Asma
Asma
PENDAHULUAN
Saat ini diseluruh dunia tengah terjadi epidemi asma, yaitu peningkatan
prevalensi dan derajat asma terutama pada anak-anak, baik dinegara maju maupun
dinegara berkembang. Dilain pihak, walaupun banyak hal yang berkaitan dengan
asma telah terungkap namun ternyata hingga saat ini secara keseluruhan asma
masih merupakan misteri.
Pengetahuan tentang patologi, fisiologi dan imunologi asma berkembang
sangat pesat, khususnya untuk asma pada orang dewasa dan anak besar. Pada anak
kecil dan bayi mekanisme dasar perkembangan penyakit ini masih belum
diketahui pasti. Lagipula bayi dan balita yang mengalami mengi saat terkena
infeksi saluran nafas akut, banyak yang tidak berkembang menjadi asma saat
dewasanya.
Selama sepuluh tahun terakhir banyak penelitian epidemiologi tentang asma
bronkial dan penyakit alergi berdasarkan kuisioner telah dilaksanakan di berbagai
belahan dunia. Semua penelitian ini walaupun memakai berbagai metode dan
kuisioner namun mendapatkan hasil yang konsisten untuk prevalensi asma bronkial
sebesar 5-15% pada populasi umum dengan prevalensi lebih banyak pada wanita
dibandingkan laki-laki. Di Indonesia belum ada data epidemiologi yang pasti namun
diperkirakan berkisar 3-8%.4
BAB II
PEMBAHASAN
ASMA BRONKIAL
2.1
DEFINISI
GINA (Global Initiative for Asthma) mendefinisikan asma sebagai gangguan
inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan antara lain sel
mast, eosinofil, dan limfosit T yang menyebabkan episode mengi berulang, sesak
napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya malam dan dini hari.
Berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas dan bervariasi, sebagian
besar bersifat reversibel, juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas
terhadap berbagai rangsangan.
Batasan ini sangat lengkap, tetapi dalam penerapan klinis untuk anak tidak
praktis. Oleh karena itu Konsensus Nasional Asma Anak (KNAA) memberi
batasan sebagai berikut : Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten
dengan karakteristik timbul secara episodik, cenderung pada malam dan dini hari
(nocturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta mempunyai riwayat asma atau
atopi lain dalam keluarga, atau penderita sendiri.
2.2
EPIDEMIOLOGI
Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum
segala umur; 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedang 80-90% anak
asma mempunyai gejala pertama sebelum umur 4-5 tahun(3,4)
Selama sepuluh tahun terakhir banyak penelitian epidemiologi tentang asma
bronkial dan penyakit alergi berdasarkan kuisioner telah dilaksanakan di berbagai
belahan dunia. Semua penelitian ini walaupun memakai berbagai metode dan
kuisioner namun mendapatkan hasil yang konsisten untuk prevalensi asma bronkial
sebesar 5-15% pada populasi umum dengan prevalensi lebih banyak pada wanita
dibandingkan laki-laki. Di Indonesia belum ada data epidemiologi yang pasti namun
diperkirakan berkisar 3-8%.4
Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi)
dan 50% pasien asma bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma bronkial
atopi ditandai dengan timbulnya antibodi terhadap satu atau lebih alergen seperti
debu, tungau rumah, bulu binatang dan jamur. Atopi ditandai oleh peningkatan
produksi IgE sebagai respon terhadap alergen. Prevalensi asma bronkial non atopi
tidak melebihi angka 10%. Asma bronkial merupakan interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan. Data pada penelitian saudara kembar monozigot dan
dizigot, didapatkan kemungkinan kejadian asma bronkial diturunkan sebesar 6070%.4
2.3
ETIOLOGI
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan penting
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperreaktivitas bronkus). Asma
merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor autonom, imunologis,
infeksi, endokrin dan psikologis.
biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau uji provokasi bronchial. Pada
tipe mempunyai sifat-sifat:
Timbul sejak kanak-kanak
Keluarga ada yang menderita asma
Adanya eksim saat bayi
Sering menderita rhinitis
Di Inggris jelas penyebabnya House Dust Mite, di USA tepung sari bunga
rumput.
3. Asma bronchial tipe campuran (mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsic
maupun ekstrinsik.
2.4
PATOGENESIS
Manifestasi penyumbatan jalan nafas pada asma disebabkan oleh
antibodi reagenik, yang disebut juga Imunoglobulin E (Ig E). Selanjutnya Ig.E
akan beredar dan menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel mast. Sel
mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitisasi.
Apabila alergen yang serupa masuk kedalam tubuh, alergen tersebut akan
menempel pada sel mast yang tersensitisasi dan kemudian akan terjadi degradasi
dinding dan degranulasi sel mast. Mediator dapat bereaksi langsung dengan
reseptor di mukosa bronchus sehingga menurunkan siklik AMP kemudian terjadi
bronkokonstriksi. Mediator dapat juga menyebabkan bronkokonstriksi dengan
mengiritasi reseptor iritan.
2.5
Parameter klinis,
fungsi paru,
laboratorium
Sesak timbul
saat
Bicara
Ringan
pada Berjalan
Sedang
Berbicara
istirahat
Penggal
kalimat
Bisa berbaring Lebih
suka
duduk
Mungkin
Biasanya
iritable
iritable
Tidak ada
Tidak ada
Sedang, sering Nyaring,
hanya
pada sepanjang
akhir ekspirasi ekspirasi+
inspirasi
Minimal
Sedang
Biasanya tidak Biasanya iya
Kata-kata
Retraksi
Dangkal,
retraksi
intercostal
Laju nafas
Laju nadi
PEFR atau FEV1
pra
bronkodilator
pas
ca
bronkodilator
SaO2
PaO2
PaCO2
Meningkat
Normal
Sedang,
ditambah
retraksi
suprasternal
Meningkat
Takikardi
Dalam,
ditambah Gerakan
nafas cuping hidung paradok
torakoabdominal
Meningkat
Menurun
Takikardi
Bradikardi
>60%
>80%
40 60%
60 80%
<40%
<60%,
<2jam
>95%
Normal
<45 mmHg
91 - 95%
>60 mmHg
<45 mmHg
<90%
<60 mmHg
>45 mmHg
Posisi
Kesadaran
Sianosis
Mengi
Sesak nafas
Otot bantu nafas
2.6
Kalimat
Ancaman
henti nafas
Berat
Duduk
bertopang
lengan
Biasanya iritable
kebingungan
Ada
Sangat
terdengar
stetoskop
nyata
nyaring, Sulit/tidak
tanpa terdengar
Berat
Iya
respon
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji faal paru
7
2.7
DIAGNOSIS
Sesak nafas lama dan berulang merupakan gejala utama untuk diagnosa
asma, biasanya diantara serangan pasien dapat merasa sembuh seperti anak-anak
normal lainnya. Suara tambahan wheezing/mengi (jenis ronkhi kering yang
terdengar lebih musikal atau sonor dibanding dengan ronkhi kering lainnya)
berulang yang lebih nyata bila ada beban fisik.
Serangan batuk malam yang menetap dan tidak berhasil diobati dengan obat
batuk dan kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator, sangat
mungkin merupakan asma.
2.8
DIAGNOSA BANDING
1. TB paru
2. Bronkiolitis
3. Bronkopneumonia
2.9
KOMPLIKASI
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan
terjadi
emfisema
dan
mengakibatkan
perubahan
bentuk
thoraks
yaitu
membungkuk kedepan dan memanjang. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi
bentuk dada burung dara.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga
dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Bila atelektasis
berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkiektasis dan bila ada infeksi akan
terjadi bronkopneumonia.
Serangan asma yang terus menerus dan berlangsung beberapa hari serta
berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat biasa disebut status asmatikus (3)
2.10 PENGOBATAN
Tujuan tata laksana
1.
2.
3.
4.
5.
6.
gejala
asma,
memperbaiki
aliran
udara,
mengurangi
2. Bronkodilator (pelega)
- Agonis beta 2 kerja singkat
Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan
prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Pemberian dapat secara inhalasi atau
11
oral, pemberian secara inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek
samping yang minimal.
- Metilxantin
Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih lemah
dibanding agonis beta 2.
- Antikolinergik
Pemberian
secara
inhalasi.
Mekanisme
kerjanya
memblok
efek
A.
B.
C.
Asma Berat
1. Asma berat.
12
Antileukotrien
2.11 PROGNOSA
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir
menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang
berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka
kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga suatu
kenyataan bahwa angka kematian pada serangan asma dengan usia lebih tua lebih
banyak, kalau serangan asma diketahui dan di mulai sejak kanak-kanak dan mendapat
pengawasan yang cukup kira-kira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan
di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan commond cold 29%
akan mengalami serangan ulangan.4
Pada penderita yang mengalami serangan intermiten (kumat-kumatan) angka
kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita yang dengan serangan
terus menerus angka kematiannya 9%. 4
13
DAFTAR RUJUKAN
1.
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asma Dalam: Temu Ilmiah
Respirologi Anak IV. Bagian FK USU / RS. HAM Medan. 2003; 1 12.
2.
3.
Hasan R., Alatas H. Asma. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3.
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1985; 1203
28.
4.
Nelson WE. Asma. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15 Vol. 1.
Alih Bahasa: Wahab S.A. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997;
775 90.
5.
14
: Lutfi Baihaqi
Umur
: 5 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
BB masuk
: 15 kg
PB masuk
: 103 cm
Ayah
Yusdiar
35 tahun
I
Karyawan
Sarjana tehknik
Dsn pembangunan
Ibu
Teuku indria
28 tahun
I
Ibu rumah tangga
Asma bronkhial
D3 keperawatan
Tanjung mulia-Pagar merbau
RIWAYAT KELAHIRAN
Tanggal lahir
: 29 Juli 2007
15
Cara lahir
Tempat lahir
: Rumah sakit
Ditolong oleh
: Bidan
BB Lahir
PB Lahir
: 2500 gram
: 49 cm
RIWAYAT IMUNISASI
BCG
: 2X
DPT
: 2X
Campak
: 1X
Polio
: 2X
Hepatitis B
: 1X
RIWAYAT SAUDARA OS
OS anak ke-1 dari 2 bersaudara
1.
2.
Perempuan
; 3 tahun ; sehat
ANAMNESA MAKANAN
0-1 tahun
: ASI
1-2 tahun
: ASI + Bubur
Buah-buahan
2 tahun- sekarang
: Susu formula
16
Nasi biasa
: Menangis keras
1 bulan
4 bulan
8 bulan
9 bulan
: Merangkak
12 bulan
2 tahun
ANAMNESA PENYAKIT
Allo anamnesis dari ibu os
Keluhan utama
: Sesak nafas
Telaah
Sesak nafas dialami os sejak 1 hari ini. Sesak nafas bersifat hilang
timbul, timbul terutama saat cuaca dingin, terhirup debu. Saat sesak, nafas
os berbunyi ngik dan os hanya mampu berbicara sepenggal-sepenggal, os
juga lebih nyaman dalam posisi duduk. Batuk (+) dialami os sejak 1 minggu
yang lalu, dahak (+) berwarna putih bening, warna tidak jelas, darah (-).
Demam (-), mual (-), muntah (-). Os mengalami sesak nafas (+) sejak usia 9
bulan. Riwayat asma keluarga (+), ibu kandung os menderita asma. BAK (+)
normal. BAB (+) normal.
17
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENTS
KU/KP/KG
: Sedang/sedang/cukup
Sensorium
: Compos mentis
Anemis
(-)
HR
: 140 x/menit
Ikterus
(-)
RR
: 60 x/menit
Dispnoe
(+)
Temperatur
: 37 oc
Sianosis
(-)
BB masuk
: 15 kg
Oedema
(-)
PB masuk
: 103 cm
STATUS LOKALISATA
Kepala
Mata
Telinga
: Serumen (-)
Hidung
Mulut
Leher
18
Thorak
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi interkostal (+)
Palpasi : Stem fremitus sulit dinilai
Perkusi : Hipersonor pada kedua lapangan paru
Batas jantung atas : ICR III LMCS
Batas jantung kiri : 1 cm medial LMCS, ICR V
Batas jantung kanan: Linea Parasternalis dextra
Batas paru hati
Auskultasi :
Suara pernapasan
: Ekspirasi memanjang
Frekuensi Pernapasan
Frekuensi jantung
Abdomen
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Hepar
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Turgor
: kembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi
Genitalia
Ekstremitas
19
Superior
Inferior
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 6 januari 2013
Darah
:
Hb
: 12,6
gr %
Hematokrit : 35,9 %
Trombosit
: 516.000/mm3
Leukosit
: 16.200 mm3
LED
: 20 mm/jam
Feses
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto thorak
RESUME
ANAMNESIS
20
PEMERIKSAAN FISIK
Status presents
KU/KP/KG
: Sedang/sedang/cukup
Sensorium
: Compos mentis
Anemis
(-)
HR
: 140 x/i
Ikterus
(-)
RR
: 60 x/i
Dispnoe
(+)
Temperatur
: 37oC
Sianosis
(-)
BB masuk
: 15 kg
Oedema
(-)
PB masuk
: 103 cm
Status lokalisata
Kepala
Hidung
Thorak
Inspeksi
21
Palpasi
: hipersonor
Auskultasi
Abdomen
Palpasi
Ekstremitas
Superior
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hitung Jenis : 1,5/1/13/9/8/83
DIAGNOSA BANDING
1.
Asma bronkial
2.
Bronkiolitis
3.
Bronkopneumonia
DIAGNOSA KERJA
Asma bronkial
TERAPI
1.
Bed rest
2.
O2 2 ltr/menit
3.
4.
22
5.
6.
7.
1.
AGDA
2.
Foto thorak
USUL
FOLLOW UP PASIEN
6 Januari 2013
7 Januari 2013
S : Sesak nafas (+), batuk (+), dahak S : sesak nafas (-), batuk (+), dahak (+)
23
HR
: 140 x/menit
HR
: 120 x/menit
RR
: 60x/menit
RR
: 40 x/menit
BB
: 15 kg
BB
: 16 kg
Temp : 37 oC
A : Asma bronkial
P:
Temp : 37,6 oC
A : Asma bronkial
P:
1. Bed rest
1. Bed rest
2. O2 2 ltr/menit
24gtt/i mikro
NaCl 0,9 % 50 cc
NaCl 0,9 % 50 cc
8 Januari 2013
9 Januari 2013
S : Sesak nafas (-), batuk (+), dahak (+) S : sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-),
putih bening, pilek (-), keluhan pasien keadaan pasein baik
berkurang
O:
HR
: 100 x/menit
O:
HR
: 98 x/menit
24
RR
: 30x/menit
RR
: 28 x/menit
BB
: 16 kg
BB
: 16 kg
Temp : 37 oC
A : Asma bronkial
P:
Temp : 36,7 oC
A : Asma bronkial
P:
1. Bed rest
24gtt/i mikro
3. Inj. Dexamethasone amp/8 jam
25
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, dengan rahmat dan
hidayah NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Asma
Bronkial sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing yaitu, Dr. H. Ridwanto Situmeang, Sp.A. Atas bimbingan dan
26
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii
ASMA BRONKIAL
1. Pendahuluan...................................................................................
2. Defenisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
3. Epidemiologi..................................................................................
2
27
4. Etiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
5. Patogenesis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
6. Klasifikasi Asma............................................................................
7. Pemeriksaaan Penunjang...............................................................
8. Diagnosis...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9. Diagnosa Banding . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
10. Komplikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .
11. Penatalaksanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
12. Prognosis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
28