Bab 1
Bab 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Masalah
merupakan
sebuah
negara
berkembang.
Pada
masa
stabilitas
distribusi
tegangan
pada
gardu
induk
dan
periodik.
Pengecekan
yang
dilakukan
biasanya
meliputi
1.5
Batasan Masalah
Dalam penulisan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan
agar isi dan pembahasan mengenai proyek akhir menjadi terarah,
pembahasan hanya mengenai pemeliharaan motor HP BCP di PLTGU,
gangguan yang dapat terjadi pada Motor HP BCP dan cara mengatasi
gangguan pada motor HP BCP saat terjadi masalah.
1.6
Sistematika Penulisan
Proyek Akhir ini terbagi dalam lima bab. Bab satu membahas
mengenai
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, serta permasalahan
apa saja
yang ingin dibahas, bab dua membahas teori dasar mengenai materi
penunjang yang mewakili isi proyek akhir ini, bab tiga membahas metode
yang dipakai dalam mengimplementasikan teori dan konsep ke dalam
penyelesaian masalah, bab empat membahas mengenai hasil analisa
dan penyelesaian masalah yang dibahas, dan bab terakhir yaitu bab lima
membahas kesimpulan dan saran yang ditarik dari hasil pengkajian
seluruh bab.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Motor Induksi
Motor induksi motor yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran
medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan stator
terdapat selisih putaran yang disebut slip. Bekerja berdasarkan induksi
elektromagnetik dari kumparan stator kepada kumparan rotornya. Garisgaris gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong
kumparan rotornya sehingga timbul tegangan induksi dan karena kumparan
rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada
kumparan rotor. kumparan rotor yang di aliri arus ini berada dalam
garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor
akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung
menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.
Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada
slot-slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutub tertentu. Jumlah kutub ini
menentukan
kecepatan
berputarnya medan
stator
yang
terjadi
yang
dimana tegangan sumber diberikan pada kumparan stator, sehingga inti besi di
stator menjadi magnet, kemudian menginduksikan magnet tersebut ke rotor.
Dengan demikian, dikumparan rotor akan terinduksi tegangan karena kumparan
rotor merupakan loop tertutup, maka akan mengalir arus di kumparan rotor
tersebut yang berinteraksi dengan medan magnet di stator, sehingga timbullah
gaya putar pada rotor yang mendororng rotor untuk berputar dengan kecepatan
sinkron dan akan mengikuti persamaan,
Ns = 120.f / p
Dengan :
N = kecepatan putar dari medan putar stator dalam rpm.
F = frekuensi arus dan tegangan stator.
P = banyaknya kutub.
Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotomg
penghantar-penghantar rotor sehingga pada penghantar rotor tersebut timbul
gaya gerak listrik atau tegangan induksi.
Berhubung kumparan rotor merupaka rangkaian yang tertutup maka,
pada kumparan tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar
rotor yang berada dalam mendan magnet berputar dari stator, maka penghantar
rotor tersebut timbul gaya-gaya yang berpasangan dan berlawanan arah, gaya
tersebut menimbulkan torsi yang cenderung memutar rotornya, rotor akan
berputar dengan kecepatan (Nr) mengikuti putaran medan putar stator (Ns).
dengan motor listrik jenis lainnya. Motor ini memiliki dua bagian utama, yaitu
stator yang merupakan bagian yang diam, dan rotor sebagai bagian yang
berputar sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2.1. Antara bagian stator dan
rotor dipisahkan oleh celah udara yang sempit, dengan jarak berkisar dari 0,4
mm sampai 4 mm.
2.2.1. Stator
laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah
dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga fasa.
2.2.2. Rotor
Berdasarkan jenis rotornya, motor induksi tiga fasa dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yang juga akan menjadi penamaan untuk motor tersebut,
yaitu rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar tupai (squirrel cage rotor).
Jenis rotor belitan terdiri dari satu set lengkap belitan tiga fasa yang
merupakan bayangan dari belitan pada statornya. Belitan tiga fasa pada rotor
belitan biasanya terhubung Y, dan masing-masing ujung dari tiga kawat belitan
fasa rotor tersebut dihubungkan pada slip ring yang terdapat pada poros rotor
(gambar 2.3(a)). Belitan-belitan rotor ini kemudian dihubung singkatkan melalui
sikat (brush) yang menempel pada slip ring (perhatikan gambar 2.4), dengan
Gambar 2.3. (a) Tampilan Close-Up Bagian Slip Ring Rotor Belitan
(b) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
10
2.3.
Metode Pengasutan
11
Arus starting sekitar 4 sampai 8 kali arus nominal. Dan torsi awal sekitar
0,5 1,5 torsi nominal. Tidak dianjurkan bila starting lebih dari 10 detik
mengingat arus starting yang sangat besar.
12
13
normal pada hubungan bintang pada tegangan 380 V. Motor tersebut dapat
dilakukan starting Y - . Apabila dihubungkan pada tegangan jala 3 fasa 220 V.
14
15
2.
3.
4.
panjang.
2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan
berjalan dengan lancar.
3. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik,
maka
proses
dan
pengendalian
kualitas
proses
harus
16
17
2) Jika suku cadang untuk perbaikan ternyata sukar untuk dipenuhi berarti
dibutuhkan waktu tambahan untuk membeli atau memperoleh dengan
cara lain suku cadang tersebut.
3) Karena kegiatan ini sifatnya mendadak, dalam tugasnya bagian
pemeliharaan
Terencana
terdiri
dari
Pemeliharaan
Pencegahan
(Corrective Maintenance)
setiap
alat/komponen
berjalan
sesuai
dengan
kondisi
yang
18
b. Corrective Maintenance
Pemeliharaan corrective adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki suatu bagian mesin (termasuk penyetelandan reparasi) yang telah
terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Kegiatan corrective
maintenance sendiri terbagi menjadi beberapa kegiatan diantaranya:
1) .Reparasi minor
Yaitu suatu kegiatan pemeliharaan berupa perbaikan-perbaikan kecil
pada suatu mesin atau peralatan terkaitnya (yang tidak ditemukan ketika
pemeriksaan), terutama untuk rencana jangka pendek yang mungkin timbul
diantara pemeriksaan,
2) Overhaul
19
c. Predictive Maintenance
Tipe pemeliharan jenis ini lebih maju dibanding dengan dua tipe
sebelumnya. Ditandai dengan menggunakan teknik-teknik mutakhir (advance
scientific techniques) termasuk statistik probabilitas untuk memaksimalkan
waktu operasi dan menghilangkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu.
Predictive Maintenance dipakai hanya pada sistem-sistem yang akan
menimbulkan masalah-masalah serius jika terjadi kerusakan pada mesin atau
pada proses-proses yang berbahaya.
BAB III
20
METODO PENELITIAN
Deskripsi
Motor HP BCP
Merk / Type
Tegangan
380 V
Daya output
90 KW
Arus
174 A
Putaran
1472 rpm
Bearing
21
pengawatan
dimaksudkan
untuk
menunjukan
hubungan
sebenarnya dan lokasi fisik dari semua bagian komponen pada rangkaian.
Kumparan, kontak, motor dan sejenisnya yang diperlihatkan pada posisi
sebenarnya akan ditemui pada instalasi. Karena hubungan pengawatan dan
pemberian tanda ujung diperlihatkan, maka jenis diagram ini sangat membantu
dalam pengawatan alat dan melacak kawat-kawat dalam mencari kesalahan.
Pengawatan listrik yang dibuat berupa jalur-jalur aliran listrik mulai dari
input power sampai output beban dalam satu rangkaian mesin, hingga
membentuk suatu sistem kontrol mesin yang telah ditetapkan.
22
23
Pada Blok 1 PLTGU UP Gresik terdapat 6 motor HP BCP, yang masingmasing pada setiap blok 1.1, 1.2 dan 1.3 terdapat dua motor HP BCP. Motor
HP BCP menggunakan metode pengasutan hubung langsung jaringan yaitu,
metode dengan ini menggunakan tegangan jala-jala / line penuh yang
dihubungkan langsung ke terminal motor melalui rangkaia pengendali mekanik
atau dengan relay kontaktor magnit.
24
motor hp bcp sudah berjalan maka secara otomatis sirkulasi air akan berjalan,
karena poros antara motor dengan pompa telah dikopel.
Bila hp steam drum dalam kondisi kosong, maka hp steam drum diisi
sampai level -100 milimeter. Kemudian motor hp bcp dijalankan sampai level
drum sudah mencapai level normal start -675 milimeter, dan hrsg siap untuk
start.
Pelumasan motor
Pengukuran tahanan isolasi
Pengukuran tahanan belitan
Pengukuran tegangan
25
5. Pengukuran arus
6. Pengukuran tempratur
7. Pengukuran vibrasi
3.3.1. Pelumasan Motor (Bearing)
Pemeliharaan pada bearing motor dilakukan karena melihat fungsi
bearing yang krusial, bearing membutuhkan pemeliharaan yang baik sehingga
didapatkan umur kerja yang panjang. Salah satu bentuk pemeliharaan bearing
yang utama adalah lubrikasi atau pelumasan.
Fungsi dari pelumasan bearing motor adalah :
1. Membantu menahan beban kerja serta mencegah keausan dan
kerusakkan prematur.
2. Menyerap panas yang timbul.
3. Mencegah kontaminasi kotoran-kotoran yang berasal dari luar.
4. Menghindari suara berderik atau bising.
5. Mencegah korosi pada bearing.
6. Sebagai sealing tambahan.
Secara umum pelumasan pada bearing dibagi menjadi tiga jenis, yakni
menggunakan grease, oli dan tipe kering. Pelumasan bearing pada motor HP
BCP menggunakan grease. Grease merupakan pelumas yang berstruktur semisolid.
3.3.2. Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi pada motor listrik dapat diakukan dengan
menggunakan megger. Untuk mengetahui bagus atau tidaknya tahanan isolasi
pada motor listrik harus memenuhi resistansi insulasi minimum.
Jika nilai tahanan isolasi yang diukur lebih rendah dari nilai minimum
yang diijinkan maka motor tidak boleh dioperasikan.
3.3.3. Pengukuran Tahanan Belitan
Pengukuran tahanan belitan pada motor listrik dapat dilakukan dengan
menggunakan megger. Pengukuran tahanan belitan motor yang terukur
biasanya sekitar 0.3 - 0.6 . Tahanan belitan pada motor harus seimbang
26
antar fasanya. Jika tahanan belitan tidak seimbang maka kualitas belitan motor
kurang baik sehingga motor tidak dapat dioperasikan.
3.3.4. Pengukuran Tegangan
Dalam pengukuran tegangan pada motor listrik biasanya diperhatikan
besarnya tegangan operasi motor apakah sesuai dengan tegangan kerjanya
atau tidak, serta diperhatikan juga besarnya tegangan antar fasanya, apakah
seimbang.
Biasanya masalah yang ditemui pada pengukuran tegangan pada motor
ini adalah adanya perbedaan tegangan antar fasa.
3.3.5. Pengukuran Arus
Pengukuran arus
pada
motor
listrik
dapat
dilakukan
dengan
27
relai
adalah
memelihara
peralatan/komponen
dari
perangkat proteksi, untuk menjaga perangkat relai proteksi tersebut tetap dalam
kondisi baik, sehingga bila terjadi gangguan pada sistem pembangkit maka
peralatan relai proteksi dapat bekerja dengan semestinya.
Prosedur pemeliharaan relai proteksi pada motor adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Jenis gangguan
00154297
00157111
00160225
00198597
00102159
00103669
00105958
00108401
00114897
10
00124145
11
00126101
29
30
31
motor akan tidak seimbang. Hal ini bisa mengakibatkan trip karena salah satu
fasa mengalami arus yang berlebih. Kemungkinan penyebab tahanan fasa tidak
sama yaitu :
a. Salah
satu
kumparan
pernah
mengalami
panas
berlebih
32
Gagal bekerja relai proteksi (fail to trip) seperti dalam kondisi gangguan,
relai proteksi tidak bekerja dan tidak memutusnya (tidak sensitif). Dan Dalam
kondisi gangguan, sistem relai proteksi bekerja tetapi tidak memutus (tidak
handal), namun dalam hal ini kemungkinan gangguan lebih kepada kegagalan
perangkat lainnya.
Kemungkinan-kemungkinan gangguan yang terjadi pada relai proteksi itu
sendiri dan menyebabkan relai proteksi tidak berfungsi sebagaimana mestinya
antara lain disebabkan oleh :
1. Karakteristik relai sudah berubah
2. Kerusakan/gangguan
pada
komponen-komponen
relai
33
34
penurunan, yang diakibat belitan kotor, isolasi belitan sudah rusak dan
kelembaban.
Apabila nilai tahanan isolasi belitan telah mecapai nilai dibawah 1 M
(tahan isolasi minimum yaitu ( RM = KV + 1), maka diperlukan perbaikan.
Prosedur perbaikan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1) Bersih belitan dari kotoran, perlu diperhatikan apabila menggunakan
cairan pembersih, gunakanlah cairan yang tidak merusak isolasi dari
belitan.
2) Melapisi isolasi kembali pada belitan dengan isolation vernish
3) Melaksanakan proses pengeringan dengan heater atau oven.
Dalam proses pengeringan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak isolasi belitan yang diakibat pengeringan yang terlalu cepat, oleh
sebab ini temperatur pemanas harus diatur secara perlahan-lahan sampai
batas temperatur isolasinya.
Untuk lebih jelas proses pengeringnya belitan motor dapat dilakukan
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
35
dipanaskan kembali,
apabila perlu
test
proteksi
pada
dan
relay
proteksi
meminimalkan
adalah
untuk
kegagalan
akibat
yang
dimiliki
relay
modern,
oleh
karena
itu
36
Tujuan dari test ini adalah untuk memastikan bahwa relay tidak akan
bekerja di kondisi yang memang seharusnya relay tidak bekerja dan
akan bekerja dikondisi dimana relay dibutuhkan untuk bekerja.
Bagaimana cara menentukan test maintenance adalah dengan
memastikan jenis dan type relay yang ada. Sebab jenis maintenance
test yang diberikan bergantung pada jenis relay yang ada. Dengan
mengetahui jenis relay maka kita akan mengetahui kegagalan dan
problem apa saja yang mungkin akan terjadi. Setelah mengetahui
jenis kegagalan dan problem apa saja yang mungkin terjadi maka
kita akan bisa menentukan jenis maintenance test apa aja yang
harus dilakukan. Seperti relay elchtromechanical yang rentan
terhadap kontaminan lingkungan dan penyimpangan maka relay ini
perlu diinspeksi, dibersihkan dan dikalibrasi setiap tahun atau setiap
dua tahun. Untuk memastikan tidak adanya penyimpangan operasi.
Banyaknya test maintenance tergantung kondisi dan hasil dari
maintenance yang sebelumnya.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Setelah Proyek Akhir ini selesai ditulis, dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu :
adalah
untuk
mencegah
terjadinya
gangguan
atau
pengaruh-pengaruhnya,
biasanya
dengan
mengisolir
38
6. Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa
syarat relay proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif,
selektif, handal, cepat, lebih ekonomis, sederhana.
5.2.
Saran
1. Lebih memaksimalkan pemeliharaan preventive motor HPBCP sesuai
instruksi kerja sehingga gangguan yang terjadi minimum.
2. Melakukan pengujian atau pengetesan terhadap sistem relai proteksi
pada motor dengan memaksimalkan waktu dan sesuai instruksi kerja
untuk mengurangi gangguan pada relai proteksi
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
http://www.ptpjb.com/
http://www.scribd.com/doc/220612785/pemeliharaan-motor-pltgu
3. Sumanto,1993. Motor Listrik Arus Bolak-balik. Yogyakarta:
Andi Offset.
4.
5.
6.
7.
8.
https://www.academia.edu/19882406/TESTING_AND_COMMISSIONING_OF_PRO
TECTIVE_RELAYS_AND_INSTRUMENT_TRANSFORMERS
9.
https://www.academia.edu/18903893/Analisa_Sistem_Proteksi_Motor_Induksi_3_Fasa
_terhadap_Gangguan_Unbalance
10.
http://syahwilalwi.blogspot.co.id/2010/12/sistem-proteksi-motor.html
11.
http://electricalengineeringwarrior.blogspot.co.id/2011/04/pengasutan-motor-induksi-3fasa.html
40
a. Data Personal
NIM
Nama
Tempat / Tgl. Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Status Perkawinan
Program Studi
Alamat Rumah
:
:
:
:
:
:
:
:
2013 71 090
Anzal Lailatul Qadr
Serang, 20 Februari 1995
Laki-laki
Islam
Belum Kawin
Diploma III Teknik Elektro
PCI BLOK C 77 NO 10 RT/RW 006/006 Kel/Desa
Harjatani Kecamatan Kramatwatu Kode Pos
42161
Telp : 0254-383155
HP : 082112166556
Email : anzallqadr@gmail.com
Personal Web : b. Pendidikan
Jenjang
SD
SMP
SMA
Nama Lembaga
SDIT Raudhatul Jannah
SMPIT Darussalam
SMAIT Darussalam
Jurusan
Tahun Lulus
IPA
2007
2010
2013
2016
Mahasiswa
Anzal Lailatul
Qadr