Anda di halaman 1dari 19

Tugas Akhir Semester

Rangkuman Buku Materi Perkuliahan


Pembelajaran IPS SD

Disusun Oleh:
Arum Maulidiyah
A 401 13 036
Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. Juraid Abd. Latif, M.Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR


1.

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)


A. Konsep dan Rasional Social Studies Secara Umum
Menurut National Coucil for the Social Studies (NCSS) sejak pertemuan

pertama pada tanggal 20-30 November 1935 sampai sekarang menyepakati bahwa
konsep social studies secara umum adalah Social science as the core of the
Curriculum.
Social studies adalah ilmu-ilmu social yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan. Pengertian ini kemudian dibakukan dalam The United States of
Educations Standard Terminology for Curriculum and Instruction (Darr dkk.,
1997:2) sebagai berikut:
The social studies comparised of those aspect of
history, economics, political, science, sociology,
anthropology, psychology, geography, and philosophy
which in practice are selected for purposes in school
and colleges.
Maksudnya, bahwa social studies berisikan aspek-aspek ilmu sejarah,
ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi dan filsafat yang
dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan di perguruan tinggi. Dalam
pengertian tersebut terkandung tiga hal, diantaranya: 1) Social studies merupakan
disiplin dari ilu-ilmu sosial dan menurut Welton dan Mallan (1988:4) sebagai on
offsprings of the social sciences; 2) disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi
tujuan pendidikan/pembelajaran baik pada tingkat persekolahan maupun tingkat
perguruan tinggi; 3) oleh karenanya aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu
sosial perlu diseleksi sesuai dengan tujuan tersebut.
Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi
baru social studies, NCSS (1994) menggariskan harl-hal sebagai berikut: 1)
program social studies mempunyai tujuan pokok the promotion of civics
competence which is the knowledge, skill, and attitudes required of students to be
able to assume the office of citizen in our democratic republic (NCSS, 1994:3); 2)
program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan, mulai dari

pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan pendidikan menengah, ditandai


oleh keterpaduan knowledge, skill and attitudes within and across disciplines
(NCSS, 1994:3); 3) program social studies dititik beratkan pada upaya membantu
siswa dalam construct a knowledge base and attitudes drawn from academic
discipline as specialized ways of viewing reality (NCSS, 1994:4); 4) program
pengetahuan dari social studies mencerminkan the changing nature of
knowledge, fostering entirely new and highly integrated approaches to resolving
issues of significance to humanity (NCSS, 1994:5).
B. Paradigma Pendidikan IPS Indonesia
Pembahasan tentang pendidikan IPS tidak bisa dilepaskan dari interaksi
fungsional perkembangan masyarakat Indonesia dengan sistem dan praktis
pendidikannya.

Interaksi

perkembangan

masyarakat

fungsional

yang

mengimplikasi

dimaksud
terhadap

adalah
tubuh

bagaimana
pengetahuan

Pendidikan IPS, dan sebaliknya bagaimana tubuh pengetahuan pendidikan IPS


turut memfasilitasi perkembangan aktor sosial dan wargaanegara yang cerdas dan
baik, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi yang bermakna terhadap
perkembangan masyarakat Indonesia.
Dalam mengkaji perubahan dalam masyarakat, perlu diawali dengan
postulat yang telah diterima secara umum, bahwa dalam kehidupan ini perubahan
merupakan keniscayaan karena tidak ada yang tetap kecuali perubahan.
Perubahan merupakan bagian yang melekat dalam kehidupan manusia dan niscaya
terjadi secara terus menerus. Proses perubahan yang dimaksud adalah berbagai
aspekperubahan yang berkaitan erat langsung atau tak langsung dengan
pemikiran, sikap, dan tindakan manusia Indonesia.
Pendidikan IPS dalam kehidupan masyarakat bangsa negara Indonesia
yang sedang dalam proses pertumbuhan dengan segala krisis yang dialaminya,
menunjukkan suatu bidang permasalahan yang bersifat utuh, menyeluruh dan
multi-dimensional. Oleh karena itu, pendekatan yang perlu digunakan dalam
pengkajian pendidikan IPS Indonesia adalah pendekatan holistik, yang menurut
Capra (1998) disebut sebagai pendekatan kearifan intuisi dan bersifat ekologis
C. Paradigma Pendidikan IPS Dalam Konteks Indonesia

Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak


dipengaruhi oleh pemikiran social studies di Amerika serikat yang dianggap
sebagai salah satu negara yang memiliki pengalaman panjang dan reputasi
akademis yang signifikan dalam bidang itu. Reputasi tersebut tampak dalam
perkembangan pemikiran mengenai bidang itu seperti dapat disimak dari berbagai
karya akademis yang antara lain dipublikasikan oleh National Coucil for the
Social Studies (NCSS) sejak pertemuan organisasi tersebut untuk pertama kalinya
tanggal 28-30 November 1935 sampai sekarang.
Istilah Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) pertama kalinya muncul dalam
Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo.
Ada tiga istilah yang muncul dan digunakan secara bertukar pakai, yakni
Pengetahuan Sosial, studi sosial dan pengetahuan sosial yang diartikan sebagai
suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah
sosial itu dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian para siswa akan dapat
menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari. Pada saat itu, konsep
IPS belum masuk ke dalam kurikulum sekolah, tetapi baru dallam wacana
akademis yang muncul dalam seminar tersebut.
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan
terjadi pada taun 1971-1973, yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP)IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP
digunakan istilah Pendidikan Kewarganegaraan/Studi Sosial sebagai mata
pelajaran sosial terpadu.
Sedangkan dalam kurikulum Sekolah Menengah 4 tahun, digunakan tiga
istilah yakni 1) Studi Sosial sebagai mata pelajaran inti untuk semua siswa dan
sebagai benderauntuk kelompok mata pelajarn sosial yang terdiri atas geografi,
sejarah, dan ekonomisebagai mata pelajaran major pada jurusan IPS; 2)
Pendidikan Kewargaan Negara sebagai mata pelajaran inti bagi semua jurusan;
dan 3) Civic dan Hukum sebagai mata pelajaran major pada jurusan IPS.
Perkembangan Social Studies secara umum dan pendidikan IPS di
Indonesia sampai saat ini maka perlu ada reorientasi pendidikan IPS sebagai
berikut:

Menegaskan kembali visi pendidikan IPS sebagai program


pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan individu
siswa sebagai actor social yang mampu mengambil keputusan
yang bernalar dan sebagai warga negara yang cerdas, memiliki
komitmen, bertanggung jawabdan partisipatif.
Menegaskan kembali misi pendidikan IPS untuk memanfaatkan
konsep, prinsip dan metode ilmu-ilmu sosial dan bidang keilmuan
lain untuk mengembangkan karakter aktor sosial dan warga negara
Indonesia yang cerdas dan baik.
Memantapkan kembali tradisi pendidikan IPS sebagai pendidikan
kewarganegaraan

yang

Kewarganegaraan

dan

diwadahi
sebagai

oleh

mata

pendidikan

pelajaran

sosial

yang

diwadahioleh mata pelajaran PIPS terpadu dari mata pelajaran


ILPS terpisah.
Menata kembali sarana programatik pendidikan IPS untuk berbagai
jenjang pendidikan (Kurikulum satuan pembelajaran dan lainnya)
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan IPS.
Menata kembali sistem pengadaan dan penyegaran guru pendidikan
IPS sehingga dapat dihasilkan calon guru dan guru pendidikan IPS
yang profesional.
2.

PERUBAHAN SOSIAL
A. Perilaku Sosial
Perilaku sifatnya individual yang erat kaitannya dengan kepribadian, yang

etrbentuk sepanjang hidup melalui proses sosialisasi. Sosialissasi adalah proses


belajar yang dilakukan oleh seseorang semenjak masa kanak-kanak hingga masa
tuanya, mengenai pola-pola tindakan dalam berinteraksi dengan segala ragam
individu yang ada disekelilingnya.
Salah ssatu predikat yang melekat pada diri manusia addalah ssebagai
makhluk sosial (Homo Socius), saling membutuhkan dan saling bergantung satu
sama lain. Oleh karena itu, stiap orang memiliki dorongan dan keinginan untuk
bergaul dalam rangka memeuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam menjalin hubungan tersebut akan

terjadi saling menghormati dan saling mempengaruhi, yang akan menumbuhkan


suatu perasaan saling membutuhkan sehingga mendorong setiap orang untuk
berperilaku sosial. Perilaku sosial berhubungan dengan tindakan dan interaksi
sosial.
B. Tindakan Sosial
Menurut Max Weber seorang sosiolog Jerman, tindakan sosial dimulai dari
tindakan atau perilaku seseorang dengan perilaku orang lain, yang dapat dipahami
secara subyektifitas (oleh si pelaku) dan diorientasikan pada tujuan tertentu.
Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya mempunyai ati
subyektif bagi dirinya yang diarahkan pada tindakan orang lain.
Terdapat lima cciri pokok tindakan sosial, yakni:
Tindakan seseorang merupakan cerminan dari keinginannya yang
dinyatakan dalam bentuk suatu tindakan nyata sehingga dari
tindakannya tersebut memiliki makna bagi dirinya, yang belum tentu
memiliki makna bagi orang lain.
Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat
subyektif.
Tindakan yang berpengaruh positif.
Tindakan sosial diarahkan pada orang lain untuk mendapat respons.
Tindakan merupakan respon terhadap perilaku orang lain.
Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu:
1. Rasionalisasi instrumental
2. Rasionalitas yang berorientasi nilai
3. Tindakan afektif
4. Tindakan tradisional
C. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah kunci atau syarat utama dari semua kehidupan
sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama-sama.
Untuk terjadinya interaksi sosial, harus terpenuhi syarat yakni adanya kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat melalui kontak primer yaitu bertemu
secara langsung dengan berhadapan muka (face to face) dan kontak sekunder atau
kontak secara tidak langsung yaitu melalui perantara, seperti telepon, surat, dan
media massa. Dengan demikian interaksi sosial dapat berlangsung antara:
1. Individu dengan individu
2. Individu dengan elompok atau kelompok dengan individu

3. Kelompok dengan kelompok


Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pelaku lebih dari satu orang atau satu kelompok
2. Adanya komunikasi diantara pelaku
3. Adanya tujuan, mungkin sama atau tidak sama antar pelaku
D. Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial terbagi dua yakni bentuk interaksi sosial yang
bersifat asosiatif, yaitu kerja sama (co-operation) dan akomodasi (accomodation),
dan bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif adalah persaingan
(competition), kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
E. Perubahan Sosial
Perubahan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Setiap masyarakat mengalami perubahan oleh karena itu tidak ada
suatu masyarakat pun yang berhenti berkembang.
2. Peubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan akan
diikuti dengan perubahan pada lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disintegrasi yang
bersifat sementara, yang kemudian diikuti dengan proses reorganisasi
untuk memantapkan kaidah yang baru.
4. Perubahan sosial terjadi pada aspek materil maupun immaterial.
Faktor penyebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat
adalah:
1. Perubahan komposisi penduduk
2. Penemuan baru
3. Konflik sosial
4. Pemberontakan
Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu:
1. Perubahan sosial yang lambat dan perubahan sosial yang cepat
2. Perubahan kecil dan perubahan besar
3. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan
F. Konflik Sosial
Secara antropologis, konflik sosial disebabkan oleh dua faktor kondisional
yakni kondisi primer dan kondisi sekunder.
3.

LINGKUNGAN HIDUP
A. Saling Ketergantungan antara Manusia dan Lingkungan
a. Manusia dan Lingkungan Hidup

Sejak masa prasejarah nenek moyang kita sudah mampu berpikir


sebagaimana umat manusia saat ini, yang dikenal dengan nama Homo
Sapiens, yaitu penduduk yang mempunyai kemampuan merefleksikan
bagaimana dunia sekelilingnya mempengaruhi kehidupannya dalam
sehari-hari. Mereka mencoba untuk menyembah roh, hantu, atau dewadewa yang mengontrol kekuatan alam. Seseorang akan berpikir bahwa
ilmu pengetahuan akan mampu menjelaskan secara rinci suatu pandangan
tentang hubungan timbal balik antara manusia dan alam, tetapi dalam
kenyataannya tidaklah demikianmudah untuk dipahami.
Beberapa ahli pengetahuan alam menyatakan bahwa teknik-teknik
baru yang digunakan oleh manusia mampu mengontrol alam serta
meningkatkan kesejahteraan umat manusia dimasa mendatang. Sebaliknya
ahli lain berpendapat bahwa kita masih sangat terikat dari campur tangan
manusia yang tidak arif dalam mengelola lingkungan mengakibatkan erosi
tanah, penipisan lapisan tanah, kelangkaan mineral, polusi udara, air, dan
tanah yang tidak terkontrol akan menimbulkan kemerosotan lingkungan
dimasa mendatang.
b.

Masyarakat dan Kebudayaan


Suatu masyarakat adalah suatu organisasi kelompok manusia

secara individu memiliki suatu kebudayaan tersendiri. Secara sederhana


kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan pandangan hidup
suatu penduduk. Isi dari setiap kebudayaan terdiri dari sistem kepercayaan
(ideologi), lembaga sosial (organisasi), keterampilan industri dan peralatan
(teknologi), dan barang-barang yang dimiliki (sumber daya).
c.

Konsep Kebudayaan dalam Geografi


Jean Bodin (1530-1596) menunjukkan bahwa perbedaan utama

diantara penduduk di dunia adalah disebabkan adanya tiga jalur musim.


Zona utara adalah dingin yang menyebabkan keadaan fisik penduduk kuat,
tegap, tetapi tipe mentalnya lambat, cenderung mempunyai pemerintahan
yang lebih demokratis. Zona musim panas yang terletak disebelah
selatannya menyebabkan penduduk malas, pintar tetapi politiknya pasif,

dengan demikian mereka lebih cocok hidup di bawah penjajahan. Diantara


keduanya terdapat zone yang hangat secara kondisi alam mereka mendapat
keuntungan baik dari segi keunggulan inteligensia dan dalam hal indstri,
serta didukung adanya pemerintahan kerajaan yang stabil.
d.

Enviromentalism
Dalam geografi ada suatu pendekatan yang dikenal dengan

enviromentalism, yang berperan penting dalam difusi dan akulturasi


kebudayaan. Paham ini meletakkan pondasi yang terpenting dalam
pandangannya bahwa aktivitas manusia kondisinya sedemikian kuat atau
dipengaruhi

oleh

lingkungan

hidup.

Doktrin

ini

sangat

nyata

diformulasikan pertama kali dalam buku yang berjudul Air, Water,


Places yang ditulis dari Hippocrates. Hasil karya penulis abad ke-19
seperti Montesquieu (The Spirit of Law, 1784), Buffon (Natural History of
Man, 1749), dan Voltaire (Essay on Customs and The Spirit of Nation,
1756), menyatakan bahwa keadaan lingkungan alam berpengaruh pada
manusia.
B. Dampak Perubahan Lingkungan Terhadap Kehidupan Manusia
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat,
pertumbuhan ekonomi di berbagai negara mengakibatkan beragai pemborosan
sumber daya alam yang berakibat kemerosotan kualitas lingkungan. Akibatnya
adalah adanya baya yang seharusnya dipikul oleh suatu kegiatan tertentu
ditumpahkan pada pihak lain yang tidak mengambil keuntungan sedikit pun tetapi
hanya menerima dampak negatifnya saja, seperti pembangunan kimia, otomotif,
tekstil, dan sebagiannya dan lingkungan yang merupakan milik umum. Pada saat
ini terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan sudah menjangkau ke berbagai
segi kehidupan. Sebagai contohnya antara lain: adalah terjadinya mutasi gen
manusia terselubung, hujan asam, dampak rumah kaca, penipisan lapisan ozon
yang terus meningkat
C. Pengelolaan Lingkungan
a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
AMDAL (Analisis mengenai dampak Lingkungan) merupakan
telahan secara cermat dan mendalam tentang tampak penting dari suatu

usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup (PPRI


No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL) dimana hasilnya sangat
berkepentingan dan diperlukan dalam suatu proses pengambilan keputusan
(PP No. 51/1993). Analisis Dampak Lingkungan dari suatu proyek yang
meliputi pekerjaan evaluasi dan pandangan dampak proyek dan
bergunanya, prosesnya maupun sistem dari proyek terhadap lingkungan
yang berlanjut ke lingkungan hidup manusia.
b.

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)


UKL merupakan perangkat preventif dalam pencegahan dan

penaggulangan dampak lingkungan yang merupakan dokumen yang dibuat


pada fase perencanaan suatu kegiatan pembangunan/proyek, sebagai
kelengkapan dalam memperole perizinnan. UKL dibuat untuk proyekproyek pembangunan yang secara potensial menimbulkan dampak
lingkungan atau proyek-proyek yang dampak penting sudah dapat diatasi
dengan teknologi yang ada, serta skala kegiatannya kecil dan tidak
kompleks. UKL dapat dilaksanakan jika kegiatan yang direncanakan tidak
menimbulkan dampak penting, sedangkan penentuan ada atau tidaknya
dampak penting ditentukan dengan mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 39 Tahun 1996, yang merupakan daftar kegiatan
yang wajib AMDAL. Selain itu, ada perangkat pengelolaan lingkungan
yang

bersifat

sukarela,

adalah

Sistem

Pengelolan

Lingkungan

(Enviromental Managemen System), Audit Lingkungan yang dituangka


dalam suatu keputusan menteri (KEPMENLH No. 42/1994), Ekolabel,
Analisa Daur Hidro Produk, ISO 1400, dan Valuasi Lingkungan.
c.

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan, baik

yang direncanakan maupun diluar rencana, tidak akan menurunkan atau


menghapus kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan kita
pada tingkat kualitas hidup yang tinggi untuk mencapai tujuan ini hasil
analisis

mengenai

dampak

lingkungan

haruslah

berupa

rencana

pengelolaan lingkungan, rencana tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu

rencana penanganan dampak dan rencana pemantauan dampak. Tujuan


dari rencana penanganan ini adalah untuk memperbesar dampak positif
dan memperkecil dampak negatif dari proyek pembangunan.
4.

INDIVIDU DAN MASYARAKAT


A. Individu dan Kelompok Sosial
a. Individu sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri
dari hubungan sesama manusia lain dalam menjalani kehidupannya.
Manusia merupakan individu yang membutuhkan individu lainnya untuk
dapat bertahan dan melangsungkan kehidupannya. Naluri manusia untuk
selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai gregariousness, yang
mempunyai arti naluri untuk senantiasa hidup bersama. Sebagai akibat dari
hubungan-hubungan yang terjadi diantara individu-individu (manusia) ini,
maka lahirlah kelompok-kelompok sosial yang dilandasi kesamaankesamaan kepentingan bersama, dimulai dari kelompok sosial terkecil,
yaitu keluarga, masyarakat hingga suatu bangsa.
b.

Kelompok Sosial
Soekanto (1982: 111) mengemukakan persyaratan untuk menjadi

kelompok sosial sebagai berikut:


1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia
merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan;
2. Adanya hubungan timbal balik antar anggota yang satu dengan
yang lainnya dalam kelompok itu;
3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota
kelompok yang bersangkutan yang merupakan unsur pengikat
atau pemersatu. Faktor tersebut dapat berupa nasib yang sama,
kepentingan bersama, tujuan yang sama, ataupun ideologi yang
sama;
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
c.

Macam-macam Kelompok Sosial


Mac Iver dan Page (1957:124) menggolongkan kelompok sosial

dalam beberapa sudut pandang dengan berdasarkan pada berbagai kriteria.


Ukuran lain dalam klasifikasi kelompok sosial adalah berdasarkan derajat

interaksi sosial pada kelompok yang bersangkutan. Dalam pendekatan ini


sosiolog mendasarkan pengelompokannya pada derajat saling kenal
mengenal pada anggota-anggotanya. Contoh: keluarga, Rukun Tetangga
(RT), desa, kota, koperasi, dan negara.
d.

Individu dan Pelapisan Sosial


Individu sebagai anggota masyarakat akan merasa dirinya sesuai

dengan lapisan sosial tertentu. Max Weber mengemukakan bahwa


ketidakmerataan sosial terdapat pada tiga komponen kehidupan, yaitu:
kemakmuran, prestise, dan kekuasaan. Ketidakmerataan ini menghasilkan
pelapisan sosial. Sistem pelapisan sosial dapat digambarkan dalam bentuk
piramida seperti dibawah ini.
Lapisan sosial tinggi
Lapisan sosial menengah
Lapisan sosial
rendah
Teori tentang pelapisan sosial salah satunya adalah teori
fungsionalis yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Emile menyatakan
bahwa setiap masyarakat memandang aktifitas yang satu lebih penting
daripada yang lainnya. Tinggi rendahnya kedudukan (lapisan sosial)
seseorang dilihat dari kepentingan pandangannya itu. Selain itu Durkheim
memandang bakat dapat menimbulkan ketidakmerataan. Orang yang
berbakat biasanya lebih berhasil dalam melakukan pekerjaan atau tugasnya
dibanding orang yang tidak berbakat. Sumber sosial ini (bakat) dapat
menempatkan seseorang pada lapisan tinggi atau menengah atau rendah.
Karakteristik pelapisan sosial menurut Robin Williams diantaranya:
1. Sistem pelapisan sosial mungkin berpokok pada sistem perbedaan
atau pertentangan dalam masyarakat;
2. Pelapisan sosial dapat diamati dalam pengertian berikut:

a. Distribusi hak-hak istimewa:

penghasilan, kekayaan,

wewenang dan sebagainya;


b. Sistem hierarki yang disusun oleh masyarakat itu sendiri.
3. Kriteria sistem pertentangan, misalnya kualitas pribadi, milik,
keanggotaan dalam kelompok kekerabatan tertentu, kekuasaan dan
wewenang;
4. Lambang kedudukan/jabatan, misalnya gaya hidup, rumah,
organisasi/perkumpulan

yang

diikuti,

atribut,

pakaian

dan

sebagainya;
5. Mudah tidaknya mobilitas sosial;
6. Solidaritas (individu/kelompok).
Kedudukan adalah tempat seseorang dalam suatu pola tertentu.
Kedudukan dapat dibedakan menjadi dua macam yakni: (1) ascribed
status atau status yang dikaitkan atau status yang dimiliki sejak lahir,
status ini hanya dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial
tertutup, misalnya pada masyarakat yang feodalistis dan yang rasialis. (2)
achieved status atau status yang dimiliki oleh seseorang karena hasil
usahanya yang disengaja, bukan karena kelahiran, status ini bersifat
terbuka bagi siapapun dan sangat bergantung pada hasil usaha individu
yang bersangkutan.
Peranan merupakan aspek dinamis dari status. Seseorang yang
menduduki jabatan tertentu, diharapkan masyarakat atau kelompoknya
melaksanakan tindakan dituntut atau yang sesuai dengan kedudukannya
itu.
Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial. Gerak
memungkinkan seseorang pindah dari kedudukan yang sekarang ke
kedudukan yang lain. Ada dua tipe gerak sosial yakni gerak sosial vertikal
dan gerak sosial horizontal.
B. Kelembagaan (Social Intitution)
a. Pengertian dan Fungsi
Soekanto (1982: 191) memberi definisi bahwa lembaga masyarakat
adalah suatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian yang abstrak
perihal norma-norma dan peratuan-peraturan tertentu yang menjadi ciri

lembaga tersebut. Lebih lanjut, Soekanto menyatakan bahwa lembaga


masyarakat mempunyai fungsi-fungsi berikut:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang
bagaimana bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi
masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang berkaitan
dengan kebutuhan yang bersangkutan;
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan;
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan
sistem pengendalian sosial, yaitu sistm pengawasan dari
masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.
b.

Bagaimana Lembaga Kemasyarakatan Terbentuk


Lembaga-lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui suatu proses

yang disebut sebagai institunalisasi, atau kelembagaan nilai-nilai yang


dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam masyarakat.
Nilai-nilai yang mengatur tersebut dikenal dengan istilah norma, yang
mempunyai kekuatan mengikat dengan kekuatan yang berbeda-beda.
Dengan adanya norma dalam masyarakat diharapkan agar tingkah laku
manusia akan berjalan sesuai dengan petunjuk hidup dalam masyarakat
yang bersangkutan. Kekuatan mengikat dari norma dapat dibedakan atas:
1. Cara (Usage)
2. Kebiasaan (Folkways)
3. Tata kelakuan (Mores)
c.

Ciri Lembaga Masyarakat


Suatu lembaga kemasyarakatan memiliki ciri-ciri diantaranya:
1. Mempunyai tujuan tertentu;
2. Untuk mencapai tujuan diatas memiliki alat perlengkapan;
3. Memiliki lambang-lambang tertentu dalam bentuk tulisan atau
slogan;
4. Memiliki tradisi lisan atau tertulis yang diwajibkan dalam bentuk
adat istiadat, norma, tata tertib atau hukum.
d.

Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan


1. Berdasarkan perkembangannya
a. Crescive institutions, yaitu lembaga paling primer yang
tumbuh secara tak disengaja di dalam masyarakat, misalnya
hak pilih, sistem perkawinan, dan lain-lain.

b. Enacted institutions, yaitu lembaga yang dibentuk untuk


tujuan tertentu seperti lembaga perdagangan, lembaga
pendidikan, lembaga perbankan, dan lain-lain.
2. Berdasarkan sistem nilai
a. Basic institutions, yaitu lembaga yang

didirikan

untukmemelihara dan mempertahankan tata tertib dalam


masyarakat, misalnya keluarga, sekolah dan lain-lain.
b. Subsidiary institutions, yaitu lembaga yang dianggap
kurang penting seperti lembaga rekreasi atau lembaga
hiburan.
3. Berdasarkan penerimaan masyarakat
a. Social sanctioned institutions, yaitu lembaga yang diakui
dan diterima masyarakat seperti lembaga keagamaan dan
lembaga pendidikan.
b. Unsanctioned institutions, yaitu lembaga yang berupa
kelompok yang tidak diterima masyarakat, misalnya
kelompok penjahat atau pemeras.
4. Berdasarkan penyebarannya
a. General institutions, yaitu lembaga yang dikenal secara luas
penyebarannya dan berlaku dimana-mana, misalnya agama
islam, kristen, hindu, dan lain-lain.
b. Restricted institutions, yaitu lembaga yang hanya dikenal
oleh masyarakat khusus dan berlaku di daerah tertentu,
misalnya sekte agama tertentu.
5. Berdasarkan fungsinya
a. Operative institutions, yaitu lembaga yang menghimpun
pola atau cara untuk mencapai tujuan. Misalnya, lembaga
industrialisasi atau lembaga perdagangan.
b. Regulative institutions, yaitu lembaga yang bertujuan
mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak
menjadi bagian mutlak dari lembaga itu sendiri. Misalnya,
lebaga hukum yang terdiri dari lembaga kepolisian,
lembaga kejaksaan dan lembaga pengadilan.
5.

PEMBELAJARAN PERUBAHAN DAN KEBUDAYAAN


A. Pembelajaran Konsep Perubahan

Bentuk-bentuk perubahan sosial dan prubahan kebudayaan antara lain:


a. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi
secara cepat; perubahan yang lambat disbut evolusi dan peubahan
secara cepat disebut revolusi.
b. Perubahan-perubahan yang menimbulkan pengaruh yang kecil dan
perubahan-perubahan yang menimbulkan pengaruh yang besar;
perubahan yang pengaruhnya kecil secara tidak langsung terasa
sedangkan perubahan yang besar merupakan pengaruh yang
langsung dirasakan seperti adanya industrialisasi.
c. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan
dan perubahan yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak
dikehendaki; perubahan yang dikehendaki disebut intended change
yakni perubahan yang mengalami perencanaan, sedangkan
perubahan yang tidak dikehendaki disebut unintended change
yakni perubahan yang terjadi karena pengaruh luar seperti bencana
alam.
B. Pembelajaran Konsep Kebudayaan
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Kemudian yangbmenjadi
unsur universal kebudayaan antara lain:
1. Bahasa (lisan dan tulisan)
2. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau sistem
3.
4.
5.
6.
7.
6.

teknologi
Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi
Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial atau sistem sosial
Sistem pengetahuan
Sistem religi
Sistem kesenian

EKONOMI
A. Produksi
Produksi adalah upaya menciptakan barang dan jasa sebagai suatu proses

ekonomi. Produksi adalah setiap tindakan yang ditujukan untuk menciptakan atau
menambah nilai guna suatu barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Nilai barang dan jasa dibedakan dalam: nilai subjektif dan nilai objektif. Faktor

produksi antara lain: tanah atau sumber daya alam, capital atau modal, tenaga
kerja, kewirausahaan (entrepeneurship ability).
B. Distribusi dan Konsumsi
Distribusi sama dengan pemasaran. Distribusi bersinonim dengan
pembagian, pengiriman, penyebaran, dan penyaluran. Distribusi melibatkan
pedagang perantara, saluran komunikasi, seleksi pedagang perantara, persediaan
barang, dan lokasi atau pusat-pusat distribusi.
Konsumsi biasanya memiliki subjek berupa konsumen karena adanya
kebutuhan. Prinsip utama ekonomi adalah karena adanya kebutuhan manusia. Ada
tiga jenis kebutuhan manusia, yakni: kebutuhan biologis, kebutuhan kebudayaan,
dan kebutuhan lain-lain menurut perorangan.
C. Ekonomi Kerakyatan
Ekonomi kerakyatan juga biasa disebut dengan ekonomi subsistensi.
7.

KEKUASAAN DAN NEGARA


A. Konsep Kekuasaan Negara
Konsep kekuasaan negara dalam pendidikan IPS merupakan bagian dari

konsep ilmu politik dan kenegaraan. Negara adalah alat (agency) atau wewenang
(authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas
masyarakat. Konsep kekuasaan negara dikenal dengan topangan teori: kedaulatan
Tuhan, kedaulatan negara, kedaulatan hukum, dan kedaulatan rakyat.
B. Pembelajaran Konsep Kekuasaan dan Pemerintahan Negara
Kekuasaan pemerintahan negara menurut A. Hamid S. Attamimi berupa
sistem pemerintahan negara pada hakikatnya hanya membicarakan sistem kerja
fungsi pemerintahan yang dilakukan oleh presiden dalam hubungannya dengan
sistem kerja fungsi lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara.
C. Hubungan Otonomi Daerah, Desentralisasi Pendidikan, serta Peningkatan
Peran dan Fungsi Guru IPS SD
Otonomi daerah merupakan esensi pemerintahan desentralisasi, hakikat
otonomi antara lain:
a. Hak mengurus rumh tangga sendiri bagi daerah otonom;

b. Kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga


sendiri, daerah tidak dapat menjalankan dan wewenang otonominya
diluar batas-batas kewenangannya;
c. Daerah tidak boleh mengatur dan mengurus rumah tangga daerah
lain;
d. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain.
Desentralisasi pendidikan dan keterkaitannya dengan peran serta fungsi
guru SD merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari desentralisasi
pemerintah daerah. Tuntutan reformasi juga menuntut adanya desentralisasi dalam
sektor-sektor lainnya seperti dalam dunia pendidikan.
8.

PEMBELAJARAN IPS
A. Pendekatan Konsep Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran
IPS
Teknologi merupakan produk langsung dari teori-teori ilmiah yang

merupakan substansi ilmu pengetahuan. Seharusnya teknologi terikat oleh nilainilai,

yaitu

nilai

kebenaran

ilmiah

dan

nilai

kebaikan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan demi kebahagiaan seluru umat manusia di dalam


kelestarian alam yang tentu saja diliputi oleh nilai keIlahian.
Praktik pelaksanaan teknologi serta eksploitatif mengakibatkan adanya
ancaman-ancaman, mulai dari ancaman terhadap kelestarian lingkungan hidup,
munculnya kebobrokan kepribadian dan moralitas sosial, sampai kepada
kesombongan yang disuguhkan kepada Tuhan Sang Pencipta.
Akan tetapi, karena semuanya bersumber dari manusia, maka pasti
manusia itu sendiri yang mampu mengatasi masalah yang telah tergelar ini. Sebab
manusia memiliki daya cipta, rasa, dan karsa yang apabila dimanfaatkan dalam
suatu harmonisasi secara optimum, pasti akan menimbulkan tingkah laku dan
moralitas yang penuh kebijaksanaan.
B. Model Pembelajaran Interaktif dalam Pendidikan IPS
Bentuk interaksi dalam proses belajar mengajar akan bergantung pada
kesiapan siswa dengan guru, antara lain:
a. Faktor minat dan perhatian
b. Faktor motivasi
c. Faktor latar atau konteks
d. Faktor perbedaan individu

e.
f.
g.
h.
i.

Faktor sosialisasi
Faktor belajar sambil bermain
Faktor belajar sambil bekerja
Faktor inkuiri
Faktor memecahkan masalah

C. Sumber Pembelajaran dalam Pendidikan IPS


Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang hanya dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, kedua kegiatan
tersebut bersatu dalam suatu aktivitas interaksi pembelajaran. Sumber dan media
pembelajaran IPS diperoleh dangan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Media sebagai sumber pembelajaran. Media pembelajaran memiliki
sifat: meletakkan hal-hal yang konkrit dan mengurangi verbalisme
pada siswa, memperbesar perhatian siswa, tidak mudah dilupakan,
memberikan pengalaman yang nyata, menumbuhkan pemikiran yang
teratur, membantu tumbuhkan pengertian dan dapat menarik minat
siswa.
b. Kelas sebagai sumber pembelajaran. Suasana kelas yang efektif bagi
terselenggaranya pembelajaran yang baik, tergantung pada: tujuan
pembelajaran, penggunaan waktu, pengaturan ruang dan sarana belajar,
serta pengaturan kegiatan belajar siswa.
c. Lingkungan sebagai sumber pembelajaran.
Lingkungan memiliki empat jenis sumber belajar yang sangat kaya dan
bermanfaat bagi proses pembelajaran. Keempat sumber pembelajaran
dalam lingkungan tersebut antara lain: masyarakat disekeliling
lingkungan sekolah, lingkungan fisik disekitar sekolah, bahan sisa,
sampah atau limbah yang masih dapat diolah, peristiwa alam
danperistiwa yang terjadi di masyarakat yang cukup menarik perhatian
siswa.

Anda mungkin juga menyukai