Oleh:
AULIA RAHARJA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2011
Oleh:
AULIA RAHARJA
0710440076 - 44
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2011
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kerjasama di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Aulia Raharja
NIM. 07101440076 44
Nama
Nim
Jurusan
Program Studi
Menyetujui
: Aulia Raharja
: 0710440076 44
: Sosial Ekonomi Pertanian
: Agribisnis
: Dosen Pembimbing
Utama,
Pendamping,
Mengetahui,
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Pjs Ketua,
Tanggal Persetujuan:
ABSTRAK
Mojorejo Village is the center of cassava crackers agroindustry in East Java that use raw
materials of cassava. Agroindustry development has the potential to be developed and able to
absorb labor. To developing the agroindustry processing is necessary the appropriate technology in
order to develop a diversification products and expected to have a competitiveness product. The
purpose of this study are: (1) Analyzing the added value in agroindustry of cassava crackers, (2)
Analyzing the profit in agroindustry of cassava crackers, (3) Analyzing the level of efforts
efficiency in agroindustry of cassava crackers and (4) Formulate appropriate strategies business
development in agroindustry of cassava crackers.
The results showed that ratio value added is 48.67%, this means providing high value added
agroindustry. Total profits earned per production process is Rp 479,300.00. Value of business
efficiency (R / C ratio) is 1.49, meaning that this agroindustry has been efficient and profitable.
Based on the SWOT analysis, an alternative strategy that can be used is the strategy of SO
(Strength-Opportunities), such as improving quality, quantity and continuity of products on the
market; expand the marketing area; technology improves and product innovation and maintaining
the trust of suppliers of raw materials.
Keywords: Agroindustry, Cassava Crackers, Strategy Development
ABSTRAK
Desa Mojorejo merupakan sentra agroindustri kerupuk singkong di Jawa Timur yang
menggunakan bahan baku ubi kayu. Pengembangan agroindustri ini mempunyai potensi untuk
dikembangkan dan mampu menyerap tenaga kerja. Dalam upaya pengembangan agroindustri ini
diperlukan peran teknologi pengolahan tepat guna agar dapat mengembangkan produk olahan
beraneka ragam dan diharapkan memiliki daya saing produk. Tujuan penelitian ini: (1)
Menganalisis nilai tambah agroindustri kerupuk singkong, (2) Menganalisis keuntungan
agroindustri kerupuk singkong, (3) Menganalisis tingkat efisiensi usaha agroindustri kerupuk
singkong, (4) Merumuskan strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usaha agroindustri
kerupuk singkong.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio nilai tambah sebesar 48,67%, hal ini berarti
agroindustri memberikan nilai tambah tinggi. Total keuntungan yang diperoleh agroindustri per
proses produksi sebesar Rp 479.300,00. Nilai efisiensi usaha (R/C rasio) sebesar 1,49, artinya
agroindustri ini telah efisien dan menguntungkan. Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi
yang dapat digunakan adalah strategi SO (Strength-Opportunities), diantaranya adalah
meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produk di pasar; memperluas wilayah
pemasaran; meningkatkan teknologi dan inovasi produk dan mempertahankan kepercayaan
pemasok bahan baku.
Kata Kunci: Agroindustri, Kerupuk Singkong, Strategi Pengembangan
I. PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh sektor pertanian dan sektor
industri. Industrialisasi pertanian dapat dikembangkan melalui sektor agroindustri yang merupakan
perpaduan sektor pertanian dan industri yang saling mendukung dalam kegiatan memperkuat
perekonomian rakyat sehingga berperan dalam hal terciptanya kesempatan kerja, diversifikasi
terhadap produk pertanian, memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pengembangan agroindustri sebagai langkah industrialisasi pertanian merupakan pilihan
strategi yang tepat, karena tidak hanya menciptakan kondisi yang saling mendukung antara
kekuatan industri maju dengan pertanian yang tangguh, tetapi juga membentuk keterpaduan sektor
industri pertanian yang mampu memberikan perubahan melalui penyerapan tenaga kerja,
peningkatan dan perbaikan pembagian pendapatan, peningkatan perolehan devisa negara dan
mampu mendorong munculnya industri baru (Hanani et al, 2003).
Sebagian besar bahan mentah agroindustri merupakan komoditas pertanian yang memiliki
karakteristik mudah rusak, musiman dan voluminus sehingga perlu penanganan khusus atau
pengolahan lebih lanjut. Usaha pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan merupakan
usaha yang mengolah bahan baku pertanian menjadi produk yang secara ekonomis memberikan
nilai tambah yang cukup tinggi seperti pada pengolahan ubi kayu.
Salah satu agroindustri yang terdapat di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata
Batu adalah sentra industri kerupuk singkong yang menggunakan ubi kayu sebagai bahan baku
utamanya. Agroindustri kerupuk singkong yang ada saat ini merupakan usaha turun temurun
keluarga yang masih terbatas pada usaha skala kecil. Pengembangan agroindustri kerupuk
singkong ini mempunyai potensi untuk dikembangkan dan mampu menyerap tenaga kerja dalam
jumlah yang relatif banyak. Dalam upaya pengembangan agroindustri tersebut diperlukan peran
dari teknologi pengolahan hasil pertanian tepat guna agar dapat mengembangkan produk olahan
yang beraneka ragam dan berkualitas serta diharapkan nantinya akan memiliki daya saing produk.
Walaupun keberadaan agroindustri kerupuk singkong ini sudah lama diusahakan, namun
pada kenyataannya agroindustri ini masih terbentur pada berbagai macam permasalahan yang
berpengaruh pada kelanjutan usaha kerupuk singkong. Kendala pengembangan industri ini
berkaitan dengan kontinuitas pengadaan dan mutu bahan baku yang didapatkan berasal dari luar
kota batu, selain itu modal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha ini secara umum masih
berasal dari modal sendiri sehingga jumlahnya terbatas dan penggunaan teknologi yang masih
sederhana serta banyak bermuculan agroindustri-agroindustri lain di daerah sekitar penelitian yang
menjadi pesaing.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Analisis Usaha:
- Nilai Tambah
- Biaya
- Penerimaan dan
Keuntungan
- Efisiensi Usaha
Analisis Lingkungan
Faktor Internal:
- Finansial
- Produksi
- SDM
- Pemasaran
Faktor Eksternal:
- Pasar
- Pemasok dan
Teknologi
- Pesaing
Identifikasi ancaman dan peluang
dengan matrik EFE
Analisis SWOT
Strategi Pengembangan Agroindustri
Kerupuk Singkong
Peningkatan Pendapatan Agroindustri Kerupuk Singkong
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kerupuk Singkong di Desa
Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu
2. Analisis Biaya
Berdasarkan data Tabel 2 dapat diketahui total biaya per satu kali proses produksi agroindustri
kerupuk singkong sebesar Rp 906.031,4 ( Rp 906.000). Biaya variabel yang dikeluarkan sebesar
Rp 887.738,6 ( Rp 887.700) dan biaya tetap sebesar Rp 18.292,76 ( Rp 18.300). Sehingga
diketahui bahwa biaya variabel jauh lebih besar dibanding biaya tetap.
Tabel 2. Rata-Rata Biaya Total Per Proses Produksi Pada Agroindustri Kerupuk Singkong di Desa
Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu.
No.
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
1
Biaya Tetap
18.292,76
2
Biaya Variabel
887.738,6
Total Biaya
906.031,4
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
3. Analisis Penerimaan
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui total penerimaan per proses produksi yang diterima
produsen agroindustri kerupuk singkong sebesar Rp.1.385.363,64 ( Rp 1.385.400) dengan ratarata produksi sebesar 170 kg dan rata-rata harga jual sebesar Rp 8.090,91 ( Rp 8.100).
Tabel 3. Rata-Rata Total Penerimaan Per Proses Produksi Pada Agroindustri Kerupuk Singkong di
Desa Mojorejo, Kec. Junrejo, Kota Wisata Batu.
No
Uraian
Jumlah
1
Rata-Rata Jumlah Produksi Kerupuk Singkong (kg)
170
2
Rata-Rata Harga Jual Kerupuk Singkong (Rp/kg)
8.090,91
Total Penerimaan
1.385.363,64
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
4. Analisis Keuntungan
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa total keuntungan yang diperoleh agroindustri kerupuk
singkong per satu kali proses produksi sebesar Rp 479.332,24 ( Rp 479.300). Dengan mengetahui
besarnya keuntungan, maka dapat disimpulkan bahwa agroindustri kerupuk singkong dapat
menjalankan usahanya dan diharapkan mampu mengembangkan usahanya dengan baik.
Tabel 4. Rata-Rata Keuntungan Per Proses Produksi Pada Agroindustri Kerupuk Singkong di Desa
Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu.
No.
Keterangan
Jumlah (Rp)
1
Total Penerimaan
1.385.363,64
2
Total Biaya
906.031,4
Keuntungan
479.332,24
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
5. Analisis Efisiensi Usaha
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat efisiensi usaha agroindustri kerupuk
singkong sebesar 1,495. Hal ini berarti bahwa bila produsen agroindustri kerupuk singkong
menginvestasikan kekayaannya sebesar Rp.1,00 maka produsen akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp.1,495. Nilai efisiensi atau R/C rasio yang > 1 mengindikasi bahwa usaha agroindustri
kerupuk singkong di daerah penelitian menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Tabel 5. Rata-Rata Efisiensi Usaha Per Proses Produksi Pada Agroindustri Kerupuk Singkong di
Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu.
No.
Keterangan
Jumlah (Rp)
1
Total Penerimaan
1.385.363,64
2
Total Biaya
906.031,4
3.
Efisiensi usaha (R/C ratio)
1,495
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
6. Analisis Matrik IFE
Berdasarkan Tabel 6, dapat dijelaskan bahwa agroindustri kerupuk singkong mempunyai skor
total 291,8 dengan skor kekuatan sebesar 252,5 dan faktor kelemahan sebesar 39,3. Selisih antara
skor total kekuatan dan kelemahan adalah 213,1. Maka dapat disimpulkan bahwa keadaan dalam
lingkungan internal agroindustri masih bisa dikendalikan. Perubahan keadaan dimana kelemahan
akan menjadi lebih dominan bisa diantisipasi atau bahkan dihindari.
Tabel 6. Matrik IFE Pada Agroindustri Kerupuk Singkong di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo,
Kota Wisata Batu.
No
Faktor Internal
Bobot (%)
Rating
Skor
1
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Kekuatan (S)
Pengalaman Usaha
16,4
4
65,6
Kemampuan Manajerial Produsen
11,5
3
34,4
Lokasi Agroindustri Strategis
4,9
3
14,8
Ketersediaan Tenaga Kerja Terampil
3,3
3
9,8
Keuntungan Produksi
4,9
3
14,8
Daya Tahan Produk
1,6
3
4,9
Harga Produk Terjangkau
9,8
4
39,3
Kapasitas Produksi Tinggi
4,9
3
14,8
Inovasi Produk
9,8
3
29,5
Pemasaran Luas
8,2
3
24,6
Sub Jumlah
75,40984
32
252,5
2
Kelemahan (W)
K
Teknologi Produksi Sederhana
4,9
2
9,8
L
Administrasi Keuangan Tidak Tercatat
6,6
1
6,6
M
Promosi Belum Efektif
9,8
2
19,7
N
Merek Dagang dan Label Produk
3,3
1
3,3
Sub Jumlah
24,59016
6
39,3
100
38
291,8
Jumlah Lingkungan Internal
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
7. Analisis Matrik EFE
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa mempunyai total skor sebesar 264,2 dengan skor total
peluang yang dimiliki oleh agroindustri kerupuk singkong di Desa Mojorejo sebesar 158,5
sedangkan skor total ancaman yang dimiliki sebesar 105,7. Selisish dari total skor peluang dan
ancaman sebesar 52,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa agroindustri kerupuk singkong
mempunyai peluang yang lebih besar daripada ancaman. Jadi produsen agroindustri kerupuk
singkong harus mampu mengambil peluang yang ada untuk mengembangkan usahanya sekaligus
memperkecil ancaman yang nantinya bisa menyebabkan usahanya gulung tikar.
Tabel 7. Matrik EFE Pada Agroindustri Kerupuk Singkong di Desa Mojorejo,Kecamatan Junrejo,
Kota Wisata Batu.
No
3
a
b
c
d
e
f
g
Faktor Eksternal
Peluang (O)
Hubungan Baik dengan Pemasok Bahan Baku
Adanya Permintaan Pasar
Pangsa Pasar Luas
Peningkatan Kesejahteraan
Dukungan Pemerintah Daerah
Ketersediaan Tenaga Kerja yang Banyak
Perkembangan Teknologi
Sub Jumlah
4
Ancaman (T)
h
Pesaing
i
Fluktuasi harga bahan baku
j
Perubahan Selera konsumen
k
Adanya Produk Substitusi
Sub Jumlah
Jumlah Lingkungan Eksternal
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Bobot (%)
Rating
Skor
9,4
7,5
7,5
1,9
7,5
3,8
9,4
47,2
4
3
4
2
2
3
4
22
37,7
22,6
30,2
3,8
15,1
11,3
37,7
158,5
13,2
15,1
15,1
9,4
52,8
100
2
2
2
2
8
30
26,4
30,2
30,2
18,9
105,7
264,2
8. Analisis Matrik IE
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh total skor faktor internal sebesar 2,91 sedangkan total
skor faktor eksternal sebesar 2,64. Berdasarkan analisis matrik internal dan eksternal,
menunjukkan bahwa posisi agroindustri kerupuk singkong terletak pada sel V, yang berarti strategi
yang digunakan pada agroindustri kerupuk singkong adalah strategi pertumbuhan dan strategi
stabilitas (growth and stability strategy). Hal ini berarti agroindustri mempunyai peluang untuk
terus tumbuh berkembang. Sehingga menempatkan agroindustri kerupuk singkong sebagai berikut:
Internal
Kuat
Rata-rata
Lemah
4,0
Tinggi
3,0
Eksternal
Sedang
1,0
III
VI
VII
1,0
2,0
II
IV
2,64
2,0
2,0
Rendah
3,0 2,91
VIII
IX
I
Strategi Agresif
II
Strategi Turnaround
52,
W
213
IV
Strategi
Diversifikasi
III
Strategi
Defensif
T
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa posisi agroindustri kerupuk singkong di
daerah penelitian berada pada posisi kuadran I yaitu pada strategi agresif. Hal ini menunjukkan
bahwa agroindustri tersebut memiliki pertumbuhan yang baik dengan menggunakan strategi
integrasi vertikal dan diversifikasi konglomerat. Dimana integrasi vertikal adalah strategi
mengambil alih fungsi yang semula dilakukan oleh pemasok (integrasi ke belakang) atau oleh
distributor (integrasi ke depan). Oleh karena itu, produsen agroindustri kerupuk singkong harus
bisa menangkap peluang yang ada dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki secara maksimal.
Kelemahan dan ancaman yang dihadapi diantisipasi dan sejak dini harus lebih kreatif dan inovatif
mencari alternatif kebijakan dalam menghadapi kelemahan dan ancaman tersebut agar agroindustri
dapat terus berkembang.
10. Analisis Matrik SWOT
Berdasarkan matrik SWOT maka strategi yang dapat digunakan oleh agroindustri kerupuk
singkong di Desa Mojorejo yang sesuai dengan perhitungan total skor EFE lebih dari 2 yaitu
sebesar 2,64 dan skor IFE lebih besar dari 2 yaitu sebesar 2,91 adalah strategi SO yang dipilih.
Selain itu, posisi agroindustri yang terletak di kuadran I pada matrik Grand Strategy adalah
strategi SO karena pada kuadaran I menggambarkan kekuatan dan peluang yang lebih besar
daripada kelemahan dan ancaman, maka dengan menerapkan strategi SO (StrengthsOpportunities) diharapkan agroindustri kerupuk singkong dapat memanfaatkan kekuatan yang
dimilikinya untuk menangkap peluang yang ada sehingga usaha ini dapat lebih berkembang.
Tabel 8. Matrik SWOT Pada Agroindustri Kerupuk Singkong di Desa Mojorejo, Kecamatan
Junrejo, Kota Wisata Batu.
Faktor
Internal
Faktor
Eksternal
Peluang (O):
1.Hubungan Baik dengan
Pemasok Bahan Baku
2.Adanya Permintaan Pasar
3.Pangsa Pasar Luas
4.Peningkatan
Kesejahteraan
5.Dukungan Pemerintah
Daerah
6.Ketersediaan Tenaga
Kerja yang Banyak
7.Perkembangan Teknologi
Ancaman (T):
1. Pesaing
2. Fluktuasi harga bahan
baku
3. Perubahan Selera
konsumen
4. Adanya Produk
Substitusi
Kekuatan (S):
1. Pengalaman Usaha
2. Kemampuan Manajerial
Produsen
3. Lokasi Agroindustri Strategis
4. Tenaga Kerja Terampil
5. Keuntungan Produksi
6. Daya Tahan Produk
7. Harga Produk Terjangkau
8. Kapasitas Produksi Tinggi
9. Inovasi Produk
10. Pemasaran Luas
Strategi SO
Meningkatkan kualitas, kuantitas
dan kontinyuitas produk di pasar
(S1, S5, S8, S9, O1, O2, O7)
Memperluas wilayah pemasaran
(S2, S10, O3, O5)
Meningkatkan teknologi dan
inovasi produk (S5, S9, O5, O7)
Mempertahankan kepercayaan
pemasok bahan baku (S1, O1)
Kelemahan (W):
1. Teknologi Produksi Sederhana
2. Administrasi Keuangan Tidak
Tercatat
3. Promosi Belum Efektif
4. Merek Dagang dan Label Produk
Strategi WO
Peningkatan kualitas SDM
Strategi ST
Meningkatkan daya saing melalui