Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat dan jika tidak
mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu
penyebabnya adalah Plasenta Previa. Oleh sebab itu keadaan ini perlu diantisipasi sesegera
mungkin selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janin.
Perempuan hamil yang ditengarai menderita plasenta previa harus segera dirujuk dan
diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan pemeriksaan dalam karena tindakan
tersebut dapat memprovokasi perdarahan semakin deras dan cepat.
Plasenta merupakan suatu organ yang terbentuk pada dinding sebelah dalam uterus
segera setelah terjadi pembuahan. Zat-zat makanan dan oksigen akan didistribusikan dari ibu
ke janinnya melalui plasenta serta membawa sisa-sisa metabolisme ke luar dari tubuh janin.
Normalnya plasenta terletak di bagian fundus (bagian puncak atau atas rahim), bisa agak ke
kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan
lahir. Patokan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum. (disingkat OUI, yaitu mulut rahim
bila dilihat dari bagian dalam rahim), jika dilihat dari luar - dari arah vagina - disebut ostium
uteri eksterum. Bagaimanapun, kurang dari 1 % kelahiran, plasenta terbentuk pada bagian
bawah uterus dan sebagiannya menutupi serviks.
Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 4, yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa
marginalis, plasenta previa partialis, dan plasenta letak rendah. Tetapi sebelum kita dapat
memberikan terapi diharapkan kita juga dapat mengetahui cara mendiagnosa melalui
pemeriksaan dan kriteria klinik.
Dari uraian latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah dalam kasus ini
adalah apakah plasenta previa itu (definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosa,
penatalaksanaan, komplikasi dan prognosa). Dengan begitu kita dapat mencegah,
mendiagnosa atau bahkan menerapi untuk mencegah komplikasi pada penderita sedini
mungkin.

BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Previa berasal
dari kata prae yang berarti di depan dan vias yang berarti jalan, jadi yang dimaksud adalah
plasenta yang ada di depan jalan lahir atau plasenta berada lebih depan daripada janin yang
hendak keluar. Normalnya plasenta terletak di bagian fundus, bisa agak ke kanan atau kiri
sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir.
Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada
usia di atas 30 tahun, juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan
tunggal. Abnormalitas pada uterus mempertinggi angka kejadiannya.
Pada negara maju, insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1 %, hal ini
dimungkinkan karena berkurangnya perempuan dengan paritas tinggi pada negara tersebut.
Di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 - 0,5 % dari semua persalinan,
sedangkan jumlah kematian perinatal yang diakibatkan oleh plasenta previa sekitar 0,03%
(Joy, 2005). Menurut Robin Elise Weiss (2007), di New York Plasenta Previa dapat terjadi
pada 1 dari 200 kehamilan.
Di Indonesia tercatat dari laporan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, antara
tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan terdaftar, atau
kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar.
Di negara yang sedang berkembang, perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh
plasenta previa, hampir selalu merupakan malapetaka besar bagi penderita maupun
penolongnya karena dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada
janinnya. Pada umumnya insiden plasenta previa 1 dari 250 kehamilan. Frekuensinya
bervariasi, namun pada nulipara kejadiannya hanya 1 dari 1000 sampai 1500 kehamilan,
dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian dari 29 kehamilan.
Etiologi
Penyebab plasenta previa belum jelas, terdapat hubungan yang kuat antara plasenta
previa dengan paritas diduga salah satunya karena kerusakan endometrium, dapat
2

diperkirakan juga oleh karena adanya gangguan distribusi vaskularisasi uterus atau atrofi
residual misalnya akibat perdarahan persalinan sebelumnya. Jika terdapat suatu massa tumor
di korpus atau pada segmen atas uterus (misalnya mioma) kemungkinan plasenta juga akan
berimplantasi di bawah, tetapi belum jelas hubungannya. Faktor-faktor resikonya, antara
lain :
1. Usia ibu yang lanjut meningkatkan resiko plasenta previa
Usia 12-19 tahun : 1 %
Usia 20-29 tahun : 0,33 %
Usia 30-39 tahun : 1 %
Lebih dari 40 tahun : 2 %
(Saju J, 2006)
2. Multiparitas
Dalam sebuah studi terhadap 314 wanita dengan paritas 5 atau lebih
dilaporkan bahwa insiden plasenta previa adalah 2,2 persen dan meningkat drastis
dibandingkan dengan insiden pada wanita dengan para yang lebih rendah (Babinsky
et all, 1999).
Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda, hal ini
disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium
masih belum matang.
3. Riwayat seksio sesarea
Meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa. Menurut Miller dan
kawan-kawan pada tahun 1996 dari 150.000 lebih kelahiran di Los Angelas County
Womens Hospital menyebutkan peningkatan tiga kali lipat plasenta previa pada
wanita dengan riwayat seksio sesarea. Insiden meningkat seiring dengan jumlah
seksio sesarea yang pernah dijalani, angkanya 1,9 % pada riwayat seksio sesarea
dua kali dan 4,1 persen pada riwayat seksio sesarea tiga kali atau lebih.
4. Tumor-tumor, seperti ; mioma uteri, polip endometrium.
5. Tindakan medis, seperti ; kuretase, manual plasenta yang dapat menyebabkan
endometrium cacat.

Patofisiologi
Plasenta yang tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat diterangkan
dengan jelas, adanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa tidak selalu benar, karena
tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita
dengan paritas fungsi, memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak
cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama
sekali pembukaan jalan lahir.
Plasenta previa berdasarkan ostium uteri interna tertutup plasenta, dibedakan
menjadi :
1. Plasenta previa totalis (komplit)
Adalah Ostium uteri interna seluruhnya ditutupi oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis
Adalah sebagian ostium uteri interna tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Adalah tepi plasenta terletak di batas ostium uteri interna
4. Plasenta letak rendah
Adalah plasenta yang tertanam di segmen bawah uterus sedemikian rupa tetapi tidak
sampai menutupi ostium uteri interna.

WHEC Practice Bulletin and Clinical Management Guidelines for healthcare providers
(http://www.womenshealthsection.com/content/obs/obs018.php3)

Gejala Klinis
Gejala yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak nyeri dan
biasanya belum muncul sampai menjelang akhir trimester kedua atau setelahnya, gejala lain
yang menyertai adalah :
Sifat perdarahannya tanpa sebab muncul secara tiba-tiba dan berulang
Keadaan umum penderita setara dengan jumlah darah yang dikeluarkan
Warna : darah segar
Bagian terendah janin masih tinggi
Kelainan letak janin
Diagnosis
Anamnesis
- Hamil 28 minggu atau lebih
- Sifat perdarahan: tidak nyeri, berulang, darah merah segar
Pemeriksaan luar
- Bagian terbawah janin masih biasanya belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP)
- apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pinttu atas
panggul atau mengolak ke samping, dan sukar didorong ke dalam pintu atas
panggul.
- Kelainan letak janin.
Periksa dalam (VT) dan inspekulo
- Jangan melakukan periksa dalam di kamar bersalin untuk kasus-kasus yang diduga
plasenta previa.

- Pemeriksaan dalam hanya dilakukan di kamar operasi dengan persiapan seksio


sesar (Double Set-Up).
Inspekulo
- Untuk menentukan asal perdarahan, untuk mneyingkirkan kemungkinan yang
bukan plasenta previa (trauma, varises, Ca porsio, polip endoserviks)
Inspekulo dilakukan bila perdarahan sudah berhenti.
Ultrasonografi
- Penentuan lokasi plasenta secara USG sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya
radiasi terhadap janin.

Amniosintesis
- Untuk mengetahui apakah fungsi paru-paru fetus bisa berkembang dengan baik
setelah bayi lahir.
- Jarum diinsersikan ke mothers belly untuk mengambil contoh cairan amnion di
dalam uterus. Cairan ini dihasilkan oleh paru-paru janin.
- Analisis cairan ini merupakan pertanda bahwa paru-paru janin berkembang dengan
baik.

Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan


Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam
pintu atas panggul, sehingga terjadi kesalahan- kesalahan letak janin: letak kepala
mengapung, letak sungsang dan letak lintang.
Sering terjadi partus prematur karena adanya rangsangan koagulum darah pada
serviks. Selain itu, jika plasenta banyak yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi
his, juga lepasnya plasenta sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan
dalam.
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus
7

(1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik.
(2) Bila pada Plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi
prolaps funikuli.
(3) Sering dijumpai inersia primer.
(4) Perdarahan.
Penatalaksanaan
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, dirawat
di rumah sakit tanpa periksa dalam atau tampon vagina karena akan memperbanyak
perdarahan dan menyebabkan infeksi. Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan
yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau
tranfusi darah. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada keadaan umum
pasien, kadar hb, jumlah perdarahan yang terjadi, umur kehamilan/taksiran BB janin dan
jenis plasenta previa serta paritas dan kemajuan persalinan.
Adapun penanganan plasenta previa secara khusus diklasifikasikan berdasarkan usia
kehamilan, jumlah perdarahan, tanda-tanda persalinan dan keadaan umum serta hb menjadi
penanganan konservatif dan penanganan aktif.

a. Penanganan Konservatif
1.

Tindakan ini dilakukan pada :


a. Bayi premature (EFW < 2000 gram)
b. DJJ (+)
c. Perdarahan sedikit atau berhenti

2.

Cara perawatan konservatif :


a.

Observasi selama 24 jam di kamar bersalin

b.

Perbaiki keadaan umum penderita, transfusi darah diusahakan Hb > 10 gr %

c.

Kortikosteroid untuk maturasi paru janin, menjaga kemungkinan perawatan


konservatif gagal. Suntikan diberikan intramuskuler 2 x 24 jam dengan dosis :
Dexamethasone 16 mg/hari atau betamethasone 12 mg/hari iv.

d.

Bila perdarahan berhenti, penderita pindah ke ruangan bersalin tirah baring


selama 2 hari, kemudian mobilisasi.

e.

Observasi :
8

- Hb setiap hari
- Tensi, nadi, DJJ, perdarahan tiap 6 jam
f.

Perawatan konservatif gagal bila terjadi perdarahan ulang, dilakukan penanganan


aktif.

g.

Penderita dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan ulang seteklah dilakukan


mobilisasi. Sebelum pulang dilakukan USG untuk memastikan letak plasenta dan
inspekulo untuk menentukan kelainan pada servikas uteri.

h.

Nasehat waktu pulang :


- Istirahat
- Dilarang koitus / manipulasi vagina
- Masuk Rumah Sakit (MRS) bila perdarahan lagi
- Periksa ulang ANC 1 minggu kemudian

i.

Tokolitik telah banayak digunakan pada beberapa senter untuk uterus yang secara
teoritis dapat mengakibatkan pelepasan plasenta dan perdarahan. Kegunaan
tokolitik pada penderita plasenta previa belum dibuktikan dengan penelitian yang
adekuat.

j.

Penderita pulang dipewrtimbangkan pada :


- Tinggal dalam jangkauan 30 menit dari Rumah Sakit atau ada anggota
keluarga yang menjaga selama 24 jam.
- Mampu mempertahankan tirah baring di rumah.
- Mengerti risiko yang menyertai pada perawatan rawat jalan.

k.

Berdasarkan pemeriksaan USG, persalinan direncanakan sebagai berikut :


- Bila plasenta menutupi OUI, ditunggu aterm, kemudian dilakukan USG ulang.
Bila hasil tetap, maka persalinan direncanakan seksio sesar.
- Bila plasenta di Segmen Bawah Rahim (SBR), tetapi tidak mneutupi OUI,
ditunggu inpartu, bila perdarahan lagi DSU.
- Bila plasenta letak normal ditunggu inpartu, persalinan diharapkan normal.

b. Penanganan Aktif
Bila terdapat umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram, perdarahan
banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan dan keadaan umum pasien tidak baik
ibu anemis Hb < 8 gr% maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri
kehamilan, baik secara pervagina/perabdominal. Persalinan pervaginam diindikasikan pada
9

plasenta previa marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan
pembukaan 4 cm/lebih.
Faktor-faktor yang menentukan tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
o Jenis plasenta previa.
o Perdarahan : banyak , atau sedikit tapi berulang ulang.
o Keadaan umum ibu hamil
o Keadaan janin : hidup, gawat atau meninggal.
o Pembukaan jalan lahir.
o Paritas atau jumlah anak hidup.
o Fasilitas penolong dan Rumah Sakit.
Setelah memperhatikan faktor faktor diatas, ada 2 pilihan persalinan, yaitu:
1. Persalinan Pervaginam:
Amniotomi
Tindakan pemecahan selaput ketuban, cara yang terpilih untuk melancarkan
persalinan pervaginam dan agar bagian bawah anak dapat masuk pintu atas panggul.
Indikasi amniotomi pada plasenta previa :
o

Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada
pembukaan.

Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan


pembukaan 4 cm atau lebih.

Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin yang sudah meninggal

Keuntungan amniotomi adalah :


o

Bagian bawah janin yang berfungsi sebagai tampon akan menekan plasenta
yang berdarah dan perdarahan berkurang atau berhenti.

Partus akan berlangsung lebih cepat.

Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan
regangan segmen bawah rahim, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitoksin drips 2,5-5 unit oksitoksin dalam

500cc dektrosa 5%, bila upaya di atas belum berhasil ada dua cara lagi yaitu,
memasang cunam Willet Gausz dan Versi Braxton Hicks.
2. Persalinan Perabdominam
Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa :
10

1.

Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta
previa lateralis, posterior, perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang
ada

2.

Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit


dikontrol dengan cara-cara yang ada.

3.

Semua polasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan-tindakan yang ada

4.

Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang


Sebelum dilakukan seksio sesarea dapat dilakukan Double Set Up (DSU)

terlebih dahulu jika:


a.

Pada kasus :

Kehamilan aterm.

Kehamilan prematur dng TBJ 2000 g.

Konservatif gagal.

b.

Hasil DSU :

Plasenta previa totalis Seksio sesarea.

Plasenta previa lateralis amniotomi persalinan pervaginam.


Seksio sesarea bila :

Perdarahan lagi

Gawat janin

12 jam belum lahir dan masih lama.

Atau langsung Seksio Sesarea tanpa DSU


a. Perbaiki KU secepatnya, segera seksio sesarea.
Pada kasus :

Gawat janin dengan TBJ 1500 g.

Perdarahan aktif dan banyak.

Hb 6 g %, janin hidup, TBJ 1500, perdarahan (+).

11

Managemen Penanganan Plasenta Previa

Komplikasi Plasenta Previa


Ibu

Perdarahan Shock, anemia

Infeksi

12

Trauma

Laserasi uterus/servix

Plasenta akreta
Janin

Asfiksia

Intra Uterina Fetal Death

Prematurita

13

BAB III
KESIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta yang terletak menutupi atau sangat dekat
dengan ostioum uteri interna. Menurut Robin Elise Weiss (2007) di New York,
Plasenta Previa dapat terjadi pada1 dari 200 kehamilan. Kehamilan dengan
plasenta previa dikaitkan dengan peningkatan usia, multiparitas dan riwayat
seksio sesarea.
Berdasarkan ostium uteri interna tertutup, plasenta previa dibedakan
menjadi plasenta previa totalis, plasenta previa partialis, plasenta previa
marginalis dan plasenta letak rendah. Sedangkan gejala yang paling khas pada
plasenta previa adalah perdarahan yang tidak nyeri pada kehamilan trimester
kedua atau ketiga.
Selain gejala diatas untuk mendiagnosis plasenta previa maka pemeriksaan
yang dilakukan antara lain : inspeksi, palpasi, inspekulo genetalia interna, juga
diperlukan pemeriksaan penunjang ultrasonografi untuk mengetahui letak plasenta
dan pemeriksaan lainnya seperti double set up. Komplikasi yang sering terjadi
pada ibu hamil dengan plasenta previa adalah terjadinya perdarahan hingga shock
dan anemia. Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah terapi pasif
untuk konservatif dan terapi aktif untuk terminasi kehamilan.

14

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, A, et all. 2008. Plasenta Previa dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Edisi ketiga. Rumah
Sakit Umum Dokter Soetomo. Surabaya. Hal : 107 -111
Cunningham GF, 1995. Perdarahan Obstetri dalam Williams Obstetri edisi 21.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. hal: 698-703
Sarwono, Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo. Jakarta. Hal 495-503
WHEC, 2009. placenta Abnormalities & Major Obstetric Hemorrhag. (online)
(http://www.womenshealthsection.com/content/obs/obs018.php3.
Weiss

ER,

2007.

placenta

previa.

(online)

(http://www.placentaprevia_emedicineclinicalreference.com.

15

16

Anda mungkin juga menyukai