Anda di halaman 1dari 3

Penerapan IFRS pada PT.

Bank bjb Tbk

Bank bjb go public pada tanggal 10 Juli 2010

Pada tahun 2012 bank bjb sudah implementasi IFRS

Tahapan adopsi IFRS pada bank bjb, secara teknis adopsi IFRS dimulai dari
melakukan Gap Analysis terhadap kebijakan akuntansi serta teknologi yang ada pada
saat ini.

Ekspektasi yang bank bjb harapkan dari impelementasi IFRS pada laporan keuangan
adalah kebijakan dan prosedur sesuai dengan standar yang berlaku

SDM pada bank bjb sudah mempunyai IFRS Capability

Yang membuat laporan keuangan bank bjb adalah bank bjb, kemudian di periksa oleh
KAP dengan standar internasional yaitu Ernst and Young, yang dipantau oleh OJK.

Perbedaan dalam membuat laporan keuangan setelah menerapkan IFRS hanya


perubahan yang bersifat teknis saja

Pembuatan laporan keuangan konsolidasi yang telah menerapkan IFRS tidak jauh
berbeda dengan sebelum menerapkan IFRS

Bank bjb tidak menghadapi hambatan yang berarti dalam implementasi IFRS pada
laporan keuangan.

Manfaat yang didapatkan bank bjb dari implementasi IFRS pada laporan keuangan
adalah meningkatnya kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan dan dengan
menggunakan IFRS bank bjb dapat menghitung resiko-resiko kredit, pasar dan usaha
secara lebih fair.

Dampak pada implementasi IFRS lebih pada tuntuan regulasi, dampak pada
perusahaan hanya pada sisi teknis dan kebijakan akuntansi.

Pengaruh implikasi penerapan IFRS khususnya PSAK 50 dan 55


pada PT. Bank bjb adalah pencatatannya menjadi lebih transparan,
kredit sebagai asset bank digolongkan pada Loan and Receivables
yang mana valuasinya adalah dengan cara amortized cost, hal ini
membawa konsekuensi bahwa nilai kredit (dalam hal ini aset bank)
akan dipengaruhi oleh proyeksi cashflow dari asset, sehingga kredit
yang dikenakan bunga dibawah bunga pasarkan terdiskon menjadi
lebih kecil dari harga perolehannya. Dengan ketentuan penerapan
PSAK 50 dan 55, maka akan menganulir klasifikasi kredit
bermasalah (non performing loan) berdasarkan lima kolektibilitas
(lancar, dalam perhatian khusus meragukan, kurang lancar, dan
macet) yang diukur dari ketepatan pembayaran, neraca keuangan
dan prospek usaha. Dan jika dalam PPAP bank bisa menentukan
pencadangan 1%, tapi dalam perhitungan PSAK 50 & 55 bisa 0,1%
atau lebih, tergantung data historis default kredit bank tersebut.

Kualitas informasi akuntasi sebelum dan sesudah implementasi


adalah dapat meningkatnya kualitas informasi akuntansi yaitu
dengan meningkatnya relevansi nilai, menurunnya manajemen laba
serta berpengaruh positif dan signifikan terhadap informasi
akuntansi.

Penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pada
PT. Bank bjb Tbk telah sesuai dengan standar yang berlaku. Laporan posisi keuangan
sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 50, penjelasan mengenai pinjaman yang
diberikan dan klasifikasi cadangan kerugian penurunan nilai sesuai dengan yang
diatur dalam PSAK 50, Penurunan nilai aset keuangan diakui biaya perolehan dengan
menggunakan suku bunga efektif, dalam mengestimasi kas masa depan sama-sama
diakui berdasarkan nilai agunan dikurangi biaya-biaya yang tejadi dalam proses
pengambilan alihan dan penjualan agunan, Aset keuangan yang telah dikelompokan
dan di evaluasi secara kolektif diukur berdasarkan kerugian historis atas aset
keuangan, metodologi dan sumsi yang digunakan dalam mengestimasi kerugian atas
aset yang akan dating dikaji secara berkala. Dan dampak yang dirasakan bank bjb
setelah menerapkan CKPN adalah pengontrolan kredit menjadi lebih terarah serta
bank bjb dapat memperkecil besar cadangan sehingga laba yang didapat bank pun
menjadi lebih besar

Kesimpulan
Implikasi penerapan IFRS pada PSAK No. 1 (Revisi 2009), PSAK No. 2 (Revisi 2009),
PSAK No. 3 (Revisi 2010) dan PSAK No. 4 (Revisi 2009) adalah sebagai berikut: pos-pos
dalam laporan keuangan yang berpengaruh dalam penerapan IFRS adalah PSAK No. 1
(Revisi 2009) yaitu Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Konsolidasian, Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) Konsolidasian Sisi Liabilitas, Dana Syirkah Temporer, Ekuitas, Liabilitas
segera, Liabilitas akseptasi, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan yang
dikonsolidasi, Kepentingan Non-Pengendali, Laporan Laba Rugi Komprehensif, beban pajakneto, laba tahun berjalan, laba per lembar saham, Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi
seperti pos total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk; PSAK No. 2
(Revisi 2009) yaitu Laporan Arus Kas telah menerapkan metode langsung; PSAK No. 3
(Revisi 2010) yaitu Laporan Keuangan Interim yang lengkap atau laporan keuangan interim
ringkas dengan periode 6 bulan, laporan posisi keuangan ringkas dan laporan laba rugi
komprehensif ringkas serta format dan isi laporan keuangan interim mengikuti PSAK No.1;
PSAK No. 4 (Revisi 2009) yaitu Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri
2. Dalam hasil studi kasus, PT. Bank bjb Tbk sudah adopsi IFRS pada tahun 2010; pada
tahun 2012 PT. Bank bjb Tbk sudah mengimplementasi IFRS; tahapan adopsi IFRS
pada PT. Bank bjb Tbk secara teknis adopsi IFRS dimulai dari melakukan Gap
Analysis terhadap kebijakan akuntansi serta teknologi yang ada pada saat ini. Dalam
pembuatan Laporan keuangannya bank bjb dibuat oleh bank bjb. Bank bjb tidak
mengahadapi hambatan yang berarti dalam implementasi IFRS pada laporan
keuangan. Yang diharapkan bank bjb dalam mengimplementasi IFRS pada laporan
keuangan adalah kebijakan dan prosedur sesuai dengan standar akuntansi. SDM pada
bank bjb sudah mempunyai IFRS capability. Perbedaan dalam membuat laporan
keuangan setelah menerapkan IFRS pada bank bjb hanya perubahan yang bersifat
teknis saja. Pembuatan laporan keuangan konsolidasi pada bank bjb setelah
menerapkan IFRS tidak jauh berbeda dengan sebelum implementasi IFRS. Manfaat
yang didapatkan bank bjb dari implementasi IFRS pada laporan keuangan adalah
meningkatnya kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan dan dengan menggunakan
IFRS bank bjb dapat menghitung resiko-resiko kredit, pasar dan usaha secara lebih

fair. Implementasi IFRS lebih pada tuntuan regulasi, dampak pada perusahaan hanya
pada sisi teknis dan kebijakan akuntansi.
3. Dan dampak yang dirasakan bank bjb setelah menerapkan CKPN adalah
pengontrolan kredit menjadi lebih terarah serta bank bjb dapat memperkecil besar
cadangan sehingga laba yang didapat bank pun menjadi lebih besar.

Saran
1. Terus mengikuti aturan atau kebijakan terkait laporan keuangan, misal teknologi
repository dan informasi laporan keuangan secara elektronik yaitu XBRL
(Ekstensible Business Reporting Language)
2. Dalam proses penyajian, pengakuan dan pengukuran Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai (CKPN) untuk aset keuangan PT. Bank bjb Tbk sudah sesuai dengan PSAK 50
dan PSAK 55. Sangat diharapkan agar standar akuntansi yang telah diterapkan tetap
dipertahankan dengan baik dan konsisten agar PT. Bank bjb Tbk dapat menghasilkan
laporan keuangan yang akurat dan terpercaya.

Anda mungkin juga menyukai