Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian pada masyarakat
di seluruh dunia. Penyakit ini sering disebut sebagai silent killer karena sering
tidak terdeteksi sebelumnya sehingga dapat menyebabkan kematian yang
tinggi setiap tahunnya. (Setyanda et all, 2015). Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan terjadinya kerusakan organ target dan dapat
menyebabkan infark myocardium, stroke, dan gangguan ginjal. (Rahajeng &
Sulistyowati, 2009).
Hipertensi terjadi karena adanya desakan darah terhadap dindingdinding pembuluh darah ketika darah tersebut dipompa dari jantung menuju
ke jaringan. Tekanan darah merupakan suatu gaya yang diberikan darah pada
dinding pembuluh darah. Tekanan darah pada pembuluh darah bervariasi
menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi saat ventrikel
berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah saat ventrikel relaksasi
(diastolik) (Depkes, 2008).
Hipertensi merupakan keadaan berbahaya karena akan membebani
jantung dan menyebabkan terjadinya arteriosclerosis. Hal ini akan
meningkatkan terjadinya risiko penyakit jantung dan stroke (Suparto, 2010).
Menurut data Kementrian kesehatan tahun 2012, penyakit ini termasuk
dengan jumlah kasus terbanyak pada pasien rawat jalan sebesar 80.615 kasus.
(Kemenkes, 2012). Hasil Riset kesehatan dasar (2013) prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5% dan cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga
kesehatan sebesar 36,8% sehingga masih banyak kasus hipertensi yang belum
dapat terdiagnosis (63,2%) (Riskesdas 2013).
Kualitas hidup adalah suatu tanggapan

individu

terhadap

kehidupannya di dalam masyarakat dalam konteks berbudaya dan nilai yang


ada terkait dengan tujuan, harapan, standard an perhatian. Hal tersebut

dipengaruhi kondisi fisik individu, tingkat kemandirian, psikologis, serta


hubungan individu dengan lingkungan (Yuliati et all, 2014).
Kualitas hidup yang baik merupakan harapan dalam suatu intervensi
pengobatan pada pasien dengan ganggguan kesehatan kronis. Kualitas hidup
ini dinilai dengan adanya sehat secara fisik dan sosial dan psikologis.
Seseorang dengan penyakit kronis hipertensi dapat memiliki kualitas hidup
yang lebih baik dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya. (Roopa, 2014).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pasien dengan hipertensi
cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah pada kegiatan fisik sehari-hari
akan tetapi kegiatan tersebut tidak memiliki nilai bermakna karena kegiatan
fisik tidak dibatasi oleh penyakit hipertensi (Theodorou, 2011).
Status kesehatan pada lanjut usia ditentukan oleh kesehatan diri
seseorang. Mengingat kerentanan lansia dan pentingnya status sehat pada
populasi lansia dan karena kurangnya studi mengenai kualitas hidup dan
faktor yang terkait, maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui keadaan
kualitas hidup lansia dengan kondisi penyakit hipertensi yang dialaminya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

Anda mungkin juga menyukai