Anda di halaman 1dari 8

Kewajiban Mensyukuri Nikmat

Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian. Adakah Pencipta selain
Allah yang dapat memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi? Tidak ada
yang berhak diibadahi dengan benar selain dia, maka mengapa kalian berpaling?
(Fathir: 3)
Di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada seluruh
manusia agar mereka mengingat nikmat-nikmat-Nya. Karena yang demikian ini akan
mendorong seseorang untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa
Ta'ala, Ketahuilah, bahwa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala akan
menyebabkan terjaganya nikmat yang dikaruniakan kepada seseorang dan
menyebabkan datangnya nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lainnya.
Namun sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Ibnu Al-Qayyim rahimahullahu,
syukur itu tidak akan terwujud kecuali jika terbangun di atas lima perkara. Yaitu
dengan merendahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mencintai-Nya,
mengakui bahwa nikmat tersebut merupakan karunia dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala, memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan lisannya, dan tidak menggunakan
nikmat tersebut untuk perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Oleh
karena itu, sudah semestinya bagi kita untuk melihat kembali usaha kita dalam
mewujudkan rasa syukurnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena apabila
salah satu dari lima perkara yang harus dipenuhi tersebut tidak dilakukan, maka
belum dikatakan orang tersebut telah bersyukur. Dengan demikian, bersyukur itu
tidaklah cukup dengan mengucapkan alhamdulillah atau dengan sekadar menyadari
bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan tidak
cukup pula meskipun kemudian dia tunjukkan dengan menghinakan diri serta tidak
menyombongkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi harus
dilengkapi dengan mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan membuktikan cintanya
tersebut dengan menggunakan nikmat-nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya.
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan dalam ayat-Nya, bahwa keridhaanNya hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang
bersyukur, sebagaimana dalam firman-Nya:

Dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia akan meridhai kalian (dari perbuatan syukur
tersebut). (Az-Zumar: 7)
Oleh karena itu, sudah semestinya bagi orang-orang yang mengharapkan surga
Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memperbaiki dirinya dalam
bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena kalau tidak demikian, maka
bisa jadi seseorang menyangka dirinya telah bersyukur namun
ternyata tidak demikian kenyataannya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala
sebagaimana dalam firman-Nya, telah membagi manusia menjadi dua
kelompok. Yaitu kelompok orang-orang yang bersyukur dan kelompok orang-orang
yang kufur, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; maka (manusia) ada
yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (Al-Insan: 3)
Maka marilah kita berusaha melihat pada diri kita masing-masing. Pada kelompok
yang mana kita berada? Sudahkah kita mensyukuri nikmat waktu,
nikmat

sehat,

penglihatan,

pendengaran,

lisan

dan

lain-lainnya

dengan

menggunakannya untuk beribadah di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala?


Sudahkah kita mensyukuri nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada kita, kemudahan
dalam sarana transportasi dan komunikasi serta yang semisalnya
untuk digunakan di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala? Ataukah justru sarana tersebut
digunakan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala?
Maasyiral

muslimin

rahimakumullah,

Ingatlah,

bahwa

nikmat-nikmat

Allah

Subhanahu wa Ta'ala yang dikaruniakan kepada kita sangat banyak dan


kita akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah
kita

mensyukuri

nikmat-nikmat

Allah

Subhanahu

wa

Ta'ala

dan

jangan

mengkufurinya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada


umatnya dan menganjurkan umatnya untuk mensyukuri nikmat. Tersebut di dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah
3

dalam Shahih

keduanya,

melalui jalan

sahabat Anas radhiyallahu

'anhu:

Bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melewati sebiji kurma ketika sedang
berjalan, maka belia Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Kalaulah bukan (karena aku takut) kurma tersebut dari shadaqah, sungguh aku
akan memakannya.
Dari satu hadits ini saja, kita bisa mengetahui betapa besarnya perhatian Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga
tidak membiarkan meskipun hanya sebiji kurma untuk dibuang dan rusak tanpa
dimanfaatkan. Kalau kita bandingkan dengan keadaan sebagian kita, akan kita
dapatkan perbedaan yang sangat jauh. Makanan yang dibuang sia-sia merupakan
pemandangan yang mungkin setiap hari dijumpai di sebagian rumah kita. Baik
karena berlebihan dalam memasaknya atau membelinya yang kemudian menjadi
rusak dan busuk sehingga kemudian dibuang sia-sia. Padahal terkadang makanan
tersebut bukanlah makanan yang murah harganya atau mudah mendapatkannya.
Sementara di sekitar rumahnya banyak orang-orang fakir miskin yang tidak memiliki
makanan. Sudah semestinya bagi kita semua untuk berusaha memperbaiki
dirinya dalam bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Saudara-saudaraku yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Ketahuilah, bahwa seseorang apabila tidak mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa
Ta'ala, maka dia akan berada pada satu dari dua keadaan. Kemungkinan yang
pertama, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengambil nikmat tersebut darinya dan
kemungkinan yang kedua, nikmat tersebut akan terus bersamanya namun akan
menambah beratnya siksa di akhirat kelak. Maka tentunya kita semua tidak ingin
terjatuh pada salah satu dari kedua keadaan tersebut.

Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa dibiarkannya


mereka (terus mendapat nikmat) adalah lebih baik bagi mereka.
Sesungguhnya Kami membiarkan mereka hanyalah supaya bertambah-tambah
dosa mereka; dan bagi mereka nantinya adzab yang menghinakan. (Ali
Imran: 178)

Khutbah Kedua

Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, dan bersyukurlah kalian kepada-Ku, dan
janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku. (Al-Baqarah: 152)

Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala,


Ketahuilah, bahwa nikmat yang paling besar yang Allah Subhanahu wa Ta'ala
karuniakan kepada hamba-hamba-Nya adalah nikmat ber-Islam dan memahaminya
dengan pemahaman yang benar. Yaitu memahaminya sebagaimana yang telah
diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabatnya.
Karena seseorang yang telah mendapatkan nikmat tersebut berarti dia telah
mengikuti satu-satunya jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang
akan mengantarkan dirinya pada kebahagiaan yang selamanya. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. (Al-Ma`idah: 3)
Saudara-saudaraku seiman yang semoga senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa
Ta'ala, Besarnya nikmat ber-Islam dan memahaminya dengan pemahaman yang
benar tersebut akan dirasakan oleh seseorang, ketika dia melihat bagaimana
keadaan orang-orang yang tidak mendapatkan nikmat ini. Betapa banyak orangorang yang tersesat sehingga mengikuti akidah orang-orang kafir dan musyrikin.
Betapa banyak orang-orang yang menyimpang karena mengikuti aturan-aturan yang
diada-adakan oleh pemimpinnya atau pendiri kelompoknya sendiri. Begitu pula,
betapa banyak orang-orang yang tersesat karena hanya mengikuti kebiasaan atau
tradisi masyarakatnya yang mengada-adakan amal ibadah yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Maka,
orang-orang yang benar-benar mengikuti ajaran Islam dan memahaminya dengan
pemahaman yang benar, sungguh dirinya telah diselamatkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta'ala dari berbagai bentuk kesesatan.
Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Besarnya nikmat Islam dan hidayah memahami agama Islam dengan benar juga
akan dirasakan manakala seseorang mengetahui janji Allah Subhanahu wa Ta'ala
bagi orang-orang yang mendapatkan nikmat ini dan ancaman-Nya bagi orang-orang
yang tidak mendapatkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya:
6

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.


(Yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera yang
halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan. Demikian pula Kami
berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam
buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran). Mereka tidak akan
merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia
dan Allah memelihara mereka dari adzab neraka. Sebagai karunia dari Rabbmu.
Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar. (Ad-Dukhan: 51-57)
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan balasan bagi orang-orang yang tidak
mendapatkan nikmat Islam di dalam firman-Nya:

Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti
makannya binatang-binatang dan neraka Jahannam adalah tempat
tinggal mereka. (Muhammad: 12)
Maka marilah kita berusaha untuk mensyukuri nikmat yang paling besar ini.
Meskipun nikmat yang lainnya pun tidak boleh disepelekan. Namun nikmat
mengikuti agama Islam merupakan nikmat yang paling besar dan tidak bisa
7

dikalahkan

oleh

nikmat

apapun.

Sekalipun

dibandingkan

dengan

orang

mendapatkan nikmat dunia dan seisinya, namun tidak mendapatkan nikmat Islam.
Marilah kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan mengamalkannya. Tidak
sekadar mengikuti kebanyakan atau keumuman orang. Tidak pula dengan
mengandalkan semangat tanpa dilandasi ilmu. Namun harus didasarkan kepada AlQur`an dan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam serta memahami keduanya
dengan bimbingan para ulama yang mengikuti jalan generasi terbaik umat ini. Yaitu
jalannya para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena mereka adalah
orang-orang yang telah mempelajari agama ini dari lisan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam dan mengetahui bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam mempraktikkan agama ini. Dengan demikian kita akan diselamatkan dari
berbagai ajaran yang menyimpang dan selanjutnya mendapatkan janji Allah
Subhanahu wa Ta'ala, yaitu kenikmatan surga pada kehidupan yang selamanya
nanti. Wallahu alam bish-shawab.

Anda mungkin juga menyukai