Anda di halaman 1dari 18

Administrasi Kesehatan dan Evaluasi Program Puskesmas

Pebriyanti Salipadang
102013241
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
E-mail: pebriyanti.2013fk241@civitas.ukrida.ac.id

PENDAHULUAN
Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep Paradigma
Sehat yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)
dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, yaitu dengan membentuk Pusat
Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan
kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu
wilayah kerja tertentu.1
Dalam tiap program puskesmas yang telah direncanakan, ada sistem yang
mengatur mulai dari perencanaan hingga penilaian. Disinilah dibutuhkan peranan
dokter puskesmas yang selain dapat menjadi dokter yang merawat pasien, dokter juga
dapat menjadi seorang manager ataupun pendamping ahli dari kepala desa/camat.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai pengertian, fungsi serta peran dari
puskesmas, evaluasi program kesehatan dengan pendekatan sistem, upaya kesehatan
pokok puskesmas, dan juga peran dokter sebagai community leader, decision maker,
serta manager.

PEMBAHASAN
Pengertian Puskesmas2,3

Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, serta biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran serta kemauan dan
kemampuan hidup sehat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas bagi mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pelayanan di Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan
rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat
(UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini
disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Dalam memberikan pelayanan di
masyarakat, puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes).1
Fungsi dan Peran puskesmas2

Fungsi Puskesmas
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar

menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan


Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap

program pembangunan di wilayah kerjanya


Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan


masyarakat:
Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat


Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaan
Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan, dan
pelayanan kesehatan masyarakat

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan


berkesinambungan.1,3
Peran Puskesmas:
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang
sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun
rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial di atas

bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian
dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun
ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

Upaya Kesehatan Puskesmas4


Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua
yakni:
a. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan
kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang
pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuantemuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang
diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui
kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di
Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan
Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta
pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu
program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui
upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta
masyarakat,
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan,

perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan


gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
Upaya Kesehatan Sekolah.
Upaya Kesehatan Olah Raga.
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Upaya Kesehatan Kerja.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Upaya Kesehatan Jiwa.
Upaya Kesehatan Mata.
Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Badan Perencana dan Pengembangan (BPP). Upaya kesehatan pengembangan
dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal,
dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan
upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Peran Dokter Puskemas1


1. Care Provider Mampu menyediakan perawatan.
Dalam hal ini dokter dituntut untuk menangani pasien
secara holistik sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat,
serta yang menyediakan perawatan berkelanjutan yang berkualitas dalam
lingkup hubungan dokter-pasien yang berdasarkan kepercayaan dan saling
menguntungkan.
Dokter sebagai seorang yang mampu mengobati pasiennya yang
merupakan bagian integral dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya dengan
kualitas pelayanan kesehatan yang memadai serta melakukan berbagai
pencegahan khusus dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain menghargai kepercayaan pasien terhadap segala
sesuatu yang menyangkut penyakitnya serta penggunaan bahasa yang santun,
mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien sesuai dengan umur, tingkat

pendidikan. Selain itu, seorang dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor


yang dapat mempengaruhi psikologis pasien. Kewajiban yang harus ditangani
yaitu pelayanan yang maksimal sesuai kondisi pasien, menjawab segala
pertanyaan pasien maupun keluarga, jujur atau memberi informasi apa adanya. 1
2. Decision Maker Mampu menjadi penentu keputusan.1
Dalam hal ini dokter dituntut untuk mampu memilih teknologi tepat guna
untuk digunakan dalam mempertinggi pelayanan kesehatan yang layak dan
berbiaya terjangkau, dengan kata lain dokter adalah pengambil keputusan,
menentukan teknologi mana yang akan dipakainya dalam pengobatan pasien
dengan memperhatikan cost-effectiveness. Dalam melakukan prosedur klinis,
seorang dokter dalam hubungannya sebagai decision maker melakukan
perlakuan sesuai masalah, kebutuhan pasien, dan sesuai kewenangannya. 1
3. Communicator Mampu menjadi komunikator yang baik.
Dalam hal ini dokter dituntut seorang yang mampu meningkatkan gaya
hidup yang sehat dengan penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat
dalam konteks budaya dan ekonomi, dengan demikian kesehatan pada
perorangan dan masyarakat akan meningkat dan terjaga sehingga membantu
individu maupun kelompok masyarakat dalam mengubah gaya hidupnya ke arah
perilaku sehat. Sebagai communicator, dokter diharapkan mampu menguasai
area komunikasi efektif yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal atau
non verbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat,
kolega dan profesi lain. Proses yang harus diperhatikan baik dalam
berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya yaitu rasa kesinambungan,
pengumpulan informasi, mendiagnosa, dan memberi penjelasan. 1
4. Community Leader Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau
masyarakat.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang mendapatkan kehormatan dan
kepercayaan masyarakat setempat, mampu mengetahui kebutuhan kesehatan
perorangan maupun kelompok sehingga dapat berperan dalam memotivasi
masyarakat untuk turut berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta
khususnya pada masyarakat.1
5. Manager Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk
menjalankan fungsi-fungsi diatas.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif
dan harmonis dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem
pelayanan kesehatan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan
masyarakat. Dokter menjadi orang yang memperdalam dan mengembangkan
ilmunya untuk mengetahui berbagai penyakit yang berada di lingkungannya
dalam upaya meningkatkan pelayanan kualitas hidup manusia, dan

bukan menjadi seorang yang bisa menyembuhkan penyakit saja tetapi mereka
juga dididik untuk berpikir bagaimana memerdekakan
masyarakat/lingkungannya dari berbagai penyakit. 1
Pendekatan Sistem2,5
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pendekatan sistem adalah
penterapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu rangkaian
komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau pusat
kesehatan harus dimulai dengan administrasi. Dalam penyelenggaraannya diwujudkan
melalui beberapa unsur pokok administrasi kesehatan, yaitu:
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system administrasi dan terdiri
dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material), marketing, machinery
dan metoda (method) yang merupakan variable dalam melaksanakan kegiatan.

Money
Merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar & alat pengukur nilai. Besar- kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari
jumlah uang yang beredar dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan & harus dibeli serta berapa hasil yang akan di capai dari

sesuatu organisasi.
Man
Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen factor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang
membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-

orang yang berkerjasama untuk mencapai tujuan.


Material
Merujuk pada fasilitas yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen factor ini
menentukan pelaksanaanya sesuatu kegiatan. Fasilitas bisa saja seperti pusat
pelayanan kesehatannya, obat-obat atau kebutuhan-kebutuhan untuk acara

tersebut.
Machine

Digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang

lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.


Metode
Sesuatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah
metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja sesuatu
tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia & penggunaan waktu, serta uang &
kegiatan usaha.
Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap

manusianya sendiri.
Marketing
Suatu kegiatan haruslah disebarluaskan. Sehingga kegiatan pelaksanaan dapat
tersosialisasikan dengan baik dan peserta pada acara kegiatan tersebut dapat
mencapai target dari yang telah di rencanakan.

2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan, serta
pengawasan.
Perencanaan
Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencana
akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan
yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I
yang dibina oleh DKK, yang bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi
kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya
manusia dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan
masalah. Perencanaan meliputi kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas
yang berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan
primer dimana visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam melakukan setiap
kegiatan pokok puskesmas.
Budgeting dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri oleh
puskesmas sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan,
adapun sumber biaya didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas,
swasta atau lembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan
tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai
cirri-ciri barang atau jasa publik seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi,

P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa swasta

seperti pengobatan individu.


Pengorganisasian
Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menentukan/menetapkan
struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat tingkat I. Pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala,
unit tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaan kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas
program yang ditangani.
Struktur organisasi puskesmas:
- Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas.
- Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha.
- Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII.

Pelaksanaan
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan
yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Fungsi manajemen
ini lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan
menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati. Dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia
dalam suatu organisasi, peranan pemimpin, motivasi staf, kerjasama dan
komunikasi antar staf merupakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh
seorang manajer.
Secara praktis fungsi pelaksanaan ini merupakan usaha untuk
menciptakan iklim kerjasama di antara staf pelaksana program sehingga tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi pelaksanaan ini haruslah
dimulai dari diri manajer, di mana manajer harus menunjukkan kepada stafnya
bahwa ia mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap
lingkungannya. Ia harus mempunyai kemampuan bekerjasama dengan orang
lain secara harmonis.
Tujuan fungsi pelaksanaan:
-

Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.


Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan ini.
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi

dan prestasi kerja staf.


Membuat organisasi berkembang lebih dinamis.

Pengawasan
Pengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan fungsi
terakhir yang berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian, standard keberhasilan selalu dibandingkan
dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada
kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendali atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber
daya dapat lebih berkembang, dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai
tujuan program dapat lebih terjamin.

Tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan:


Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapai.
Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
- Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor
penyebab terjadinya penyimpangan. Bila diperkirakan terjadi penyimpangan,
pimpinan perlu berusaha lebih dulu untuk mencari faktor penyebabnya,

kemudian menetapkan langkah-langkah untuk mengatasinya.


3. Keluaran (output)
Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap pasien atau terhadap suatu program yang dilaksanakan.
4. Dampak (impact)
Hasil dari pelaksanaan yang dijadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan
kelompok sasaran terpenuhi atau tidak. Dampak merupakan indikator yang sulit
untuk dinilai.
Langsung
Tidak Langsung

: Hasilnya langsung terlihat setelah kegiatan selesai


: Hasilnya tidak langsung terlihat. Biasa terlihat
beberapa lama setelah kegiatan

5. Umpan Balik (feed back)


Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus
sebagai masukan dalam kegiatan.
Adanya pencatatan dan Pelaporan
- Sesuai dengan waktu yang ditetapkan
- Masukan dalam program-program selanjutnya.
Rapat kerja (berapa kali / tahun)
- Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk
1. Membahas laporan kegiatan bulanan
2. Evaluasi program yang telah dilakukan
6. Lingkungan (environment)
- Lingkungan fisik misalnya sumber atau saran air bersih, perumahan, limbah
rumah tangga atau industri, sarana komunikasi, transportasi, dan lain
sebagainya.

Lingkungan biologis misalnya gambaran vector penyakit yang ada di wilayah

tersebut.
Lingkungan sosial budaya menggambarkan derajat interaksi sosial dalam
masyarakat, misalnya pendidikan, sistem sosial yang ada (gotong royong), dan

lain sebagainya.
Lingkungan ekonomi misalnya mata pencaharian, pendapatan, pengangguran,
dan lain sebagainya.

Menentukan Prioritas dalam Program Kerja Puskesmas


1. Pendekatan system
Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis dan
rasional dalam merencanakan suatu rangkaian komponen-komponen yang
berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.Dari batasan tentang pendekatan sistem ini, dengan
mudah dipahami bahwa prinsip pokok pendekatan sistem dalam pekerjaan
administrasi dapat dimanfaatkan untuk dua tujuan. Pertama, untuk membentuk
sesuatu sebagai hasil dari pekerjaan administrasi. Kedua, untuk menguraikan
sesuatu yang telah ada dalam administrasi. Untuk tujuan yang terakhir ini,
biasanya dikaitkan dengan kehendak untuk menemukan masalah yang dihadapi,
untuk kemudian diupayakan mencari jalan keluarnya yang sesuai.Jika
pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa keuntungan,
antara lain:6

Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan


kebutuhan, dengan demikian penghamburan sumber, tata cara dan

kesanggupan yang sifatnya selalu terbatas, akan dapat dihindari.


Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran
sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
Keluaran yang dilaksanakan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara
lebih tepat dan objektif.
Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program.
Sekalipun pendekatan sistem dapat menjamin lengkapnya suatu saran

pemecahan yang diajukan, bukan berarti pendekatan sistem tidak memiliki


kelemahan. Salah satu kelemahan yang dipandang penting ialah dapat terjebak
ke dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan pengambilan
keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan dapat
diselesaikan.6
2. Evaluasi Program
Definisi evaluasi menurut The American Public Association adalah suatu
proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu
program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan menurut The

Internacional Clearing House on Adolescent Fertility Control for Population


Options, evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan
saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program. 7
Berdasarkan tujuannya, evaluasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 7

Evaluasi formatif
Ini merupakan jenis evaluasi yang dilakukan pada tahap awal program. Tujuan
dari evaluasi formatif adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan
disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, sehingga
nantinya dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Evaluasi promotif
Ini merupakan jenis evaluasi yang dilakukan pada saat program sedang
dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi promotif adalah untuk mengukur apakah
program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana
atau tidak dan apakah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan tujuan
program.
Evaluasi sumatif
Ini merupakan jenis evaluasi yang dilaksanakan pada saat program telah
selesai. Tujuannya adalah untuk mengukur keluaran (output) atau dampak
(impact) bila memungkinkan. Jenis evaluasi ini yang dilakukan dalam makalah
ini.
3. Jenis Penilaian
Sesuai dengan pengertian bahwa penilaian dapat ditemukan pada setiap tahap
pelaksanaan program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan atas tiga
jenis yakni:2,6,8
Penilaian pada tahap awal program
Penilaian yang dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu
program (formative evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk menyakinkan
bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah
yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian
yang dimaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau
kebutuhan masyarakat ini sering disebut pula dengan studi penjajakan
kebutuhan (need assessment study).
Penilaian pada tahap pelaksanaan program
Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang
dilaksanakan (promotive evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk
mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai
dengan rencana atau tidak, apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan
yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program tersebut. Pada
umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini
ialah pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation).

Penilaian pada tahap akhir program


Penilaian yang dilakukan di sini ialah pada saat program telah selesai
dilaksanakan (summative evaluation). Tujuan utamanya secara umum dapat
dibedakan atas dua macam yakni untuk mengukur keluaran (output) serta
untuk mengukur dampak (impact) yang dihasilkan. Dari kedua macam
penilaian akhir ini, diketahui bahwa penilalan keluaran lebih mudah dari pada
penilaian dampak, karena pada penilaian dampak diperlukan waktu yang
lama.
4. Masalah
Yang dimaksud dengan masalah adalah terdapatnya kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan. Dalam usaha mencapai visi puskesmas terdapat
beberapa masalah yang dihadapi sehingga menyebabkan program yang
diselenggrakan tidak mencapai target yang ditetapkan. Langkah awal yang harus
dilakukan adalah menetapkan prioritas masalah. Kita bias menggunakan teknik
non scoring / scoring.
Teknik non scoring meliputi brain storming, Delphi technique, dan delbeq
technique. Sedangkan teknik scoring kita lakukan dengan kajian data yang
diperoleh dari laporan bulanan puskesmas. Dalam pemilihan prioritas (scoring)
kita dapat melakukannya dengan menggunakan teknik kriteria matrik. Misalnya
pada kasus ditemukan imuniasi campak dan KB yang belum mencapai hasil yang
di harapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaranya akibat
manajemen yang tidak efektif atau pelaksanaan program yang tidak efisien.
Misalnya pada kasus ditemukan cakupan imuniasi campak, KB, ANC, dan DHF yang
belum memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaranya akibat
manajemen yang tidak efektif atau pelaksanaan program yang tidak efisien. Namun
pada tahun ini dr. X hanya memprioritaskan 2 masalah saja.
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan kepada tubuh terhadap
penyakit tertentu.Sasarannya adalah Bayi, Balita, Ibu hamil, Anak Sekolah, dan
Pasangan Usia Subur (PUS).9
Tujuan imunisasi sebagai berikut:
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
Mencegah terjadinya cacat pada bayi, anak, ibu hamil, dan pencegahan
penyakit.
Imunisasi Campak

Diberikan pada bayi berumur 9 bulan


Dosis 0,5 ml diberikan subcutan pada lengan kiri
Disimpan pada suhu 2-8 0C

Vaksin yang telah dilarutkan hanya bertahan 8 jam


KIPI : Demam, diare, konjungtivitis ruam seletah 7-12 hari pasca imunisasi.

Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan
pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera. Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang
berkualitas.9
Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan suatu
inovasi baru dimana titik berat dalam penawaran dalam awal pelaksanaan
program KB, berubah menjadi fokus permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam
program KB meminta masyarakat untuk berinisiatif serta berpartisipasi dalam
memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan perencanaan keluarga,
khususnya kebutuhan alat kontrasepsi di tempat pelayanan KB. 9
Permasalahan yang menjadi hambatan adalah adanya anggapan bahwa
KB masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat
juga umumnya rendah (80% tidak tamat SMP). Pada makalah ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai definisi dari KB, jenis-jenisnya, program puskesmas
mengenai KB, peran masyarakat dalam bentuk Posyandu, peran pemerintah,
angka demografi dan juga problem solving cycle.9
Program kependudukan dan KB terdiri dari:
Sub Program Pembinaan dan Peningkatan Kemandirian Keluarga Berencana
Sub Program Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Sub Program Peningkatan Advokasi, Penggerakan dan Informasi
Sub Program Pengendalian Penduduk

Pelayanan Antenatal (ANC)


Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif
care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar
dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental
ibu sehingga ibu dalam status kesehatan yang optimal, karena dengan keadaan
kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang
dikandungnya.

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan


K4.Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.Sedangkan K4 adalah gambaran
besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta
paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama,
sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat
dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil
Tujuan pelayanan antenatal adalah sebaaai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit / komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, temasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar
dapat memberikan ASI secara eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar
dapat tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi bayi lahir premature, kelahiran mati dan kematian neonatal
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal : 3,4
1. Timbang badan dan ukur badan
2. Ukur tekanan darah
3. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid. Tujuannya untuk melindungi ibu dan
bayi yang dilahirkan dari tetanus neonatorum, imunisasi ini diberikan sebanyak 5
kali. TT1 diberikan pada kunjungan antenatal pertama, TT2 diberikan empat
minggu setelah TT1, TT3 diberikan enam bulan setelah TT2, TT4 diberikan satu
tahun setelah TT3, dan TT5 diberikan satu tahun setelah TT4
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian tablet besi (90 tbalet) selama kehamilan. Tiap tablet mengandung
FeSO4 320 mg( zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minmal masing masing
90 tablet.
6. Temu wicara / pemberian komunikasi interpersonal dan konseling
7. Tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin) berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis,
HIV, malaria , TBC, PMS)

Analisis Penyebab Masalah


Semua jenis hambatan atau penyebab timbulnya masalah dalam sesuatu
program dapat dirumuskan pada saat melakukan analisis situasi (sistem) yang
lebih difokuskan pada sumber daya dan proses (input dan proses).

Problem Solving Cycle


a. Input:
-

Man: jumlah staf kurang, ketrampilan, pengetahuan, dan motivasi kerjaya yang

rendah. Tingkat partisipasi masyarakat juga rendah.


Money: jumlah dana untuk pengembangan program sangat terbatas dan

turunnya dana terlambat serta sering dipotong di Dinkes tingkat II.


Material: jumlah peralatan medis yang kurang memadai dan jenis obat yang
tersedia tidak sesuai dengan masalah kesehatan yang potensial berkembang di

wilayah kerja Puskesmas. Harga peralatan yang mahal.


Method: perlaksanaan program yang kurang efektif dan efisien.Waktu yang
dimiliki oleh staf tidak cukup untuk menyusun rencana atau untuk mengadakan
supervisi. Informasi juga dapat menjadi hambatan program karena datanya
yang tersedia kurang dapat dipercaya, kurang akurat, pemanfaatan data jarang
dilakukan untuk perencanaan kegiatan program sehingga staf terperangkap
pada rutinisme, dan laporannya belum dibuat.
b. Proses: masalah ini dapat dikaitkan dengan fungsi manajemen (POAC)

Planning: kurang jelasnya tujuan atau rumusan masalah program sehingga

rencana kerja operasional tidak relevans dengan upaya pemecahan masalah


Organizing: pembagian tugas untuk staf tidak jelas bahkan sering tidak ada.

Staf yang ada jumlahnya belom memadai.


Actuating: koordinasi dan motivasi staf kurang atau kepimpinan kepala
Puskesmas tidak disenangi staf. Pengumpulan data yang kurang baik, masih

lemahanya sistem pencatatan dan koordinasi antar program.


Controlling: pengawasan (supervise) lemah dan jarang dilakukan serta
pencatatan data untuk monitoring program kurang akurat dan jarang
dimanfaatkan.
c. Lingkungan

Misalnya hambatan geografis (jalan rusak)


Sarana transportasi yang kurang memadai

Iklim atau musim yang kurang menguntungkan


Masalah tingkat pendidikan yang rendah
Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif (tabu, salah persepsi, mitos)
d. Output: cakupan imunisasi dasar, ANC, dan KB
e. Sasaran: bayi, balita, ibu , ibu hamil, pasangan menikah
f. Dampak: Cakupan berbagai program belum mencapai hasil

Kesimpulan
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi- tingginya di wilayah kerjanya. Dalam menjalankan
fungsinya, Puskesmas memiliki berberapa program-program kesehatan. Agar program
Puskesmas dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan manajemen Puskesmas yang baik.
Dan untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas
masalah terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang
terjadi (input, proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudian mencari solusi
yang tepat sehingga masalah cakupan program puskesmas yang tidak terpenuhi dapat
terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta:
EGC;2009.h.227-235.
2. Ferry E. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktek dalam
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2009. H. 277
3. Muninjaya A.A.Gde. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: EGC;2011.h.
170-250.
4. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat:
keputusan menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti
Husada;2004.h.5-31.
5. Departemen Kesehatan RI. Pemenkes tentang Puskesmas nomor 75 tahun 2014.
Jakarta:2014.h. 5-12.
6. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Dalam manajemen dan pelaksanaan
kesehatan di Indonesia. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2006. H.230 235.

7. Indarwati R. Puskesmas. Universitas Airlangga.Surabaya. 2008. Diunduh dari


http://ners.unair.ac.id/materikuliah/PUSKESMAS.pdf, 14 Juli 2016.
8. Departemen Kesehatan RI. Kepmenkes RI No. 1216/ MENKES/ SK/ XI/ 2001
Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi ke-4, Jakarta: Depkes

RI;2005.
9. Boelen C. The Five Star Doctor :An asset to health care reform?. World Health
Organization. Switzerland. Diunduh dari
www.who.int/entity/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf, 14 Juli 2016.

Anda mungkin juga menyukai