Anda di halaman 1dari 2

1.

Kata Pengantar
Allhamdulillah kami panjatkan pada Allah Subhana wa Taala karena
nikmat-Nya yang senantiasa Ia berikan pada hamba-hambanya. Nikmat
Islam, nikmat Iman dan nikmat hidayah agar bisa berada diatas jalan
Ahlusunnah wal Jamaah. Shalawat beserta salam juga kami sampaikan
pada Rasulullah Salallahu alayhi wa salam yang karena beliau menjadi
wasilah agar Allah memberikan hidayah kepada seluruh kaum muslimin di
dunia ini. Juga kepada para sahabat radiyallahuanhum yang mereka
senantiasa menemani Rasulullah dikala senang dan susah dan yang paling
bersemangat untuk menegakkan Islam, yang tanpa mereka agama yang
benar ini tidak akan bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia.
2. Pendahuluan
Pengertian Ijma
Secara bahasa Ijma berarti berkeputusan dan bersepakat.
Maksudnya adalah digunakan untuk memutuskan suatu hal dan digunakan
untuk menyepakati pada suatu hal tertentu. Sehingga ketika dikatakan
bahwa suatu kaum telah ber-Ijma pada suatu hal maka artinya kaum
tersebut telah memutuskan perkara tersebut dengan suatu dan kaum
tersebut telah bersepakat pada perkara tersebut. Secara Istilah ijma
berarti bersepakatnya suatu para ulama umat Islam yang hidup setelah
meninggalnya Rasulullah salallahu alayhi wa salam terhadap suatu hukum
syari.
Pengertian ijma yang digunakan dalam tulisan ini adalah pengertian
ijma secara istilah karena pada tulisan ini akan membahas ijma yang
merupakan bagian dari hukum syari.
Kedudukan Ijma
Perlu diketahui bersama bahwa ijma adalah hujjah yang paling
tinggi yang ada dalam hukum Islam. Hal ini dikarenakan tidak seperti dalil
lainnya yang terkadang banyak diantara orang-orang yang sesat mereka
membelokan maknanya dan menjadikan dalil tersebut hujjah untuk
kebathilan mereka sedangkan Ijma tidak bisa diselewengkan. Oleh karena
itu ketika telah diputuskan ijma pada suatu perkara maka perkara tersebut
tidak bisa dibantah dengan dalil Al-Quran dan Hadits Rasulullah Salallahu
alayhi wa salam karena Rasulullah salallahu alayhi wa salam telah
bersabda, Umatku tidak akan ber-ijma pada perkara yang sesat.
Sehingga ketika telah dikatakan ijma pada suatu hal maka artinya perkara
tersebut bukanlah suatu hal yang sesat bahkan perkara tersebut adalah
kebenaran.
Dalil yang menunjukkan Ijma adalah hujjah adalah firman Allah
taala
Pembagian Ijma
Ijma bisa terbagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Ijma qothi.
Ijma qothi merupakan ijma yang semua kaum muslimin pasti
mengetahuinya seperti wajibnya shalat lima waktu, haramnya zina,
dan sebagainya. Ijma jenis ini adalah ijma yang tidak ada seorang pun

yang mengingkarinya bahwa ijma ini sah dan bisa berfungsi sebagai
hujjah yang paling tinggi dalam Islam.
2. ijma dzhany.
Ijma dzhany adalah ijma yang belum tentu setiap orang
mengetahuinya kecuali setelah melalui proses pembelajaran yang
sungguh-sungguh. Ijma jenis ini diperselisihkan keabsahannya untuk
digunakan sebagai hujjah yang paling tinggi. Akan tetapi, pendapat
yang paling benar adalah pendapat syaikhul islam ibnu taimiyah dalam
Aqidah wasithiyah, Ijma adalah perkara yang dibatasi terhadap
keadaan para salafus shalih yang berpegang diatasnya walaupun
banyak orang yang menyelisihi setelah kurun mereka.
Ijma yang digunakan dalam Tulisan ini
Ijma yang yang digunakan untuk tugas Akhir ini adalah Ijma dzhany.
Hal ini dikarenakan ijma yang dibawakan oleh Ibnu Qudamah
rahimahullahu dalam Al Mughni adalah perkara-perkara yang merupakan
perkara yang belum tentu diketahui oleh setiap muslim. Oleh karena itu
Ijma yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah ijma dzhany.
Selain itu, ijma yang perlu dibahas adalah ijma dzhany. Hal ini
dikarenakan ijma dzhany tidak seperti ijma qothi yang telah diketahui
setiap muslim sehingga tidak perlu dibahas keabsahan ijma tersebut. Ijma
dzhany terkadang hanya sebuah pendapat ulama tertentu saja dan ulama
tersebut tidak mengetahui sebenarnya itu adalah perkara yang bisa terjadi
perbedaan pendapat.
Contoh dari klaim ijma yang sebenarnya bukan ijma bisa dilihat di
kitab Al Mughni yang ditulis oleh Ibnu Qudamah Rahimahullah di mana
beliau terkadang mengutip klaim ijma oleh Ibnu Mundzir Rahimahullahu
lau beliau memberikan catatan bahwa masih ada ruang perbedaan
pendapat dalam perkara tersebut. Sehingga penggunaan ijma pada tugas
Akhir ini adalah Ijma dhany karena adanya kemungkinan perkara yang
dianggap ijma dalam ijma dzhany itu tapi sebenarnya itu bukan lah ijma.
3. Pembahasan
Ijma-Ijma yang diklaim oleh ibnu Qudamah dalam kitab Al Mughni
dari Bab Istithabatu Hadats hingga Bab Ma yajibu Ghuslu
Pendapat Ulama Lain berkaitan dengan hal yang diklaim Ijma oleh
Ibnu Qudamah
Kesimpulan
4. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai