Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Flour albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan
bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu
cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi
dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang
hidup pada vagina yang normal.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh sebagai
pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut
tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret
ini non-iritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,0 - 4,5.
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai
dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat
pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada
wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya Bakteri Vaginosis
(BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina), Vulvovaginal Candidiasis
(VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh candida albicans, Trichomoniasis
(TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus
infeksi vagina.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Flour albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit,

melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan
bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu
cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi
dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang
hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya
berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada
permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel rambut,
dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh sebagai
pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut
tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret
ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,0 - 4,5. Flora
normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella,
Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan
fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus Doderlin.
Dapat dibedakan antara flour albus yang fisiologik dan yang patologik. Flour albus
fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar
bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta bakteri
normal didalam vagina, bersifat asam dan berperan penting dalam menjamin fungsi yang
optimal.
Penyebab paling penting dari flour albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali
lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan
fluor albus patologik, begitu pula pada adneksitis. Fluor albus jugaditemukan pada neoplasma
jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran
alat-alat genital.

2.2

Epidemiologi
Penelitian secara epidemiologi, flour albus patologis dapat menyerang wanita mulai

dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat
pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada
wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya Bakteri Vaginosis
(BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina), Vulvovaginal Candidiasis
(VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh candida albicans, Trichomoniasis
(TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus
infeksi vagina.
2.3

Etiologi
Flour albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah

porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
Flour albus fisiologik ditemukan pada :
a. Wanita sebelum atau setelah haid.
b. Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina
c.
d.
e.
f.

untuk menerima penetrasi pada senggama.


Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
Kehamilan
Stres, kelelahan
Pemakaian Kontrasepsi
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh :

1. Infeksi
a. Bakteri :
1. Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative Neisseria gonorrhoeae
ditemukan oleh Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokokus berbentuk biji kopi,
bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif
dengan ukuran 0,8 1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap
kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Organisme ini tidak dapat
hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35C - 37C dan pH
7.2 - 8.5 untuk pertumbuhan yang optimal.

Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit, kuman ini tidak
tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat desinfektan.
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang. Organisme ini
menyerang membran mukosa, khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra, servik
uteri, rectum, dan konjungtiva.

Bakteri N. Gonorrhoeae
Gambaran tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri
ini diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Cara penularan
penyakit ini adalah dengan senggama.
2. Chlamydia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit traukoma.
Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning seperti pus.
Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal. Dan terlihat melalui
mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan
inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.

Chlamidia trachomatis
4

Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi
clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.
3. Gardnerrella vaginalis
Gardnerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang
dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya
ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan
khas dan disebut clue cell. Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5.
Garderrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan.

Gardnerella Vaginalis
b. Jamur
1. Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah atau
seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan.
Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa).

Candida albicans

Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan jamur
ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga
biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara
pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena ping-pong.
c. Parasit
1. Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak berputarputar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop.

Trichomonas vaginalis
Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.
2. Iritasi
a.
b.
c.
d.

Kondom
Cairan antiseptik untuk mandi
Pembersih vagina
Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

3. Tumor atau jaringan abnormal lain


Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan
pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat
secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan O2 pada sel
tumor atau kanker tersebut.
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau
busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai adanya darah
yang tidak segar.
4. Benda asing

Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai
sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri
dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang
berada dalam vagina sehingga timbul flour albus.
2.4

Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa

dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai
suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret
vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina
mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan
bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis
antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik
terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi
glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina
yang rendah sampai 3,8 - 4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan
berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah
pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan
kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian
pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan
atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan
perlekatanCandida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan
jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini
bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat
immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
7

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu
mengalami proliferasi. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.
2.5

Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan

suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor
albus:
-

Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

Sekret vagina yang bertambah banyak

Rasa panas saat kencing

Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menyengat


Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium uretra

eksternum merah, edema, labia mayora dapat bengkak, merah dan nyeri tekan. Cairan yang
keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih dikenal dengan nama gonorrhea ini berwarna
putih kental/ kekuningan (mukopurulen) yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari
sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhea. Kadang-kadang kelenjar bartholini
ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui
spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.

Gambaran klinis servisitis GO


Pada infeksi clamidya biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

Gambaran klinis Clamidya


Vaginosis bacterial menyebabkan sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu
hingga kekuning-kuningan dengan bau amis dan juga memberikan gambaran vulva dan
vagina yang hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan
tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir
bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual.

Gambaran klinis Bacterial vaginosis


Pada Kandidiasis Vaginalis dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina, gatal
dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak. Pada dinding vagina
sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih yang jika diangkat meninggalkan
bekas yang agak berdarah. Sekret vagina menggumpal putih kental.

Kandidiasis VulvoVaginalis
Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak merah, sembab
dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih. Pada pria sering tanpa gejala
sehingga mereka tidak menyadari dan menularkan pada istri atau pasangannya. Kadang
terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi
berwarna merah dan dikenal sebagai Strawberry appreance. Bila sekret banyak dikeluarkan
dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna. Sekret vagina
biasanya sangat banyak, berwarna kuning kehijauan, berbusa/berbuih menyerupai air sabun
dan berbau busuk.

Trikomoniasis/Vaginitis Trikomonas
2.6

Diagnosis
Diagnosis flour albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
a. Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Wanita dewasa, flour albus yang
terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang fisiologis.
Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan
seksual dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
b. Metode kontrasepsi yang dipakai

10

Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar serviks.


Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat
menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual
Untuk mengantipasi flour albus seperti Gonorea, Kondiloma Akuminata, Herpes
Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak seksual terakhir dan dengan
siapa melakukan.
d. Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama temannya kemungknan tertular penyakit
infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh: kebiasan yang kurang
baik tukar menukar alat mandi atau handuk.
e. Sifat flour albus
Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya, keruh/jernih,
ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal
ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal tersebut dapat
diperkirakan kemungkinan etiologinya.
f. Menstruasi
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada keadaan
ini flour albus yang terjadi adalah fisiologis.
2. Pemeriksaan Fisik dan Genital
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan
dengan flour albus. Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan
genetalia yaitu meliputi:

Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna

Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks

Pemeriksaan pelvis bimanual


Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender vagina. Dan

dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
a. Pengukuran PH
Penentuan PH dengan kertas indicator (N: 3.0 - 4.5). Hasil pengukuran pH cairan vagina :
11

Pada PH vagina 7.2-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus


Pada PH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis
Pada PH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican
Pada PH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup
spesifik.
b.
Penilaian sedian basah

Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH10% dan NaCl 0.9%.
Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9%
diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH10%. Penutup objek glass ditutup
dan diperiksa di mikroskop.

Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit berbentuk

lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat.


Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora)

atau hifa semu (pseudohifa)


Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat
ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak dan banyak
sel-sel epitel yang sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini

disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
c. Perwarnaan Gram
Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra

seluler.
Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil gram
negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil,

tanpa ditemukan laktobasil.


d. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi seringkali
kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.

Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human

Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.

Tes Pap Smear


Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks, infeksi

Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil terapi. Secara
klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria
sebagai berikut, yaitu:
1. Adanya clue cell pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
12

2. Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
3. duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
4. pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
2.7 Penatalaksanaan
a. Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung,
pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini.
1. Alat pelindung
Memakai alat pelindung dapat dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup
efektif mencegah terjadinya penularan.
2. Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai
menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan pengobatan
terhadap microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis
profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman tidak terbunuh
juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian obat yang
mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada pasien menaupose
dengan gejala yang berat.
3. Pemeriksaan secara dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara berkala.
Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal menjadi
kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahim
memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2.

Setia kepada pasangan.

3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

13

4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
b.

Kuratif

Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk


menghilangkan kecemasannya.

Patologis: Terapi flour albus harus disesuaikan dengan etiologinya, antara lain:

1. Bakteri
a. Gonorhoea
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Ofloksasin 400 mg/oral
Kanamisin 2 gram im
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr IM
Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari

atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari


Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

b. Klamidia trakomatis
Ceftriakson 125 mg IM
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10

hari

c. Gardnerella vaginalis
Metronidazol 500mg, SD selama 7 hari
Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr
Metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr
2. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
14

Sistemik :

Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari


Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan


Topikal :

Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu


Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 14 hari
Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari.

3. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan

2.8

Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau


Metronidazol 2x 500 mg, 7 hr.
Kehamilan: Klotrimazole intravaginal dosis tunggal atau dosis terbagi

Prognosis
Prognosis flour albus baik karena infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat

timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang
dengan antibiotik yang sama dapat dipakai.
Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan
yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).

15

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Flour albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan
bukan merupakan darah.Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal. Akan tetapi, jika duh
tubuh yang keluar tidak seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau
keluhannya disertai dengan nyeri,kemugkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu yang
salah. Duh tubuh vagina merupakankombinasi dari cairan dan sel yang secara berkelanjutan
melewati vagina. Fungsi dari duhtubuh vagina adalah untuk membersihkan dan melindungi
vagina.
Flour albus fisiologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darahdengan
sifat yang bermacam-macam baik warna, bau, maupun jumlahnya. Flour albur fisiologis
terdapat pada rangsangan seksual sebelum dan padawaktu koitus akibat transudasi dinding

16

vagina; saat ovulasi, berasal dari sekret kelenjarserviks uteri yang menjadi lebih encer,
kehamilan, stress, saat pemakaian kontrasepsi.
Flour albus patologisdisebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit, virus, benda
asing, menopause,neoplasma/keganasan pada alat genitalia, dan erosi. Infeksi oleh bakteri
diantaranyagonokokkus, klamidia trakomatis, gardnerella vaginalis, treponema pallidum.
Flour albus patologis oleh jamur biasanya disebabkan oleh spesies kandida, cairan yang
keluar darivagina biasanya kental, berwarna putih susu, dan sering disertai rasa gatal, vagina
tampak kemerahan akibat peradangan.
Diagnosis

ditegakkan

dengan

melakukan

anamnesis,

pemeriksaan

fisik,

pemeriksaandalam serta pemeriksaan laboratorium. Yang harus diperhatikan dalam


anamnesis adalahusia, metode kontrasepsi yang dipakai, kontak seksual, perilaku, sifat fluor
albus, menanyakankepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi. Pada pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan dalam yang perlu diperhatikan adalah ciri-ciri cairan di alat reproduksi.
Wanita

tersebut

yang

akan

disesuaikan

dengan

penyebabnya.

Sedangkan

pemeriksaanlaboratorium yang perlu dilakukan adalah penentuan pH, penilaian sediaan


basah, pewarnaangram, kultur, pemeriksaan serologis, tes pap smear. Penatalaksanaan fluor
albus meliputi preventif dan kuratif. Preventif diantaranyamemakai alat pelindung,
pemakaian obat atau cara profilaksis, dan pemeriksaan dini.Sedangkan terapi kuratif harus
disesuaikan dengan etiologinya.

DAFTAR PUSTAKA
Neut C, Verriere F, Nelis H. 2015. Topcal Treathment of Infectious Vaginitis: Effects of
Antibiotic, Antifungal and Antiseptic Drugs on the Growth of Normal Vaginal Lactobacillus
Strains.
Schalkwyk J, Yudin M. 2015. Vulvovaginitis: Screening for and Management of
Trichomoniasis, Vulvovaginal Candidiasis, and Bacterial Vaginosis. JOGC
Stoppler Melissa Conrad. 2012. Pap Smear. Straus,SE. Oxman,MN. Schmader,KE. 2008.
Gonorrhea and other Venerealdiseaes. Tidy C. 2013. Vaginal discharge.
Tjitra E, Reny M, Dewi R M. Karakteristik Penderita Fluor Albus di Puskesmas Cempa
ka Putih Barat I Jakarta. Jakarta: Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen kesehatan RI.
Vaginal Discharge: Whats Normal? Whats Not?. KFL & A Public Health. An Accredited
Local Public Health Agency Affiliated With Queens University.
17

18

Anda mungkin juga menyukai