memiliki berat lahir kurang dari 500 g. Meskipun demikian, definisi tetap bervariasi sesuai
hukum yang beralaku di masing-masing negara bagian. 1
Anamnesis
Autoanamnesis. Antara yang bisa ditanyakan kepada pasien ini adalah: 1
1
Ditanyakan tentang identitas pasien. Keluhan utama pasien. Apakah keluhan yang
Menanyakan tentang riwayat haid pasien. Kapan pertama kali menarche? Biasanya
7
8
9
berupa bercak-bercak?
Menanyakan apakah ada gatal pada vulva?
Menanyakan mengenai BAK dan BAB.
Ditanyakan kepada pasien tentang riwayat kontrasepsi. Apakah pasien pernah atau
sedang kontrasepsi?
10 Apakah sebelum ini pernah menderita infeksi pada vagina atau panggul?
11 Ditanyakan apakah pasien pernah terlibat dalam prosedur pembedahan ginekologis
sebelumnya?
12 Ditanyakan riwayat keluarga. Apakah ada ahli keluarga yang menderita penyakitpenyakit serius seperti diabetes, hipertensi, stroke dan lain- lain.
13 Ditanyakan juga kebiasaan merokok, pemakaian obat terlarang, dan konsumsi
minuman yang beralkohol.
Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala leher : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, lainnya dalam batas
normal
Abdomen rata, tidak ada bekas operasi
Pemeriksaan klinik mengenai adanya perdarahan pada kulit atau mukosa, hal ini
memang sudah didapat di dalam anamnesa, namun kita tentu dapat
memeriksanya dengan inspeksi untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
perdarahan. Genitlia luar dalam batas normal
Palpasi
Palpasi abdomen terasa nyeri pada bagian bawah
Pemeriksaan dalam vagina : cervix 1 jari sempt, (-) nyeri goyang, corpus uteri
kecil, tidak ada massa benjolan pada uterus, (+) nyeri tekan pada suprapubic,
adnexa tidak teraba, (+) darah pada jari pemeriksa.
Pemeriksaan Penunjang
1
RDW.
Leukosit 7.200/l
Kadar Hemoglobin (Hb) 11.0 g/dL
non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed
abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian
untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat
diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis.Pada umur
kehamilan tujuh
minggu, fetal poledan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas
jantung seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila
kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong
dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia gestasi delapan minggu
memiliki angka keguguran 90,8%.Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan
embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran
3,2%; dan apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran setelah
kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%. Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal
berguna untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri.3 Diameter kantong rata-rata lebih
dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter
diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan nilai prediksi positif
100%.Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis buruk.
3
mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan intauterin yang
terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamil-an ektopik.Kadar
hCG kuantitatif serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan
ektopik, mola, abortus imminens, dan missed abortion.Kadar hCG serum wanita hamil yang
mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama, lebih
rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya
berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. 3,4 Sebuah penelitian
prospektif menunjukkan bahwa nilai batas hCG bebas 20 ng/ml dapat digunakan untuk
membedakan antara normal (kontrol dan abortus imminens namun kehamilan berlanjut) dan
abnormal (abortus
sensitifi tas angka prediksi positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif
hCG, pada wanita yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih
tinggi dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun penelitian
hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak memberikan data tentang
aktivitas jantung janin.
4
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel; kadar
kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%,
sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100%.1
Diagnosis Kerja
Abortus Imminens
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama kehamilan
awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta dapat mempengaruhi
satu dari empat atau lima wanita hamil.
Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu
mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti
saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan
kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan
perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina
atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.1
Epidemiologi
Faktor Janin
kromosom
menjadi lebih jarang dijumpai seiring dengan kemajuan kehamilan dan ditemukan pada
sekitar sepertiga kematian trimester kedua, tetapi hanya 5% dari lahir mati trimester ketiga.2
Infeksi
Infeksi jarang menjadi penyebab abortus dini. Sejumlah infeksi spesifik telah diteliti.
Sebagai contoh, meskipun Brucella abortus dan Campylobacter fetus menyebabkan abortus
pada sapi keduanya tidak menyebabkan hal yang sama dengan manusia. Juga tidak tetdapat
bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trchomatis merangsang abortus pada
manusia. Dalam sebuah penelitian studi prospektif, infeksi oleh virus herpes simpleks pada
awal kehamilan juga tidak meningkatkan insiden abortus. Bukti bahwa Toxoplasma gondii
menyebabkan abortus pada manusia masih belum pasti.2
Diabete Melitus
Angka arbutus spontan dan malformasi congenital mayor meningkat pada wanita
dengan diabetes bergantung-insulin. Resiko tampaknya berkaitan dengan derajat kontrol
metabolic pada awal kehamilan. Kurangnya kontrol glukosa menyebabkan meningkatnya
mencolok angka abortus. Diabetes overt adalah penyebab keguguran berulang.2
Nutrisi
Defisiensi salah satu nutrient dalam makanan atau defisiensi moderat semua nutrient
tampaknya bukan penyebab penting abortus. Bahkan pada tingkat ekstrim, hiperemis
gravidarum disertai penurunan berat yang signifikan, jarang diikuti oleh keguguran.2
Lingkungan
Lingkungan Diperkirakan 1-10 persen malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus.Rokok diketahui mengandung
ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.Karbon monoksida juga menurunkan pasokan
oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.Dengan terjadinya gangguan pada sistem
sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya
abortus.2
Klasifikasi Abortus 3
Abortus Imines
penderita ini sangat tergantung pada Informed concent yang diberikan. Bila ibu ini masih
menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan
kehamilan ini. Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada
dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan
ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan
HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan di samping ada tidaknya
hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan USG dapat
dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal. Pada USG transabdominal
jangan lupa pasien harus tahan kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan window yang
baik agar rincian hasil USG dapat jelas. 3
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa
diberi spasrnolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormone progesteron
atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara statistik
kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologis kepada penderita sangat menguntungkan.
Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak
boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.3
Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan.
Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif.
Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak
normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada
tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus. 3
Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan perubahan
keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan evakuasi/pengeluaran hasil
konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak. Pada umur kehamilan di atas 12
minggu, uterus biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dari kuretase harus
hati-hati, perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang kemudian disusul dengan
tindakan kuretase sarnbil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk mencegah
terjadinya perforasi pada dinding uterus. Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum,
pemberian uterotonika, clan antibiotika prolaksis. 3
Abortus Inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi rnasih tertinggal di dalam
uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri ekstemum. Pendarahan biasanya masih
terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga pendarahan berjalan terus.
Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan
konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan
umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan
tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara
klinis. Besar uterus sudaj lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit
dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan. 3
Bila terjadi pendarahan yang hebat, dianjurkan segela melakukan pengeluaran sisa
hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadi kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan pendarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati
sesuai keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet
vakum menggunakan kanula dari plastik. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika
parenteral ataupun per oral dan antibiotika.3
Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan. Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas
missed abortion ini lebih besar rnengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding
uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan
transfusi darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus
intravena cairan oksitosin dan pemberianan antbiotika.
Diagnosis Banding 4
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Termasuk dalam kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba,
kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal
primer atau sekunder.6 Kehamilan intrauterin dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan
ekstrauterin. Dalam hal ini dibedakan dua jenis, yaitu combined ectopoc pregnancy di mana
kehamilan intra-uterin terdapat pada waktu yang sama dengan kehamilan ekstra-uterin dan
compound ectopic pregnancy yang merupakan kehamilan intrauterin pada wanita dengan
kehamilan ekstra-uterin lebih dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.
perjalanan telur
Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba
Faktor lain:
Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri-atau
sebaliknya-dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus;
pertumbuhan telur yang berlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur
Fertilisasi in vitro
Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.
Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati
secara dini dan kemudian direabsorpsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi
antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen
tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak,
dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tua
dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung
pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. 5
Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum graviditatis
dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembak; endometrium dapat berubah pula menjadi
desidua. Dapat pula ditemukan perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut
fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik,
lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan
kadang-kadang ditemukan mitosis.Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian
kehamilan ektopik.5
1
Faktor-faktor resiko:
Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya
Pembedahan pada saluran telur / sterilisasi
Pemaparan oleh/ terkena pengaruh DES dalam kehidupan intrauterine
Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim
Pernah terkena infeksi genitalia/pelvis
Merokok
Pada usia dini (< 18tahun) terjadi hubungan seksual pertama
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik kehamilan ektopik yaitu: 5
Amenore
Gejala kehamilan muda
Nyeri perut bagian bawah. Pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat,
menyebabkan penderita pingsan sampai syok. Pada abortus tuba nyeri mula
Penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke rumah sakit. Di rumah sakit dilakukan: 5
Laparotomi
Salpingoektomi/salpingostomi/reanastomosis tuba
Kemoterapi dengan metotreksat 1 mg/kg intravena dan faktor sitrovorum 0,1
mg/kg intramuskular berseling-seling selama 8 hari bila kehamilan di pars
ampularis tuba belum pecah.
Mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami hidropik belum diketahui pasti.
Ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan.
ovarium kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan
kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar tinju atau kepala bayi.6
Manifestasi klinik
Mola hidatidosa berkembang dari trofoblas ekstraembrionik. Mola hidatidosa terbagi
menjadi:7
mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus imminens terdiri atas:7
o Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
o Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas.
o Tes kehamilan dapat dilakukan bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
o Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfat ferosus 600-1000 mg
o Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
o Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
Penatalaksanaan abortus insipiens:7
o Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
o Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin
0,5 mg intramuskular.
o Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
dektrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai terjadi abortus komplit.
o Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual
o Untuk mengurangi nyeri karena his boleh diberikan sedative
Penatalaksanaan abortus inkomplit:
o Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
o Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular
o Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual
o Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
Penatalaksanaan abortus komplit:
o Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3 sampai 5 hari
o Bila pasien emia, berikan hematinik seperti sulfat ferosus satau transfusi darah
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi dan tergantung dari luas dan
Pencegahan
Usia ibu hamil lebih baik tidak < 20 tahun dan tidak > 35 tahun.
Melakukan pemeriksaan dini sebelum hamil (TORCH).
Kenali tanda-tanda kehamilan lebih dini.
Kehamilan harus direncanakan (sudah siap secara fisik dan emosional).
Jarak antara kehamilan tidak terlalu dekat.
Selama hamil harus cukup gizi.
Menghindari trauma.
Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang sembarangan.
Jalani pemeriksaan kandungan secara rutin.
Kontrol penyakit kronis yang diderita seperti DM, hipertensi.
Skrinning gen untuk meminimalisir adanya abnormalitas kromosom
Jangan merokok dan minum alkohol.
Tatalaksana7
Penanganan abortus imminen terdiri atas :
1
Prognosis 7
Prognosis tergantung pada jenis abortus yang dialami, dan ditentukan lamanya
perdarahan , jika perdarahan berlangsung lama, mules- mules yang disertai pendataran
serviks menandakan prognosis yang buruk.
Kesimpulan
Dari hasil anamnesis seorang wanita usia 20 tahun dengan keluar darah dari jalan lahirnya
sejak 1 jam yang lalu dinyatakan menderita Abortus Iminens di mana abortus ini adalah
perdarahan yang berasal dari intra uterine sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dengan atau tanpa kontraksi, tanpa dilatasi cerviks. Haid terakhir tanggal 21 Maret 2016.
HCG (+). Pada pemeriksaan didapat T 100/60, N 86/m, S: 37/C. Dari vagina tampak
mengalir darah sedikit, tanggal pemeriksaan 23 Mei 2016.
Daftar Pustaka
1
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong. Williams obstetrics. Ed.23. Jakarta:
EGC;2013.h.226-35.
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu kandungan. Edisi 2 Jakarta: Yayasan Bina
DJ, Spong CY, editors. 24rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2014. hal 350-55
William Manual of Pregnancy Complications. Kenneth J. Leveno, MD, editor. 23 rd