putusan sintesis a priori: di sini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati
bersifat sintetis, namun bersifat a priori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi "segala
kejadian mempunyai sebabnya". Putusan ini berlaku umum dan mutlak (jadi a priori), namun
putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori, Sebab di dalam pengertian "kejadian" belum
dengan sendirinya tersirat pengertian "sebab". Maka di sini baik akal ataupun pengalaman
indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika, dan ilmu pengetahuan alam disusun atas
putusan sintetis yang bersifat a priori ini. Menurut Kant, putusan jenis ketiga inilah syarat
dasar bagi apa yang disebut pengetahuan (ilmiah) dipenuhi, yakni bersifat umum dan mutlak
serta memberi pengetahuan baru.
2.Kritik der Praktischen Vernunft (Kritik atas Rasio Praktis) tahun 1788.
Dalam kritik atas rasio praktis, Kant berusaha menemukan bagaimana pengetahuan moral itu
terjadi. Pengetahuan moral , misalnya dalam putusan orang harus jujur, tidak menyangkut
kenyataan yang ada (das Sein), melainkan kenyataan yang seharusnya ada (das Sollen).
Pengetahuan macam ini bersifat a priori sebab tidak menyangkut tindakan empiris, melainkan
asas asas tindakan. Kritik atas rasio praktis ini melahirkan etika.
3.Kritik der Urteilskraft (Kritik atas Daya Pertimbangan) tahun 1790
Kritik atas Daya Pertimbangan terdiri dari sebuah pendahuluan. Kant mengemukakan
delapan pokok persoalan di antaranya adalah bagaimana cara ia berusaha merukunkan dua
karya kritik sebelumnya di dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Bagian pertama dari karya
itu berjudul Kritik atas daya penilaian estetis dan terbagi menjadi dua bagian yang terkait
dengan penilaian estetis yaitu analisa daya penilaian estetis dan dialektika daya penilaian
estetis. Analisa putusan estetis dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu analisa tentang cantik
(beautiful) dan analisa tentang agung (sublime).
Perasaan estetis menurut Kant berada pada keselarasan pikiran dengan imajinasi dengan
dasar bebasnya kerja imajinasi. Semangat ( geist ) kreatif yang menghasilkan objek-objek
seni tersembunyi pula di dalam adonan antara pikiran dan imajinasi. Kant (menurut
Bousanquet) telah berhasil merombak sendi-sendi filsafat seni dengan berani dan tenang
dan belum pernah ada orang yang dapat mencapai ketelitian dalam membedakan istilahistilah estetis. Kant pulalah yang telah mengaplikasikan logika di dalam estetika dan
menganalisa seni dengan cara yang sangat ilmiah.
Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant (1724-1804) adalah seorang filsuf besar Jerman abad ke-18 yang memiliki
pengaruh sangat luas bagi dunia intelektual. Pengaruh pemikirannya merambah dari wacana
metafisika hingga etika politik dan dari estetika hingga teologi. Lebih dan itu, dalam wacana
etika ia juga mengembangkan model filsafat moral baru yang secara mendalam
mempengaruhi epistemologi selanjutnya.
Telaah atas pemikiran Kant merupakan kajian yang cukup rumit, sedikitnya karena dua
alasan. Pertama, Kant membongkar seluruh filsafat sebelumnya dan membangunnya secara
baru sama sekali. Filsafatnya itu oleh Kant sendiri disebut Kritisisme untuk melawankannya
dengan Dogmatisme. Dalam karyanya berjudul Kritik der reinen Vernunft (Kritik Akal Budi
Murni, 1781/1787) Kant menanggapi, mengatasi, dan membuat sintesa antara dua arus besar
pemikiran modern, yakni Empirisme dan Rasionalisme. Revolusi filsafat Kant ini seringkali
diperbandingkan dengan revolusi pandangan dunia Kopernikus, yang mematahkan
pandangan bahwa bumi adalah datar.
Kedua, sumbangan Kant bagi Etika. Dalam Metaphysik der Sitten (Metafisika Kesusilaan,
1797), Kant membuat distingsi antara legalitas dan moralitas, serta membedakan antara sikap
moral yang berdasar pada suara hati (disebutnya otonomi) dan sikap moral yang asal taat
pada peraturan atau pada sesuatu yang berasal dan luar pribadi (disebutnya heteronomi).
Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg, Prussia Timur (sesudah PD II dimasukkan ke
Uni Soviet dan namanya diganti menjadi Kaliningrad). Berasal dan keluarga miskin, Kant
memulai pendidikan formalnya di usia delapan tahun pada Collegium Fridericianum. Ia
seorang anak yang cerdas. Karena bantuan sanak saudaranyalah ia berhasil menyelesaikan
studinya di Universitas Konigsberg. Selama studi di sana ia mempelajari hampir semua
matakuliah yang ada. Untuk mencari nafkah hidup, ia sambil bekerja menjadi guru pribadi
(privatdozen) pada beberapa keluarga kaya.
Pada 1775 Kant rnemperoleh gelar doktor dengan disertasi benjudul Penggambaran Singkat
dari Sejumlah Pemikiran Mengenai Api (Meditationum quarunsdum de igne succinta
delineatio). Sejak itu ia mengajar di Univensitas Konigsberg untuk banyak mata kuliah, di
antaranya metafisika, geografi, pedagogi, fisika dan matematika, logika, filsafat, teologi, ilmu
falak dan mineralogi. Kant dijuluki sebagai der schone magister (sang guru yang cakap)
karena cara mengajarnya yang hidup bak seorang orator.
Pada Maret 1770, ia diangkat menjadi profesor logika dan metafisika dengan disertasi
Mengenai Bentuk dan Azas-azas dari Dunia Inderawi dan Budiah (De mundi sensibilis atgue
intelligibilis forma et principiis). Kant meninggal 12 Februari 1804 di Konigsberg pada
usianya yang kedelapanpuluh tahun. Karyanya tentang Etika mencakup sebagai berikut:
Grundlegung zur Metaphysik der Sitten (Pendasaran Metafisika Kesusilaan, 1775), Kritik der
praktischen Vernunft (Kritik Akal Budi Praktis, 1 778), dan Die Metaphysik der Sitten
(Metafisika Kesusilaan, 1797).
Diposkan oleh Ozzie'X Danuarta di 05:16