KIA Penyuluhan Mengenai Gizi Kurang Pada Balita
KIA Penyuluhan Mengenai Gizi Kurang Pada Balita
OLEH:
dr. Friska Furnandari
PENDAMPING
dr. Dwi Retno S
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
Peserta
Pendamping
Mengetahui,
drg. Djuwinarti
NIP 19600825 198903 2 002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya
dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur
(U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini
disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah
satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik
bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui
melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun
kualitatif.
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference.
Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmikkwasiorkor dan kwasiorkor.
World Health Organisation (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan
prevalensi gizi kurang ke dalam empat kelompok yaitu rendah (dibawah 10%),
sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (30%).
B. Permasalahan
Berikut adalah data penimbangan serentak dengan indikator BB/U tahun
2013:
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
Kranggan
Lodoyong
Kupang
Panjang
Ngampin
Pojoksari
Bejalen
Tambak
Jml Balita
Ada Diukur
142
142
580
478
832
832
458
458
385
377
157
157
120
83
431
346
9
10
boyo
Baran
Pasekan
456
535
319
525
Lbh
4
9
25
15
11
4
3
5
139
264
158
248
297
512
11
2
2
3
2
2
5
1
5
4
2
2
6
1
7
7
= 0,03 %
2. Lodoyong
= 0,01 %
3. Kupang
= 0,03 %
4. Panjang
= 0,02 %
5. Ngampin
= 0,03 %
6. Pojoksari
= 0,04 %
7. Bejalen
= 0,05 %
8. Tambakboyo
= 0,07 %
9. Baran
= 0,02 %
10. Pasekan
= 0,01 %
Dari data tersebut diatas didapatkan presentase paling tinggi gizi kurang di
desa Tambakboyo yaitu 0,07%. Dengan adanya data tersebut diatas diharapkan
terjadinya peningkatan status gizi di Ambarawa.
Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang
sangat
4
4
upaya
telah
dilakukan
oleh
pemerintah, khususnya
Dinas
3) Bagi puskesmas
Dapat meningkatkan status gizi dari balita dengan gizi kurang menjadi
gizi baik
Dapat mencegah terjadinya penurunan status gizi dari gizi kurang menjadi
gizi buruk
BAB II
BENTUK KEGIATAN
I. PERMASALAHAN
a.
Keluarga
1. Kurangnya informasi yang diperoleh oleh keluarga mengenai pedoman
pemberian makanan yang baik bagi balita.
2. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga mengenai gizi kurang
serta pedoman pemberian makanan yang baik bagi balita serta dampak
yang akan terjadi pada balita yang kekurang gizi.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam posyandu
dan keinginan untuk mencari informasi pada tenaga kesehatan.
b.
Masyarakat
Kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat secara umum mengenai
gizi pada balita dan pedoman pemberian makanan yang baik pada balita. Hal
ini disebabkan karena faktor ekonomi dan pendidikan masyarakat yang
kurang. Selain itu juga kurangnya motivasi mengenai pentingnya kecukupan
gizi pada balita
II.
No
Masalah
KELUARGA
1
2.
Memberikan
edukasi
melalui
penyuluhan pentingnya pemberian gizi
yang baik pada balita
Memberikan
makan
perkembangan umurnya.
pada
edukasi
tentang
balita
sesuai
pola
dengan
gizi.
tenaga
MASYARAKAT
1.
ataupun
di
pustu
atau
puskesmas terdekat.
BAB III
PELAKSANAAN / PROSES INTERVENSI
No
Masalah
1.
Mengadakan
mengenai
balita
Mengadakan
oleh
gizi
umurnya.
gizi
Pembentukan
posyandu
pedoman
Rencana Kegiatan
penyuluhan
2.
Kurangnya
yang
pengetahuan
dimiliki
keluarga
kurang
mengenai
serta
pedoman
bagi
balita
penyuluhan
serta
3.
Kurangnya
masyarakat
berpartisipasi
kesadaran
untuk
ikut
dalam
anggota
pada tenaga
4.
kurangnya
mengenai
motivasi
pentingnya
Mengadakan
pelatihan
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
10
A. MONITORING
1. Melakukan pendataan meliputi Nama, Umur, BB, TB, Umur dan status gizi
balita saat adanya posyandu sehingga dapat ditemukan balita yang
mempunyai status gizi kurang secara rutin setiap bulannya
2. Jika terdapat balita dengan status gizi kurang maka dapat segera bekonsultasi
untuk dapat meningkatkan status gizinya
B. EVALUASI
Evaluasi dilihat dari peningkatan berat badan setiap bulannya saat
diadakannya posyandu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
11
Masyarakat belum memahami secara baik mengenai asupan gizi balita dan gizi
kurang, sehingga dilakukan intervensi pendekatan pada balita yang mempunyai gizi
kurang dengan memotivasinya. Setelah dilakukan intervensi, diharapkan masyarakat
lebih mengerti dan mempraktekkan arti kecukupan asupan gizi balita dan datang
keposyandu secara rutin tiap bulannya agar terkontrol status gizinya.
Saran
Setelah diketahui bahwa presentase gizi kurang terdapat pada Desa Tambakboyo
maka diharapkan pihak bidan desa menindaklanjuti dengan melaporkan secara
periodik kepada Puskesmas Ambarawa selaku penanggungjawab bidang kesehatan
agar segera dapat dilakukan intervensi baik melalui motivasi, memberikan edukasi
tentang pola makan pada balita sesuai dengan perkembangan umurnya penyuluhan,
memberikan edukasi tentang dampak yang ditimbulkan akibat kekurangan gizi dan
pemberian makanan tambahahan , sehingga dapat meningkatkan status gizi balita.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Status Gizi
12
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsum si dan penggunaan zat-zat gizi di dalam
tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi
normal, dan gizi lebih. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi
dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh
dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan indivi du.
Energi yang masuk kedalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak
dan zat gizi lainnya. Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat
diinginkan oleh semua orang. Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut
undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang
masuk lebih se dikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena
jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu.
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan (Nix, 2005). Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk
melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan
zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang
menjadi gemuk.
B. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penj elasan yang berasal dari data yang diperoleh
dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi
atau individu yang memiliki risiko
13
besarnya
Untuk
14
maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun
kualitatif. Data kuantitatif dapat me ngetahui jumlah dan jenis pangan
yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif da pat diketahui frekuensi
makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan
sesuai dengan kebutuhan gizi.
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui
data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi,
seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan
dan kematian, statistik pela yanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi
yang berkaitan dengan kekurangan gizi.
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah
gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor
biologis, faktor
15
16
pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi. Gizi kurang merupakan salah satu
masalah gizi yang banyak dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang.
Hal ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan yang
kur ang mengenai gizi dan perilaku belum sadar akan status gizi. Contoh masalah
kekurangan gizi, antara lain KEP (Kekurangan Energi Protein), GAKI (Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium), Anemia Gizi Besi (AGB).
D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
1. Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan
tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik
maka dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang
lebih semangat dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka
produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan malas
bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya
umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat
tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya
kegiatan fisik.
2. Frekuensi Makan
Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak makanan
yang dikonsumsi seseorang. Sebagian besar remaja melewatkan satu atau
lebih waktu makan, yaitu sarapan. Sarapan adalah waktu makan yang paling
banyak dilewatkan, di susul oleh makan siang. Ada beberapa alasan yang
menyebabkan seseorang malas untuk sarapan, antara lain mereka sedang
dalam keadaan terburu-buru, menghemat waktu, tidak lapar, menjaga berat
badan dan tidak tersedianya makanan yang akan dimakan. Melewatkan waktu
makan dapat menyebabkan penurunan konsumsi energi, protein dan zat gizi
lain. Pada bangsa-bangsa yang frekuensi makannya dua kali dalam sehari
lebih banyak orang yang gemuk dibandingkan bangsa dengan frekuensi
makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Hal ini berarti bahwa frekuensi makan
17
sering dengan jumlah yang sedikit lebih baik dari pada jarang makan tetapi
sekali makan dalam jumlah yang banyak.
3. Asupan Energi
Energi merupakan asupan utama yang sangant diperlukan oleh tubuh.
Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan protein, vitamin,
dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif. Untuk beberapa fungsi
metabolisme tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh BM, kecepatan
pertumbuhan, komposisi tubuh dan aktivitas fisik. Energi yang diperlukan ol
eh tubuh berasal dari en ergi kimia yang terdapat dalam makanan yang
dikonsumsi. Energi diukur dalam satuan kalori. Energi yang berasal dari
protein menghasilkan 4 kkal/gram, lemak 9 kkal/gram, dan karbohidrat 4
kkal/ gram.
4. Asupan Protein
Protein merupakan zat gizi yang pa ling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi
utama protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh. Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino yang
diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme, mengatur
keseimbangan air, dan mempertahankan ke netralan asam basa tubuh.
Pertumbuhan, kehamilan, dan infeksi penyakit meningkatkan kebutuhan
protein seseorang Sumber makanan yang paling banyak mengandung protein
berasal dari bahan makanan hewani, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan
dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati berasal dari tempe, tahu, dan
kacang-kacangan. Catatan Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1999,
menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari rata-rata penduduk
Indonesia adalah 48,7 gram sehari. Anjuran asupan protein be rkisar antara 10
15% da ri total energi.
5. Asupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia yang
dapat diperoleh dari alam, sehingga harganya pun relatif murah. Sumber
karbohidrat berasal dari padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-
18
kacangan dan gula. Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok adalah beras, singkong, ubi,
jagung, talas, dan sagu. Karbohidrat menghasilkan 4 kkal / gram. Angka
kecukupan karbohidrat sebesar 50-65% dari total energi. (WKNP G, 2004).
WHO (1990) menganjurkan agar 55 75% konsumsi energi total berasal dari
karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang tidak mencukupi di dalam tubuh
akan diga ntikan dengan protein untuk memenuhi kecukupan energi. Apabila
karbohidrat terc ukupi, maka protein akan tetap berfungsi sebagai zat
pembangun.
6. Asupan Lemak
Lemak merupakan cadangan energi di dalam tubuh. Lemak terdiri dari
trigliserida, fosfolipid, dan sterol, dimana ketiga jenis ini memiliki fungsi
terhadap kesehataan tubuh manusia (WKNPG, 2004). Konsumsi lemak paling
sedikit adalah 10% dari total energi. Lemak menghasilkan 9 kkal/ gram.
Lemak relatif lebih lama dalam sistem pencernaan tubuh manusia. Jika
seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan mengurangi
konsumsi makanan lain. Berdasarkan PUGS, anjuran konsumsi lemak tidak
melebihi 25% dari total energi dalam makanan sehari-hari. Sumber utama
lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan, seperti minyak kelapa, kelapa sawit,
kacang tanah, jagung, dan se bagainya. Sumber lemak utama lainnya berasal
dari mentega, margarin, dan lemak hewan.
7. Tingkat Pendidikan
Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi pula
pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan kesehatan. Pendidikan yang
tinggi dapat membuat seseorang lebih memperhatikan makanan untuk
memenuhi asupan zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan yang baik
dapat mengurangi bahkan mencegah dari timbulnya masalah yang
tidak
19
gizi, sehingga diharapkan dapat menimbulkan perilaku dan gaya hidup yang
sesuai de ngan informasi yang didapatkan mengenai gizi dan kesehatan.
Tingkat pendidikan
suatu
20
seseorang dalam hal memilih dan membeli jenis makanan. Orang akan mudah
membeli makanan yang tinggi kalori. Semakin banyak mengonsumsi
makanan berkalori tinggi dapat menimbulkan kelebihan energi yang disimpan
tubuh dalam bentuk lemak. Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam
tubuh dapat mengakibatkan kegemukan.
9. Pengetahuan
Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuannya
akan gizi. Orang yang memiliki tingkat pendidikan hanya sebatas tamat SD,
tentu memiliki pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan orang dengan
tingkat pendidikan tamat SMA atau Sarjana. Tetapi, sebaliknya, seseorang
dengan tingkat pendidikan yang tinggi sekalipun belum tentu memiliki
pengetahuan gizi yang cukup jika ia jarang mendapatkan info rmasi mengenai
gizi, baik melalui media iklan, penyuluhan, dan lain sebagainya. Tetapi, perlu
diingat ba hwa rendah-tingginya pendidikan seseorang juga turut menentukan
mudah tidaknya orang tersebut dalam menyerap dan memahami pengetahuan
gizi yang mereka peroleh. Berdasarkan hal ini, kita dapat menentukan metode
penyuluhan gizi yang tepat. Di samping itu, dilihat dari segi kepentingan gizi
keluar ga, pendidikan itu sendiri amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap
terhadap ada nya masalah gizi di dalam keluarga dan dapat mengambil
tindakan secepatnya. Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya
pengetahuan tentang zat gizi maka seseorang dengan mudah mengetahui
status gizi mereka. Zat gizi yang cukup dapat dipenuhi oleh seseorang sesuai
dengan makanan yang dikonsumsi yang diperlukan untuk meningkatkan
pertumbuhan. Pengetahuan gizi dapat memberikan perbaikan gizi pada
individu maupun masyarakat.
E.
21
a. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang
kurang, tetapi juga karena penyakit.anak yang medapat makanan yang cukup
baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi
kurang. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka daya
tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah
diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat
menderita kurang gizi. Dalam kenyataannya keduanya secara bersama-sama
merupakan penyebab kekurangan gizi.
b. Tidak langsung
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan
anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Ketahanan pangan dikeluarga (household food security) adalah kemampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuan pangan seluruh anggota keluarganya
dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya. Ketahanan
pangan ditingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan
22
dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup
sehat.
Masalah kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasarmerupakan
determinan penting dalam bidang kesehatan. Berubahnya kondisi lingkungan
akan berdampak kepada berubahnya kondisi kesehatan masyarakat.
Kecenderungan masalah lingkungan yang menjadi isu penting saat ini antara
lain terjadinya perubahan iklim, mulai berkurangnya sumber daya alam,
terjadinya pencemaran lingkungan baik terhadap air maupun udara.
Faktor internal
Faktor internal antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal
dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila
faktor internal ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan
optimal maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Faktor
internal yang berhubungan dengan gizi antara lain :
1. umur balita
masa balita merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan badan yang
cukup pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap
kilogram berat badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita justru
paling sering mengalami kekurangan gizi sehingga anak balita
merupakan kelompok umur yang rentatn menderita kekurangan gizi.
2. jenis kelamin balita
kebutuhan zat gizi anak laki-laki berbeda dengan perempuan dan
biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktifitas fisiklebih
tinggi. Anak laki-laki biasanya mendapatkan prioritas yang lebih
tinggi dalam hal makanan dibandingkan anak perempuan.
3. status kesehatan balita
gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama, dan bila bekerja
bersama-sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk,
dibandingkan bila kedua faktor tersebut masing-masing bekerja
sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya,
23
pemberian
yang
tepat,
artinya
MP-ASI
mulai
25
Makanan Lunak
Makanan
Keluarga
0-6
6-9
9-12
12-24
V
V
V
V
V
V
V
26
DAFTAR PUSTAKA
http://bappenas.go.id/2010-2014/
http://respiratory usu.ac.id
http://dinkesjatengprov.go.id/dokumen/Profil kesehatan jawa tengah tahun 2012
Program Nasional Bagi Anak Indonesia 2015 (PNBAI 2005)
RANPG 2006-2010
Standart Antopomerti Penilaian Status Gizi Anak, Kementrian Kesehatan RI 2011
Status Gizi, Novita Adelina, FKUI 2009
Tumbuh Kembang Anak, Soetjiningsih 2003
http://who.int/ihr/2005
27