Anda di halaman 1dari 3

Sabtu, 31 Oktober 2009

Kritisisme (Filsafat Ilmu)


Kritisisme
Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dulu menyelidiki
kemampuan rasio dan batas-batasnya. Pelopor kritisisme adalah Immanuel Kant.
Immanuel Kant (1724 1804) mengkritisi Rasionalisme dan Empirisme yang hanya
mementingkan satu sisi dari dua unsur (akal dan pengalaman) dalam mencapai kebenaran.
Menonjolkan satu unsur dengan mengabaikan yang lain hanya akan menghasilkan sesuatu
yang berat sebelah. Kant jelas-jelas menolak cara berfikir seperti ini. Karena itu, Kant
menawarkan sebuah konsep Filsafat Kritisisme yang merupakan sintesis dari rasionalisme
dan empirisme. Kata kritik secara harfiah berarti pemisahan. Filsafat Kant bermaksud
membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada
kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatannya kepada segala
penampakan yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksudkan sebagai penyadaran atas
kemampuan-kemampuan rasio secara objektif dan menentukan batas-batas kemampuannya,
untuk memberi tempat kepada iman kepercayaan.
Dengan filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia dan ilmu pengetahuan.
Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme
dan dari sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi
pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari segala pengalaman, sedang empirisme
mengira hanya dapat memperoleh pengenalan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa
empirisme sekalipun mulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetapi melalui
idealisme subjektif bermuara pada suatu skeptisisme yang radikal.
Dengan kritisisme, Imanuel Kant mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua
pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa
masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan
kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang
menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu
dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan
Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri" ("das Ding an
sich"), namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang". Namun,
menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang
dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita
ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara
pandang dan bukan atribut dari dunia fisik di mana hal itu merupakan materi pengetahuan.
Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang
tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Kant bermaksud mengadakan
penelitian yang kritis terhadap rasio murni, Immanuel Kant mewujudkan pemikirannya
tersebut ke dalam beberapa buku yang sangat penting yaitu tentang kritik. Buku-bukunya
antara lain berjudul:
1.Kritik der reinen Vernunft (Kritik atas Rasio Murni) tahun 1781
Dalam kritik ini, antara lain Kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat
umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia terlebih dulu membedakan adanya
tiga macam putusan. Pertama, putusan analitis a priori; di mana predikat tidak menambah
sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya, setiap benda
menempati ruang). Kedua, putusan sintesis aposteriori, misalnya pemyataan"meja itu bagus",
di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi. Ketiga,

putusan sintesis a priori: di sini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati
bersifat sintetis, namun bersifat a priori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi "segala
kejadian mempunyai sebabnya". Putusan ini berlaku umum dan mutlak (jadi a priori), namun
putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori, Sebab di dalam pengertian "kejadian" belum
dengan sendirinya tersirat pengertian "sebab". Maka di sini baik akal ataupun pengalaman
indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika, dan ilmu pengetahuan alam disusun atas
putusan sintetis yang bersifat a priori ini. Menurut Kant, putusan jenis ketiga inilah syarat
dasar bagi apa yang disebut pengetahuan (ilmiah) dipenuhi, yakni bersifat umum dan mutlak
serta memberi pengetahuan baru.
2.Kritik der Praktischen Vernunft (Kritik atas Rasio Praktis) tahun 1788.
Dalam kritik atas rasio praktis, Kant berusaha menemukan bagaimana pengetahuan moral itu
terjadi. Pengetahuan moral , misalnya dalam putusan orang harus jujur, tidak menyangkut
kenyataan yang ada (das Sein), melainkan kenyataan yang seharusnya ada (das Sollen).
Pengetahuan macam ini bersifat a priori sebab tidak menyangkut tindakan empiris, melainkan
asas asas tindakan. Kritik atas rasio praktis ini melahirkan etika.
3.Kritik der Urteilskraft (Kritik atas Daya Pertimbangan) tahun 1790
Kritik atas Daya Pertimbangan terdiri dari sebuah pendahuluan. Kant mengemukakan
delapan pokok persoalan di antaranya adalah bagaimana cara ia berusaha merukunkan dua
karya kritik sebelumnya di dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Bagian pertama dari karya
itu berjudul Kritik atas daya penilaian estetis dan terbagi menjadi dua bagian yang terkait
dengan penilaian estetis yaitu analisa daya penilaian estetis dan dialektika daya penilaian
estetis. Analisa putusan estetis dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu analisa tentang cantik
(beautiful) dan analisa tentang agung (sublime).
Perasaan estetis menurut Kant berada pada keselarasan pikiran dengan imajinasi dengan
dasar bebasnya kerja imajinasi. Semangat ( geist ) kreatif yang menghasilkan objek-objek
seni tersembunyi pula di dalam adonan antara pikiran dan imajinasi. Kant (menurut
Bousanquet) telah berhasil merombak sendi-sendi filsafat seni dengan berani dan tenang
dan belum pernah ada orang yang dapat mencapai ketelitian dalam membedakan istilahistilah estetis. Kant pulalah yang telah mengaplikasikan logika di dalam estetika dan
menganalisa seni dengan cara yang sangat ilmiah.
Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant (1724-1804) adalah seorang filsuf besar Jerman abad ke-18 yang memiliki
pengaruh sangat luas bagi dunia intelektual. Pengaruh pemikirannya merambah dari wacana
metafisika hingga etika politik dan dari estetika hingga teologi. Lebih dan itu, dalam wacana
etika ia juga mengembangkan model filsafat moral baru yang secara mendalam
mempengaruhi epistemologi selanjutnya.
Telaah atas pemikiran Kant merupakan kajian yang cukup rumit, sedikitnya karena dua
alasan. Pertama, Kant membongkar seluruh filsafat sebelumnya dan membangunnya secara
baru sama sekali. Filsafatnya itu oleh Kant sendiri disebut Kritisisme untuk melawankannya
dengan Dogmatisme. Dalam karyanya berjudul Kritik der reinen Vernunft (Kritik Akal Budi
Murni, 1781/1787) Kant menanggapi, mengatasi, dan membuat sintesa antara dua arus besar
pemikiran modern, yakni Empirisme dan Rasionalisme. Revolusi filsafat Kant ini seringkali
diperbandingkan dengan revolusi pandangan dunia Kopernikus, yang mematahkan
pandangan bahwa bumi adalah datar.
Kedua, sumbangan Kant bagi Etika. Dalam Metaphysik der Sitten (Metafisika Kesusilaan,
1797), Kant membuat distingsi antara legalitas dan moralitas, serta membedakan antara sikap

moral yang berdasar pada suara hati (disebutnya otonomi) dan sikap moral yang asal taat
pada peraturan atau pada sesuatu yang berasal dan luar pribadi (disebutnya heteronomi).
Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg, Prussia Timur (sesudah PD II dimasukkan ke
Uni Soviet dan namanya diganti menjadi Kaliningrad). Berasal dan keluarga miskin, Kant
memulai pendidikan formalnya di usia delapan tahun pada Collegium Fridericianum. Ia
seorang anak yang cerdas. Karena bantuan sanak saudaranyalah ia berhasil menyelesaikan
studinya di Universitas Konigsberg. Selama studi di sana ia mempelajari hampir semua
matakuliah yang ada. Untuk mencari nafkah hidup, ia sambil bekerja menjadi guru pribadi
(privatdozen) pada beberapa keluarga kaya.
Pada 1775 Kant rnemperoleh gelar doktor dengan disertasi benjudul Penggambaran Singkat
dari Sejumlah Pemikiran Mengenai Api (Meditationum quarunsdum de igne succinta
delineatio). Sejak itu ia mengajar di Univensitas Konigsberg untuk banyak mata kuliah, di
antaranya metafisika, geografi, pedagogi, fisika dan matematika, logika, filsafat, teologi, ilmu
falak dan mineralogi. Kant dijuluki sebagai der schone magister (sang guru yang cakap)
karena cara mengajarnya yang hidup bak seorang orator.
Pada Maret 1770, ia diangkat menjadi profesor logika dan metafisika dengan disertasi
Mengenai Bentuk dan Azas-azas dari Dunia Inderawi dan Budiah (De mundi sensibilis atgue
intelligibilis forma et principiis). Kant meninggal 12 Februari 1804 di Konigsberg pada
usianya yang kedelapanpuluh tahun. Karyanya tentang Etika mencakup sebagai berikut:
Grundlegung zur Metaphysik der Sitten (Pendasaran Metafisika Kesusilaan, 1775), Kritik der
praktischen Vernunft (Kritik Akal Budi Praktis, 1 778), dan Die Metaphysik der Sitten
(Metafisika Kesusilaan, 1797).
Diposkan oleh Ozzie'X Danuarta di 05:16

Anda mungkin juga menyukai