Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar

Belakang

Masalah

Saat ini kemajuan teknologi sudah semakin pesat di Indonesia


yang

merupakan

sebuah

negara

berkembang.

Pada

masa

bekembangnya teknologi ini, ketersedian energi listrik harus terpenuhi


dengan sangat baik. Oleh karena itu, PLTGU UP Gresik sebagai salah
satu penyuplai energi listrik berusaha seoptimal mungkin meningkatkan
mutu kistrik, kontinuitas penyaluran tenaga listrik, dan keandalan. Hal ini
dapat dilakukan guna mendukung tujuan tersebut adalah dengan cara
menjaga

stabilitas

distribusi

tegangan

pada

gardu

induk

dan

pemeliharaan pada seluruh peralatan yang ada pada instalasi tenaga


listrik.
Untuk menunjang agar PLTGU bisa bekerja secara konstan maka
digunakanlah motor induksi salah satunya motor HP BCP sebagai
kelangsungan dalam kelancaran operasi pembangkit. Motor HP BCP
pada suatu pembangkit berfungsi untuk mengalirkan air dari HP steam
Drum ke HRSG melalui HP EVOPORATOR dan selanjutnya kembali ke
HP Drum. Untuk memastikan apakah motor HP BCP tersebut dalam
kondisi masih baik atau tidak, perlu dilakukan adanya pemeliharaan.
Untuk PLTGU sendiri biasanya melakukan pengecekan dan pengujian
secara

periodik.

Pengecekan

yang

dilakukan

biasanya

pengecekan tegangan, tahanan isolasi, vibrasi dan pelumasan.

meliputi

Dengan adanya pemeliharaan secara berkala oleh PLTGU


terhadap komponen atau peralatan tersebut diharapkan jika terjadi
keabnormalan dari suatu hasil pemeliharaan motor HP BCP maka dapat
dilakukan investigasi lebih lanjut agar tidak terjadi gangguan pada saat
motor HP Bcp beroperasi. Selain itu pemeliharaan ini diharapakan dapat
memperpanjang umur kerja dari motor tersebut sehingga mengurangi
dampak kerugian yang lebih besar sehingga PLTGU maupun konsumen
pelanggan listrik.

1.2. Tujuan Proyek Akhir


Tujuan dalam proyek akhir ini adalah Melaksanakan dan
mengetahui macam-macam pemeliharaan pada motor HP BCP pada
pembangkit listrik tenaga uap dan gas serta mengetahui permasalahan
dan gangguan pada motor HP BCP dan troubleshooting masalah pada
motor HP BCP.

1.3. Manfaat Proyek Akhir


Adapun manfaat dari hasil penelitian yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan melaksanakan prosedur pemeliharaan motor HP BCP
2. Mengetahui permasalahan dan gangguan pada motor HP BCP.
3. mengetahui cara mengatasi atau troubleshooting masalah pada motor
HP BCP.

1.4. Rumusan Masalah


Dalam penulisan proyek akhir ini, merumuskan beberapa
masalah pokok yang akan dibahas:
1. Proses pemeliharaan motor HP BCP pada pembangkit listrik tenaga gas
dan uap.
2. Permasalahan dan gangguan pada motor HP BCP.
3. Cara mengatasi atau troubleshooting masalah pada motor HP BCP.

1.5

Batasan Masalah
Dalam penulisan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan
agar isi dan pembahasan mengenai proyek akhir menjadi terarah,
pembahasan hanya mengenai pemeliharaan motor HP BCP di PLTGU,
gangguan yang dapat terjadi pada Motor HP BCP dan cara mengatasi
gangguan pada motor HP BCP saat terjadi masalah.

1.6

Sistematika Penulisan
Proyek Akhir ini terbagi dalam lima bab. Bab satu membahas
mengenai
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, serta permasalahan
apa saja
yang ingin dibahas, bab dua membahas teori dasar mengenai materi
penunjang yang mewakili isi proyek akhir ini, bab tiga membahas metode
yang dipakai dalam mengimplementasikan teori dan konsep ke dalam
penyelesaian masalah, bab empat membahas mengenai hasil analisa

dan penyelesaian masalah yang dibahas, dan bab terakhir yaitu bab lima
membahas kesimpulan dan saran yang ditarik dari hasil pengkajian
seluruh bab.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Motor Induksi
Motor induksi motor yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran
medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan stator
terdapat selisih putaran yang disebut slip. Bekerja berdasarkan induksi
elektromagnetik dari kumparan stator kepada kumparan rotornya. Garisgaris gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong
kumparan rotornya sehingga timbul tegangan induksi dan karena kumparan
rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada
kumparan rotor. kumparan rotor yang di aliri arus ini berada dalam
garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor
akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung
menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.
Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada
slot-slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutub tertentu. Jumlah kutub ini
menentukan

kecepatan

berputarnya medan

stator

yang

terjadi

yang

diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutub akan mengakibatkan makin


kecilnya kecepatan putar medanstator dan sebaliknya.
Pada umumnya motor induksi dikenal ada dua macam berdasarkan
jumlah fasa yang digunakan, yaitu: motor induksi satu fasa dan motor induksi
tiga fasa. Sesuai dengan namanya motor induksi satu fasa dirancang untuk
beroperasi menggunakan suplai tegangan satu fasa.

2.1.1. Prinsip Kerja Motor Induksi


Prinsip kerja motor induksi adalah berdasarkan induksi elektromagnet,

dimana tegangan sumber diberikan pada kumparan stator, sehingga inti besi di
stator menjadi magnet, kemudian menginduksikan magnet tersebut ke rotor.
Dengan demikian, dikumparan rotor akan terinduksi tegangan karena kumparan
rotor merupakan loop tertutup, maka akan mengalir arus di kumparan rotor
tersebut yang berinteraksi dengan medan magnet di stator, sehingga timbullah
gaya putar pada rotor yang mendororng rotor untuk berputar dengan kecepatan
sinkron dan akan mengikuti persamaan,
Ns = 120.f / p
Dengan :
N = kecepatan putar dari medan putar stator dalam rpm.
F = frekuensi arus dan tegangan stator.
P = banyaknya kutub.
Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotomg
penghantar-penghantar rotor sehingga pada penghantar rotor tersebut timbul
gaya gerak listrik atau tegangan induksi.
Berhubung kumparan rotor merupaka rangkaian yang tertutup maka,
pada kumparan tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar
rotor yang berada dalam mendan magnet berputar dari stator, maka penghantar
rotor tersebut timbul gaya-gaya yang berpasangan dan berlawanan arah, gaya
tersebut menimbulkan torsi yang cenderung memutar rotornya, rotor akan
berputar dengan kecepatan (Nr) mengikuti putaran medan putar stator (Ns).

2.2. Konstruksi Motor Induksi


Sebuah motor induksi tiga fasa memiliki konstruksi yang hampir sama

dengan motor listrik jenis lainnya. Motor ini memiliki dua bagian utama, yaitu
stator yang merupakan bagian yang diam, dan rotor sebagai bagian yang
berputar sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2.1. Antara bagian stator dan
rotor dipisahkan oleh celah udara yang sempit, dengan jarak berkisar dari 0,4
mm sampai 4 mm.

2.2.1. Stator

Gambar 2.1 Stator


Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi
tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada tumpukan
laminasi inti diisolasi dengan kertas (Gambar 2.2.(b)). Tiap elemen laminasi inti
dibentuk dari lempengan besi (Gambar 2.2.(a)). Tiap lempengan besi tersebut
memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti.
Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan fasa dimana untuk
motor tiga fasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120 o.
Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis
dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan
dalam cangkang silindris (Gambar 2.2. (c)). Berikut ini contoh lempengan

laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah
dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga fasa.

Gambar 2.2. Komponen Stator Motor Induksi Tiga Fasa :


(1) Lempengan Inti,
(2) Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi pada Beberapa Alurnya,
(3) Tumpukan Inti dan Kumparan dalam Cangkang Stator.

2.2.2. Rotor
Berdasarkan jenis rotornya, motor induksi tiga fasa dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yang juga akan menjadi penamaan untuk motor tersebut,
yaitu rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar tupai (squirrel cage rotor).

Jenis rotor belitan terdiri dari satu set lengkap belitan tiga fasa yang
merupakan bayangan dari belitan pada statornya. Belitan tiga fasa pada rotor
belitan biasanya terhubung Y, dan masing-masing ujung dari tiga kawat belitan
fasa rotor tersebut dihubungkan pada slip ring yang terdapat pada poros rotor
(gambar 2.3(a)). Belitan-belitan rotor ini kemudian dihubung singkatkan melalui
sikat (brush) yang menempel pada slip ring (perhatikan gambar 2.4), dengan

menggunakan sebuah perpanjangan kawat untuk tahanan luar.

Gambar 2.3. (a) Tampilan Close-Up Bagian Slip Ring Rotor Belitan
(b) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

Gambar 2.4 slip ring


Dari gambar 2.4. dapat dilihat bahwa semata-mata keberadaan slip ring
dan sikat hanyalah sebagai penghubung belitan rotor ke tahanan luar
(exsternal resistance). Keberadaan tahanan luar disini berfungsi pada saat
pengasutan yang berguna untuk membatasi arus mula yang besar. Tahanan
luar ini kemudian secara perlahan dikurangi sampai resistansinya nol
sebagaimana kecepatan motor bertambah mencapai kecepatan nominalnya.
Ketika motor telah mencapai kecepatan nominalnya, maka tiga buah sikat akan
terhubung singkat tanpa tahanan luar sehingga rotor belitan akan bekerja
seperti halnya rotor sangkar tupai.

10

Rotor sangkar mempunyai kumparan yang terdiri atas beberapa batang


kondukor yang disusun sedemikian rupa hingga menyerupai sangkar tupai.
Rotor terdiri dari tumpukan lempengan besi tipis yang dilaminasi dan batang
konduktor yang mengitarinya (perhatikan gambar 2.5(a)). Tumpukan besi yang
dilaminasi disatukan untuk membentuk inti rotor. Alumunium (sebagai batang
konduktor) dimasukan ke dalam slot dari inti rotor untuk membentuk
serangkaian konduktor yang mengelilingi inti rotor. Rotor yang terdiri dari
sederetan batang-batang konduktor yang terletak pada alur-alur sekitar
permukaan rotor, ujung-ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan
cincin hubung singkat (shorting ring) atau disebut juga dengan end ring.

Gambar 2.5. (a) Rotor Sangkar Tupai dan Bagian-bagiannya


(b) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai

2.3.

Metode Pengasutan

11

Pengasutan motor induksi adalah cara menjalankan pertama kali motor,


tujuannya agar arus starting kecil dan drop tegangan masih dalam batas
toleransi. Pengasutan motor ,ketika motor dijalankan,pada saat gerak (starting)
arus asutnya sangat tinggi.Nilainya hingga 600% atau bahkan lebih terhadap
arus beban penuh (nominal).
2.3.1. Metode Pengasutan Langsung Pada Jaringan
Metode pengasutan ini menggunakan tegangan jala-jala / line penuh
yang dihubungkan langsung ke terminal motor melalui rangkaia pengendali
mekanik atau dengan relay kontaktor magnit. Biasanya dilakukan bila motor
adalah motor dengan daya kecil.

Gambar 2.6 metode pengasutan langung pada jaringan

Arus starting sekitar 4 sampai 8 kali arus nominal. Dan torsi awal sekitar
0,5 1,5 torsi nominal. Tidak dianjurkan bila starting lebih dari 10 detik
mengingat arus starting yang sangat besar.

Gambar 2.7. rangakain pengasut langsung

12

Rangkaian pengasut langsung ini ditunjukkan oleh gambar. Jika tombol


mulai (Start) ditekan maka arus akan mengalir dari fasa merah (R) melalui
rangkaian kendali dan kumparan kontaktor ke fasa biru. Arus ini akan
mengkatifkan kumparan kontaktor sehingga kontaktor akan menutup untuk
menghubungkan suplai 3 fasa ke motor. Jika tombol mulai dilepaskan
rangkaian kendali akan tetap dipertahankan seperti semula melalui sebuah
kontak penahan. Jika selanjutnya tombol berhenti (stop) ditekan atau jika
kumparan-kumparan beban lebih bekerja maka rangkaian kendali akan terputus
dan kontaktor akan membuka untuk memutuskan suplai listrik 3 fasa ke motor.
Penghubungan kembali suplai ke motor hanya dapat dilakukan dengan
menekan kembali tombol mulai, jadi rangkaian ini juga dapat memberi proteksi
terhadap kehilangan tegangan suplai.

2.3.2. Metode Pengasutan Bintang Delta


Metoda starting Y - banyak digunakan untuk menjalankan motor
induksi rotor sangkar yang mempunyai daya di atas 5 kW (atau sekitar 7 HP).
Untuk menjalankan motor dapat dipilih starter yang umum dipakai antara lain :
saklar rotari Y - , saklar khusus Y- atau dapat juga menggunakan beberapa
kontaktor magnit beserta kelengkapannya yang dirancang khusus untul
rangkaian starter Y - . Perlu diingat jika pada name plat motor tertulis 220/380
V, sedangkan tegangan jala-jala yang tersedia sumber 3 fasa 380 V, maka
motor tersebut hanya boleh dihubungkan bintang (Y) artinya motor berjalan

13

normal pada hubungan bintang pada tegangan 380 V. Motor tersebut dapat
dilakukan starting Y - . Apabila dihubungkan pada tegangan jala 3 fasa 220 V.

Gambar 2.8. metode pengasutan bintang-segitiga

2.4. Diagram Pengawatan dan Komponen Peralatan Kontrol


Diagram pengawatan dimaksudkan untuk menunjukan hubungan
sebenarnya dan lokasi fisik dari semua bagian komponen pada rangkaian.
Kumparan, kontak, motor dan sejenisnya yang diperlihatkan pada posisi
sebenarnya akan ditemui pada instalasi. Karena hubungan pengawatan dan
pemberian tanda ujung diperlihatkan, maka jenis diagram ini sangat membantu
dalam pengawatan alat dan melacak kawat-kawat dalam mencari kesalahan.
Pengawatan listrik yang dibuat berupa jalur-jalur aliran listrik mulai dari
input power sampai output beban dalam satu rangkaian mesin, hingga
membentuk suatu sistem kontrol mesin yang telah ditetapkan.

14

2.4.1. Rangkaian Kontrol Hubung Jaringan Langsung


Rangkaian kontrol ini bekerja melalui sebuah device listrik yang disebut
dengan kontaktor yang akan memutuskan/mengalirkan daya dari sumber ke
motor melalui kontak-kontaknya. Biasanya kontak yang digunakan adalah jenis
normal terbuka atau Normally Open yang sering disingkat dengan (NO).

2.4.2. Rangkaian Kontrol Bintang-Delta


Rangakaina konrol bintang-delta secara garis besar starter bintang-delta
bekerja dengan dua tahap. Awalnya motor berjalan dengan rangkaian belitan
bintang (Y). Setelah beberapa saat, motor melepas rangkaian belitan bintang
dan beroperasi dengan belitan delta. Jenis kontrol bintang-delta digunakan
untuk aplikasi yang membutuhkan arus starting lebih rendah ketimbang saat
menggunakan starter hubung langsung jaringan.
2.5. Pemeliharaan
2.5.1. Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan ( maintenance ) adalah kegiatan untuk memperbaiki atau
menjaga agar mesin atau peralatan dalam keandaan handal,tidak mengalami
kerusakan. Pemeliharaan (maintenance) berperang penting dalam kegiatan
produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan
produksi, volume produksi, serta agar produk dapat diproduksi dan diterima
konsumen tepat pada waktunya.
Pelaksanaan dari pemeliharaan ini memerlukan beberapa hal penting,
yaitu diantaranya:
1.

Orang yang berwenang atau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

15

2.

Perencanaan dan penjadwalan perawatan

3.

Pengawasan untuk dapat menjaga agar tujuan perawatan dapat


terpenuhi

4.

Diperlukan pula penyesuaian bila terjadi suatu penyimpangan,


perubahan

terhadap kinerja produksi.

2.5.2. Tujuan Pemeliharaan


Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
1. Untuk memperpanjang kegunaan asset.
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang
untuk produksi.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu.
2.5.3. Fungsi Pemeliharaan
1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan

akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu

panjang.
2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan
berjalan dengan lancar.
3. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik,
maka

proses

dan

pengendalian

kualitas

proses

harus

dilaksanakan dengan baik


pula.
4. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya

kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin

dan peralatan produksi


selama proses produksi berjalan.
5. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka
penyerapan

bahan baku dapat berjalan normal.

16

6. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan


peralatan

produksi yang digunakan.

2.5.4. Jenis-jenis Pemeliharaan


Jenis pemeliharaan secara garis besar terbagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Pemeliharaan Tidak Terencana (Unscheduled Maintenance)
Hanya ada satu jenis pemeliharaan tak terencana yaitu pemeliharaan
darurat atau breakdown atau emergency. Jenis pemeliharaan ini mengijinkan
peralatan-peralatan untuk beroperasi hingga rusak total . Kegiatan ini tidak bisa
ditentukan atau direncanakan sebelumnya, maka aktivitas ini juga dikenal
dengan sebutan unschedule maintenance. Ciri-ciri jenis pemeliharaan ini
adalah alat-alat mesin dioperasikan sampai rusak dan ketika rusak barulah
tenaga kerja dikerahkan untuk memperbaiki dengan cara penggantian
peralatan atau mesin yang rusak.
Pada Pemeliharaan tidak terencana ini terdapat keuntungan dan
kelemahannya di dalam pengerjaannya.Berikut ini adalah keuntungan dan
kelemahan dari pemeliharan tidak terencana :
a. Keuntungan Pemeliharaan Tidak Terencana
Keuntungan pemeliharaan jenis ini hanya satu yaitu mudah dilaksanakan
dan tidak perlu melakukan perencanaan pemeliharaan.
b. Kelemahan Pemeliharaan Tidak Terencana
1) Karena tidak bisa diketahui kapan akan terjadi breakdown, maka jika
waktu breakdown adalah pada saat-saat periode produksi maksimal,
maka akan
periode ini.

mengakibatkan tidak tercapainya target produksi pada

17

2) Jika suku cadang untuk perbaikan ternyata sukar untuk dipenuhi berarti
dibutuhkan waktu tambahan untuk membeli atau memperoleh dengan
cara lain suku cadang tersebut.
3) Karena kegiatan ini sifatnya mendadak, dalam tugasnya bagian
pemeliharaan

bekerja dibawah tekanan bagian produksi yang akan

berakibat rendahnya efisiensi dan efektifias pekerja


4) Tidak optimalnya mutu hasil pekerjaan perbaikan ataupemeliharaan
biaya relatif lebih besar.
2. Pemeliharaan Terencana (Scheduled Maintenance)
Pemeliharaan Terencana adalah pemeliharaan yang diorganisasi dan
dilakukan dengan pemikiran untuk hari kedepan.
Pemeliharaan

Terencana

terdiri

dari

Pemeliharaan

(Preventive Maintenance),Pemeliharaan Korektif

Pencegahan

(Corrective Maintenance)

dan Predictive Maintenance.


a. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance (PM) adalah deteksi dan tindakan secara cepat
pada ketidaknormalan peralatan sebelum mengakibatkan kerusakan atau
kerugian. Dua aktivitas dasar pada PM adalah:
1) Pengecekan berkala pada peralatan.
2) Perbaikan secara terencana pada kerusakan
Preventive Maintenance adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
menjaga

setiap

alat/komponen

berjalan

sesuai

dengan

kondisi

yang

diharapkan, melalui pemeriksaan, deteksi dan pencegahan kerusakan total


yang tiba-tiba (breakdown).

18

Pada Pemeliharaan Preventive Maintenance

ini terdapat keuntungan

dan kelemahan di dalam pengerjaannya.Berikut ini adalah keuntungan dan


kelemahan dari pemeliharan Preventive Maintenance:
1) Keuntungan Preventive Maintenance
a) Preventive maintenance akan meminimalisasi waktu yang mengganggu
produksi.
b) Preventive Maintenance memperbaiki kontrol atas komponen-komponen
mesin.
c) Preventive Maintenance memotong/mengurangi pekerjaan emergency.
2) Kerugian Preventive Maintenance
a) Preventive Maintenance menghilangkan sisa umur komponen ketika
komponen tersebut harus diganti sebelum rusak total.
b) Banyak melibatkan tenaga kerja
c) Biaya pemeliharaan relatif lebih tinggi dibandingkan metode predictive
maintenance.

b. Corrective Maintenance
Pemeliharaan corrective adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki suatu bagian mesin (termasuk penyetelandan reparasi) yang telah
terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Kegiatan corrective
maintenance sendiri terbagi menjadi beberapa kegiatan diantaranya:
1) .Reparasi minor
Yaitu suatu kegiatan pemeliharaan berupa perbaikan-perbaikan kecil
pada suatu mesin atau peralatan terkaitnya (yang tidak ditemukan ketika
pemeriksaan), terutama untuk rencana jangka pendek yang mungkin timbul
diantara pemeriksaan,
2) Overhaul

19

Yaitu kegiatan pemeliharaan berupa penggantian komponen mesin


secara serentak atau keseluruhan (juga overhaul terencana misalnya overhaul
tahunan atau dua tahuan, atau suatu perluasan kapasitas produksi).

c. Predictive Maintenance
Tipe pemeliharan jenis ini lebih maju dibanding dengan dua tipe
sebelumnya. Ditandai dengan menggunakan teknik-teknik mutakhir (advance
scientific techniques) termasuk statistik probabilitas untuk memaksimalkan
waktu operasi dan menghilangkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu.
Predictive Maintenance dipakai hanya pada sistem-sistem yang akan
menimbulkan masalah-masalah serius jika terjadi kerusakan pada mesin atau
pada proses-proses yang berbahaya.

BAB III

20

METODO PENELITIAN

3 .1. Instalasi Listrik HP BCP


3.1.1. Data Motor / Name Plate
Motor HPBCP (High Pressure Boiler Circulaitng Pump) merupakan motor
induksi yang memiliki daya sebesar 90 kW, tegangan 380 Volt, arus 174 A dan
putarannya sebesar 1472rpm.

Deskripsi

Motor HP BCP

Merk / Type

ACEC Motors 1620 Drogen Bos Begium / AKF 280M143H

Tegangan

380 V

Daya output

90 KW

Arus

174 A

Putaran

1472 rpm

Bearing

D END 6318C3 dan N END 6219C3


Tabel 3.1. Data spesifikasi motor HP BCP

Berdasarkan spesifikasi di atas, motor HPBCP menggunakan tipe


bearing D END 6318C3 dan N END 6219C3. Tipe bearing ini perlu
penambahan grease. Penambahan grease ini dilakukan secara rutin seminggu
sekali. Apabila ditemukan suara menderik kurang dari seminggu, maka harus
segera dilakukan penambahan grease agar tidak merusak bearing.

21

Gambar 3.1. Motor HP BCP

3.1.2. Diagram Pengawatan


Diagram

pengawatan

dimaksudkan

untuk

menunjukan

hubungan

sebenarnya dan lokasi fisik dari semua bagian komponen pada rangkaian.
Kumparan, kontak, motor dan sejenisnya yang diperlihatkan pada posisi
sebenarnya akan ditemui pada instalasi. Karena hubungan pengawatan dan
pemberian tanda ujung diperlihatkan, maka jenis diagram ini sangat membantu
dalam pengawatan alat dan melacak kawat-kawat dalam mencari kesalahan.
Pengawatan listrik yang dibuat berupa jalur-jalur aliran listrik mulai dari
input power sampai output beban dalam satu rangkaian mesin, hingga
membentuk suatu sistem kontrol mesin yang telah ditetapkan.

22

23

Gambar 3.2. Wearing Diagram Motor HP BCP

3.1.3. Cara Kerja dan Operasi HP BCP

Gambar 3.3. Fungsi Motor HP BCP

Pada Blok 1 PLTGU UP Gresik terdapat 6 motor HP BCP, yang masingmasing pada setiap blok 1.1, 1.2 dan 1.3 terdapat dua motor HP BCP. Motor
HP BCP menggunakan metode pengasutan hubung langsung jaringan yaitu,
metode dengan ini menggunakan tegangan jala-jala / line penuh yang
dihubungkan langsung ke terminal motor melalui rangkaia pengendali mekanik
atau dengan relay kontaktor magnit.

Berdasarkan gambar di atas, motor HPBCP ditunjukkan oleh lingkaran


merah. Motor HPBCP berfungsi untuk mengalirkan atau memompa air dari HP
Steam Drum ke HRSG melalui HP Evaporator dan selanjutnya kembali ke HP
Drum. Pada setiap HRSG memiliki dua buah motor HPBCP. Motor HPBCP ini
yang digunakan hanya satu dan lainnya sebagai back up.
Yang selanjutnya akan dipanaskan hingga menjadi uap. Motor hpbcp bila
ingin bekerja hanya dapat dioperasikan dari central control room (ccr). Bila

24

motor hp bcp sudah berjalan maka secara otomatis sirkulasi air akan berjalan,
karena poros antara motor dengan pompa telah dikopel.
Bila hp steam drum dalam kondisi kosong, maka hp steam drum diisi
sampai level -100 milimeter. Kemudian motor hp bcp dijalankan sampai level
drum sudah mencapai level normal start -675 milimeter, dan hrsg siap untuk
start.

3.2. Pemeliharaan Motor HP BCP


Pemeliharaan secara umum dapat diartikan sebagai usaha yang
dilakukan secara rutin agar peralatan atau sistem selalu dalam keadaan siap
pakai. Pemeliharaan pada motor HP BCP dilakukan karena motor tersebut
memiliki peran penting sebagai kelangsungan dalam kelancaran operasi
pembangkit.
Kegiatan pemeliharaan motor HP BCP mrupakan kegiatan yang
dilakukan untuk menjaga setiap alat/komponen berjalan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan, melalui pemeriksaan, deteksi dan pencegahan kerusakan
total yang tiba-tiba (breakdown). Pendeteksi dan tindakan secara cepat pada
ketidaknormalan peralatan sebelum mengakibatkan kerusakan atau kerugian.

3.3. Macam-macam Pemeliharaan pada Motor HP BCP


Macam-macm pemeliharaan yang dilakukan pada motor HP BCP antara
lain sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Pelumasan motor
Pengukuran tahanan isolasi
Pengukuran tahanan belitan
Pengukuran tegangan

25

5. Pengukuran arus
6. Pengukuran tempratur
7. Pengukuran vibrasi
3.3.1. Pelumasan Motor (Bearing)
Pemeliharaan pada bearing motor dilakukan karena melihat fungsi
bearing yang krusial, bearing membutuhkan pemeliharaan yang baik sehingga
didapatkan umur kerja yang panjang. Salah satu bentuk pemeliharaan bearing
yang utama adalah lubrikasi atau pelumasan.
Fungsi dari pelumasan bearing motor adalah :
1. Membantu menahan beban kerja serta mencegah keausan dan
kerusakkan prematur.
2. Menyerap panas yang timbul.
3. Mencegah kontaminasi kotoran-kotoran yang berasal dari luar.
4. Menghindari suara berderik atau bising.
5. Mencegah korosi pada bearing.
6. Sebagai sealing tambahan.
Secara umum pelumasan pada bearing dibagi menjadi tiga jenis, yakni
menggunakan grease, oli dan tipe kering. Pelumasan bearing pada motor HP
BCP menggunakan grease. Grease merupakan pelumas yang berstruktur semisolid.
3.3.2. Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi pada motor listrik dapat diakukan dengan
menggunakan megger. Untuk mengetahui bagus atau tidaknya tahanan isolasi
pada motor listrik harus memenuhi resistansi insulasi minimum.
Jika nilai tahanan isolasi yang diukur lebih rendah dari nilai minimum
yang diijinkan maka motor tidak boleh dioperasikan.
3.3.3. Pengukuran Tahanan Belitan
Pengukuran tahanan belitan pada motor listrik dapat dilakukan dengan
menggunakan megger. Pengukuran tahanan belitan motor yang terukur
biasanya sekitar 0.3 - 0.6 . Tahanan belitan pada motor harus seimbang

26

antar fasanya. Jika tahanan belitan tidak seimbang maka kualitas belitan motor
kurang baik sehingga motor tidak dapat dioperasikan.
3.3.4. Pengukuran Tegangan
Dalam pengukuran tegangan pada motor listrik biasanya diperhatikan
besarnya tegangan operasi motor apakah sesuai dengan tegangan kerjanya
atau tidak, serta diperhatikan juga besarnya tegangan antar fasanya, apakah
seimbang.
Biasanya masalah yang ditemui pada pengukuran tegangan pada motor
ini adalah adanya perbedaan tegangan antar fasa.
3.3.5. Pengukuran Arus
Pengukuran arus

pada

motor

listrik

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan amperemeter atau tangampere untuk arus running di bawah 50


A, sedangkan untuk arus yang di atas 50 A harus menggunakan trafo arus. Jika
arus running motor listrik tidak sesuai dengan range spesifikasi arus running
motor, maka motor dalam keadaan tidak baik.
Biasanya masalah yang ditemukan dalam pengukuran arus adalah
adanya arus berlebih atau overcurrent. Arus berlebih seringkali terjadi karena
kondisi operasi yang mengakibatkan motor menarik arus lebih besar dari
kemampuannya.
3.3.6. Pengukuran Temperatur
Pengukuran temperatur pada motor listrik dapat dilakukan dengan
menggunakan thermometer. Pengukuran temperatur pada motor listrik meliputi
temperatur bearing dan temperatur belitan.
Pengukuran temperatur bearing pada motor lisrik dapat dilakukan
dengan menggunakan thermometer. Jika temperatur pada motor tidak melebihi
suhu 900 C maka motor dalam kondisi normal. Bila temperatur motor listrik
melebihi dari batas yang diijinkan, maka motor tersebut mengalami masalah.

27

Tempratur belitan (winding) pada motor listrik dapat mempengeruhi nilai


megger. Jika temperatur belitan naik, maka nilai megger akan rendah.
3.3.7. Pengukuran Getaran (vibrasi)
Pengukuran getaran pada motor listrik dapat dilakukan secara horizontal,
vertikal dan axial. Ada beberapa alat standar yang digunakan dalam suatu
pengukuran getaran antara lain, vibration meter, vibration analyzer, shock pulse
meter dan osiloskop. Dalam pengukuran yang dilakukan di PLTGU UP Gresik
menggunakan vibration meter untuk mengukur getaran pada motor listrik.
Batasan-batasan level getaran menunjukkan kondisi suatu motor,
apakah motor tersebut masih dalam kondisi baik ataukah motor tersebut
mengalami suatu masalah sehingga memerlukan perbaikkan. Besarnya getaran
yang melebihi nilai yang diijinkan dapat mengurangi effisiensi motor listrik
bahkan dapat merusak motor tersebut.
3.3.8. Pemeliharaan Pada Relai Proteksi
Pemeliharaan

relai

adalah

memelihara

peralatan/komponen

dari

perangkat proteksi, untuk menjaga perangkat relai proteksi tersebut tetap dalam
kondisi baik, sehingga bila terjadi gangguan pada sistem pembangkit maka
peralatan relai proteksi dapat bekerja dengan semestinya.
Prosedur pemeliharaan relai proteksi pada motor adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertama daya untuk rangkaian kontrol.


Periksa kebenaran fungsi dari relay, timer dan saklar.
Periksa kontinuitas kabel secara penglihatan.
Periksa sambungan kawat dan terminal rangkaian.
Periksa operasi logika sekuense pensaklaran kontaktor.
Periksa penyetelan durasi waktu.

BAB IV
PEMBAHASAN

28

4.1. Data Gangguan Pada Motor HP BCP


Motor HP BCP tidak terlepas dari adanya gangguan. Apabila terjadi
gangguan motor tersebut, harus segera diperbaiki agar motor bisa bekerja
normal dan unit bisa beroperasi dengan optimal. Data gangguan-gangguan
yang pernah dan sering terjadi pada motor hp bcp, sebagai berikut :
Tabel 4.1. jenis-jenis gangguan motor HP BCP
No.

Jenis gangguan

No. Work order

Motor HP BCP 3.3 A vibrasi tinggi

00154297

Motor HP BCP 3.3 B vibrasi tinggi

00157111

Motor HP BCP 3.2 A terbakar

00160225

Motor HP BCP 1.2 B menderik

00198597

Motor HP BCP B SG seal grease bocor

00102159

Motor HP BCP saat start trip

00103669

Motor HP BCP A SG# 3.3 abnormal

00105958

Motor HP BCP 1.1 A tidak bisa start

00108401

Motor HP BCP SG# 2.3 A short

00114897

10

Motor HP BCP 1.3 A megger zero


Bearing motor HP BCP 3.2 B vibrasi
tinggi

00124145

11

00126101

4.2. Identifikasi Gangguan Pada Motor HP BCP


Ada beberapa gangguan yang terjadi pada motor HP BCP, hasil analisa
gangguan pada motor HP BCP sebagai berikut :
1. Gangguan mekanis pada motor HP BCP.
2. Gangguan kelistrikan pada motor HP BCP.
4.2.1. Gangguan Mekanis Motor HP BCP
Gangguan mekanis pada motor HP BCP yang sering terjadi adalah
sebagai berikut :

29

1. Vibrasi motor yang tinggi


2. Bearing motor rusak
1. Vibrasi Motor Tinggi
Vibrasi merupakan getaran pada motor yang mengakibatkan motor
bersuara menderik. Vibrasi pada motor sebenarnya memiliki standar dimana
vibrasi tersebut masih dikatakan normal. Apabila vibrasi tersebut melebihi
standar, maka akan mengakibatkan motor panas dan bisa merusak bearing.
Vibrasi ini bisa disebabkan oleh beberpa hal, diantaranya sebagai
berikut :
1. Unbalance adalah terjadinya pergeseran titik pusat massa dari titik pusat
putarnya sehingga akan menimbulkan getaran yang tinggi. Besarnya
getaran sebanding dengan besarnya putaran (merupakan kuadrat dari
putaranya).
2. Vibrasi yang disebabkan oleh penyambungan poros yang tidak
simetris dan besarannya tergantung dari ketidaksimetrisan
penyambunganya, semakin tidak simteris penyambungan poros
pada sebuah peralatan maka menyebabkan vibrasi akan
semakin tinggi. Terdapat beberapa jenis misalignment seperti
misalignment pada sambungan kopling dan misalignment atara
rotor dan stator.
3. Mechanical looseness, Disebabkan oleh kerenggangan pada suatu
mesin yang terjadi karena adanya kerenggangan baut, kerenggangan
bearing, keretakan di pondasi, kerenggangan antara rotor dengan poros,
dan sebagainya. Pada motor listrik dan generator, kerenggangan dapat
terjadi pada rotor bar atau gulungan rotor maupun stator.
4. Kerusakan pada bearing, Ada dua jenis bearing yang memungkinkan
terjadinya kerusakan yaitu anti friction bearing dan sleeve bearing.

30

Keduanya mempunyai karakter vibrasi yang berbeda, dan juga


kerusakan yang ditimbulkannya berlainan. Yang termasuk anti friction
bearing ialah ball bearing dan roll bearing, sedangkan sleeve bearing
adalah journal bearing.
2. Bearing Motor Rusak
Bearing berfungsi sebagai peluncur gerak putar poros, mengurangi
gesekan dan penstabilan posisi rotor terhadap gaya horizontal dan vertical.
Bearing yang rusak bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya sebagai
berikut :
a. Kekurangan pelumasan, pelumasan pada bearing motor menggunakan
grease. Pemberian grease yang tidak seimbang dapat memyebabkan
gesekkan pada bearing yang menigkat.
b. Kenaikkan temperatur dan overheating pada bearing, bearing heater
<250o F
c. Beban berlebih pada motor.
Bearing yang rusak bisa merusak motor itu sendiri. Untuk itu harus
segera dilakukan penggantian bearing baru.
4.2.2. Gangguan Kelistrikan Pada Motor HP BCP
Gangguan kelistrikan pada motor HP BCP yang sering terjadi adalah
sebagai berikut :
1. Tahanan antar fasa tidak sama.
2. Tahanan isolasi menurun.
3. Gagal bekerja relai proteksi.
1. Tahanan Antar Fasa Tidak Sama
Tahanan antar fasa bisa berpengaruh dengan arus yang mengalir pada
motor. Jika tahanan antar fasa tidak sama, maka arus yang mengalir pada

31

motor akan tidak seimbang. Hal ini bisa mengakibatkan trip karena salah satu
fasa mengalami arus yang berlebih. Kemungkinan penyebab tahanan fasa tidak
sama yaitu :
a. Salah

satu

kumparan

pernah

mengalami

panas

berlebih

mengakibatkan tahanan bertambah besar tetapi tidak sampai merusak


isolasinya.
b. Hubung singkat antara lilitan kumparan, mengakibatkan arus yang
mengalir akan naik dari nominalnya.
c. Kawat kumparan putus, umumnya terjadi karena hubung singkat.
d. Kumparan terbakar karena mengkonsumsi arus terlalu besar karena
beban berlebih atau gangguan mekanik, dimana alat proteksi tidak
berfungsi sempurna.

2. Tahanan Isolasi Menurun


Tahanan isolasi yaitu besarnya nilai tahanan salah satu fasa dengan
tanah (ground).Tahanan isolasi menurun bis disebabkan karena beberapa hal
diantaranya sebagai berikut :
1. Kumparan pernah mengalami kenaikan temperatur berlebih hingga
menurunkan kualitas tahanan isolasi.
2. Kualitas isolasinya menurun karena faktor usia / waktu
Selain itu, kualitas isolasi menurun karena usia.

3. Gagal Bekerja Relai Proteksi


Relai proteksi bertugas menerima besaran-besaran arus, dan atau
tegangan, frekuensi dan lain sebagainya. Adanya ketidaknormalan masukan
besaran-besaran listrik melampaui batas settingnya, relai akan membunyikan
dan atau melepas untuk mengisolir gangguan pada peralatan yang terganggu.

32

Gagal bekerja relai proteksi (fail to trip) seperti dalam kondisi gangguan,
relai proteksi tidak bekerja dan tidak memutusnya (tidak sensitif). Dan Dalam
kondisi gangguan, sistem relai proteksi bekerja tetapi tidak memutus (tidak
handal), namun dalam hal ini kemungkinan gangguan lebih kepada kegagalan
perangkat lainnya.
Kemungkinan-kemungkinan gangguan yang terjadi pada relai proteksi itu
sendiri dan menyebabkan relai proteksi tidak berfungsi sebagaimana mestinya
antara lain disebabkan oleh :
1. Karakteristik relai sudah berubah
2. Kerusakan/gangguan

pada

komponen-komponen

relai

(kesalahan posisi setting)

3. Hilangnya catu daya DC.


.
d.3. Troubleshooting Gangguan Motor HP BCP
d.3.1. Gangguan Mekanis Motor HP BCP
1. Vibrasi Motor Tinggi
Untuk mengatasi vibrasi pada motor kita harus mengecek kondisi motor.
Sebelumnya kita dilakukan regreasing atau penambahan pelumas. Apabila
vibrasi motor masih tinggi, maka kita lakukan pembongkaran motor dan
penggantian bearing. Bearing pada motor HPBCP yaitu D END 6318C3 dan N
END 6219C3.
Setelah kita lakukan penggantian bearing, kita harus hati-hati dalam
melaksanakan pemasangan kembali. Pastikan fan sudah tepat dan bisa
berputar sesuai porosnya. Setelah itu kita pastikan semua baut-baut sudah
dalam keadaan kencang. Selain itu, memasang motor pada porosnya harus
sesuai. Apabila semua sudah dilakukan dengan benar, maka motor bisa

33

dijalankan. Sebelumnya harus di tes terlebih dahulu oleh pihak Predictive


Maintenance untuk mengetahui vibrasinya dalam keadaan normal apa tidak.
2. Bearing yang Rusak
Apabila ditemukan indikasi bearing rusak, maka cara mengatasinya yaitu
dengan cara penggantian bearing. Untuk melakukan penggantian bearing kita
harus pastikan breaker MCC pada posisi OFF. Setelah itu dilakukan
pembongkaran motor meliputi melepas kopling, tutup fan motor, fan motor,
cover motor dan bearing motor. Berikutnya membersihkan komponenkomponen motor dari kotoran / debu. Ganti bearing motor dengan bearing baru
yang sesuai. Selanjutnya merakit kembali motor HPBCP dan pastikan
pemasangan tiap komponennya sesuai. Untuk penggantian bearing, lakukan
persiapan sebagai berikut :
1) Siapkan bantalan baru dengan spesifikasi sama dengan bantalan
yang akan diganti
2) Siapkan peralatan kerja (tool).
3) Lepaskan bearing, pasang yang baru dengan menggunakan treaker
yang sesuai pada kedudukannya, treaker harus posisi centre, agar
terhindar terjadinya kerusakan pada poros.

d.3.2. Gangguan Kelistrikan Motor HP BCP


1. Tahanan Antar Fasa Tidak Sama
Untuk mengatasi permasalahan tahanan antar fasa yang tidak sama
yaitu kita melakukan pengukuran pada antar fasanya. Fasa yang diukur yaitu
ketiga fasanya. Fasa RS, ST, dan RT. Apabila terdapat salah satu fasa yang
memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan fasa lainnya maka bisa dikatakan

34

fasanya tidak seimbang. Untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan


cararewinding motor.
2. Tahanan Isolasi Menurun
Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa nilai tahanan isolasi dari belitan
motor listrik baik sebelum dan sesudah dibongkar

dapat saja mengalami

penurunan, yang diakibat belitan kotor, isolasi belitan sudah rusak dan
kelembaban.
Apabila nilai tahanan isolasi belitan telah mecapai nilai dibawah 1 M
(tahan isolasi minimum yaitu ( RM = KV + 1), maka diperlukan perbaikan.
Prosedur perbaikan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1) Bersih belitan dari kotoran, perlu diperhatikan apabila menggunakan
cairan pembersih, gunakanlah cairan yang tidak merusak isolasi dari
belitan.
2) Melapisi isolasi kembali pada belitan dengan isolation vernish
3) Melaksanakan proses pengeringan dengan heater atau oven.
Dalam proses pengeringan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak isolasi belitan yang diakibat pengeringan yang terlalu cepat, oleh
sebab ini temperatur pemanas harus diatur secara perlahan-lahan sampai
batas temperatur isolasinya.
Untuk lebih jelas proses pengeringnya belitan motor dapat dilakukan
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Proses pemanasan dilaksanakan selama 4 jam


Naikkan temperatur secara perlahan-lahan sampai mencapai 90 C
Pertahankan temperatur 90 C konstan selama waktu tertentu.
Sesudah itu matikan pemanas dan biarkan temperatur turun sampai
pada temperatur udara luar / pada saat semula.

35

5. Selama proses pengeringan ini berlangsung, lakukan pengukuran


tahanan isolasi selang / periode waktu tertentu.
Apabila hasil akhir dari tahanan isolasi masih rendah, setelah mengalami
pendinginan maka belitan motor dapat

dipanaskan kembali,

apabila perlu

letakkan 1 - 2 kg silikagel didalam oven untuk menyerap kelembaban yang


terdapat pada belitan motor.

3. Gagal Bekerja Relai Proteksi


Untuk mengatasi permasalahan relai proteksi yang gagal bekerja, untuk
mengetahui kondisi relai proteksi tersebut masih dalam kondisi baik atau tidak
perlu dilakukan pengujian terhadap relai proteksi tersebut.
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi relai tersebut di
antaranya :
a. Type of Relay Tests
Tujuan dilakukan
memaksimalkan

test

proteksi

pada
dan

relay

proteksi

meminimalkan

adalah

untuk

kegagalan

akibat

kesalahan operasi. Sebuah relay electromechanical dapat mengalami


kegagalan tanpa adanya indikasi eksternal. Satu-satunya cara untuk
meengetahui kegagalan relay elchtromechanical adalah dengana
melakukan maintenance secara rutin atau jika terjadi faiure trip.
Sedangkan sebuah relay modern mampu melakukan self-diagnostics.
Namun terkadang ada kondisi maslah yang tidak dapat terdeteksi oleh
self-diagnostic
b.

yang

dimiliki

relay

modern,

maintenance secara rutin tetap perlu dilakukan.


Maintenance Test

oleh

karena

itu

36

Tujuan dari test ini adalah untuk memastikan bahwa relay tidak akan
bekerja di kondisi yang memang seharusnya relay tidak bekerja dan
akan bekerja dikondisi dimana relay dibutuhkan untuk bekerja.
Bagaimana cara menentukan test maintenance adalah dengan
memastikan jenis dan type relay yang ada. Sebab jenis maintenance
test yang diberikan bergantung pada jenis relay yang ada. Dengan
mengetahui jenis relay maka kita akan mengetahui kegagalan dan
problem apa saja yang mungkin akan terjadi. Setelah mengetahui
jenis kegagalan dan problem apa saja yang mungkin terjadi maka
kita akan bisa menentukan jenis maintenance test apa aja yang
harus dilakukan. Seperti relay elchtromechanical yang rentan
terhadap kontaminan lingkungan dan penyimpangan maka relay ini
perlu diinspeksi, dibersihkan dan dikalibrasi setiap tahun atau setiap
dua tahun. Untuk memastikan tidak adanya penyimpangan operasi.
Banyaknya test maintenance tergantung kondisi dan hasil dari
maintenance yang sebelumnya.

37

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Setelah Proyek Akhir ini selesai ditulis, dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu :

1. Proses pemeliharaan dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa kembali


motor listrik HP BCP agar tetap terjaga kelayakan pakainya yang sesuai.
2. Untuk mempertahankan keandalan motor listrik HP BCP harus dilakukan
proses pemeliharaan setiap seminggu sekali.
3. Proses pemeliharaan yang dilakukan karena ditemukannya kerusakan
pada salah satu komponen motor listrik HP BCP, harus dengan proses
overhaul dan penggantian kompenen tersebut dengan yang baru agar
tetap terjaga kehandalan dari motor listrik HP BCP.
4. Proses penggantian bearing dilakukan karena penggunaan telah
mencapai life time yang diinginkan atau telah mengalami kerusakkan.

5. Sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian yang


memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama
proteksi

adalah

untuk

mencegah

terjadinya

gangguan

atau

memadamkan gangguan yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan


membatasi

pengaruh-pengaruhnya,

biasanya

dengan

mengisolir

bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang


lain.

38

6. Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa
syarat relay proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif,
selektif, handal, cepat, lebih ekonomis, sederhana.

5.2.

Saran
1. Lebih memaksimalkan pemeliharaan preventive motor HPBCP sesuai
instruksi kerja sehingga gangguan yang terjadi minimum.
2. Melakukan pengujian atau pengetesan terhadap sistem relai proteksi
pada motor dengan memaksimalkan waktu dan sesuai instruksi kerja
untuk mengurangi gangguan pada relai proteksi

39

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.

http://www.ptpjb.com/
http://www.scribd.com/doc/220612785/pemeliharaan-motor-pltgu
3. Sumanto,1993. Motor Listrik Arus Bolak-balik. Yogyakarta:
Andi Offset.

4.

Wijaya, Mochtar Ir., 2001, Dasar-Dasar Mesin Listrik, Jakarta: Djambatan

5.

Munthe, Brayan, Karakteristik Motor Listrik, PPPPTK BMTI Bandung, 2010.

6.

Munthe, Brayan, Kontrol Magnetik, PPPPTK BMTI Bandung, 2009.

7.

PPPG Teknologi Bandung, Electrical Machine Control, 2006

8.

https://www.academia.edu/19882406/TESTING_AND_COMMISSIONING_OF_PRO
TECTIVE_RELAYS_AND_INSTRUMENT_TRANSFORMERS

9.

https://www.academia.edu/18903893/Analisa_Sistem_Proteksi_Motor_Induksi_3_Fasa
_terhadap_Gangguan_Unbalance

10.

http://syahwilalwi.blogspot.co.id/2010/12/sistem-proteksi-motor.html

11.

http://electricalengineeringwarrior.blogspot.co.id/2011/04/pengasutan-motor-induksi-3fasa.html

40

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Data Personal
NIM
Nama
Tempat / Tgl. Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Status Perkawinan
Program Studi
Alamat Rumah

:
:
:
:
:
:
:
:

2013 71 090
Anzal Lailatul Qadr
Serang, 20 Februari 1995
Laki-laki
Islam
Belum Kawin
Diploma III Teknik Elektro
PCI BLOK C 77 NO 10 RT/RW 006/006 Kel/Desa
Harjatani Kecamatan Kramatwatu Kode Pos

42161
Telp : 0254-383155
HP : 082112166556
Email : anzallqadr@gmail.com
Personal Web : b. Pendidikan
Jenjang
SD
SMP
SMA

Nama Lembaga
SDIT Raudhatul Jannah
SMPIT Darussalam
SMAIT Darussalam

Jurusan

Tahun Lulus

IPA

2007
2010
2013

Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.


Jakarta,

2016
Mahasiswa

Anzal Lailatul
Qadr

Anda mungkin juga menyukai