Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

ABORTUS

Oleh :
ICVAN NURIADI
201410401011059

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Abortus adalah produk konsepsi yang keluar sebelum usia 20 minggu. Abortus
spontan adalah abortus yang terjadi secara spontan tanpa ada unsur kesengajaan. Abortus
disengaja (induced abortion)adalah abortus yang terjadi karena tindakan yang sengaja
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan sebelum usia20 minggu.
WHO menetapkan bahwa abortus termasukdalam masalah kesehatan reproduksi yang
perlu mendapatkan perhatian dan merupakan penyebab penderitaanwanita di seluruh dunia.
Masalah abortus mendapat perhatian penting dalam kesehatan masyarakat karenaberpengaruh
terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Setiap tahun, diperkirakan terjadi 79 juta
kehamilanyang tidak diinginkan (unintended pregnancy). Lebihdari setengah kehamilan
tersebut berakhir dengan abortus. Abortus spontan merupakan penyebab terbanyakfetal loss.
Delapan puluh persen fetal lossdisebabkanoleh abortus spontan. Sekitar 10-15% kehamilan
berakhir dengan abortus spontan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima. Sekitar
setengahnya disebabkan oleh anomali kromosom pada embrio. Pada 1995, angka abortus di
seluruh dunia adalahsekitar 35 per 1000 wanita yang berusia 15-44 tahun.
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan
bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut
pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
kematian ibu yang utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70
ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan
oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi
di negara berkembang.
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa
masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar. Suatu hal yang dapat kita tengarai,
kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara dimana aborsi
dilarang keras oleh undang-undang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abortus adalah produk konsepsi yang keluar sebelum usia 20 minggu. Abortus
spontan adalah abortus yang terjadi secara spontan tanpa ada unsur kesengajaan. Abortus
disengaja (induced abortion)adalah abortus yang terjadi karena tindakan yang sengaja
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan sebelum usia20 minggu.
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan menurut
gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu abortus yang
terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan tindakan apa-apa
sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obatobatan maupun dengan alat-alat.
Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus therapeutica
dan abortus kriminalis.Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi adalah karena tindakan
kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis).Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan - tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.

Menurut gejala klinis abortus dapat dibedakan menjadi :


a. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana
terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam kandungan.
b. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri.

c. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi
yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
d. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar
(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.
e. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.
f. Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali
berturut-turut atau lebih.
g. Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi genital.
h. Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman ataupun toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.

2.2 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
1. Genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar abortus
spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.Data ini berdasarkan pada 50%
kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik yang berupa
aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi dari
fertilas abnormal dan separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama
berupa trisomi autosom.
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum normal
oleh 2 sperma (dispermi).Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Trisomi
(30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus spontan diikuti dengan
sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa
bertahan sehingga lahir.Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal
yaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut.

Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan sitogenetik
yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu memandangkan kelainan
struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertelitas dan
faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang kehamilan.
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses impantasi dan
mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada kombinasi gen yang
abnormal dan gangguan fungsi uterus.Gangguan genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma
Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan
ikat yang bisa berakibat abortus.Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell
anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan mengakibatkan
mikroinfak pada plasenta.
2. Anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik terutamanya
abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada 27%
pasien.Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus
akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis
(10-30%).Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat dari
gangguan passage dan kontraktilitas uterus.Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus
dengan mengganggu tempat impalntasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.
Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium dapat juga
berpengaruh. Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia),
leimioma, dan endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat
mengakibatkan abortus.
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat
meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.Pada kelainan ini, dilatasi serviks
yang silent dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu.Wanita dengan serviks
inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan
memperlihatkan gejala yang minimal.Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka
kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan mengakibatkan
ekspulsi konsepsi dalam rahim.Faktor-faktor yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah
kehamilan berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan pada
dietilstilbestrol, dan abnormalitas anatomi pada serviks.

Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada metoda yang bisa
digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten namun, setelah 14-16 minggu,
USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi segmen uterus bahagian bawah dan serviks
untuk melihat pendataran dan pemendekan abnormal serviks yang sesuai dengan inkompeten
serviks.

3. Infeksi
Ada

berbagai

teori

untuk

menjelaskan

keterkaitan

infeksi

dengan

kejadian

abortus.Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan sitokin yang
berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.Infeksi janin yang bisa berakibat
kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin.Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif juga
bisa mengakibatkan abortus.Infeki virus pada kehamilan awal dapat mengakibatkan
perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV,
HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.

Beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian abortus :

Bakteri: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma urealitikum,


mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.

Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.

Parasit : Toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.

4. Imunologi

Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya adalah SLE dan
Antiphospholipid Antibodies (aPA).ApA adalah antibodi spesifik yang ditemukan pada ibu
yang menderita SLE. Peluang terjadinya pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada
SLE adalah 75%.3 Menurut penelitian, sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya
aPA yang merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.Selain
SLE, antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan
prematuritas.Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS
adalah :

Trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapiler yang

dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)


Komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa
kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian janin di mana
gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran
janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia berat,atau insufisiensi plasenta

yang berat)
Kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi pada 2

kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau sama dengan 6 minggu)
Antibodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan CT,
kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan plasma platlet normal
dan adanya perbaikan nilai tes dengan pertambahan fosfolipid)

APA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari 33% pada
perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang, ditemukan infark plasenta
yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.
5. Trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang yang
diakibatkan karena adanya
infeksi.Namun secara statistik,

perdarahan, gangguan sirkulasi maternoplasental, dan


hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan karena

trauma .
6. Nutrisi dan lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan kimia atau
radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.Faktor-faktor yang terbukti
berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok, alkohol dan kafein.

Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus euploid. Pada wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari risiko pada
wanita yang tidak merokok.Rokok mengandung ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang
mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.Karbon monoksida
juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.Meminum
alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan
anomali fetus.Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol
2 kali seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita
yang tidak minum.
Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg cafein satu hari
dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum lebih dari ini,
risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas kopi.Pada penelitian
lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus
spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol.
7. KB
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli kontrasepsi
tidak berhubungan dengan risiko abortus.Namun, jika pada kontrasepsi yang menggunakan
IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah kehamilan, risiko aborsi khususnya aborsi
septik akan meningkat dengan signifikan.
2.3 Patofisiologi
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan nekrosis
jaringan disekitar perdarahan.Jika terjadi lebih

awal, maka ovum akan tertinggal dan

mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi karena dianggap sebagai
benda asing oleh tubuh.Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi
yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus yang
tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen dipenuhi dengan
cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal.Kulit akan tertanggal di dalam
uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal.Bisa juga apabila cairan amniotik diserap,
fetus akan dikompress

dan mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus

compressus.Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga
menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous.

Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu,
vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal.Perdarahan yang banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari
aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium.
2.4 Gejala Klinis
Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.Perdarahan
pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai, dan
biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus atau jaringan.Ini
penting untuk melihat progress abortus.Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada
abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan,
berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis.Pada pemeriksaan dalam
untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba
sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari
seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak utuh lagi dan
tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.

2.5 Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian bawah
terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong dan perineum,
perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi.Gejala ini terutamanya khas pada
abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim. Selain itu, ditanyakan
adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT. Perdarahan
pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar
juga ditanya apakah berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur.
Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi
yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi traktus
genitalis harus diperhatikan.Riwayat bepergian ke tempat endemik malaria dan pengambilan
narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.

2. Pemeriksaan Fisik
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.Palpasi abdomen dapat
memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan bimanual.
Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan konsistensinya.Pada
pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan serviks dapat dinilai samaada
terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat
menonjol keluar, atau didapatkan vagina.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini :
Perdarahan
Bercak

Serviks

sedikit Tertutup

hingga sedang

Uterus
Sesuai

Gejala dan tanda


dengan Kram

usia gestasi

bawah,

Diagnosis

perut Abortus
uterus immines

lunak
Tertutup/terbuka

Lebih kecil dari Sedikit/tanpa


usia gestasi

nyeri

Abortus komplit

perut

bawah,riwayat
ekspulsi

hasil

konsepsi
Sedang sehingga Terbuka

Sesuai

dengan Kram atau nyeri Abortus insipien

masif

usia kehamilan

perut

bawah,

belum

terjadi

ekspulsi

hasil

konsepsi
Kram atau nyeri Abortus
perut

bawah, incomplit

ekspulsi
sebahagian hasil
konsepsi
Terbuka

Lunak dan lebih Mual/muntah,

Abortus mola

besar dari usia kram


gestasi

perut

bawah, sindroma
mirip PEB, tidak
ada janin, keluar
jaringan

seperti

anggur

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu bekuan,
waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi
tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.

2.6 Diagnosis banding


-

kehamilan ektopik tertanggu

perdarahan anovular pada wanita yang tidak hamil

abortus mola hidatidosa

polip endoserviks

karsinoma serviks

2.7 Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total dan pasien
dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan seksual. Jika terjadi
perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan
dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan terus berlansung, kondisi
janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain dilakukan dengan segera.

Pada perdarahan berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
harus dicurigai kehamilan ganda atau mola.
2. Abortus insipiens
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan aspirasi
vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau
Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil
konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi ditunggu,
kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam 500cc
cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap
dipantau.
3. Abortus inkomplit
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau
misoprostol 400mcg per oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi vakum tajam
hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi belum
dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral
dapat diberikan.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam 500ml
cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera
dievakuasi.
4. Abortus komplit
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat adanya
perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah penanganan tetap dibuat.
Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu
diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling
asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.
5. Abortus septik/infeksius

Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan keseimbangan


cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang mencukupi sesuai dengan hasil kultur
dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan flour yang keluar pervaginam.
Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram
ditambah gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan
dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik minimal 6 jam
setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus dilindungi
dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari
bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti
dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS
harus diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2.
Histerektomi harus dibuat secepatnya jika indikasi.
2.8 Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan.Perdarahan yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa
disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga
koagulopati.

2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien
biasanya datang dengan syok hemoragik.

3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat.Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis sewaktu dilatasi juga
boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.

4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora
normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif
enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas
vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif
enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus
infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua.Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan
infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska
abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus
aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang
dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

2.9 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren mempunyai
prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak
diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka
kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6
minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesmipulan
Abortus termasuk dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan
perhatian dan merupakan penyebab penderitaan wanita diseluruh dunia dikarenakan
berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal.
Abortus adalah produk konsepsi yang keluar sebelum usia 20 minggu. Abortus dibedakan
menadi 2 yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Dari gejala klinisnya abortus dibedan menjadi 8 yaitu abortus iminens, abortus insipiens,
abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksius dan
abortus septik.
Abortus bisa terjadi dikarenakan adanya kelainya pada genetik, struktur anatomis, ada
nya infeksi, imunologi, trauma, nutrisi dan lingkungan serta dikarenakan keluarga berencana.
Gejala yang dikeluhkan oleh pasien biasanya amenorea, sakit perut seperti kram,
perdarahan pervaginam, darah menggumpal tanpa atau adanya hasil konsepsi yang keluar.
Abortus di diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan
USG.
Abortus biasanya di diagnosis banding dengan kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, polip endoserviks, karsinoma endoserviks.

DAFTAR PUSTAKA
Aborsi

dan

Hak

Atas

Pelayanan

Kesehatan,

available

at

http:

//www.theceli.com/opik/Aborsi.htm,accessed on July 29, 2014


Abortus Incomplete. Available at http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit ,
accessed on July 29, 2014
F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics, 22 nd edition.
Mc-Graw Hill, 2005
Gaufberg F, Abortion Septic, Available at http://emedicine.medscape.com/article/795439overview ,accessed on July 29, 2014
Gaufberg

F,

Abortion

Treatened,

Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview ,accessed on July 29, 2014


Kontroversi Seputar Aborsi, available at http : //www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/
2003/gendervaw 02. htm, accessed on July 29, 2014
McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and treatment,
2009 edition, Mc Graw Hill, 2008
Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta,2006 Hal M9-M17
Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu Kandungan, edisi
2008
Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina Etaham, 2008,
ms 33-35

Anda mungkin juga menyukai