PENDAHULUAN
1.1
tuntutan
masyarakat
terhadap
penyelenggaraan
satu
bentuk
pertanggungjawaban
dalam
penyelenggaraan
daerah sudah berkualitas yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan
Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
(Adhi dan Suhardjo, 2013).
Kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan
informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat
yang disebutkan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (PP No.
71 Tahun 2010) terdiri dari: (a) relevan, (b) andal, (c) dapat dibandingkan dan (d)
dapat dipahami.
Undang-Undang No 17 tahun 2003, pasal 32 menegaskan bahwa
Pemerintah Daerah di haruskan menyampaikan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Laporan Keuangan
dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara mengatakan bahwa sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan
APBD pemerintah atas Keuangan Negara, Presiden menyampaikan rancangan
undang-undang tentang pertanggungjawaban APBN kepada DPR berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Menurut Darise (2009) ukuran keberhasilan dalam pengelolaan keuangan
daerah yaitu:
1. Keterkaitan antara RPJM, RKPD, KUA, PPAS, dan APBD.
2. Ketepatan waktu APBD.
Opini BPK
2009
2010
2011
2012
2013
2014
jawaban, monitoring dan belanja hibah bantuan sosial dan bantuan keuangan
masih banyak kelemahann dan tidak sesuai ketentuan. Terkait dengan Belanja
Perjalanan Dinas, BPK juga menemukan Belanja Perjalanan Dinas di beberapa
SKPD masih ada yang tidak didukung bukti pertanggungjawaban, tidak dapat di
yakini kebenarannya, tidak sesuai dengan realisasi sebenarnya.
Adapun fenomena yang diungkapkan dalam artikel berita online Pikiran
Rakyat (2013) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung
mendesak Pemerintah Kota Bandung untuk lebih serius memperbaiki pengelolaan
aset di wilayah Kota Bandung. Sudah enam tahun belakangan, persoalan aset
selalu menjadi kendala utama bagi Kota Bandung untuk mendapatkan opini
penilaian keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) RI.
Menurut Warongan et. al. (2014) yang sudah dialih bahasakan,
pengelolaan keuangan publik yang buruk akan memberikan kesempatan untuk
melakukan penyimpangan dan kesalahan dalam mengelola keuangan tersebut.
Dapat pula menimbulkan kecurangan yang menyebabkan terjadinya korupsi. Jika
terus dilanjutkan, masyarakat akan menghadapi konsekuensi, biaya transaksi
tinggi dan buruknya pelayanan publik. Hal ini dapat menjadi penyebab hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Berdasarkan fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah
Kota Bandung masih memiliki kekurangan untuk menghasilkan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah yang baik karena belum mencapai opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP). Hal ini merupakan bukti dari kurangnya pemahaman
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat
mengetahui
pelaksanaan
sistem
pengendalian
internal
mengetahui
pengaruh
penerapan
standar
akuntansi
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi:
1. Bagi Penulis
Pengetahuan dan wawasan mengenai pengelolaan keuangan daerah
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Bandung dan memahami perbandingan
antara konsep yang diberikan pada masa perkuliahan dengan
penerapannya langsung di instansi pemerintahan.
2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah
Bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kota Bandung dalam
mengambil
kebijaksanaan
untuk
terus
meningkatkan
dan
1.5
menyusun skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung Jalan Wastukencana No.2 Bandung.
Sedangkan waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai dengan Juli
2015.