Bahan Produktivitas, Kinerja, Prestasi
Bahan Produktivitas, Kinerja, Prestasi
dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi, teknologi, dan tenaga kerja, juga
berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya
produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan
tenaga kerja.
Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan berhasil secara efektif dan efisien, maka ada 5
(lima) hal yang harus di pahami, yaitu 1) adanya perbedaan individual, 2) berhubungan dengan
analisa pekerjaan, 3) motivasi, 4) pemilihan peserta didik, dan 5) pemilihan metode yang tepat.
Pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua kelompok, pertama,
yakni pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok tenaga kerja
operasional, kedua, pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok
tenaga kerja yang menduduki jabatan manajerial. Untuk masing-masing kelompok tenaga kerja
tersebut diperlukan metode pendidikan yang berbeda satu sama lain
Pengertian dan Proses Perencanaan Tenaga kerja
Perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan. Rencana
pembangunan memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan di seluruh sektor atau sub
sektor. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan membutuhkan tenaga kerja yang sesuai.
Perencanaan tenaga kerja memuat perkiraan permintaan atau kebutuhan dan penawaran atau
penyediaan tenaga kerja, serta kebijakan maupun program ketenagakerjaan yang diperlukan
dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Perencanaan tenaga kerja dapat dilakukan pada tahap perusahaan, lembaga pemerintah atau
unit organisasi swasta lainnya. Perencanaan tenaga kerja seperti ini disebut perencanaan tenaga
kerja mikro. Pemerintah biasanya juga membuat perencanaan tenaga kerja dalam cakupan
wilayah tertentu maupun secara nasional. Jenis perencanaan tenaga kerja seperti itu dikenal
sebagai perencanaan tenaga kerja makro, nasional atau perencanaan tenaga kerja regional.
Sistem perencanaan tenaga kerja menunjukkan kedudukan perencanaan tenaga kerja dalam
kerangka perencanaan pembangunan secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan yang
disertai dengan data-data kependudukan dan informasi pasar kerja merupakan masukan utama
dalam penyusunan perencanaan tenaga kerja. Hasil perencanaan tenaga kerja adalah berupa
rencana tenaga kerja.
Dalam sistem perencanaan pembangunan yang melihat perencanaan tenaga kerja sebagai
bagian integral dari perencanaan pembangunan, maka proses perencanaan tenaga kerja akan
melibatkan instansi. Proses perencanaan tenaga kerja itu sendiri menunjukkan langkah-langkah
yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan perencanaan tenaga kerja.
Sumber buku Ekonomi SDM karya Kusnendi
J. Ravianto, dalam bukunya Produktivitas dan Manajemen, mengemukakan pengertian
produktivitas sebagai berikut :Produktivitas mengandung arti pengertian perbandingan antara
hasil yang ingin dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Sedangkan Wayne
F. Cascio dalam bukunya Managing Human Resource mengatakan bahwa :Productivity is a
measure of the output of goods and services relative to the input tabor, material and equipment.
Bambang Kusriyanto, dalam bukunya Meningkatkan Produktivitas Karyawan; menjelaskan
bahwa :Produktivitas karyawan adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran
serta tenaga kerja per satuan waktu.
Disusun oleh: Aloysia Alfra Phalestie, SPsi.
Istilah prestasi kerja mengandung berbagai pengertian. Prabowo (2005) mengemukakan bahwa
prestasi lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh
mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Suryabrata (1984) menyatakan
bahwa prestasi adalah juga suatu hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu
kegiatan. Dalam dunia kerja, prestasi kerja disebut sebagai work performance (Prabowo, 2005).
Definisi prestasi kerja menurut Lawler (dalam Asad, 1991) adalah suatu hasil yang dicapai oleh
karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif. Lawler &
Porter (dalam Asad, 1991) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah kesuksesan kerja yang
diperoleh seseorang dari perbuatan atau hasil yang bersangkutan. Dalam lingkup yang lebih
luas, Jewell & Siegall (1990) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil sejauh mana anggota
organisasi telah melakukan pekerjaan dalam rangka memuaskan organisasinya.
Definisi prestasi kerja menurut Hasibuan (1990) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, kesungguhan, serta waktu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Zeitz (dalam Baron & Byrne, 1994) mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal
utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor organisasional
meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik
dari lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting
adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam bentuk gaji, bonus,
ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang juga penting adalah kualitas
pengawasan (supervision quality), dimana seorang bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja
jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya.
Sementara faktor personal meliputi ciri sifat kepribadian (personality trait), senioritas, masa kerja,
kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dan kepuasan
hidup. Untuk faktor personal, faktor yang juga penting dalam mempengaruhi prestasi kerja adalah
faktor status dan masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan yang
lebih tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang baik. Status pekerjaan tersebut
dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang lebih baik, sehingga
kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja juga semakin besar.
Blumberg & Pringle (dalam Jewell & Siegall, 1990) juga menyatakan bahwa ada beberapa faktor
yang menentukan prestasi kerja seseorang, yaitu kesempatan, kapasitas, dan kemauan untuk
melakukan prestasi. Kapasitas terdiri dari usia, kesehatan, keterampilan, inteligensi, keterampilan
motorik, tingkat pendidikan, daya tahan, stamina, dan tingkat energi. Kemauan terdiri dari
motivasi, kepuasan kerja, status pekerjaan, kecemasan, legitimasi, partisipasi, sikap, persepsi
atas karakteristik tugas, keterlibatan kerja, keterlibatan ego, citra diri, kepribadian, norma, nilai,
persepsi atas ekspektasi peran, dan rasa keadilan. Sedangkan kesempatan meliputi alat,
material, pasokan, kondisi kerja, tindakan rekan kerja, perilaku pimpinan, mentorisme, kebijakan,
peraturan, prosedur organisasi, informasi, waktu, serta gaji.
Konsekuensi dari Prestasi Kerja
Hal utama yang dituntut oleh perusahaan dari karyawannya adalah prestasi kerja mereka yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Prestasi kerja karyawan akan
membawa dampak bagi karyawan yang bersangkutan maupun perusahaan tempat ia bekerja.
Prestasi kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas perusahaan, menurunkan tingkat
keluar masuk karyawan (turn over), serta memantapkan manajemen perusahaan. Sebaliknya,
prestasi kerja karyawan yang rendah dapat menurunkan tingkat kualitas dan produktivitas kerja,
meningkatkan tingkat keluar masuk karyawan, yang pada akhirnya akan berdampak pada
penurunan pendapatan perusahaan.
Bagi karyawan, tingkat prestasi kerja yang tinggi dapat memberikan keuntungan tersendiri,
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnely, J.M. (1985). Organizations behavior, structure,
processes. Plano : Business Publication.
Grivin, R.W. & Ebert, R.J. (1996). Business. Englewood Cliff, New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Hasibuan, M.S.P. (1990). Manajemen sumber daya manusia: dasar kunci keberhasilan. Jakarta:
CV Haji Mas Agung.
Jewell & Siegall, M. (1990). Psikologi industri/organisasi modern. Jakarta: Penerbit Arcan.
Robbins, S.P. (1983). Organizational behavior: concept, controversion & application (Edisi ke-5).
San Diego: Prentice Hall International, Inc.
Robbins, S.P. (2003). Organizational behavior. New Jersey: Prentice Hall.
Werther, W.B. & Davis, K. (1993). Human resource and personnel management. New York:
McGraw-Hill, Co.