Anda di halaman 1dari 8

Berikut adalah sebuah intisari dari sebuah buku yang begitu menarik perhatian saya.

Dengan sedikit perubahan redaksi (tanpa bermaksud merubah substansi) saya berharap tulisan
ini bisa menjadi inspirasi atau bahan renungan bagi siapa saja yang membacanya untuk
menghadapi apa saja yang mungkin akan dihadapinya. Yang akan anda baca merupakan
rumusan empiris dari beberapa kejadian yang ditulis dalam buku ini dengan mencoba
mencocokkannya dengan fenomena yang pernah, sedang (tanpa bermaksud mendahului
ketentuan Allah) dan mungkin akan terjadi. tulisan ini bukanlah sebuah risalah yang wajib untuk
diikuti, tetapi ia lebih merupakan sebuah keinginan yang berangkat dari sebuah kajian yang
mendalam mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi, sehingga menimbulkan minat untuk
sebisa mungkin menarik benang merah atau membuat catatan kecil setelah membaca teks.
Sungguh saya berharap anda semua menggunakan prinsip undzur maa qaala wa laa
tandzur man qaala Dalam membaca bait-bait dari tulisan ini. karena tidak ada yang saya
harapkan kecuali kebaikan untuk kita semua, karena sungguh jalan ini adalah jalan yang
langkah-langkahnya telah digoreskan, batas-batasnya telah diletakkan dan kita meyakini bahwa
ia adalah jalan yang paling aman untuk sampai ke tujuan. Tentu saja jalannya begitu panjang,
namun tidak ada jalan lain selainnya dan ia hanya bisa ditempuh melalui kesabaran,
kesungguhan, ketahanan dan kerja yang tak mengenal lelah.
Akhirnya saya memohon ampun pada Allah atas kelalaian saya apabila terdapat katakata yang mengundang rasa gundah dihati akhi dan ukhti sekalian dan saya berlindung kepada
Allah dari segala sikap riya yang mungkin menyusup kedalam tiap barisan kata-kata.

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh


Segala puji hanya bagi Allah, kita memujiNya, memohon pertolongan dan memohon
ampunaNya. Kita memohon perlindungan kepadaNya dari kejahatan diri kita dan keburukan amal
perbuatan kita, barang siapa yang dianugerahi oleh Allah petunjuk, maka tidak seorangpun yang
mampu menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak seorangpun
yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, shahabat serta
umatnya yang setia meneladani uswahnya sampai hari kita dikumpulkan oleh Allah, dihari yang
tiada bermanfaat sedikitpun harta benda dan anak cucu, melainkan orang-orang yang
menghadapNya dengan hati yang bersih sehingga menjadikannya selamat.
Kepada segenap ikhwah, pemandu dawah islam disetiap cabang, elemen dan bagianbagiannya. Kepada setiap muslim yang punya janji setia untuk memperjuangkan agamanya,
kepada seluruh pekerja di ladang dawah dan kepada segenap ikhwan dan akhwat yang
berkomitmen untuk menjadi bagian dari kelompok ghuraba yang dicintai Allah. Mari gemakan
kembali seruan yang awalanya hanya bisikan yang menyusup disela-sela perumahan bani
makkah, yang seruannya telah berumur belasan abad namun tetap lantang diteriakkan. Jadilah
bagian dari suatu thaifah dari umat yang berdiri kukuh diatas kebenaran, yang tidak akan
mendatangkan mudlharat bagi mereka walaupun banyak orang menghinakannya, yang tetap
dalam keadaan seperti itu sampai tiba keputusan Allah.

Ayyuhal ikhwah.
Lembaga dakwah kampus dengan berbagai macam corak dan warnanya telah mengukir
lembaran-lembaran menakjubkan diatas berbagai batu ujian. Dengan kemampuannya
mengadaptasi setiap pola-pola kebiasaan kampus telah menjadikannya sebuah organisasi yang
tetap eksis sampai sekarang, dan tentu saja tanpa menghilangkan prinsip-prinsip dalam
perjalanannya. Karena didukung oleh kader-kader yang senantiasa bergerak diatas jalan akidah
yang lurus dengan bahan bakar tarbiyah sehingga menjadikannya senantiasa mempunyai arah
dan tujuan yang jelas. Begitupun LDK yang telah lebih dari 9 tahun dibangun dengan penuh
perjuangan, kesabaran dan keikhlasan ini. Nama BADARIS yang terinspirasi dari sebuah
peperangan yang pertama kali diterjuni oleh kaum muslimin, sebagai kancah yang disebut oleh
Allah sebagai yaumul furqan (hari pembeda) dimana secara ukuran matematis tidaklah mungkin
kaum muslimin memenangkan pertempuran. Tetapi Allah dengan ke-Maha perkasaan-Nya telah
menjadikannya sebaliknya. Namun fenomena yang kerap terjadi di tubuh LDK ini yaitu, dengan
sedikitnya personil seringkali menjadi ghurur yang membuat ikhwan dan akhwat yang secara
sadar atau tidak sadar mengeluarkan ungkapan afwan akhi, personil kita sedikit jadi kita belum
mampu menyelesaikan agenda tersebut. perang hunain menjadi saksi atas tidak menjaminnya
jumlah yang banyak untuk memenangkan pertempuran.
Tatkala mereka berbangga dengan banyaknya jumlah pasukan , kita tidak akan pernah lagi
dikalahkan oleh bilangan yang sedikit. Allah-pun mengabadikan peristiwa tersebut dalam
firmanNya :
Dan ingatlah perang hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya
jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun..
(Q.S. At-Taubah :25)
Salah satu kewajiban kita sebagai bagian dari gerakan islam ditengah masyarakat kampus
dan arus yang melingkupi kita adalah dengan terlebih dahulu mengenal kekuatan-kekuatan yang
berdiri dan kekuatan apa saja yang menjadi motor dibelakangnya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya serta dampak-dampak negatif yang dilahirkannya. Berikut akan dibahas
mengenai fenomena-fenomena sakit yang paling menonjol, yang menjadi kendala potensial
dalam menimbulkan berbagai masalah dalam berbagai pergerakan kita.
Sesungguhnya, kajian yang jernih atas faktor faktor yang mengantarkan berbagai organisasi
dalam meraih kesuksesannya, mampu mengungkapkan sejauh mana dampak negatif atau
bahaya yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Dampak negatif tersebut antara lain berupa
hilangnya prinsip serta orientasi. Contoh yang kerap muncul adalah rekruitmen dengan
orientasi kuantitas, padahal bisa jadi itulah yang sering menjadi faktor paling menentukan bagi
kegagalan momen tersebut. Ini terjadi manakala kuantitas menjadi demikian menyibukkan dan
menguras perhatian pemimpin sementara peningkatan kualitas menjadi hal yang kesekian untuk
dipikirkan. SYIAR yang menjadi agenda utama dalam rekruitmen setiap cabang, sering
menjadikan kuantitas sebagai basis orientasinya. Sehingga agenda tersebut seperti kehilangan
ruhnya sebagai langkah awal untuk mensyiarkan islam dikalangan mahasiswa. Cobalah
bayangkan, walaupun hanya beberapa ratus orang yang berhasil terekrut namun apabila

diimbangi dengan pola-pola pembinaan yang baik bukankah dapat menjadi benteng pertahanan
yang menguatkan ?. Dan bahkan, walaupun hanya terekrut beberapa puluh orang, bukankah
momen tersebut bisa dijadikan sebagai sarana untuk silaturahim antar cabang dengan penuh
ukhuwah dan keakraban ?. dan bukankan biaya yang dibutuhkan selalu berbanding lurus dengan
jumlah peserta dan panitia ?.
Dalam melakukan dakwah, seringnya kita menggunakan pola masif dalam aktivitas dakwah.
Walaupun tujuannya adalah menciptakan arus islam secara umum. Namun upaya ini tidak
diimbangi dengan pola kaderisasi yang memadai, sehingga terkesan sepenuhnya berbasis pada
kerja yang bersifat masal dan sosial. Pada mulanya, kedua model ini memang dipadukan yaitu
memadukan antar kerja yang bersifat aktivitas organisasi gerakan dengan proses pembinaan dan
kaderisasi. Namun setelah rekruitmen dijalankan semuanya bertumpu pada bagaimana
mengkondisikan madu dan peningkatan kualitas murrabi. Sehingga lingkaran itu terus berputar
namun terputus ditengahnya, sehingga seringkali kita menjalankan langkah yang pernah kita
ambil sebelumnya. Saat itu yang terjadi seperti orang yang mengharap hujan besar agar ladang
dakwahnya tumbuh subur, namun ketika hujan besar datang kita harus tenggelam karena
ketiadaan bahtera yang memadai untuk menampung segala yang telah diusahakan dan
dikumpulkan sebelumnya. Seringkali penggunaan pola kerja yang bersifat massal diawal
langkah, menyebabkan kita tidak mampu menciptakan proses pembinaan terhadap unsur-unsur
SDM maupun perangkat-perangkat lain yang berfungsi mengikat serta membimbing anggota
yang mengikuti dikemudian hari. Bekerja dengan pola seperti ini menjadi faktor penyebab
masuknya beragam unsur luar dalam barisan dakwah, bahkan pada pos-pos yang strategis dan
menetukan. diantara mereka ada orang yang tidak memahami sedikitpun tentang islam,
meskipun prinsip dasarnya. Namun karena longgarnya seleksi, ia bisa menduduki posisi yang
strategis dalam suatu lembaga dakwah. -. Dalam geraknya, pola dakwah yang berorientasi pada
massa biasanya lebih banyak mengandalkan slogan daripada kandungan. Padahal sebuah
gerakan dakwah apabila tidak dapat mengubah slogan menjadi realitas akan kehilangan
pengaruhnya sehingga tidak dapat mewujudkan tujuan-tujuannya yang lebih besar dan lebih
jauh.
Sesungguhnya penyakit kronis yang menjangkiti berbagai macam organisasi pada umumnya
adalah perhatiannya yang berlebihan kepada kuantitas atau bilangan, bukannya kualitas. Mereka
begitu gigih menciptakan perluasan wilayah gerakan dan memperbanyak anggota dengan
melupakan upaya memperkukuh dan memperkuat cengkramannya. (lihatlah kondisi elemen lain
seperti BEM dan MPM saat ini). Padahal Islam bertolak belakang dari itu semua. Ia lebih
berorientasi pada kualitas, bukan kuantitas. Kendati kuantitas tentu memiliki nilai tersendiri
namun ia lebih memperhatikan bangkitnya nilai dalam diri manusia serta mengangkat derajatnya
hingga mencapai kesempurnaan kemanusiaannya. Islam tidak berkepintangan dengan tumpukan
personil agar mencapai tujuannya. Perang badar dimenangkan dengan kualitas personil pasukan
yang baik dalam kelangkaan bilangan. Perang hunain menjadi saksi hancurnya kuantitas yang
dibarengi penyakit sejenis riya dan takabur. Hal ini untuk meyakinkan bahwa kemenangan
sesungguhnya milik orang beriman meskipun sedikit jumlahnya. Ketahuilah, kapanpun jumlah
besar selalu menjadi beban bagi tiap gerakan. Karena kamiyah (kuantitas) itu selalu terikat
dengan nikmat hidup duniawi.

Dari sini barangkali bisa dipahami rahasia khalifah Al-faruq ketika memilih empat panglima
perang yang dikirim untuk membantu Amr bin Ash pada hari proklamasi mesir. saya membantu
kamu dengan empat ribu pasukan. Setiap seribu pasukan diwakili oleh satu orang. Setiap orang
ini memimpin seribu pasukan. mereka adalah Zubair bin awwam, Miqdad bin Amr, Ubadah bin
Shamit dan Maslamah bin mukhallad. Ketahuliah bahwa besertamu ada dua belas ribu pasukan,
dan dua belas ribu pasukan itu tidak boleh kalah dengan alasan sedikit,
Sebuah gerakan yang tidak memiliki potensi dan sarana yang bisa mempertajam penglihatan
terhadap problem dan memperluas cakrawala berpikir terhadap segala urusan tentu tidak
memiliki kemampuan untuk memahami hakikat politik, sikap, realitas dan konflik yang terjadi, baik
dalam tatanan lokal, global maupun internasional. Hal ini akan menimbulkan kesulitan untuk
mempertahankan cengkramannya di tengah maraknya berbagai arus pemikiran, khususnya di
masa ketika berbagai kepentingan seperti kepentingan individu, organisasi, lembaga, dan
kepentingan-kepentingan elemen yang saling tumpang tindih. Upaya mengurai, menganalisis dan
menarik kesimpulan menjadi urusan tidak sederhana yang memerlukan telaah serius dan sarana
yang mendukung. Apabila LDK kita hidup dengan potensi seperti ini sesungguhnya kita tidak
memiliki cakrawala politik dan potensi SDM yang memadai, sehingga tidak bisa membantu
mengungkapkan peristiwa dan menentukan arah politik yang benar dan lurus. Itulah yag
membuat gerakan sering jatuh dalam suasana kontradiktif baik ucapan maupun perilakunya.
Ditambah lagi dengan lemahnya bangunan organisasi secara umum, keringnya spirit
keyakinan baik ditingkat personel anggota ataupun pemimpin. Sementara beban begitu berat,
baik material maupun spiritual yang harus dipikul. Akhirnya ia menjadi sebuah bangunan rapuh
yang pintu-pintunya terbuka lebar. Orang dengan leluasa dapat masuk kedalamnya untuk
menghancurkannya dengan seribu satu macam cara.
Hai orang-orang yang beriman, ambillah kewaspadaan lantas majulah berkelompokkelompok atau bersama-sama (Q.S. An-Nisa :71)
Ada lagi fenomena yang mencolok dari beberapa aktivitas harakah kita, yaitu senang
menempuh jalan pintas dalam melakukan perubahan islami ditengah masyarakat kampus.
Padahal perlu dipahami bahwa sesungguhnya faktor waktu memiliki nilai dan kedudukan
tersendiri dalam setiap aktivitas perubahan bahkan meskipun sekedar perbaikan. Perubahan
islam dalam bentuknya yang khusus bukan sekedar masalah memperindah atau mengubah
bentuk, tetapi ia mengganti dengan realitas baru termasuk prinsip-prinsip akidah, pemikiran dan
realitas. Revolusi adalah fenomena kekuatan yang dahsyat. Namun ia bukanlah sarana yang
dibenarkan gerakan islam, karena ia tidak bisa menjamin hasil yang positif dan bermanfaat.
Imam hasan Al-banna telah mengisyaratkan juga dalam risalah Mutamar Khamis. Beliau
menulis :Wahai ikhwan, terutama mereka yang bersemangat dan tergesa-gesa diantara kalian.
Dengarkalah suara lantangku, bahwa jalan kalian ini langkah-langkahnya telah digoreskan dan
batas-batasnya telah diletakkan. Saya tidak melanggar batas-batas ini, yang telah saya yakini
bahwa ia adalah jalan yang paling selamat untuk sampai ketujuan. Tentu saja jalannya sangat
panjang namun memang tidak ada jalan lain selainnya. Sesungguhnya kepahlawanan itu hanya
dapat terlihat melalui kesabaran, ketahanan, kesungguhan dan kerja yang tak mengenal lelah.

Barang siapa diantara kalian tergesa-gesa ingin menikmati buah sebelum masak atau memetik
bunga sebelum mekar, maka saya tidak bersamanya sejenak pun. Ia lebih baik minggir dari
dakwah ini dan mencari medan yang lain. Barang siapa bersamaku hingga tunas bersemi, pohon
tumbuh, buah matang dan layak untuk dipetik maka pahalanya disisi Allah. Sekali-kali tidak akan
lepas dari kami dan darinya pahala orang-orang yang berbuat kebajikan. Hanya ada dua hal :
kemenangan atau syahid dijalanNya.
Dan yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa amal yang ditegakkan haruslah berdasarkan
prinsip sukarela atau ikhlas dalam beramal dan berjihad. Gerakan islam sepanjang sejarahnya
merupakan medan perlombaan dalam mempersembahkan potensi dan pengorbanan di segala
bidang. Tidak pernah sekalipun menjadi ajang berebut pamrih dan manfaat materi. Inilah
sesungguhnya inti pembebanan syariat secara prinsip. Ungkapan ringkas mengenai perhatian,
kerja sukarela dan keikhlasan dapat ditemukan pada apa yang pernah ditulis Imam Hasan AlBanna : konsentrasi beramal merupakan awal langkah benar ketika dibutuhkannya. Akan tetapi,
selayaknya para ikhwan jangan membebani jamaah untuk menyelesaikan masalah mereka
secara khusus. Seseorang yang mempersembahkan sesuatu untuk dakwahnya lebih baik
daripada mengambil sesuatu darinya. Saya tidak ingin membahasnya lebih jauh tentang
masalah ini. Cukuplah kita kembali kepada buku-buku sirah nabi dan sejarah islam, niscaya kita
akan dapatkan disana lembaran-lembaran yang penuh dengan hiasan nama mujahidin dan
syuhada yang begitu merindukan syurga dan siap menghadapi syahid dijalan Allah. Betapa
dakwah islam membutuhkan introspeksi. Membandingkan hari-hari ini dengan hari-hari kemarin.
Betapa perlunya para pemandu dakwah disetiap tingkatan pusat, cabang bahkan DS dan lainnya
mencocokkan lembaran kehidupannya dengan lembaran emas kehidupan orang-orang yang
telah berlalu sebelum mereka, untuk mendapati bahwa perbedaannya sangat besar dan jaraknya
sangat lebar. Inilah satu-satunya rahasia setiap kegagalan dan faktor penyebab kehancuran. Kita
memohon kepada Allah ampunan dan kesehatan, baik didunia maupun diakhirat.
Salah satu bagian yang mendapat perhatian besar namun kurangnya manajemen yang baik
adalah lemahnya tarbiyah atau pendidikan. Ada sebuah kepincangan yang mengharuskan kita
berupaya menyingkap dan mengobatinya. Barangkali kepincangan itu muncul dari sisi konsep
pembinaanya, atau lemahnya sang murabbi atau bisa pula dari keduanya secara bersama-sama.
Keberhasilan sebuah proses pendidikan ditentukan oleh sejauh mana lurusnya sistem dan
kapasitas pendidik secara bersama-sama. Terkadang bisa juga lemahnya pendidikan disebabkan
oleh rapuhnya strategi atau pincangnya pengaturan langkah kerja. Misalnya, satu bidang kerja
mendapat porsi perhatian begitu besar sementara bidang yang lain kurang mendapatkan
perhatian. Aplikasi islam ditegakkan diatas prinsip saling melengkapi dan seimbang. Tidak ada
bagian aspek yang mendominasi aspek lainnya, atau tumpang tindihnya satu bagian dengan
yang lain. Lemahnya pendidikan bisa juga disebabkan oleh terseretnya gerakan dakwah dalam
pertikaian yang tidak mendatangkan maslahat apapun, atau boleh jadi potensinya terkuras habis
dalam sejumlah program kerja yang dari segi urgensi maupun skala prioritas bukan termasuk
urutan pertama. Aktivitas pendidikan wajib memperoleh perhatian istimewa, betapapun
dinamisnya perjalanan gerakan secara umum. Manakala aktivitas tarbiyah mengalami
kemacetan, kemunduran atau kelemahan. Maka pasti akan terlihat dampak-dampak negatifnya
dalam bangunan gerakan cepat atau lambat.

Lemahnya pendidikan juga menjadi lahan subur bagi tumbuhnya berbagai penyakit hati yang
dapat mengguncang dan memecah belah bangunan jamaah dan dakwah. Misalnya ghibah, suka
mengintai aib orang lain, kritik yang tidak membangun, gengsi minta maaf, enggan konfirmasi,
suka berdebat, hobi menyulut perbedaan pendapat yang berujung menjadi perelisihan pribadi,
bahkan virus merah jambu dan kerusakan lainnya. Lemahnya pendidikan akan mengancam
kualitas taqwa dan wara anggota gerakan dakwah. Yang pada akhirnya akan melemahkan
kekuatan nilai-nilai syariat dalam membentuk akhlak, karakter, ucapan dan tindakan pada
umumnya. Hal ini dapat mengakibatkan terjerumusnya gerakan dalam perangkap syaithan dan
nafsu amarah yang pada akhirnya dapat merusak individu dan jamaah sekaligus.
Seluruh aktivitas hendaknya ditegakkan diatas perencanaan dan manajeman yang baik.
Dengan melibatkan seluruh anggota dalam memikul tanggung jawab dan menempatkan personel
sesuai dengan kompetensinya. Selain itu, pembinaan dan pendidikan dengan terlebih dahulu
penyiapan terhadap ikhwah yang akan terjun nantinya perlu mendapat perhatian yang lebih
besar. Dan hendaknya setiap amal ditegakkan diatas kesadaran yang seutuhnya terhadap target,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Juga terhadap situasi dan kondisi yang
melingkupinya, baik yang tersembunyi maupun yang tampak dipermukaan. Selain itu juga
pemahaman akan situasi politik yang muncul baik pada tingkat lokal, global atau internasional
perlu lebih ditingkatkan. Bersamaan dengan itu juga para kader harus paham terhadap unsurunsur kekuatan yang strategis dan langkah-langkah yang akan digariskan, yang perlu
disebarluaskan maupun yang harus disembunyikan. Selain itu ditambah pula dengan upaya
menganalisis berbagai kekuatan yang dimilikinya. Yang demikian itu karena perencanaan dan
manajemen dengan sendirinya membutuhkan perencanaan dan manajer. Tidak setiap
orang layak memegang tanggung jawab ini. Betapapun ia seorang pakar, penulis ulung atau
pemikir. Orang yang memegang tanggung jawab ini harus yang memiliki potensi organisasi
terlebih dahulu, kemudian dilengkapi dengan pengalaman dalam urusan dan teori-teori
manajemen. Gerakan kita juga harus lebih pandai memanfaatkan setiap produk tekhnologi masa
kini. Terutama jurnalistik dengan seluruh sarananya. Bagaimana menyusun strategi penulisan,
penataan administrasi, pengolahan data, informasi, dokumentasi dan lain sebagainya.
Dalam aspek strategi dan politik kampus, perlu dicatat bahwa langkah yang digariskan oleh
struktur tandzim yang bertanggung jawab untuk menentukannya tidaklah tetap atau permanen. Ia
berganti-ganti dan berubah-ubah mangikuti kemaslahatan yang ditargetkan. Suatu saat harus
infirady namun disaat yang lain harus jamai. Terkadang langkah darurat ditetapkan pada suatu
waktu, langkah permanen ditetapkan pada waktu yang lain. Dari sinilah setiap bagian baik
cabang, pusat, elemen dan setiap bagiannya wajib menyingkap pemicu berbagai bentuk
kekurangan dari pergerakan yang terjadi diberbagai cabang, agar mampu memetakan situasi
politik yang bervariasi, lalu menentukan titik-titik rawan yang terdapat pada dinamika kehidupan
politik kampus yang senantiasa berubah. Dari sana bisa ditetapkan sikap-sikap yang tepat dalam
menghadapi kejadian dan peristiwa dengan mempertimbangkan potensi yang ada. Betapa
banyak agenda politik yang kurang optimal karena kurangnya pemahaman dan tiadanya
kesadaran akan apa yang terjadi disekelilingnya. Faktor yang lain adalah kurang tajamnya
pemikiran dan penataan, yakni tidak menguasainya metodologi pemikiran dan manajemen,
bahkan sering lepas daripadanya. Misalnya kurang tepatnya dalam merumuskan logika prioritas
atas apa yang sedang dan akan dikerjakan. Akibatnya aktivitas, sikap dan geraknya sering

sporadis dan tidak berdasarkan pertimbangan terlebih dahulu. Bahkan sering bertabrakan
dengan logika gerakan. kita menganggap telah berbuat baik padahal hakikatnya belum
melakukan sesuatu yang berarti. Aktivitas politik wajib dikonsentrasikan pada proyek dakwah
untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang jelas dan terprogram. Tentu saja semua itu ditegakkan
dalam kerangka nilai-nilai akidah dan syariah yang diakui.
Ia juga harus ditegakkan diatas nilai dan pemikiran yang benar. Ia harus ditopang oleh
prinsip-prinsip politik dan gerakan yang berdasarkan syariat. Ia tidak boleh guncang hanya
karena perubahan situasi dan kondisi. Para personilnya jangan sampai mengorbankan prinsip
hanya karena alasan murunah (fleksibelitas) islam dan ijtihad dalam rangka melakukan siasat
memanfaatkan peluang. Pada saat terjadi perubahan besar, sebagian besar ikhwah menolerir
para kadernya yang perlahan melepaskan komitmennya atas sebagian nilai-nilai syariat dengan
dalih mengembalikan kondisi normal secara bertahap. Karena Allah telah berfirman :Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan rasulNya telah menetapkan suatu ketetapan. Akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka ia telah
sesat, sesat yang nyata. (Q.S. Al-Ahzab:36). Ada juga yang memperkenankan aplikasi sektoral
atas manhaj islam. LDK kita sangat membutuhkan bagian-bagian yang secara khusus
berkonsentrasi dalam urusan dakwah di bagian-bagian tertentu. Sedangkan memilih personil
yang potensial untuk memenuhi tugas ini sampai kapanpun merupakan kewajiban
berdasarkan syariat, berlandaskan kaidah menghindari kerusakan didahulukan daripada
mengambil manfaat
Dan sungguh, lemah atau bahkan tiadanya kesadaran politik dalam gerakan dakwah
terkadang menjadai faktor penyebab lepasnya elemen bangunan dan kehancurannya. Sebuah
gerakan dimana saja, apabila tidak memiliki kesadaran politik yang tinggi dan baik, tidak bisa
hidup mengimbangi zaman, tidak memahami kejadian yang ada disekelilingnya, terkecoh oleh
fenomena permukaan, lupa mengkaji apa di balik peristiwa. Tidak mampu merumuskan
kesimpulan-kesimpulan dari berbagai peristiwa global. Tidak bisa membuat catatan kecil setelah
membaca teks. Tidak mampu meletakkan kebijakan politik lokal berdasarkan kondisi-kondisi
politis global dan lain-lain kepekaan; kalau sebuah gerakan memiliki kelemahan serupa itu, disaat
arah politik sudah semakin tumpang tindih, yang tampak dipermukaan tidak lagi mencerminkan
isinya, maka ia akan menjadi gerakan yang langkahnya terseok, sikap-sikapnya kontradiktif dan
mudah terbawa arus.
Akhirnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa sesungguhnya taqwa merupakan
benteng pertahanan keamanan, baik bagi individu maupun jamaah. Selain itu juga merupakan
faktor penyebab keberhasilan sebuah aktivitas dan cahaya yang menerangi cara pandang dan
pola pikir, ia juga sebuah kekuatan yang dengan itu seseorang mampu dengan ringan menjauhi
kemaksiatan dan syubhat, apalagi tindakan yang merusak. Sejauh kekuatan ukhuwah dalam
sebuah gerakan, maka sejauh itupula kerapatan barisannya dan sejauh itupula kekuatan
mempertahankan diri dari segala macam serangan dan kelihaiannya memberi reaksi balik
terhadap musuh.

Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya diatas dasar taqwa kepada Allah
dan keridlhaa(Nya) itu yang baik ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya ditepi
jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia kedalam neraka
jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Q.S. AtTaubah :109)
Ya Allah, anugerahilah kami rasa takut yang menghalangi kami dari maksiat kepadaMu dan
kekuatan yang mengantarkan kami kepada syurgaMu. Serta keyakinan yang meringankan beban
kami dalam menghadapi musibah duniawi. Ya, Allah berilah kami anugrah menikmati
pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama Engkau masih menghidupkan kami dan
jadikanlah ia sebagai pewaris kami. Jadikanlah Ya Allah, balas dendam kami atas orang-orang
yang menzalimi kami, tolonglah kami dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi kami dan
janganlah Engkau timpakan musibah pada agama kami. Jangan pula Engkau jadikan dunia ini
sebagai perhatian terbesar kami, dan sebagai tujuan utama ilmu pengetahuan kami, dan
janganlah engkau perkenankan orang yang tidak menyayangi kami menguasai kami.
Subhanakallahuma wa bihamdika asyhadu-ala-illaahailla anta astaghfiruka wa- atuubu ilaik

Anda mungkin juga menyukai