Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Kemampuan
Kemampuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar mampu, yang berarti kuasa, bisa atau sanggup melakukan sesuatu.1
Kata kemampuan mendapat awalan ke dan akhiran an yang berarti
kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.2
Melalui pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan
adalah kekuatan mental atau keterampilan seseorang dalam mengaplikasikan
segala kegiatan yang dilakukanya. Dalam hal ini kemampuan membaca siswa
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, ini berarti membaca yang benar-benar
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
Sedangkan dalam Bahasa Inggris Kemampuan disebut ability yang berarti
sebagai suatu ciri biologis yang memungkinkan seorang melakukan sesuatu yang
bersifat fisik atau mental.3 Kata kemampuan identik dengan kata ability dalam

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 1999), h. 263.
2

Umi Chalsum dan Wendy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Yoshiko
Prees 2006), h. 445.
3
Amin Wijaya Tunggal, Kamus Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h. 1.

10

bahasa Inggris yang berarti capacity or power (to do something) phisycal or


mental.4

B. Membaca Pemahaman
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya
untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti
membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh
sebab itu membaca bukan hanya sekadar melihat kumpulan huruf yang telah
membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih
dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan
lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis
dapat diterima oleh pembaca.5
Pengertian membaca secara umum dapat dibedakan pada dua macam,
yaitu membaca dalam arti sempit dan membaca dalam arti luas.
a. Membaca dalam Arti Sempit
Membaca adalah kata dasar dari baca yang berarti ucapan lafal
bahasa tulisan kebahasa lisan menurut peraturan tertentu.6 Sedangkan membaca

A.S. Hornby, Oxford Advanced Learning Dictionary of Curren English, (London:


Oxford University Press, 1974), h. 2.
5
Dr. H. Dalman, M. Pd, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013), h. 5.
6
M. sastrapadja, Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional,
1997), h. 2.

11

itu sendiri merupakan penambahan awalan me- sehingga yang berarti melihat
tulisan dengan mengerti atau dapat menuliskan apa yang tertulis.7
Dari definisi di atas, membaca dalam arti sempit tak lebih dari seorang
membaca semata-mata melisankan simbol-simbol tulisan yang dilihatnya, tanpa
tuntutan untuk memahami isi bacaan tersebut.
Berkenaan dengan pengertian membaca dalam arti sempit ini Abdul
Alim Ibrahim mengemukakan definisi sebagai berikut:
Adapun maksud membaca secara sempit dalam cakupan pengertiannya
yaitu pendefinisian mata (visual) terhadap rangkaian tulisan, baik pengertian
maupun penuturannya (tulisan tersebut).8
b. Membaca dalam Arti Luas
Seiring dengan perkembangan ilmu bahasa, maka membaca yang
merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa juga mendapat perhatian
khusus dari para ahli ilmu bahasa sehingga timbullah pengertian-pengertian baru
tentang membaca tertentu yang lebih luas dan lebih mencakup keterampilan ilmu
sendiri.
Henry Guntur Tarigan mengemukakan: membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta diperjuangkan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalaui media kata-kata atau bahasa lisan.9

Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2008), h. 8.
8
Abdul Alim Ibrahim, Al Muwajjaul Fanny Li Mudarrisil Al Lughatil Arabiyah, (Kairo,
Darul al Marif, 1986), h. 57.
9

Op. cit, Henry Guntur Tarigan, h. 7.

12

Berdasrkan defenisi diatas, dapat dipahami bahwa pengertian membaca


dalam arti luas tidaklah terbatas pada melafalkna tulisan saja tetapi yang
terpenting adalah mengerti dan memahami makna yang tersembunyi dalam
lambang-lambang yang tertulis itu, sehingga seseorang yang dapat membaca
suatau bahan bacaan atau teks dapat mempperoleh informasi yang dapat
memperkaya pengetahuannya.
Jadi dapat dirumuskan bahwa pengertian dalm arti sempit dan luas yang
titik utamanya adalah kemampuan untuk membaca atau melafalkan suku-suku
kata dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat
sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.10
Menurut Anderson, ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca, yaitu:
a. Reading for details or fact (Membaca untuk memperoleh fakta dan
perincian).
b. Reading for main ideas (Membaca untuk memperoleh ide-ide utama).
c. Reading for sequence or organization (Membaca untuk mengetahui
urutan/ susunan struktur karangan).
d. Reading for inference (Membaca untuk menyimpulkan).
e. Reading

to

classify

(Membaca

untuk

mengelompokkan/

mengklasifikasikan).
10

Op. cit, h. 9.

13

f. Reading to evaluate (Membaca untuk menilai, mengevaluasi).


g. Raeading

to

compare

or

contrast

(Membaca

untuk

memperbandingkan/mempertentangkan).11
3. Manfaat Membaca
Seseorang yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan
baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga lebih mampu
menjawab tantangan hidup masa-masa mendatang. Anak yang mengetahui
mamfaat membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan
membaca.12
Seseorang yang membaca buku bermutu, akan memiliki keunggulan
komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain itu, dengan membaca
orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Melalui bacaan, seseorang
berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya baca lebih
terarah kepada budaya intelektual daripada budaya hiburan yang dangkal. Karena
itu, para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan
maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan. Hal ini yang mendasari, mengapa
budaya baca terus-menerus dikumandangkan baik oleh pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, pendidik, agamawan, hingga orang yang
peduli pada kemajuan peradaban.
Sebagai bahan bacaan utama, buku yang bermutu menjadi sarana belajar
yang paling berpengaruh. Seperti dicatat Ensiklopedi Indonesia
11

Op. cit, Dalaman, h. 11.


Farida Rahim, Pengajaran membaca di sekolah dasar, h. 1.

12

14

Buku ialah alat komunikasi berjangka waktu panjang dan mungkin sarana
komunikasi yang paling berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan
peradaban umat manusia. Dalam buku dipusatkan dan dikumpulkan hasil
pemikira n dan pengalaman manusia daripada sarana komunikasi lainnya.
Sebagai alat pendidikan, buku berpengaruh pada anak didik daripada
sarana-sarana lainnya.13
Dalam sejarah proses tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
membaca menjadi keniscayaan. Keterampilan membaca secara kritis menjadi
modal dasar untuk menganalisis, dan mengevaluasi bahan bacaan. Dengan
membaca, pemikiran terbuka untuk melihat antarhubungan ide-ide dan
menggunakannya sebagai salah satu tujuan dari membaca.
Dengan demikian, banyak sekali manfaat yang diperoleh dari aktivitas
membaca. Manfaat tersebut sangat bernilai positif bagi penulis. Sehingga aktivitas
membaca sangat bagus untuk dilakukan.
4. Jenis Membaca
a. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan
suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang
cukup keras.14 Membaca nyaring adalah sutu aktivitas atau kegiatan yang
merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang
lain atau pendengar untuk menangkap atau memahami informasi, pikiran, dan
perasaan seorang pengarang.15

13

A. Abdurrahman, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Pradya Paramita, 1999), h. 538-539.

14

Op cit, Dalman, h. 63.

15

Op cit, Henry Guntur Tarigan, h. 23.

15

Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa membaca nyaring


adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan
ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap
informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,
sikap, ataupun pengalaman penulis.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, diantaranya adalah:
1. Menggunakan ucapan yang tepat;
2. Menggunakan frasa yang tepat;
3. Menggunakan intonasi suara yang wajar;
4. Dalam posisi sikap yang baik;
5. Menguasai tanda-tanda baca;
6. Membaca dengan terang dan jelas;
7. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif;
8. Membaca dengan tidak terbata-bata;
9. Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya;
10. Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya;
11. Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan;
12. Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.16
b. Membaca Senyap (dalam Hati)
Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa
gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan

16

Op cit, Dalman, h. 64-65.

16

yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga
kata per detik, menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati, dan dapat
menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam
bahan bacaan itu.17
Pada membaca dalm hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual
(visual memory). Dalam hal ini, yang aktif adalah mata (pandangan; penglihatan)
dan ingatan. Sedangkan pada membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan,
juga aktif auditory memory (ingatan pendengaran) dan motor memory (ingatan
yang bersangkutan paud dengan otot-otot kita).18
Membaca senyap adalah membaca yang di lakukan tanpa adanya suara
sedikitpun dari sang pembaca atau membacanya hanya cukup dalam hati saja.
Karean dengan cara membaca senyap seorang pembaca akan lebih mudah
memahami isi dari bacaan yang di bacanya karena pembaca dapat berkonsentrasi
dengan baik untuk memahami dari apa yang di bacanya.
Dari definisi tersebut dapat dikatan bahwa membaca senyap adalah
kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang
dibacanya.19

17

Ibid h. 67.

18

Op. cit, Henry Guntur Tarigan, h. 23.

19

Op. cit, Dalman, h. 6

17

Membaca dalam hati dapat dibagi atas:


1) Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif
ini meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
2) Membaca Intensif
Membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas
yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan
pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum
merupakan bagian dan teknik membaca intensif.20
Membaca intensif dibedakan menjadi dua ialah:
a) Membaca telaah isi (content study reading);
Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman,
kekritisan, serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan
bacaan.21
b) Membaca telaah bahasa (linguistic study reading).
Pada hakikatnya, segala sesuatu terlebih-lebih sesuatu yang
kongkret itu terdiri atas bentuk dan isi, atau form and meaning, atas jasmani dan
rohani. Begitu pula dengan bacaan, yang terdiri atas isi (content) dan bahasa

20

Op. cit, Henry Guntur Tarigan, h. 36-37.

21

Ibid, h. 40.

18

(language). Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah, sedangkan bahasa


sebagai yang bersifat jasmaniah.22
Perlu ditegaskan di sini bahwa istilah membaca intensif menyatakan
bahwa bukanlah hakikat keterampilan-keterampilan yang terlihat yang paling
diutamakan atau yang paling menarik perhatian kita, tetapi hasil-hasilnya; dalam
hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci
terhadap tanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas.23

5. Tahapan Membaca
a. Membaca permulaan atau Membaca Mekanik
Setiap orang yang akan belajar membaca terlebih dahulu memasuki
tahap membaca permulaan. Tahap ini merupakan tahapan awal dalam belajar
membaca. Dalam hal ini, membaca permulaan bersifat mekanis yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Membaca permulaan merupakan
suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca.
Membaca permulaan adalah tingkat awal agar orang bias membaca.24
b. Membaca Pemahaman atau membaca Lanjut
Membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada
pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara
kognitif (membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, pembaca

22

Ibid, h. 123.

23

Look. cit, Henry Guntur Tarigan, h. 37.


Op, cit. Dalman, h. 85.

24

19

dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si
pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara
membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan
menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.25

C. Keterampilan Membaca di Madrasah Ibtidaiyah (MI)


1. Pemetaan Pembelajaran Membaca MI
Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
mendasar (menyimak, berbicara, membaca, menulis). Keempat keterempilan
berbahasa tersebut juga bisa dikategorikan

dari aspek pemerolehanya, yakni

pemerolehan alami dan pemerolehan tidak alami. Berbicara dan mendengar sudah
merupakan hakikat dasar manusia, sehingga pemerolehan dan pengembangan dua
keterampilan tersebut bisa didapat melalui interaksi alamiah. Berbeda dengan
keteramplan membaca dan menulis, setiap manusia bisa memperoleh dan
mengembangkan keterampilan tersebut dengan menguasai konsep tertentu disertai
dengan latihan-latihan.26
Pembelajaran membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ditingkat
sekolah dasar bisa dibagi kedalam dua tahapan, yaitu membaca permulaan dan
lanjut. Membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan 2 sedangkan membaca lanjut
diberikan pada kelas 3, 4, 5, dan 6. Pelaksanaan membaca di kelas 1 dan 2
berisikan kegiatan-kegiatan seperti memahami isi teks pendek, membaca puisi
25

Ibid, h. 87.
Zainurrahman, Menulis: Dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme),
(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 2.
26

20

anak. Sedangkan membaca lanjut berisikan kegiatan-kegiatan seperti membaca


intensif, membaca puisi, membaca sekilas, membaca memindai.
Secara khusus pembelajaran membaca di kelas lima mengacu pada
kemampuan siswa memahami apa yang dibaca oleh mereka. Hal ini dapat dilihat
dari tujuan pembelajar yang telah ditetapkan yang termuat dalam SK-KD.
2. SK-KD Keterampilan Membaca MI Kelas 5
Aktivitas membaca dikelas lima harus sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar membaca yang telah ditetapkan. Berikut ini standar
kompetensi dan kompetensi dasar membaca dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikelas
lima, yaitu sebagai berikut:
Tabel: 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Mata Pelajran
Bahasa Indonesia SD/MI Kelas 5
Kelas/
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Semester
Membaca

5/1

Memahami teks dengan


membaca teks percakapan,
membaca cepat 75
kata/menit, dan membaca
puisi

3.1 Membaca teks percakapan dengan


lafal dan intonasi yang tepat
3.2 Menemukan gagasan utama suatu
teks yang dibaca dengan kecepatan 75
kata per menit
3.3 Membaca puisi dengan
lafal dan intonasi yang
tepat

21

Membaca

5/2

Memahami teks dengan


membaca sekilas,
membaca memindai, dan
membaca cerita anak

7.1 Membandingkan isi dua teks yang


dibaca dengan membaca sekilas
7.2 Menemukan informasi secara cepat
dari berbagai teks khusus (buku petunjuk
telepon, jadwal perjalanan, daftar
susunan acara, daftar menu, dll.) yang
dilakukan melalui membaca memindai
7.3 Menyimpulkan isi cerita
anak dalam beberapa
kalimat

D. Karekteristik Peserta Didik


Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.27 Anak-anak usia
sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang
usianya lebih muda. Mereka senang bermain, senang bergerak, senang bekerja
dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Masa usia sekolah dasar atau madarasah ibtidaiyah disebut juga masa
intelektual, karena keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan
dan pengalaman. Sifat khas anak-anak pada usia sekolah dasar menurut
Iskandarwasid dan Dadang Sunendar dalam bukunya yang berjudul Strategi
Pembelajaran Bahasa menyatakan bahwa:
1.
2.
3.
4.

Keadaan jasmani tumbuh sejalan dengan prestasi sekolah;


Sikap tunduk kepada peraturan permainan yang tradisional;
Ada kecenderungan suka memuji diri sendiri;
Suka membandingkan dirinya dengan anak yang lain, kalau hal itu
menguntungkan;

27
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2007), h. 120.

22

5.

Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya
tidak penting;
6. Pada masa ini anak menghendaki nilai yang baik tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
7. Minat kepada kehidupan praktis sehari-hari;
8. Realistis dan ingin tahu;
9. Menjelang akhir-akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal mata
pelajaran khusus;
10. Sampai kira-kira umur 11 tahun, anak membutuhkan pengajar atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya;
11. Setelah umur 11 tahun umumnya anak-anak berusaha menyelesaikan
tugasnya sendiri.28
Menurut Teale dan Salzby dalam jurnal pendidikan Al-adzka vol. 1 No. 02
yang ditulis Nor Alfu Laila menggambarkan tentang karekteristik siswa sekolah
dasar sebagai literacy learners dengan beberapa karekteristik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Siswa mulai membaca dan menulis diawal kehidupan mereka;


Siswa mempunyai fungsi literal membaca dan menulis melalui
pengamatan dan praktek dalam kehidupan nyata;
Kemampuan membaca dan menulis siswa berkembang secara bersamaan
dan saling berhubungan melalui pengalaman membaca dan menulis;
Siswa belajar dengan berperan aktif dalam materi literal, dengan
membentuk pemahaman terhadap bacaan dan tulisan. Namun hal tersebut
dapat dilakukan dengan bantuan orang tua atau dengan seseorang yang
sudah mampu.29
Berdasarkan pendapat di atas, siswa sebagai pembelajar bahasa ternyata

memeliki karekteristik tertentu. Siswa sekolah dasar sebagai pembelajar bahasa


berbeda dengan orang dewasa dan tidak bisa disamakan. Oleh karena itu,
Karekteristik ini perlu diketahui karena dengan mengetahui karekteristik siswa
tentunya akan memudahkan khususnya bagi pengajar bahasa untuk anak- anak.

28
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. ke-2, h. 141.
29
Nor Alfu Laila, Efektifitas Pendekatan CTL Dalam Meningkatkan Hasil Membaca
Pemahaman Siswa Kelas V SD, dalam Jurnal Al-Adzka, (Banjarmasin: Jurasan PGMI), Vol. 1, No
02, Juli 2011, h. 113

23

E. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar


1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar
Ditinjau dari perkembangan kognitif, Menurut Piaget perkembangan
kognisi anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
Tahap pertama, tahap sensorimotorik mulai bayi lahir hingga usia 2
tahun. Pada tahapan ini bayi membagun pemahaman mengenai dunia
dengan mengkordinasikan pengalaman sensoris dengan tindakan fisik.
Tahapan kedua, tahap praoperasional berlangsung sekitar usia 2
hingga7 tahun. Pada tahapan ini, anak mulai menjelaskan dunia dengan
kata-kata dan gambar. Tahap ketiga, tahap operasional kongkrit,
berlangsung antara usia 711 tahun. Pada tahapan ini anak dapat
menalar secara logis mengenai kejadian kongkrit dan menggabungkan
benda kedalam kelompok yang berbeda-beda. Tahap keempat, tahap
operasional formal, antara umur 11 tahundewasa. Pada tahapan ini
remaja melakukan penalaran dengan cara yang lebih abstrak, idealis,
dan logis.30

Berdasarkan pendapat Piaget ini, anak sekolah dasar berada pada


tahapan operasional kongkret karena rata-rata usia anak yang berada
disekolah dasar berkisar antara usia 712 tahun.

F. Karekteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI


1. Latar Belakang Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta

didik
30

mengenal

dirinya,

budayanya,

Jhon W. Santrock, Child Development


Erlangga, 2007), Edisi ke-11, Jilid 1, h. 49.

dan

budaya

orang

lain,

Eleventh Edition, Terjemahan, (Jakarta:

24

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang


menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran

Bahasa

Indonesia

diarahkan

untuk

meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan


baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra
Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk
memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan

standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini

diharapkan:
a. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual
bangsa sendiri;
b. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa
dan sumber belajar;
c. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah
25

dan kemampuan peserta didiknya;


d. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
e. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar
yang tersedia;
f. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis;
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara;
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan;
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa;
26

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah


budaya dan intelektual manusia Indonesia.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia MI
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: a) mendengarkan; b) berbicara; c) membaca; d) menulis. Pada
akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya
sembilan buku sastra dan nonsastra.31
4. Nilai Penting Bahasa Indonesia Bagi Siswa MI
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik
Indonesia. Kedudukan bahasa Indonesia sangat penting. Bahasa Indonesia
menduduki tempat yang terkemuka diantara beratus-ratus bahasa nusantara yang
masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu. Hal ini terutama
berkaitan dengan Sumpah Pemuda 1928. Selain itu, penting tidaknya suatu bahasa
dapat didasari juga dengan ketentuan seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan
peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya.
Dengan begitu, Bahasa Indonesia sangat penting dipelajari anak-anak
sekolah dasar antara lain:
a. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan lingkungan,
b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak,
c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak,
31

Isah Cahyadi, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam


Depag RI, 2009), Cet. ke-1, h. 18-20.

27

d. Sebagai dasar untuk mempelajari berbagai ilmu dan tingkatan


pendidikan selanjutnya.
Belajar Bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat
mengakses berbagai informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk itu,
kemahiran berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis harus
benar-benar dimiliki dan ditingkatkan dalam pembelajaran. Berdasarkan hal
tersebut, posisi Bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama
bagi pembelajara Bahasa Indonesia. Hal ini terutama bagi pembelajar Bahasa
Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kaidah Bahasa Indonesia. Selain
itu, Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana komunikasi, buku-buku
pengetahuan, surat kabar, iklan, persuratan, percakapan sehari-hari, radio, televisi,
pidato dan sebagainya menggunakan Bahasa Indonesia. 32

32

Ibid,. h. 42.

28

Anda mungkin juga menyukai