Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO KELOMPOK C

Seorang remaja berumur 17 tahun sering kebut-kebutan dengan sepeda motor. Pada suatu
hari ketika sedang melaju dengan kecepatan tinggi, tanpa sadar melewati jalanan yang licin
sehingga sepeda motornya slip, ia jatuh dan kepalanya terbentur aspal tetapi masih sadar. Setelah
berdiri kepalanya terasa pusing dan disertai mual.
LANGKAH 1 : IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TIDAK DIKETAHUI
1.

kebut- kebutan

- kelajuan yang tinggi

2.

slip

- tergelincir

3.

aspal

- bengkak

LANGKAH 2 : RUMUSAN MASALAH


LANGKAH 3 : ANALISIS MASALAH

LANGKAH 4 : HIPOTESIS
1.

Trauma kepala karena benturan menyebabkan gangguan pada sistim saraf pusat (SSP).

LANGKAH 5 : MENENTUKAN SASARAN PEMBELAJARAN


1.

Struktur makroskopik dan mikroskopik

2.

Pemeriksaan radiologi / refleks / LCS

3.

Saraf

4.

Koordinasi otot

5.

Sensorik dan motorik

6.

Parasimpatis dan simpatis

7.

Neurotransmitter / bioloistrik / potensial aksi

LANGKAH 6 : BELAJAR MANDIRI (SELF LEARNING)


1.

STRUKTUR

I)

SECARA MAKROSKOPIS
Otak terdiri dari cerebrum, cerebellum, dan truncus encephali yang dibentuk oleh

mesencephalon, pons, dan medula oblongata. Cavitas cranii ditempati oleh otak dan meninges-nya.
Atas basis cranii dibentuk oleh calvaria, dan dasarnya oleh dasar cranium. Uraian singkat berikut
mengenai struktur otak dalam garis-garis besar disajikan untuk menjelaskan hubungan antara otak
dan cranium, nervus cranialis, CSS, dan meninges craniales. Setelah calvaria dan dura mater
cranialis disingkirkan, di bwah lapis-lapis arachnoidea mater cranialis dan pia mater cranialis yang
lembut, terlihat gyrus, sulcus dan fissura cortex cerebri. Sulcus dan fissura cerebri merupakan
bagian yang membagikan hemispherium cerebri menjadi daerah yang lebih kecil, seperti lobus.

Hemispherium cerebri membentuk bagian otak terbesar, kedua hemisfer menempati fossa
cranii anterior dan fossa cranii media dan ke posterior melewati tentorium cerebelli dan cerebellum
(rongga dalam masing-masing hemisfer, ventriculus lateralis, termasuk dalam sistem venrikular).
Diencephalon (bagian terbesar yang terdiri dari thalamus dan hypothalamus) merupakan bagian
sentral otak dan meliputi ventriculus tertius, yaitu merupakan rongga sempit yang terdapat antara
belahan kanan dan belahan kiri diencephalon. Mesencephalon (midbrain), bagian rostral truncus
encephali, terletak pada peralihan antara fossa cranii media ke fossa cranii posterior, rongga yang
terdapat dalam mesencephalon, membentuk suatu terusan sempit yaitu aquaductus mesencephali
(aquaductus cerebri), yang menyalurkan CSS dari ventriculus lateralis dan ventriculus tertius ke
ventriculus quartus. Pons, bagian tengah truncus encephali pula terletak dalam bagian anterior fossa
cranii posterior; ruang dalam pons membentuk bagian superior ventriculus quartus. Medulla
oblongata merupakan bagian kaudal truncus encephali, terletak dalam fossa cranii posterior dan
bersinambungan medulla spinalis; ruang medula oblongata yang membentuk bagian inferior
ventriculus quartus. Cerebellum menutupi pons dan medulla oblongata dan terdapat di bawah
tentorium cerebelli dalam fossa cranii posterior.

II)

SECARA MIKROSKOPIS
jaringan saraf merupakan jaringan dasar dalam tubuh kita yang disusun oleh sel saraf

(neuron) dan sel penyokong saraf (neuroglia) yang berfungsi untuk komunikasi.
A) Sel saraf / Neuron
Sel saraf terdiri daripada badan sel (nukleus, sitoplasma, organel-organel) dan prosesus (1
akson dan beberapa dendri).

Jenis-jenis Neuron-1 bisa dibedakan berdasarkan polaritasnya yaitu, neuron unipolar, neuron
bipolar, pseudonipolar, dan neuron multipolar. Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang pada
badan sel sarafnya, selanjutnya cabang akan terbelah dua sehingga bentuk dari neuron unipolar akan
menyerupai huruf T. Satu belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain sebagai
akson. Neuron unipolar ini umumnya mempunyai fungsi sebagaimana sensory neuron yaitu sebagai
pembawa sinyal dari bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat. Neuron
unipolar ini jarang terdapat pada vertebra kecuali pada tahap embrional dini. Neuron bipolar, sesuai
dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi yang saling berlawanan.
Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara yang lain berperan sebagai akson. Karena
percabangannya yang demikian ini, maka badan sel saraf neuron bipolar mempunyai bentuk yang
agak lonjong/elips. Neuron bipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana interneuron, yaitu
menghubungkan berbagai neuron di dalam otak dan spinal cord. Neuron bipolar ini terdapat di
ganglia vestibuler dan koklear, dalam epitel olfaktori hidung. Neuron multipolar adalah jenis sel
saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui. Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu,
namun hanya memiliki sebuah akson. Karena jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa
bervariasi banyaknya, maka bentuk badan sel saraf multipolar ini seringkali dikatakan berbentuk

multigonal. Neuron multipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana motoneuron, yaitu


membawa sinyal/isyarat dari sistem saraf pusat menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit,
ataupun kelenjar. Neuron pseudounipolar pula terdapat pada ganglia kraniospinal.

Jenis-jenis Neuron-2 adalah berdasarkan fungsi dan terbagi kepada 3 yaitu neuron motorik,
sensorik, dan interneuron. Neuron sensorik berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor
(penerima rangsangan) ke sumsum tulang belakang. Ianya menerima ransangan sensoris
eksteroseptif dan interoseptif. Neuron motorik berfungsi menghantarkan impuls motorik dari
susunan saraf pusat ke efektor dan mengawasi organ efektor seperti otot dan kelenjar. Neuron
penghubung merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
Contoh untuk jenis-jenis Neuron-3 adalah Neuron Stelata yang terletak pada medula
spinalis, sel Purkinye pada cerebellum dan sel piramid pada cerebrum.
B) Sel neuroglia (sel glia)
Sel ini berfungsi sebagai penyokong dan membantu sel saraf melakukan fungsi intergratif
dan komunikatifnya. Merupakan 70-80% dari seluruh sel yang ada di SSP. Sel ini mempunyai
kemampuan untuk bermitosis. Sel glia terbagi kepada mikroglia, oligodendroglia, atrosit fibrosa,
atrosit protoplasmatis, sel ependim serta sel schwann dan sel satelit yan kedua-duanya terletak pada
sistem saraf tepi. Mikroglia merupakan sel yang kecil dan terdapat di substansia alba dan grisea
yang berdekatan dengan pembuluh darah. Badan selnya agak gepeng dan mempunyai cabangcabang sitoplasma yang tegak lurus terhadap cabang sebelumnya. Fungsinya adalah dalam
fagositosis di SSP. Oligodendroglia berbentuk lebih kecil daripada atrosit dan membulat. Cabang
sitoplasma lebih pendek dan sedikit. Intinya kecil, lonjong dan heterokromatik. Terdapat
terutamanya di substansia grisea dan substansia alba jumlahnya sedikit. Berfungsi untuk
membentuk selubung mielin di SSP dan sebagai sel penyokong. Astrosit fibrosa terdapat di
substansia alba dan sedikit di substansia grisea. Bentuk selnya dapat dilihat dengan impregnasi
perak. Selnya berbentuk bintang dan inti selnya sukar untuk dilihat. Sel ini mempunyai banyak
cabang sitoplasma tetapi kurus atau tipis. Kadang-kadang ianya ditemukan di kaki perivaskular. Sel
ini mempunyai fungsi pada metabolisme energi dalam korteks cerebri. Atrosit protoplasmatis
terdapat banyak di substansia grisea dan sedikit di substansia alba. Badan selnya mirip dengan
bentuk piramid dan inti selnya juga turut sulit untuk dikenali. Mempunyai sitoplasma yang
bercabang, banyak, pendek, gemuk dan tebal. Kadang-kadang ianya menempel pada pembuluh

darah. Sel ependim melapisi rongga ventrikel dan canalis centralis pada medula spinalis.
Mempunyai bentuk silindris rendah atau kuboid. Mempunyai cabang sitoplasma terhadap silia dan
mikrovili.
2.

SARAF

I)

PARASIMPATIS
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral (sebagian saraf

kranialis mengandung seratparasimpatis).Serat-serat ini nerukuran lebih panjang dibandingkan


dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion
terminal yang terletak didalam atau dekat organ efektor.Serat-serat pascaganglion yang sangat
pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri. Sistem parasimpatis,di pihak lain
mendominasi

pada situasi

mengancam,tubuh

dapat

yang tenang

memusatkan

diri

dan rileks.Pada keadaan-keadaan yang tidak


pada

aktivitas

rumah

tangga

umumnya

sendiri,misalnya pencernaan dan pengosongan kandung kemih.Sistem parasimpatis mendorong


fungsi-fungsi tubuh seperti ini,sementara memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh
system simpatis.Sebagai contoh,tatkala seseorang sedang dalam keadaan tenang,jantung tidak perlu
berdenyut dengan cepat dan kuat. Inhibisi system saraf parasimpatis oleh kokain mungkin
merupakan factor utama dalam kematian mendadak yang disebabkan oleh kelebihan dosis
kokain.Apabila kokain menghambat rem parasimpatis yang bersifat protektif,system simpatis dapat
meningkatkan kecepatan denyut jantung tanpa kendali.Kematian mendadak timbul jika denyut
jantung menjadi terlalu cepat dan tidak teratur,sehingga daya pompa jantung tidak adekuat.
II)

SIMPATIS
Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis.Sebagian

serat praganglion simpatis berukuran sangat pendek,bersinaps dengan badan sel neuron
pascaganglion didalam ganglion yangb terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua
sisi korda spinalis.Serat pascgangliion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir pada
organ-oragn efektor.Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps
dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak sekitar separuh jalan antara SSP
dan organ-organ yang dipersarafi,dengan saraf pascaganglion menjalani jarak sisanya. Sistem saraf
simpatis meningkatkan respons-respons yang mempersiapkan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik
yang berat dalam menghadapi situasi penuh stress atau darurat,misalnya ancaman fisik dari

lingkungan luar.Respons semacam ini biasanya disebut sebagai fight or flight response,karena
system simpatis mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman.Pikirkan
tentang sumber-sumber pada tubuh yang diperlukan pada keadaan seperti ini.Jantung berdenyut
lebih cepat dan lebiuh kuat,tekanan darah meningkat karena konstriksi umum pembuluh
darah.,saluran pernafasan terbuka lebar untuk memungkinkan aliran udara maksimal,glikogen dan
simpanan lemak dipecahkan untuk menghasilkan bahan baker tambahan dalam darah,dan
pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi otot-otot rangka berdilatasi.Semua respons ini
ditujukan untuk meningkatkan aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot-otot rangka
sebagai antisipasi terhadap aktivitas fisik yang berat.Selanjutnya pupil berdilatasi dan mata
menyesuaikan diri untuk melihat jauh,yang memungkinkan individu membuat penilaian visual yang
cepat mengenai situasi keseluruhan yang mengancam.Terjadi peningkatan berkeringat sebagai
antisipasi terhadap peningkatan produksi panas yang berlebihan akibat aktivitas fisik.Karena
aktivitas pencernaan dan berkemih kurang penting dalam menghadapi ancaman,system simpatis
menghambat aktivitas-aktivitas ini.

III)

MEKANISME
A) Neurotransmitter
Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang

sama,yaitu asetilkolin,tetapi ujung-ujung pascaganglion kedua system ini mengeluarkan


neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor).Serat-serat
pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin.Dengan demikian,serat-serat itu bersama
dengan semua serat praganglion otonom disebut sebagai kolinergik.Sebaliknya,sebagian serat
pascaganglion

simpatis

disebut

serat

adrenergic

karena

mengeluarkan

noreadrenalin

(norepinefrin).Baik asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di
bagian tubuh lainnaya. Mekanisme umum kerja neurotransmitter terjadi di sinapsis yaitu titik temu
antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain. Setiap terminal akson membengkak
membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan
membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada
tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula
bergerak

dan

melebur

dengan

membran

pra-sinapsis.

Kemudian

vesikula

akan

melepaskanneurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang

dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada


bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di
sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian
berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran postsinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila
asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang
dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
B) Biolistrik
biolistrik merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang
merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada
permukaan dalam membran. Dendrites berfungsi dalam menghantar isyarat dari sensor ke neuron.
Stimulus untuk mencetuskan neuron bisa berupa tekanan, perubahan temperatur, dan isyarat listrik
dari neuron lain.

C) Potensial Aksi

Potensial istirehat pada sel saraf kebiasaanya adalah -70mV. Pada potensial istirehat ini
banyak saluran K+ yang terbuka tetapi sebahagian besar saluran Na+ tertutup. Namun, apabila
adanya pencetus, depolarisasi terjadi disebabkan oleh influks Na+ memasuki sel. Pada potensial
ambang, terjadi peningkatan permeabilitas Na+. Pada saat mencapai ambang, gerbang dari semua
saluran Na+ telah terbuka. Na+ menyerbu masuk ke dalam sel, dengan cepat menghilangkan
kenegatifan di dalam dan bahkan menyebabkan bahagian dalam sel lebih positif daripada bahagian
luarnya. Potensial mencapai +30mV, dekat dengan potensial keseimbangan Na+. Potensial tidak
akan menjadi lebih positif karena pada puncak potensial aksi, saluran-saluran Na+ menutup.
Bersamaan dengan inaktivasi saluran Na+, permeabilitas K+ meningkat menyebabkan K+
menyerbu keluar sel sesuai penurunan gradien konsentrasi dan gradien listriknya. Maka dikatakan
bahwa fasa repolarisasi disebabkan oleh efluks K+ ke luar dari sel. Efluks K+ yang sedikit
berlebihan daripada yang diperlukan menyebabkan bagian dalam sel untuk sesaat menjadi lebih
negatif daripada potensial istirehat dan menimbulkan hiperpolarisasi ikutan. Seterusnya, pompa
Na+ K+ bertugas untuk memulihkan ion-ion kembali ke lokasinya semula dalam jangka panjang,
tetapi tidak setelah setiap potensial aksi.
3.

KOORDINASI OTAK ( SSP, Sensorik, Motorik)


Susunan Saraf Pusat (SSP) terdiri daripada otak dan korda spinalis. Sistem Saraf Tepi (SST)

terdiri daripada devisi aferens dan devisi eferens. SSP membawa informasi antara SSP dan bagian
perifer. Devisi aferens membawa informasi ke SSP manakala devisi eferens terdiri daripada sistem
saraf somatik yang melibatkan informasi ke organ efektor seperti otot polos dan sistem saraf
otonom yang terbagi kepada simpatis dan parasimpatis yang melibatkan otot polos, otot jantungt,
dan kelenjar.
Neuron terbagi kepada 3 kelas yaitu aferen, eferen, dan antarneuron. Neuron aferen
memiliki reseptor sensorik. Badal sel neuron aferen, yang tidak memiliki dendrit dan masukkan
prasinaps, terletak dekat dengan korda spinalis. Terdapat sebuah akson perifer panjang yang
berjalan dari reseptor ke badan sel ke dalam korda spinalis. Potensial aksi dimulai di ujung reseptor
akson perifer dan menjalar ke korda spinalis. Akson menyebarkan informasi melalui sinaps.

Untuk neuron eferen, badan selnya berada di SSP. Akson-akson eferen meninggalkan SSP
untuk menuju ke otot yang mereka persarafi.

antarneuron pula terletak di antara neuron aferen dan neuron eferen yang penting dalam
intergrasi respons perifer ke informasi perifer. Interkoneksi antara antarneuron itu sendiri
bertanggungjawab atas fenomena abstrak yang berkaitan dengan jiwa seperti berfikir, emosi,
ingatan, kreativitas, intelektual, dan motivesi.

Koordinasi yang melibatkan aferen, eferen, dan antarneuron


4.

PEMERIKSAAN

A) RADIOLOGI
i) Ultrasonografi (USG)
USG menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi dan tidak menimbulkan ionisasi seperti
sinar x. bisa digunakang untuk pemeriksaan dinamik seperti jantung, pembuluh darah dan janin.
USG mempunyai beberapa kelebihan seperti dapat membedakan sifat jaringan yang dicitrakan
bersifat non-invasif dapat digunakan untuk melihat pergerakan organ memungkinkan tindakan
biopsi yang tepat, berbagai bidang organ tubuh bisa diperiksa dan sebagainya. Diukur dari segi
ekroid. Pada neonatus, USG hanya bisa dilakukan apabila fontanela belum menutup agar ultrasound
beam dapat melalui celah tersebut. Pada kebiasaannya, kita bisa menilai ada atau tidak pendarahan
intracerebral pasca persalinan atau terdapatnya hydrocephalus yang dicurigai.

ii) Computerize Tomography Scan (CT Scan)


CT Scan juga lebih kurang sama seperti pemeriksaan USG. CT Scan bermanfaat dalam
keperluan biopsi dan bermanfaat dalam pembuatan rencana radioterapi. CT Scan menggunakan
sinar x, mempunyai Haunsfield's unit serta dapat melihat kalsifikasi. Namun ianya tidak bisa
melihat cairan di dalam tubuh. Posisi yang digunakan adalah axial, sagital, coronal, dan 3D. Diukur
dari segi densitas. Biasanya kita dapat menilai gyri,sulci, sistem ventrikel, kewujudan mid line
shifting, densitas substansia alba dan grisea. Dapat dilakukan dengan pemberian kontras media atau
tidak.
iii) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan satu teknik penampang tubuh yang menggunakan prinsip resonansi
magnetik inti hidrogen. Alat ini mampu mengambil posisi dan reformat dalam potongan axial,
sagital, coronal dan oblik tanpa banyak memutarkan tubuh pasien. MRI menghasilkan rekaman
gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan meng-gunakan medan magnet berkekuatan
antara 0,064 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. Dengan
menggunakan MRI, pencitraan otak dan spinalis sangat menakjubkan, jaringan lunak dan otot dapat dilihat
dengan baik, sistem tulang juga dapat dilihat dengan baik dan bisa juga melihat cairan tubuh. Namun begitu,
MRI juga mempunyai beberapa kelemahan. Antaranya adalah tidak dapat melihat kalsifikasi dan tidak
mempunyai Haunsfield's unit. Diukur dari segi intensitas. Dapat memeriksa SSP. Terdapat T1 dan T2 serta
proton densiti pada fotonya. Kontras medianya pula sudah diprogram dipesawatnya.

iv) Nuclear Medicine


Nuclear medicine merupakan satu cabang perubatan yang menggunakan sedikit materi
radioaktif untuk mendiagnosis dan juga merawat pelbagai jenis penyakit termasuklah pelbagai jenis
kanker, sakit jantung, dan lain-lain aktivitas yang tidak normal di dalam tubuh badan manusia.
Prosedurnya merupakan prosedur yang non-invasif dan tidak menyakitkan. Imej scannya
menggunakan materi radioaktif yang dipanggil radiopharmaceuticals atau radiotracers. Bergantung
kepada jenis ujian nuclear medicine yang bakal dilalui oleh seseorang pasien itu, radiotracers akan
disuntik ke dalam vena, ditelan atau dihidu secara gas. Kemudian, ianya akan berakumulasi pada
organ atau area badan yang diuji di mana ia akan membebaskan energi dalam bentuk sinar gamma.
Energi ini kemudiannya akan dideteksi oleh kamera gamma, positron emission tomography (PET
scanner) dan juga probe. Alatan ini akan bekerjasama dengan komputer untuk mengukur jumlah

radiotracer yang diabsorbsi oleh tubuh dan menghasilkan imej spesial yang menunjukkan ciri
terperinci tentang struktur serta fungsi organ dan tubuh. Posisi yang digunakan adalah anteriorposterior, posterior-anterior dan oblik. Diukur dari segi aktivitas.
v) Angiografi cerebral
Angiografi koroner adalah suatu prosedur sinar-x (X-Ray) untuk memeriksa pembuluh darah
arteri jantung (arteri koroner) dengan kamera khusus untuk melihat apakah pembuluh darah koroner
mengalami penyempitan atau penyumbatan. Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat
paha atau tangan. Selanjutnya kateter dimasukkan ke dalam arteri. enempatan kateter Ketika kateter
sudah ada di arteri koroner, sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke dalam kateter. Gambar sinar-x
selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan melalui arteri koroner. Gambar ini terlihat di
monitor televisi dan direkam dalam film.
B) PEMERIKSAAN LAB LCS (LIQOUR CEREBROSPINALIS)
LCS merupakana cairan otak yang dihasilkan di plexus choroideus. Ianya berfungsi untuk
melindungi otak terhadap benturan, mengatur isi tengkorak, dan juga untuk metabolisme otak.
Cairan ini diambil sampelnya dengan menggunakan teknik lumbal puncture di mana jarum akan
ditusuk di bahagian antara L3 dan L4 atau L4 dan L5. Dengan menggunakan LCS, kita bisa
melakukan pemeriksaan makroskopik untuk melihat warna, kekeruhan, bekuan, dan sedimen. Bagi
pemeriksaan mikroskopik pula, kita bisa menghitung sel dan menghitung jenis sel. Melalui
pemeriksaan kimia kita bisa mengetahui kandungan protein, glukosa, kadar klorida, enzim, dan
kimia yang ada di dalam LCS.
Bagi pemeriksaan penghitungan sel. Teknik yang bisa digunakan adalah teknik Fuch
Rosenthal atau Improved Neubauer. Penghitungan ini dilakungan dengan mikroskop dengan
bantuan sejenis alat yang dipanggil kamar hitung. Kamar hitung ini mempunyai ukuran-ukurannya
yang tersendiri. Faktor yang digunakan untuk mengira sel adalah 1/volume X pengenceran.
Untuk menghitung kadar protein pula, test yang bisa dilakukan adalah test Nonne dan test
Pandy. Test Nonne turut dikenal dengan nama test Nonne-Apelt atau test Ross-Jones, menggunakan
larutan jenuh amoniumsulfat sebagai reagens. Test ini dapat menguji kadar globulin dalam cairan
otak. Semakin tinggi kadar globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi. Dalam keadaan normal
test ini akan menunjukkan hasil negatif. Bagi test Pandy, reagennya yaitu larutan jenuh fenol dalam

air dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang sangat ringan berupa
kabut halus. Sedemikian tinggi kadar protein, semakin keruh hasil reaksi ini yang selalu harus
segera dinilai setelah pencampuran LCS dengan reagen ini. Tidak ada kekeruhan atau kekeruhan
yang sangat halus berupa kabut menandakan hasil reaksi yang negatif.
C) PEMERIKSAAN REFLEKS
A) PEMERIKSAAN REFLEKS OTOT BISEPS
1. Posisi pasien tidur terlentang dan siku kanan yang akan diperiksa, diletakan diatas perut dalam posisi
fleksi 60 derajat dan rileks.
2. Pemeriksa berdiri dan menghadap pada sisi kanan pasien.
3. Carilah tendon biseps dengan meraba fossa kubiti, maka akan teraba keras bila siku difleksikan
4. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot biseps.
5. Ayunkan hammer refleks sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan, diatas jari telunjuk kiri
pemeriksa.
6. Terlihat gerakan fleksi pada siku akibat kontraksi otot biseps dan terasa tarikan tendon otot biseps
dibawah telunjuk pemeriksa.
B) PEMERIKSAAN REFLEKS OTOT TRISEPS
1. Pasien berada dalam posisi tidur terlentang
2. Bila siku tangan kanan yang akan diperiksa, maka diletakan diatas perut dalam posisi fleksi 90 derajat
dan ileks.
3. Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
4. Carilah tendon triseps 5 cm diatas siku ( proksimal ujung olecranon )
5. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot triseps
6. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas jari telunjuk kiri
pemeriksa
7. Terlihat gerakan ektensi pada siku akibat kontraksi otot triseps dan terasa tarikan tendon otot triseps
dibawah telunjuk pemeriksa
C) PEMERIKSAAN REFLEKS TENDON PATELA
1. Posisi pasien tidur terlentang atau duduk
2. Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
3. Bila posisi pasien tidur terlentang, lutut pasien fleksi 60 derajat dan bila duduk lutut fleksi 90
derajat
4. Tangan kiri pemeriksa menahan pada fossa poplitea
5. Carilah 2 cekungan pada lutut dibawah patela inferolateral/ inferomedial ,
6. Diantara 2 cekungan tersebut terdapat tendon patela yang terasa keras dan tegang

7. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas tendon patela
8. Terlihat gerakan ektensi pada lutut akibat kontraksi otot quadriseps femoris
D) PEMERIKSAAN REFLEKS TENDON ACHILES
1. Pasien tidur terlentang atau duduk.
2. Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk pemeriksa jongkok disisi kiri
pasien.
3. Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki berlawanan, bila pasien
duduk kaki menggelantung bebas.
4. Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegang/ menahan kaki pasien
5. Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan makin tegang bila posisi
kaki dorsofleksi.
6. Ayunkan refleks hammer diatas tendon achiles.
7. Terasa gerakan plantar fleksi kaki yang mendorong tangan kiri pemeriksa dan tampak kontraksi otot
gastrocnemius.

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1832952-klasifikasi-neuron/ -1
http://danieher.multiply.com/journal/item/12/sistem_saraf_otonom -2
http://ilmupedia.com/akademik/18/83-mekanisme-penghantar-impuls.html 2
Sherwood Lauralee. Human Physiology From Cells to Systems 6th Edition 2007. - 2, 3
http://staff.ui.edu/internal/139903001/material/pengantarfisiologi.pdf - 2
http://www.scribd.com/doc/9299962/BIOLISTRIK -2
Sjahriar Rasad, Sukonto Kartoleksono, Iwan Ekayuda. Radiology Diagnostik. - 4
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=gennuclear - 4
http://www.litbang.depkes.go.id/media/data/mri.pdf - 4
http://yayanakhyar.wordpress.com/category/bahan-bacaan/kedokteran/ - 4
http://anam56.blogspot.com/2009/01/pemeriksaan-ekstremitas.html - 4

Anda mungkin juga menyukai