Anda di halaman 1dari 42

Stability Modeling

with
SLOPE/W 2007
Juniarso

Materi slope w 2007


1. Introduction Kestabilan Lereng
2. Tipe Penanganan Kestabilan Lereng
3. Konsep Dasar Kestabilan Lereng
4. Penyelesaian kasus dengan metode Fellenius secara

manual
5. Contoh kasus penyelesaian project dengan Slope W

2007 versi student


6. Ujian

REFERENSI
1. Analisis kestabilan lereng tanah, Author Zufialdi Zakaria

, Staff Laboratorium Geologi Universitas Padjadjaran


2. Buku petunjuk teknis perencanaan dan penanganan

longsoran, Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat


Bina Teknik
3. Manual Kestabilan Lereng , Author Paulus P. Rahardjo,

Ph.D dan El Fie Salim


4. Soil Mechanic, author M.J Smith

Introduction kestabilan lereng


PENDAHULUAN
Metode analisis kestabilan lereng ini diantaranya digunakan untuk :
Memberikan tinjauan kestabilan lereng dari berbagai jenis lereng

yang terjadi dialam maupun buatan manusia.


Untuk memberikan evaluasi terhadap potensi longsoran dari

lereng yang ada


Untuk menganalisis kelongsoran yang terjadi
Untuk memberikan kemungkinan re-design dari lereng yang baru
Untuk mengkaji pengaruh dari beban yang tak terduga seperti

gempa dan beban lalulintas

a) Kestabilan lereng alam


Lereng alam yang stabil bisa saja mengalami kelongsoran akibat hal
berikut :

Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru

Gempa
.:

Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena

hujan yang berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk,


gangguan pada sistem drainase dll.

Proses pelapukan

b) Lereng buatan

Lereng buatan dibedakan menjadi :


1. Lereng akibat pemotongan/penggalian

perencanaan pemotongan adalah untuk membuat suatu lereng


dengan kemiringan tertentu yang cukup aman dan ekonomis.
Kestabilan pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat
teknis tanah, tekanan air akibat rembesan dan cara pemotongan.

2. Lereng timbunan (embankment)

Lereng dengan timbunan umumnya adalah untuk


badan jalan raya, jalan kereta api, dam dan tanggul.

Kestabilan tanah timbunan dipengaruhi oleh cara


penimbunan dan derajat kepadatan tanah.

Jenis dan Mekanisme Gerakan Tanah


dan Longsoran
Jenis-jenis gerakan tanah dan longsoran berguna untuk
pengenalan,

cara

penanggulangan,

keperluan klasifikasi yang lain.

kendali

dan

Berdasarkan jenis gerakan :


Runtuhan (falls) : gerakan massa jatuh melalui udara, umunya
massa yang jatuh ini terlepas dari lereng yang curam dan tidak
ditahan oleh suatu geseran dengan material yang berbatasan.

Topples (pengelupasan) : Gerakan ini berupa rotasi keluar dari suatu


unit massa yang berputar terhadap suatu titik akibat gaya gravitasi,
atau gaya-gaya lain seperti adanya air rekahan. Penjelasan ini
diberikan secara jelas oleh Freitas dan Walters (1973).

Longsoran (slide). Ada dua tipe longsoran yaitu :


Longsoran rotasi : longoran rotasi ini dapat berupa busur lingkaran,
tetapi dalam kenyataannya sering dipengaruhi oleh adanya
diskontuinitas oleh adanya sesar.

Longsoran translasi : suatu massa bergerak sepanjang bidang


gelincir berbentuk bidang rata. Gerakan dari longsoran translasi
umumnya dikendalikan oleh permukaan yang lembek. Longsoran
translasi ini dapat bersifat menerus dan luas dan dapat pula dalam
blok.

Aliran tanah (earth flow) : jenis gerakan tanah ini tidak dapat
dimasukkan kedalam kategori diatas karena merupakan fenomena
yang berbeda. Pada umumnya jenis gerakan tanah ini terjadi pada
kondisi tanah yang amat sensitif atau sebagai akibat daripada gaya
gempa.

Penyebab Gerakan Tanah dan Longsoran


semua longsoran pada tanah terjadi oleh tegangan

geser, oleh sebab itu tinjauan yang dapat dilakukan


adalah faktor yang dapat menyebabkan peningkatan

tegangan

geser

dan

faktor

yang

menyebabkan

penurunan dari tahanan geser / kuat geser.

Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan


tegangan geser
o

Erosi oleh sungai

Proses pelapukan

Penggalian permukaan oleh manusia

Penambangan

Pelaksanaan penimbunan

Beban bangunan dan konstruksi sipil yang lain

Vegetasi

Air hujan yang merembes kedalam tanah atau rekahan

Tekanan rembesan

Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kuat


geser
o Perubahan kadar air
o Pelembekan pada fissured clay
o Desintegrasi fisis dari batuan

Lingkup penyelidikan lapangan meliputi :


A. Topografi

B. Geologi
Formasi dilapangan
Struktur (stratifikasi/pelapisan tanah, patahan, diskontinuitas)
Pelapukan
C. Kondisi air tanah
Elevasi air pada piezometer
Fluktuasi muka air terhadap hujan dll
Indikasi dipermukaan (mata air, artesis dll)
Pengaruh aktivitas manusia pada air tanah
D. Cuaca
Presipitasi
Temperature

Perubahan tekanan barometer

dan Perencanaan Kestabilan


Lereng

Topografi

Geologi

Penyelidikan tanah

TINJAUAN TOPOGRAFI
o Peta kontur
o Drainase permukaan
o Profil lereng
o Perubahan-perubahan topografi

TINJAUAN GEOLOGI
Formasi dilapangan

Struktur

(stratifikasi/pelapisan

patahan, diskontinuitas)
Pelapukan

tanah,

PENYELIDIKAN
TANAH

TINJAUAN PENYELIDIKAN TANAH


Uji lapangan
o Pengeboran dan pengambilan sample
o Standard Penetration Test (SPT)
o Uji Sondir (Cone Penetration Test/CPT)
o Vane Shear Test (VST) dan Borehole Shear Test (BST)
o Survai Refraksi
o Geolistrik dll

Uji Laboratorium
Uji Laboratorium
o Indeks Properties tanah
o Uji Triaxial UU, CU, CD

o Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)


o Uji Geser Langsung
o Uji Konsolidasi

METODE
PENANGANAN
KERUNTUHAN
LERENG

Mengubah Geometri Lereng

Memotong sebagian massa tanah

Penimbunan di kaki lereng

Mengendalikan Air Permukaan

Mengendalikan Air Rembesan

Penambatan Longsoran Tanah


( Tembok Penahan)

Penambatan Tanah dengan Bronjong

Penambatan Tanah dengan Tiang

Penanganan dengan Geosynthetic

Konsep Dasar Kestabilan Lereng

Perhitungan FS Metode Slice


Fellenius

Dimana :
c = kohesi (kN/m2)
= sudut geser dalam (derajat)
= sudut bidang gelincir pada tiap sayatan (derajat)
= tekanan air pori (kN/m2)
l = panjang bidang gelincir pada tiap sayatan (m);
L = jumlah panjang bidang gelincir
i x li = tekanan pori di setiap sayatan (kN/m)
W = luas tiap bidang sayatan (M2) x bobot satuan isi tanah (g, kN/m3)

untuk mendapatkan bidang longsor yang paling kritis, perlu dilakukan


perhitungan harga Fs berkali-kali. Bidang longsor yang paling kritis
adalah yang didapat dari hasil perhitungan yang paling kecil minimum.

Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan


Intensitas Longsor (Bowles, 1989)

Nilai Faktor Keamanan

Kejadian/ Intensitas Longsor

F Kurang dari 1,07

Longsor sering terjadi (lereng labil)

F antara 1,07 sampai dengan 1,25

Longsor pernah terjadi (lereng kritis)

F lebih besar dari 1,25

Longsor jarang terjadi (lereng stabil

Contoh Perhitungan Metode Fellenius tanpa


Pengaruh air pori
1

1
2
3

13,10 kN/m3

5
6

1
7

14.00

20, 74 Degree

8
9
10
11
12

c47, 9 kN/m3

13
14
15
16

17

18

Contoh Perhitungan Metode Fellenius tanpa


Pengaruh air pori
Data Teknis :

13.10 kN/m3
20.74 Degree

Radians

0.36

47.90 kN/m2

tan

0.38

No

Panjang Irisan
(L)
a

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Luas Irisan

Sudut tiap Irisan

Radian

Sin

Cos

( m2 )
b

( 0 )
c

1.99
2.54
1.98
1.69
1.51
1.39
1.30
1.23
1.18
1.13
1.10
1.07
1.05
1.03
1.02
1.01
1.00
1.00

0.53
3.08
5.10
6.63
7.38
7.43
7.36
7.11
6.77
6.36
5.76
5.28
4.71
3.92
3.15
2.32
1.43
0.49

24.22

2.41

74.00
67.00
60.00
54.00
49.00
44.00
40.00
36.00
32.00
28.00
25.00
21.00
18.00
14.00
11.00
8.00
5.00
2.00

1.29
1.17
1.05
0.94
0.86
0.77
0.70
0.63
0.56
0.49
0.44
0.37
0.31
0.24
0.19
0.14
0.09
0.03

0.96
0.92
0.87
0.81
0.75
0.69
0.64
0.59
0.53
0.47
0.42
0.36
0.31
0.24
0.19
0.14
0.09
0.03

Berat Irisan (Wt)


( Luas*)
g
0.28
0.39
0.50
0.59
0.66
0.72
0.77
0.81
0.85
0.88
0.91
0.93
0.95
0.97
0.98
0.99
1.00
1.00

6.94
40.35
66.81
86.85
96.68
97.33
96.42
93.14
88.69
83.32
75.46
69.17
61.70
51.35
41.27
30.39
18.73
6.42

Wt*Sin

Wt*Cos

h
g*e

i
g*f
6.67
37.14
57.86
70.27
72.96
67.61
61.98
54.75
47.00
39.11
31.89
24.79
19.07
12.42
7.87
4.23
1.63
0.22

617.48

Lereng Stabil

1.91
15.77
33.41
51.05
63.43
70.02
73.86
75.35
75.21
73.56
68.39
64.57
58.68
49.83
40.51
30.10
18.66
6.42

870.71

Anda mungkin juga menyukai