669
Sumber : BPS Sulawesi Selatan (2012)

1.420.154
1.343.043
1.395.742

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Daun segar dari jagung dapat digunakan sebagai makanan ternak besar seperti
sapi, dan kerbau yang selanjutnya dikembalikan kelahan dalam bentuk pupuk kandang.
Dinyatakan pula bahwa pemangkasan seluruh daun pada fase panen tidak menurunkan
hasil secara nyata karena pada fase itu biji telah berisi penuh (Suprapto, 1992).
Pemanfaatan Jerami Jagung sebagai Pakan Ternak
Jerami jagung merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pakan terutama didaerah yang padat ternak (Rangkuti, 1987). Penggunaan jerami
jagung sebagai pakan masih dibatasi oleh faktor ketersediaannya yang berfluktuasi
tergantung usaha tani dan musim (Mulyaningsih dkk., 1987). Selanjutnya dijelaskan
bahwa jerami jagung memiliki nilai nutrisi yang rendah dan kurang disukai oleh ternak
dengan kandungan bahan organik sebesar 89,9% dan protein kasar sebanyak 7,44%.
Jerami jagung adalah limbah pertanian yang tidak kalah pentingnya dibandingkan
jerami padi sebagai pakan (Hasan dan Amril, 1991). Tangenjaja dan Gunawan (1988)
menyatakan bahwa limbah jagung sudah dipakai walaupun belum dimanfaatkan secara
penuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Subandi dkk., (1988), bahwa jerami jagung
merupakan salah satu sumber hijauan yang disukai ternak. Di daerah-daerah kering
yang rumputnya sedikit, biasanya petani memanfaatkan atau menyimpan jerami jagung
sebagai upaya penyediaan bahan pakan.

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Potensi penggunaan jerami jagung dapat dimaksimalkan bila ditambahkan hijauan


seperti leguminosa untuk pembuatan silase yang nantinya dapat digunakan sebagai
pakan ruminansia (Djuned dkk., 1980).
Kandungan nutrisi jerami jagung adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Kandungan Nilai Gizi Jerami Jagung
Kandungan Zat

Kadar Zat (%)

Bahan Kering

60,0

Protein

3,3

Abu

4,4

Serat Kasar

20,2

Lemak

0,7

Sumber: Lubis, 1992


Widyawati dan Slamet (2005) menyatakan kadar protein kasar jerami jagung
cukup tinggi dikarenakan dipanen pada waktu jagung masih muda dan daun masih
berwarna hijau. Pada daun yang berwarna hijau diharapkan jerami jagung mempunyai
palatabilitas yang cukup tinggi pula. Subandi dkk., (1988) menyatakan bahwa limbah
jagung sudah digunakan sebagai bahan pakan meski belum dimanfaatkan secara penuh.

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Fungi Trichoderma sp.


Klasifikasi fungi Trichoderma sp. menurut Niken (2009), adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Fungi

Divisio

: Amastigomycota

Subdiviso

: Deuteromycotina

Classis

: Deuteromycetes

Ordo

: Moniliases

Family

: Moniliaceae

Genus

: Trichoderma

Gambar 1. Trichoderma sp
(Sumber: http://www.shroomery.org/images/23418/TRICHODERMA21.jpg)

Gambar 2. Hifa Trichoderma sp (Volk, 2004)

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Trichoderma sp. adalah fungi penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran
tanaman lapangan dan dapat ditemui di lahan pertanian dan perkebunan. Trichoderma
bersifat saprofit pada tanah, kayu, dan beberapa jenis bersifat parasit pada fungi lain.
Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi
sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman (Ramada, 2008).
Salah satu jenis fungi yang sering dipergunakan untuk inokulasi adalah
Trichoderma sp. Dalam proses inokulasi, fungi mengubah senyawa-senyawa yang ada
di dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein, sehingga produksi
terinokulasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang lebih tinggi.
Selain itu terjadi pula perombakan senyawa-senyawa yang kompleks menjadi lebih
sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak. Perombakan ini terjadi
karena proses fermentasi, fungi memproduksi enzim yang melakukan perombakan
terhadap senyawa-senyawa kompleks. Keuntungan ganda diperoleh dari inokulasi
limbah dengan fungi Trichoderma sp. yaitu kandungan protein meningkat dan enzim
yang diproduksi fungi membantu dalam kecernaan bahan (Rukhmani, 2005).
Penggunaan fungi sebagai inokulum fermentasi sudah banyak dilakukan karena
pertumbuhannya relatif mudah dan cepat, kadar asam nukleat rendah (Scherllart, 1975).
Pertumbuhannya pun mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti
kapas yang mulanya bewarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk
berbagai warna tergantung dari jenis fungi, dan fungi ini

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

terdiri dari suatu thallus bercabang yang disebut hifa, dimana miselia merupakan masa
hifa (Fardiaz 1989).
Trichoderma viride adalah salah satu jenis fungi yang bersifat selulolitik karena
dapat menghasilkan selulase. Banyak fungi yang bersifat selulolitik tetapi tidak banyak
yang menghasilkan enzim selulase yang cukup banyak untuk dapat dipakai secara
langsung bagi usaha dalam skala besar. Fungi selulolitik yang cukup baik memproduksi
enzim selulolitik adalah Trichoderma viride. Trichoderma viride bisa juga dikatakan
sebagai mikroorganisme yang mampu menghancurkan selulosa tingkat tinggi dan
memiliki kemampuan mensintesis beberapa faktor esensial untuk melarutkan bagian
selulosa yang terikat kuat dengan ikatan hidrogen. Ada juga yang mengatakan bahwa
Trichoderma viride merupakan fungi yang potensial memproduksi selulase dalam
jumlah yang relatif banyak untuk mendegradasi selulosa. Trichoderma viride
merupakan kelompok fungi selulolitik yang dapat menguraikan selulosa dengan
menghasilkan enzim kompleks selulase. Enzim ini berfungsi sebagai agen pengurai
yang spesifik untuk menghidrolisis ikatan kimia dari selulosa dan turunannya.
Trichoderma viride dan Trichoderma reesei merupakan kelompok fungi tanah sebagai
penghasil selulase yang paling efisien. Enzim selulase yang dihasilkan Trichoderma
viride mempunyai kemampuan dapat memecah selulosa menjadi glukosa sehingga
mudah dicerna oleh ternak. Selain itu Trichoderma viride mempunyai kemampuan
meningkatkan protein bahan pakan dan pada bahan berselulosa dapat merangsang
dikeluarkannya enzim selulase. Keuntungan fungi tersebut sebagai sumber selulase
adalah menghasilkan selulase lengkap dengan semua komponen-

10

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

komponen yang dibutuhkan untuk hidrolisis total selulosa kristal yang dihasilkan cukup
tinggi. Jenis beberapa di antara enzim ini ialah pektinase, invertase, amilase, dan
protease. yang diketahui dapat menghasilkan enzim selulase yang sangat baik adalah
jenis QM 9414 dan QM 9124 yang telah dikembangkan di Laboratorium Natick
Masaschucetts USA (Anonim, 2012).
Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim yang bermacammacam, termasuk enzim selulase (pendegradasi selulosa) dan kitinase (pendegradsi
kitin). Oleh karena adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung
di atas kayu yang terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa. Oleh karena adanya
kitinase, Trichoderma dapat bersifat sebagai parasit bagi fungi yang lainnya. Secara
alami seseorang dapat sering menemukan Trichoderma yang menjadi parasit pada
badan buah dan miselia dari fungi yang lain, seperti badan buah dari Hydnochaete.
Trichoderma viride adalah penghasil enzim selulolitik yang sangat efisien, terutama
enzim yang mampu menghidrolisis kristal selulosa. Trichoderma viride banyak
digunakan dalam penelitian karena memiliki beberapa keuntungan, dinataranya adalah
(Anonim, 2012):
1. Selulase yang diperoleh mengandung semua komponen-komponen yang
diperlukan untuk proses hidrolisis seluruh kristal selulosa.
2. Protein selulase dihasilkan dalam kualitas sangat tinggi.
Menurut Mandels (1957), Trichoderma viride merupakan fungi yang potensial
memproduksi selulase dalam jumlah yang relatif banyak untuk mendegradasi selulosa
sehingga mudah dicerna oleh ternak. Enzim ini berfungsi sebagai agen pengurai yang
spesifik untuk menghidrolisis ikatan kimia dari

11

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

selulosa dan turunannya. Selain itu Trichoderma viride mempunyai kemampuan


meningkatkan protein bahan pakan dan pada bahan berselulosa dapat merangsang
dikeluarkannya enzim selulase (Poesponegoro, 1976). Sebagai spesies saprofit, fungi
Trichoderma sp. tumbuh pada kisaran suhu optimal 22-30oC (Pelczar dan Reid, 1986).
Sedangkan menurut Enari (1983), suhu optimal untuk pertumbuhan fungi ini adalah 3235oC dan pH optimal sekitar 4.0.
Selulase yang dihasilkan oleh Trichoderma viride mengandung komponen
terbesar berupa selobiase dan -1,4-glukan-selobiohidrolase (C1), sementara -1,4glukan-selobiohidrolase (Cx) terdapat dalam jumlah kecil. Selulase yang diproduksi
mengandung asam-asam amino tertentu, yaitu (Anonim 2012) :
1. Golongan asam amino yang bersifat asam : aspartat dan glutamat.
2. Golongan asam amino polar : serin, treonin, dan glisin.
3. Sebagian kecil asam amino dasar.
4. Sebagian kecil golongan asam amino sulfur.
Semua enzim ini bersifat hidrolitik dan bekerja baik secara berturut-turut atau
bersamaan. Selobiohidrolase adalah enzim yang mempunyai afinitas terhadap selulosa
tingkat tinggi yang mampu memecah selulosa kristal. Sedangkan endoglukanase bekerja
pada selulosa amorf. Selanjutnya dijelaskan selobiohidrolase memecah selulosa melalui
pemotongan ikatan hidrogen yang menyebabkan rantai-rantai glokosa mudah untuk
dihidrolisis lebih lanjut. Hidrolisa selanjutnya berlangsung sehingga diperoleh selobiosa
dan akhirnya glukosa dilakukan oleh enzim glukonase dan glukosidase (Anonim,
2012).

12

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Trichoderma adalah fungi yang mempunyai potensi selulolitik, karena mampu


menghasilkan enzim selulase pada substrat yang mengandung selulasa. Selulase yang
dihasilkan Trichoderma memiliki komponen yang lengkap, yaitu C1 (selobiohidrolase)
yang aktif menghidrolisis selulosa alami, Cx (endoglukanase) yang aktif merombak
selulosa terlarut seperti CMC (Carboxyl methyl cellulase) dan -gluosidase (Salma dan
Gunarto, 1996) yang menghidrolisa selobiosa menjadi produk akhir yaitu dalam
biodegradasi bahan-bahan berselulosa (Hardjo, dkk. 1989).
Nuur (2004) melakukan penelitian pengaruh fermentasi enceng gondok
(Eichornia crassipes) dengan Trichoderma harzianum terhadap kadar protein kasar dan
serat kasar. Perlakuan lama inkubasi selama 0 hari, 3 hari, 6 hari, 9 hari, 12 hari, 15
hari. Disimpulkan bahwa pengaruh fermentasi eceng gondok dengan Trichoderma
harzianum tidak berbeda nyata terhadap protein kasar dan berbeda sangat nyata
terhadap serat kasar.
Trichoderma harzianum memiliki peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas suatu bahan pakan. Untuk menurunkan serat kasar penggunaan
Trichoderma harzianum akan lebih efektif dibandingkan dengan Rhizopus sp. Menurut
Ginting dan Krisnan (2006), Trichoderma harzianum mempunyai aktifitas selulolitik
lebih tinggi dibandingkan dengan Trichoderma koningii atau Trichoderma viridae. Fati
(1997) berpendapat bahwa fermentasi dedak padi dengan fungi Trichoderma harzianum
mampu meningkatkan protein dari 8,74% menjadi 14,66% dan menurunkan serat kasar
dari 18,90% menjadi 12,81%. Sedangkan Tami dkk. (1997) berpendapat bahwa
penggunaan

13

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Trichoderma harzianum dalam fermentasi ampas tahu dapat memperbaiki nilai


gizi yang ditandai dengan menurunnya kandungan serat kasar dari 21,67% menjadi
14,24% sedangkan proteinnya meningkat dari 24,48% menjadi 32,65% serta dapat
meningkatkan performans ayam pedaging jantan. Fermentasi dengan menggunakan
fungi memungkinkan terjadinya perombakan bahan yang sulit dicerna oleh ternak
menjadi bahan yang mudah dicerna sehingga nilai manfaatnya meningkat (Winarno,
1980). Fermentasi juga dapat meningkatkan nilai kecernaan (Saono,1976; Winarno,
1980), menambah rasa dan aroma, serta meningkatkan kandungan vitamin dan mineral
(Kuhad dkk. 1997).
Berdasarkan hasil penelitian Susanti (2006) bahwa aktivitas enzim selulase yang
tertinggi yang di produksi oleh Trichoderma harzianum menggunakan tongkol jagung
dan blondo adalah pada perlakuan dosis inokulum 5% dengan lama fermentasi 7 hari.
Cepat lambatnya fermentasi sangat menentukan jumlah enzim yang dihasilkan, semakin
lama waktu fermentasi yang digunakan maka semakin banyak bahan yang dirombak
oleh enzim, tetapi dengan bertambahnya waktu fermentasi maka ketersediaan nutrient
didalam media habis sehingga fungi lama-kelamaan akan mati (Fardiaz,1989). Pederson
(1971) berpendapat bahwa kandungan asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin, dan
mineral bahan mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan
mikroorganisme selama fermentasi, selain itu juga terjadi perubahan bau dan tekstur.
Susunan sel fungi Trichoderma bersel banyak membentuk benang halus yang
disebut dengan hifa. Hifa pada fungi ini berbentuk pipih, bersekat, dan bercabangcabang membentuk anyaman yang disebut miselium. Miseliumnya

14

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

dapat tumbuh dengan cepat dan dapat memproduksi berjuta-juta spora karena
sifat inilah Trichoderma dikatakan memiliki daya kompetitif yang tinggi. Dalam
pertumbuhannya, bagian permukaan akan terlihat putih berseri, dan bermiseli kusam.
Setelah dewasa, miselium memiliki warna hijau kekuningan (Niken, 2009).
Pengukuran Daya Cerna in vitro
Secara umum analisa kimia suatu bahan pakan berhubungan dengan kandungan
nilai gizi bahan pakan yang dimanfaatkan oleh ternak. Namun dalam hal ini sebenarnya
belum menunjukkan derajat daya cernanya. Daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawinya, dan serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
terhadap daya cerna (Tillman dkk, 1988).
Metode yang sangat berhasil dan telah digunakan secara luas untuk mempelajari
daya cerna dan fermentasi bahan pakan dalam saluran pencernaan ternak ruminansia
adalah teknik in vitro. Metode in vitro merupakan suatu metode yang dikembangkan
untuk meniru pencernaan secara alamiah dan merupakan salah satu metode yang paling
akurat dari seluruh teknik laboratorium untuk memprediksi kecernaan in vitro dari
sejumlah sampel yang banyak dalam waktu relatif singkat (Minson dan Mc Leod,
1972).
Teknik tersebut dilakukan dengan menginkubasi contoh bahan pakan dalam
cairan rumen sebagai sumber mikroorganisme rumen setelah ditambahkan dengan
larutan penyangga yang tepat (Tilley dan Terry, 1963). Pada perkembangan selanjutnya
Tilley dan Terry (1963) menyatakan bahwa walaupun sebagian besar pencernaan terjadi
di dalam rumen retikulum tetapi harus juga

15

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

dipertimbangkan pencernaan pada saluran pencernaan setelah rumen retikulum terutama


pencernaan protein makanan dan protein mikroorganisme. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa fermentasi in vitro menggunakan dua tingkatan daya cerna yaitu pertama sampel
difermentasi dalam tabung dengan menggunakan cairan rumen dan yang kedua diikuti
oleh pencernaan dengan pepsin asam.
Fermentasi in vitro ditujukan untuk menduga apa yang terjadi pada pencernaan
in vivo. Teknik in vitro dimaksudkan untuk menilai daya cerna suatu bahan makanan
dengan menirukan proses pencernaan diluar tubuh ternak, koefisien cerna yang
ditentukan secara in vitro biasanya lebih rendah 1- 2 % dari nilai in vivo. Untuk itu
perlu mempertimbangkan keadaan dalam rumen diantaranya : kondisi rumen yang
anaerob, temperature antara 38 39oC dan pH 6,8 6,9. Sampel in vitro perlu
dikeringkan sebelum digiling melalui saringan 0,8 1,0 mm (Tilley dan Terry 1963).
Teknik kecernaan in vitro yaitu memfermentasikan bahan yang akan diteliti di
dalam tabung dengan menggunakan cairan rumen atau enzim untuk melihat berapa
banyak dari bahan tersebut yang hilang selama fermentasi. Kelebihan dari metode in
vitro adalah mudah, efisien, dan banyak sampel dapat dianalisis secara bersamaan.
Keberhasilan menggunakan metode ini adalah dengan memperbaiki kesalahan, yang
biasanya disebabkan oleh populasi mikroba, preparasi sampel, pH medium selama
inkubasi, dan prosedur kerja. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah
menggunakan waktu standar, padahal waktu lamanya bahan makanan berada dalam
rumen bervariasi menurut jenis dan bentuk

16

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

makanan, selain itu tidak terjadi penyerapan zat-zat makanan seperti terjadi pada hewan
hidup (Tangdilintin, 1992).
Daya cerna suatu bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
suhu, laju perjalanan makanan dalam saluran pencernaan, komposisi ransum, bentuk
fisik makanan, spesies, umur, serta palatabilitas bahan makanan (Anggorodi, 1990).
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik
Bahan pakan mengandung zat nutrisi yang terdiri dari air dan bahan kering.
Bahan kering terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik. Sedangkan bahan organik
terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin. Ternak membutuhkan bahan
organik maupun bahan anorganik tetapi bahan organik lebih banyak dibutuhkan
(Tillman dkk., 1989).
Perbedaan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik suatu hijauan
berhubungan dengan komposisi kimia, dimana bagian yang berserat, lignin dan
kandungan silika yang tumbuh sebagai akibat dari perbedaan spesies dalam genotif
tingkat pertumbuhan, kondisi lingkungan, tempat tumbuh dan sistem pengolahan akan
menurunkan kecernaan (Anggorodi, 1990).
Daya cerna bahan kering dan bahan organik sangat dipengaruhi oleh faktor
komposisi makanan, lemak, penyiapan makanan, faktor hewan serta jumlah makanan.
Baik

susunan

kimia

maupun

proporsi

serat

kasar

dalam

makanan

perlu

dipertimbangkan. Dinding sel tanaman terutama terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
yang sukar dicerna terutama bila mengandung lignin. Sebaliknya isi sel hampir dapat
dicerna seluruhnya. Penambahan persentase serat kasar dalam

17

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

bahan makanan terjadi pada tanaman yang tua, yang disertai dengan penambahan
lignifikasi dari selulosa dan hemiselulosa pada dinding sel. Biasanya dianggap bahwa
penambahan 1% serat kasar dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna bahan
organiknya sekitar 0,7 sampai 1,0 unit pada ruminansia (Tillman dkk., 1989).

18

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2012, yang bertempat di
Laboratorium Herbivora dan di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, talenan, karung
goni, miroskop, timbangan, oven, dan seperangkat alat untuk analisa kecernaan in vitro
bahan kering dan bahan organik.
Bahan-bahan yang digunakan adalah jerami jagung, Trichoderma sp., kertas
label, air, dan bahan-bahan kimia untuk kecernaan in vitro pepsin sellulase, (Minson
dan Mc Leod, 1972).
Prosedur Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan (Gasperz, 1991). Adapun susunannya sebagai
berikut :
P0 = Jerami jagung tanpa inokulasi (kontrol)
P1 = Jerami jagung + 5% fungi Trichoderma sp. dengan lama waktu inkubasi 1
minggu.
P2 = Jerami jagung + 5% fungi Trichoderma sp. dengan lama waktu inkubasi 2
minggu.

19

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

P3 = Jerami jagung + 5% fungi Trichoderma sp. dengan lama waktu inkubasi 3


minggu.
Persamaan matematika dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah sebagai
berikut :

Yij = + ti + eij

Keterangan :
Yij

ti
eij

= Hasil pengamatan dari peubah perlakuan ke-i dengan ulangan


ke- j (1, 2, 3)
= Nilai tengah umum
= Pengaruh perlakuan ke-i (1, 2, 3, 4)
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Pelaksaan Penelitian
Jerami jagung (daun) hibrida DMI-2 yang berasal dari kabupaten Jeneponto
dipotong 2-3 cm sebanyak 1 kg kemudian disemprot dengan air sampai kelembaban
55-60%, lalu ditaburkan 5% inokulum fungi Trichoderma sp., dicampur hingga merata,
dimasukkan kedalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil kemudian di
inkubasi selama 1, 2, dan 3 minggu. Setelah cukup waktunya plastik dibuka dan
diamati kondisi fisik. Kemudian diambil sampel untuk dianalisa kecernaan in vitro
bahan kering dan bahan organik.

20

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Parameter yang Diukur


Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kecernaan in vitro kandungan
bahan kering dan bahan organik jerami jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma
sp. sesuai metode in vitro sistem sellulase, (Minson dan Mc Leod, 1972). Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut :
Hari I
1. Sampel yang telah digiling ditimbang 0,33 0,35 gram sampel bahan kering dan
dimasukkan masing-masing dalam tabung plastik yang volumenya 129 ml,
sebanyak 12 tabung.
2. Masing-masing dari sampel yang akan diteliti juga ditimbang sebanyak 1 gram dan
dimasukkan kedalam cawan porselin untuk penentuan kandungan bahan kering dan
bahan organiknya.
Hari II
1. Tambahkan 15 ml larutan asam pepsin ke dalam setiap tabung kemudian tutup
tabungnya dengan sumbat karet.
2. Diinkubasi selama 72 jam pada temperatur 50o C. Sebaiknya selama inkubasi
dilakukan pengocokan secara perlahan sebanyak 2 kali sehari.
Hari V
1. Sumbat karet dikeluarkan lalu masukkan 1 ml sodium carbonat melalui dinding
tabung.
2. Kemudian tambahkan 30 ml buffer sellulase-asetat kedalam tiap tabung

21

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

3. Tutup kembali dengan sumbat karet dan diinkubasikan lagi selama 48 jam pada
temperatur 50o C. Sebaiknya dilakukan juga pengocokan perlahan dua kali sehari.
Hari VII
1. Crucible yang sudah dikeringkan, dicatat beratnya.
2. Saring isi tabung dengan crucible tersebut
3. Keringkan crucible yang berisi sampel selama 12 jam.
Hari VIII
1. Timbang crucible yang berisi sampel dan sudah dikeringkan.
2. Abukan sampelnya pada temperatur 520o C selama 3 jam.
Larutan yang dipergunakan di dalam pengukuran daya cerna in vitro sistem
selulase adalah larutan asam pepsin dan larutan buffer selulosa asetat, yang dibuat
melalui prosedur sebagai berikut :
1. Larutan Asam Pepsin
- Asam : asam klorida (HCl) 0,125 M yang dibuat dari 10,7 ml HCl pekat
yang diencerkan dengan 1000 ml air.
- Asam pepsin : untuk 1 tabung dibutuhkan 0,12 gram pepsin 1 : 10 yang
dilarutkan dengan 25 ml HCl 0,125 M.
2. Larutan buffer selulosa asetat
Buffer asetat dibuat dari 6,8 gram natrium asetat (CH3COONa3H2O) dan 2,9
ml asam asetat glasial (CH3COOH) yang dilarutkan dalam aquadest sampai
volumenya menjadi 1000 ml dengan pH 4,6. Buffer

22

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

selulosa asetat untuk satu tabung berisi 0,3 gram selulosa yang dilarutkan 50
ml buffer asetat.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya cerna in vitro bahan kering dan
bahan organik sebagai berikut :
BKS ( BKR BKRB )
% DCBK

X 100%
BKS

Dimana :
DCBK

= Daya Cerna Bahan Kering

BKS

= Bahan Kering Sampel

BKR

= Bahan Kering Residu

BKRB

= Bahan Kering Residu Blanko

BOS ( BOR BORB )


% DCBO

X 100%
BOS

Dimana :
DCBO

= Daya Cerna Bahan Organik

BOS

= Bahan Organik Sampel

BOR

= Bahan Organik Residu

BORB

= Bahan Organik Residu Blanko

23

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam
sesuai Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Jika
perlakuan menunjukkan pengaruh nyata, dilanjutkan dengan melakukan uji Duncan
(Duncans Multiple Random Tests = DMRT) menurut petunjuk Gasperz (1991) dan
diolah dengan bantuan software SPSS versi 16.

24

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Fisik Jerami Jagung


Hasil pengamatan warna, bau, tekstur, dan pertumbuhan fungi pada jerami
jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada lama inkubasi yang berbeda
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Warna, Bau, dan Tekstur pada Jerami Jagung yang
Diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada Lama Inkubasi yang Berbeda
Pengamatan
P0
P1
P2
P3
Fisik
Warna

Bau
Tekstur
Pertumbuhan
fungi

Coklat keputihputihan

Coklat keputihputihan

Putih
kecoklatan

Khas jerami
jagung

Harum agak
menyengat

Harum agak
menyengat

Harum agak
menyengat

Keras

Agak lembek

Agak lembek

Agak lembek

Tidak ada

Tumbuh belum
merata

Tumbuh agak
merata

Coklat

Menutupi
permukaan

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2012


Pengamatan fisik jerami jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada
lama inkubasi yang berbeda menunjukkan warna coklat keputih-putihan, aroma jerami
jagung menghasilkan bau yang sama yaitu aroma harum dan agak menyengat
sedangkan teksturnya agak lembek. Hal ini disebabkan karena miselium Trichoderma
sp. yang berwarna putih telah berkembang pada jerami jagung dan telah terjadi
perombakan struktur keras secara biologis oleh fungi Trichoderma sp. sehingga bahan
dari struktur yang kompleks menjadi struktur yang lebih sederhana. Bioteknologi
tradisional (konvensional) merupakan

25

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

bioteknologi

yang

menggunakan

mikroorganisme

sebagai

alat

untuk

menghasilkan produk bahan pakan yang berkualitas, misalnya jamur dan bakteri yang
menghasilkan enzim-enzim tertentu untuk melakukan metabolisme sehingga terjadi
perubahan fisik, seperti tekstur, bau dan warna akibat proses biologis dalam bahan
pakan (Anonim, 2013).

P01
Gambar 3. Jerami Jagung Tanpa Menggunakan Trichoderma sp.
(Sumber: Data Hasil Penelitian, 2012)

P11
Gambar 4. Jerami Jagung Hasil Inkubasi (7 Hari) Menggunakan Trichoderma sp.
(Sumber: Data Hasil Penelitian, 2012)

26

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Gambar 5. Jerami Jagung Hasil Inkubasi (14 Hari) Menggunakan Trichoderma sp.
(Sumber: Data Hasil Penelitian, 2012)

Gambar 6. Jerami Jagung Hasil Inkubasi (21 Hari) Menggunakan Trichoderma sp.
(Sumber: Data Hasil Penelitian, 2012)

Pertumbuhan fungi pada jerami jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma


sp. pada lama inkubasi yang berbeda pada perlakuan P1 pertumbuhan fungi belum
merata, perlakuan P2 fungi tumbuh agak merata dan pada perlakuan P3 fungi telah
tumbuh menutupi permukaan. Hal ini

27

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

mengindikasikan bahwa semakin lama jerami jagung diinkubasi maka pertumbuhan


Trichoderma sp. semakin banyak.
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik
Hasil kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik pada jerami jagung
yang diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada lama inkubasi yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Jerami Jagung yang
Diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada Lama Inkubasi yang Berbeda.
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (%)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
Kecernaan Bahan
Kering

40.57bc

40.11b

41.46c

35.99a

Kecernaan Bahan
Organik

38.16c

37.04b

38.75c

32.83a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05) berdasarkan uji Duncan.
Jerami jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada lama inkubasi

yang berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kecernaan in vitro
bahan kering jerami jagung. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kecernaan in vitro
bahan kering pada perlakuan P0 sama dengan P1 dan P2, nyata lebih tinggi dari P3.
Pada perlakuan P1 nyata lebih rendah daripada P2 dan lebih tinggi dari P3. Sedangkan
pada perlakuan P2 nyata lebih tinggi dari P3.
Kecernaan bahan kering jerami jagung sebelum fermentasi adalah 40.57% dan
cenderung meningkat setelah proses fermentasi. Perubahan kecernaan bahan kering
dapat terjadi karena pertumbuhan kapang, dan proses dekomposisi substrat

28

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

(Gervais, 2008). Penurunan kecernaan bahan kering pada P1 dan P3 terjadi akibat
perombakan komponen jerami jagung oleh kapang yang menghasilkan komponen air.
Rasio substrat dan air yang kecil lebih menguntungkan dalam produksi enzim karena
akan terjadi kontak yang lebih baik antara substrat dengan mikroba. Haddadin et al.
(2009) menjelaskan bahwa kadar air substrat yang terlalu tinggi pada fermentasi media
padat menyebabkan udara yang terdapat pada pori-pori subtrat digantikan oleh air,
tercipta kondisi anaerob, mengurangi difusi oksigen dan penurunan dekomposisi
substrat.
Pada Tabel 4 jerami jagung yang diinokulasi Trichoderma sp. yang baik adalah
yang diinkubasi selama 2 minggu (P2), adanya kecenderungan peningkatan kecernaan
bahan kering yakni 41.46%. Hal ini selama proses fermentasi, kapang akan terus
melakukan pertumbuhan dan perkembangan serta memproduksi enzim pemecah serat.
Selama fermentasi kapang membutuhkan zat organik (terutama karbohidrat terlarut)
untuk metabolisme termasuk pertumbuhan sel. Aktivitas metabolisme diindikasikan
dengan terbentuknya H2O pada proses respirasi (Enari, 1983).
Jerami jagung yang diinokulasi dengan Trichoderma sp. pada lama inkubasi
yang berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kecernaan in vitro
bahan organik jerami jagung. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kandungan bahan
organik pada perlakuan P0 nyata lebih tinggi dari P1 dan P3, sama P2. Pada perlakuan
P1 nyata lebih rendah dari pada P2, P0, dan lebih tinggi dari pada P3. Sedangkan pada
P2 nyata lebih tinggi dari P1 dan P3.

29

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Kecernaan bahan organik jerami jagung sebelum fermentasi adalah 38.16% dan
cenderung meningkat setelah proses fermentasi. Penurunan kecernaan bahan organik
pada P1 dan P3 terjadi karena bahan organik pada proses fermentasi disebabkan bahan
organik dirombak oleh enzim mikroba guna memenuhi kebutuhan energi bagi
pertumbuhan kapang dan akan menghasilkan panas, air, dan karbondioksida, akibatnya
terjadi perubahan komposisi bahan. Hal ini sesuai pendapat Rahman (1992) bahwa
bahan organik merupakan sumber nutrisi bagi kapang dan penggunaannya sangat
dipengaruhi oleh kemampuan metabolisme serta daya larut unsur nutrisi tersebut.
Kapang memanfaatkan nutrisi yang tersedia dalam medium untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya dimana molekul-molekul sederhana yang larut sekitar hifa dapat
langsung dimanfaatkan, sedangkan komponen yang lebih kompleks seperti protein,
selulosa, pati, dan lain-lain harus didegradasi terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam
sel. Demikian juga dengan bertambahnya waktu inkubasi (P3) maka makin banyak
kesempatan bagi kapang untuk mendegradasi unsur-unsur organik substrat guna
memenuhi kebutuhannya untuk bertumbuh sehingga mengakibatkan berkurangnya
unsur organik tersebut, disamping faktor lain dari proses fermentasi itu sendiri.
Pada Tabel 4. jerami jagung yang diinokulasi Trichoderma sp. yang baik adalah
yang diinkubasi selama 2 minggu (P2), adanya kecenderungan peningkatan kecernaan
bahan organik yakni 38.75%. Hal ini disebabkan karena dalam proses fermentasi terjadi
penguraian zat-zat makanan yang sukar larut sehingga kecernaan dapat meningkat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Winarno dan Fardiaz

30

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

(1980) bahwa fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim
dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi
kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan
menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan
tersebut. Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan
perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pakan
baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya.
Jerami jagung umumnya memiliki kandungan dinding sel yang sangat tinggi,
sehingga kecernaan jerami menjadi rendah. Kandungan nutrisi jerami jagung utamanya
dinding sel sangat dipengaruhi oleh faktor umur dan varietas tanaman pada saat panen.
Akan tetapi dengan penambahan fungi Trichoderma sp. dalam proses fermentasi
meningkatkan nilai nutrisi jerami jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al.,
(1998), bahwa umur hijauan makanan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kecernaan. Hijauan yang masih muda akan lebih
dapat dicerna daripada hijauan yang sudah tua. Selanjutnya Yuwono (2002),
menyatakan bahwa pengolahan bahan pakan secara biologis dengan enzim melalui
bantuan mikroba disebut proses fermentasi yang pada umumnya mikroba yang
digunakan adalah mikroba selulolitik (untuk mendegradasi serat kasar).

31

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik jerami jagung yang
difermentasi dengan Trichoderma sp. menunjukkan kecenderungan meningkat pada
minggu ke-2 dan menurun pada minggu ke-3.
Saran
Disarankan bahwa jerami jagung yang diinokulasi fungi Trichoderma sp. lebih
ditingkatkan lagi level pemberiannya dari 5%.

32

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonim 1986, Limbah Tanaman Jagung untuk Meningkatkan Produksi Ternak. Harian
Pelita, Jakarta.
. 2012. Jamur Penghasil Enzim. http://wulan-berbagi-ilmu.blogspot.com
/2012/01/jamur-penghasil-enzim.html. Diakses Tanggal 25 Oktober 2013.
. 2013. Makalah Bioteknologi, Pengertian dan Contoh Bioteknologi
Konvensional
dan
Modern.
http://drzpost.com/reading-362-MakalahBioteknologi-Pengertian-dan-Contoh-Bioteknologi-Konvensional-dan-Modern.
html. Diakses Tanggal 25 Februari 2013.
Badan Pusat Statistika. 2012. Luas Panen dan Produksi Tanaman Palawija Menurut
Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan.
Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2006. Limbah tanaman sebagai pakan
ruminansia, Jakarta.
Djuned. H., M. Wiradisastra., T. Usri., T. Aisjah., dan A. Rochana. 1980. Tanaman
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.
Enari, T.M. 1983. Microbial cellulase. In: Microbial Enzymes and Biotechnology. W.N.
FOGARTY (Ed.). Applied Science Publisher, New York. Fardiaz, S. 1989.
Fisiologi Fermentasi. PAU IPB. Bogor.
Fardiaz, S.1989. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Fati, N. 1997. Pengaruh Penggunaan Dedak Padi yang Difermentasi dengan Galur
Trichoderma Terseleksi terhadap Perfomans Ayam Broiler. Program
Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.
Gasperz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan CV. Armico, Bandung.

33

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Gervais P. 2008. Water relations in solid state fermentation. In: Pandey A, C.R. Soccol,
C. Larroche, editor. Current Developments in Solid-State Fermentation.
Asiatech Publisher Inc. New Delhi.
Ginting, S. P dan R, Krisnan. 2002. Petunjuk Teknis Teknologi Pemanfaatan Pakan
Berbahan Limbah Hortikultura Untuk Ternak Kambing. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatra Utara.
Haddadin, M.S.Y., J. Haddadin, O.I. Arabiyat and B. Hattar. 2009. Biological
conversion of olive pomace into compost by using Trichoderma harzianum and
Phanerochaete chrysosporium. Bioresour. Technol. 100:47734782
Hardjodinomo. 1982. Bertanam Jagung. Penerbit Bina Cipta, Bandung.
Hardjo, S., N. S. Indrasti, dan T. Bantacut. 1989. Biokonversi Pemanfaatan Limbah
Industri Pertanian. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Harman. G. E, Howell., C. R. Viterbo., I. Chet., dan M. Lorito. 2004. Tricodherma
species_Opportunistic, Avirulent Plant Symbionts. Nature Review Microbiology
Volume 2. www.nature.com.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo., S. Lebdosoekojo., A. D. Tillman., L. C. Kearl., and L.
E. Harris. 1987. Tables of Feed Composition For Indonesi. IFI Utah Agric. Etp.
Station Utah State Univ. Logan, Utah.
Hasan, S. dan A. Amril. 1991. Pemanfaatan Limbah Pertanian. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Huitema, H. 1986. Peternakan Daerah Tropis : Arti Ekonomi dan Kemampuannya.
Yayasan Obor Indonesia dan PT. Gramedia, Jakarta.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.
Kanisius. Yogyakarta.
Kuhad, R.C., A. Singh, K.K. Triphati, R.K. Saxena, dan K. Eriksson. 1997.
Mikroorganisms as Alternative Source Prorein. Nutr. Rev 55, 65-75.
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.

34

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Mandels, M. 1957. Induction of Cellulose in Trichoderma viride as Influenced by


Carbon Sources and Metals. J. Bacteriol. 73 : 269
Minson, D. J dan M. N. Mc Leod. 1972. The In vitro Technique its Modification for
Estimating Digestibility the Dry Matter Digestibility In vivo of Grass and
Legume. Anim. Sci. and Tech.
Mulyaningsih, N. A., R. Wiryasasmita., D. R. Permana dan T. Basuki. 1987. Kecernaan
in vitro silase jerami jagung dengan penambahan tepung jagung. Proc.
Biocenvertion Project 2nd Workshop on Crop. Residue For Feed and Other
Purposes, Grati.
Niken, 2009. Mengenal Lebih Jelas Trichoderma sp. http://ayya.multiply.com/journal.
Diakses tanggal 9 Maret 2009.
Nuur, M. M. 2004. Pengaruh Fermentasi Enceng Gondok (Eichornia crassipes) dengan
Trichoderma harzianum terhadap kadar protein kasar dan serat kasar.
Universitas Muhammadiyah Malang.
Pederson, C. 1971. Microbiology of Food Fermentation. The AVI Publ. Co., Westport.
Connecticut.
Poesponegoro, M. 1976. Fermentasi Substrat Padat. Laporan Ceramah Ilmiah Nasional.
Lembaga Kimia Nasional LIPI.
Rahman, A., 1992. Teknologi Fermentasi Industrial. Penerbit Arcan. Jakarta
Ramada, A., 2008. Pupuk Biologis Trichoderma. http://organicindonesianvanilla.
blogspot.com/2008/01/pupuk-biologis-trichoderma.html.
Rangkuti, M. 1987. Meningkatkan pemakaian jerami padi sebagai pakan ternak
ruminansia dengan suplementasi. Proc. Biocenvertion Project 2nd Workshop on
Crop. Residues For Feed and Other Purposes, Grati.
Rukhmani, S. 2005. peningkatan nilai gizi bahan pakan dari limbah pertanian melalui
fermentasi. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan
Usaha Agrobisnis Kelinci. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Rukmana, R. H. 1997. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kasinius, Yogyakarta.

35

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Salma, S. dan L. Gunarto. 1996. Aktivitas isolat trichoderma harzianum dalam


perombakan selulosa. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan. 1(15):43-47
Saono, S. 1976. Pemanfaatan jasad renik dalam pengolahan hasil sampingan atau sisasisa produk pertanian. Berita IPTEK, Jakarta.
Schellart JA. 1975. Fungal Protein from Corn waste Effiuens. Wageningen: Veenman H
and BS Zone D.
Subandi, S. dan M. A. Widjono. 1988. Jagung. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Suprapto, H. S. 1992. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanti, D. 2006. Seleksi Dan Produk Enzim Selulase Oleh Kapang Selulolik
Menggunakan Tongkol Jagung Pada Pakan Ternak. Tesis. Pascasarjana
Universitas Andalas, Padang.
Tami, D., S, A. Latief dan J. Rahman. 1997. Penggunaan trichoderma harzianum dalam
fermentasi ampas tahu dan pemanfaatannya dalam ransum ayam pedaging.
Prosiding Seminar Ilmu-Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, IPB Bogor.
Tangdilintin, F. K. 1992. Estimasi Daya Cerna Makanan pada Ternak Ruminansia
dengan Metode In Vitro. BIPP. Vol 1 (3) : 37-53.
Tangendjaja, B. dan Gunawan. 1988. Jagung dan Limbahnya untuk Makanan Ternak
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.
Tilley, J. M. A. dan R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for the In vitro
Digestion of Forage Crops. J. Brit. Grassland Sci. 18:104-111.
Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosukodjo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

36

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.


Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Volk, T. J. 2004. Tom Volk's Fungus of the Month for November 2004. University of
Wisconsin-La Crosse.
Widyawati dan Slamet. 2005. Pengaruh dosis pemupukan kompos ampas teh terhadap
produksi jerami jagung manis (zea mays saccharata). J. Pengembangan
Peternakan Tropis. Vol. 30 (1) : 47-52.
Winarno, F.G. 1980. Bahan Pangan Terfermentasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pangan, IPB, Bogor.
Winarno, F. G. dan S. Fardiaz. 1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB.
Yuwono, SD. 2002. Penerapan life cycle assessment pada pemanfaatan limbah
pertanian menjadi furfural. Jurnal IPTEKS.

37

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

LAMPIRAN

38

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Lampiran 1. Rataan kecernaan Bahan Kering (%) pada jerami jagung yang
diinokulasi dengan Trchoderma sp. pada lama inkubasi yang berbeda
Ulangan
1
2
3
jumlah
rata-rata

Perlakuan
P0
40.89
40.25
40.56
121.70
40.57bc

P1
40.94
39.40
39.98
120.32
40.11b

P2
41.07
41.90
41.40
124.37
41.46c

P3
35.37
36.12
36.49
107.98
35.99a

Keterangan : Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05)

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Daya_Cerna_BK

Source
Corrected
Model

Type III Sum


of
Squares

df

Mean Square

Sig.

52.882a

17.627

58.386

.000

18752.241

18752.241

6.211E4

.000

52.882

17.627

58.386

.000

Error

2.415

.302

Total

18807.538

12

55.297

11

Intercept
Perlakuan

Corrected Total

a. R Squared = .956 (Adjusted R Squared = .940)

39

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Post Hoc Tests


Daya_Cerna_BK
Duncan
Subset
Perlakuan

P3

35.9933

P1

40.1067

P0

40.5667

P2

Sig.

40.5667
41.4567

1.000

.335

.083

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .302.

40

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Lampiran 2. Rataan kecernaan Bahan Organik (%) pada jerami jagung yang
diinokulasi dengan Trchoderma sp. pada lama inkubasi yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
P0
P1
P2
P3
1
38.90
37.50
38.50
32.40
2
37.45
37.07
38.99
32.73
3
38.13
36.54
38.77
33.35
jumlah
114.48
111.11
116.26
98.48
c
b
c
rata-rata
38.16
37.04
38.75
32.83a
Keterangan : Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05)

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Daya_Cerna_BO

Source
Corrected
Model

Type III Sum


of
Squares

df

Mean Square

Sig.

64.391a

21.464

81.735

.000

16157.542

16157.542

6.153E4

.000

64.391

21.464

81.735

.000

Error

2.101

.263

Total

16224.034

12

66.492

11

Intercept
Perlakuan

Corrected Total

a. R Squared = .968 (Adjusted R Squared = .957)

41

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Post Hoc Tests


Daya_Cerna_BO
Duncan
Subset
Perlakuan

P3

P1

P0

38.1600

P2

38.7533

Sig.

32.8267
37.0367

1.000

1.000

.194

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .263.

42

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Lampiran 3. Denah penelitian Trichoderma sp.

P33

P23

P11

P01

P12

P21

P22

P02

P31

P32

P13

P03

43

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Lampiran 4. Foto Penelitian

Penimbangan Jerami Jagung

Penimbangan Fungi Trichoderma sp.

Penyemprotan dengan air

44

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Pencampuran Fungi Trichoderma sp dan Jerami Jagung

Pelubangan pada kantong plastik

Proses Inkubasi selama 1-3 minggu


45

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

Jerami jagung hasil inkubasi menggunakan fungi Trichoderma sp

46

RASUL GANI KOTO


I 211 08 260

RIWAYAT HIDUP

Rasul Gani K, lahir pada tanggal 16 September 1988 di Kota


Makassar. Penulis adalah anak Keenam dari tujuh bersaudara.
Anak dari pasangan Helmi A. Koto Dan Mieke S. Penulis
mengawali pendidikan di SD Inpres Baraya I selama 6 tahun. Dan
melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SMPN
4 Makassar. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 4 Makassar selama 3
tahun .Melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 lulus di Fakultas Peternakan
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Selama menjalani perkuliahan, aktif dalam
berbagai kegiatan organisasi.

47

Anda mungkin juga menyukai