measurable terms
Bab I pasal 3 (tentang tujuan larangan minuman ber-alkohol)
Melindungi masyarakat dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh Minuman
Beralkohol.
Menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya Minuman Beralkohol;
dan
Menciptakan ketertiban dan ketentraman di masyarakat dari gangguan yang
ditimbulkan oleh peminum minuman beralkohol.
3. Identify the major (regulatory and/or non regulatory) option of that might
-
Pasal 5
Setiap orang dilarang memproduksi Minuman Beralkohol golongan A, golongan
B, golongan C, Minuman Beralkohol tradisional, dan Minuman Beralkohol
campuran atau racikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Pasal 6
Setiap orang dilarang memasukkan, menyimpan, mengedarkan, dan/atau
menjual Minuman Beralkohol golongan A, golongan B, golongan C, Minuman
Beralkohol tradisional, dan Minuman Beralkohol campuran atau racikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pasal 7
Setiap orang dilarang mengonsumsi Minuman Beralkohol golongan A, golongan
B, golongan C, Minuman Beralkohol tradisional, dan Minuman Beralkohol
undangan
4. Cost to bussines
- Undang undang pelarangan minuman beralkohol jika kita lihat dari sudut
pandang tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah, memang terlihat sangat
positif. Akan tetapi sangat berdampak negatif kepada para pebisnis dan
perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang produksi minuman ber-
alkohol. Apalagi jika kita telaah peraturan tersebut sangat jelas, bukan hanya
larangan untuk memproduksi dan mengkonsumsi, akan tetapi ada pula larangan
untuk mengedarkan minuman ber-alkohol, yang tentunya larangan tersebut akan
berdampak pada bisnis atau usaha hiburan malam, club n pub, cafe, maupun
hotel-hotel di lokasi pariwisata yang pada awalnya menyediakan minuman
beralkohol. Pada lampiran 1, saya menyertakan sebuah data berupa berita yang
menyatakan bahwa Presiden Direktur PT Hero Supermarket Stephane Deutsch
menyebutkan, bahwa PT Hero Supermarket telah menutup sebanyak 74 toko
Startmart sepanjang semester satu tahun 2015 dari 704 toko termasuk anak
cabang perusahaan. Penutupan dilakukan disebabkan dampak kebijakan tentang
larangan penjualan minuman beralkohol yang berlaku mulai April 2015, kata
Stephane Deutsch, pada jumpa pers di Jakarta, Jumat (18/9/2015). Sementara
tahun 2015 semester pertama, Hero Group berhasil membuka toko baru
sebanyak 11 gerai. Pada Giant Ekstra total menjadi sebanyak 53 gerai, Hero 155,
Satartmart 95, Guardian 337 dan IKEA 1 sehingga total gerai semester pertama
sebanyak 641.
5. Cost to goverment, including provincial, district, and commune authorities
-
of taking action.
Selain perusahaan, pemerintah juga akan menanggung cost atau biaya yang
harus dibayarkan akibat dari penetapan undang - undang pelarangan minuman
ber-alkohol, contoh paling kecilnya dan riil adalah pemerintah harus
mengeluarkan biaya lebih setiap kali mengadakan rapat untuk membahas
tentang RUU larangan minuman ber-alkohol. Mulai dari biaya gedung hingga
konsumsi. Namun, ada kerugian yang lebih besar yang secara otomatis juga
akan menimpa pemerintah, yaitu semakin beerkurangnya secara signifikan pajak
yang diperoleh oleh pemerintah. Pada kenyataannya, perusahaan yang
memproduksi minuman keras juga menjadi salah satu penyumbang pajak paling
besar bagi negara. Sehingga hal tersebut tentu akan sangat berpengaruh, baik
bagi pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Dari minol, pemerintah
memeroleh pendapatan yang tidak sedikit. Pada tahun 2012, pemerintah
menangguk Rp 3,32 triliun dari cukai minuman beralkohol. Jumlah itu
meningkat lagi menjadi Rp 4,56 triliun pada tahun 2013. Pemerintah terus
berupaya menaikkan penerimaan dari cukai minol. Pada tahun 2014, pendapatan
dari cukai minol meningkat jadi Rp 5,3 triliun. 1 Nilai yang cukup fantastis, dan
pastinya pemerintah akan memiliki perhatian khusus terhadap akibat dari
kebijakan yang akan di buatnya. (baca lampiran 4)
6. Benefit to bussines, citizens, of goverment of taking action
- Bussines / sektor bisnis
1. Economic (ekonomi)
Dengan diterapkannya undang undang larangan minuman ber-alkohol,
baik memproduksi, menjual, ataupun mengkonsumsi, maka pendapatan di
bisnis yang memiliki hubungan dengan minuman keras akan menurun secara
drastis, bukan jumlah yang kecil namun secara signifikan. Akan tetapi,
dampak sebaliknya akan berlaku bagi bisnis minuman di bidang lain yang
tidak ada hubungannya dengan alkohol, seperti soft drink, ataupun jus
buah yang sebenarnya lebih menyehatkan bagi tubuh. Bisa jadi, setelah
rancangan undang undang tersebut diterapkan dalam sebuah kebijakan,
maka bisnis minuman non alkohol akan berkembang pesat dengan
keuntungan yang besar.
2. Non economic (non ekonomi)
Semakin banyaknya bisnis bisnis di sektor minuman non alkohol di
Indonesia, dengan tujuan untuk menggantikan hilangnya minuman
-
beralkohol di pasaran.
Citizens (masyarakat)
1. Economic (ekonomi)
Keuntungan yang di dapat oleh masyarakat adalah bagi mereka yang
memiliki toko dan menjual soft drink, penjualan mereka akan meningkat dari
biasanya. Selain itu, bisnis bisnis rumahan seperti kedai jus buah juga akan
mendapatkan keuntungan. Masyarakat khususnya bagi mereka yang
biasanya meng-konsumsi minuman ber-alkohol akan lebih berhemat atau
meningkatkan daya saving, karena uang yang biasanya digunakan untuk
membeli minuman ber-alkohol dengan harga mahal, sudah tidak ada lagi.
2. Non economic (non ekonomi)
8. Consultation Statement
- Pernyataan pro akan disuarakan oleh mayoritas masyarakat yang memang sudah
merasa sangat resah dengan adanya efek negatif dari meng-konsumsi minuman
ber-alkohol, seperti terganggunya ketentraman karena banyaknya pemabuk
berkeliaran, hingga rawannya pemerkosaan oleh orang-orang yang sedang dalam
pengaruh minuman ber-alkohol. Masyarakat tersebut akan menyambut dengan
sangat gembira, karena lingkungan tempat mereka hidup akan jadi lebih aman,
nyaman, dan tentram. Selain itu dukungan juga akan muncul dari berbagai LSM
LSM yang ada di masyarakat, terutama mereka yang bergerak di bidang
pemerhati anak dan perempuan, karena akan sangat sejalan dengan apa yang
mereka perjuangkan dan suarakan selama ini.
Pernyataan kontra akan sangat keras disuarakan oleh para pebisnis dan sebagian
masyarakat. Para pebisnis, khususnya di bidang minuman ber-alkohol akan
melakukana protes keras karena merasa sangat di rugikan secara ekonomi,
pemdapatan mereka akan menurun, bahkan akan terancam mengalami
kebangkrutan. Mereka akan menuntut sebuah solusi lain yang tidak akan
merugikan industri minuman ber-alkohol. Selain itu, sebagian masyarakat yang
juga akan melakukan protes adlah mereka dari kalangan peng-konsumsi
minuman keras, dan mereka yang bekerja sebagai buruh pabrik di industri
minuman ber-alkohol. Para konsumen akan protes karena merasa haknya telah
di ganggu oleh pemerintah karena mereka sudah tidak bisa dengan bebas mengkonsumsi minuman ber-alkohol. Sedangkan para buruh takut karena karirnya
sudah pasti terancam jika pabrik tempat mereka bekerja mengalami penurunan
pendapatan apalagi jika sampai mengalami kebangkrutan, dampak terakhir akan
diterima oleh para buruh dengan kemungkinan terburuk dalam bentuk
pemecatan, dan berpengaruh terhadap kesejahteraan pula, oleh karena itu buruh
akan protes keras.
9. Recommendation
- Dari analisis yang telah saya lakukan diatas, menurut saya pemerintah perlu
sedikit menunda terealisasinya undang undang tentang Larangan minuman
ber-alkohol. Jika memang pemerintah merasa perlu untuk secepatnya
merealisasikan undang undang tersebut, maka ada beberapa rekomendasi yang
mungkin bisa menjadi pertimbangan sebagai berikut :
1. Pemerintah lebih memperjelas masalah pengecualian untuk larangan
minuman ber-alkohol, karena banyak kebudayaan diluar upacara adat yang
berhubungan dengan minuman ber-alkohol.
2. Melibatkan media massa sebagai salah satu faktor penting berjalannya
sosialisasi tentang adanya undang undang larangan minuman ber-alkohol.
3. Melakukan sebuah pengawasan yang cukup ketat, dan sebuah sosialisasi
berkaitan dengan legalisasi pengecualian larangan minuman ber-alkohol.
Sehingga, nantinya tidak ada oknum oknum yang tidak bertanggung jawab
akan memanfaatkan celah tersebut.
4. Menyiapkan sebuah program pelatihan khusus bagi para mantan buruh bekas
pabrik
minuman
ber-alkohol,
dan
pengrajin
minuman
ber-alkohol
Pemerintah Daerah.
Pasal 11
Tim terpadu yang dibentuk Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) paling sedikit terdiri dari:
a. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perindustrian;
b. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan;
c. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan;
d. instansi pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
LAMPIRAN 1
Jakarta Presiden Direktur PT Hero Supermarket Stephane Deutsch menyebutkan,
bahwa PT Hero Supermarket telah menutup sebanyak 74 toko Startmart sepanjang
semester satu tahun 2015 dari 704 toko termasuk anak cabang perusahaan.
Penutupan dilakukan disebabkan dampak kebijakan tentang larangan penjualan
minuman beralkohol yang berlaku mulai April 2015, kata Stephane Deutsch, pada
jumpa pers di Jakarta, Jumat (18/9/2015). Sementara tahun 2015 semester pertama,
Hero Group berhasil membuka toko baru sebanyak 11 gerai. Pada Giant Ekstra total
menjadi sebanyak 53 gerai, Hero 155, Satartmart 95, Guardian 337 dan IKEA 1
sehingga total gerai semester pertama sebanyak 641.
Selain itu, PT Hero Supermarket Tbk telah membukukan laba bersih sebesar Rp7,481
miliar pada laporan pembukuan semester pertama tahun 2015. Kami optimis untuk
menghadapi semester kedua tahun 2015, kata Stephane Deutsch .
Disisi lain, Stephane Deutsch menuturkan, beberapa inisiatif sedang dilaksanakan untuk
mengurangi dampak kenaikan biaya. Meskipun dalam kondisi perdagangan yang sepi,
perseroan meraih hasil penjualan yang baik di semester pertama 2015. Semuanya karena
hasil penjualan dari pertumbuhan like for like yang kuat pada bisnis makanan,
kesehatan serta kecantikan.2
2 http://beta.tirto.id/20160317-mild-research/bermuka-dua-soal-minumanberalkohol-41922/
LAMPIRAN 2
JAKARTA, (PRLM).- Ketua Pansus RUU Minuman Beralkohol (Minol) H. Arwani
Thomafi menegaskan bahwa dengan RUU Minol yang akan melarang dan
mengendalikan peredaran minuman keras tersebut tidak akan menutup pabrik-pabrik
yang selama ini memproduksi minuman keras. RUU ini hanya mengatur distribusi dan
konsumsi Miras agar tidak dilakukan di sembarang tempat, yang bisa membahayakan
bagi tindak kejahatan dan anak-anak.
"Dengan RUU Minol ini tak ada penutupan pabrik Miras, dan ada pengecualian seperti
untuk industri, famasi, dan pariwisata, atau mungkin di hotel tertentu dan sebagainya.
Bahwa RUU ini hanya untuk mengantisipasi meningkatnya kriminalitas akibat Miras
dan negara hadir untuk melindungi, mengayomi, menjamin keamanan, ketenangan dan
ketentraman masyarakat, tegas Arwani Thomafi dalam diskusi RUU Minol bersama
Ketua Gerakan Nasional Miras (GeNAM) yang juga anggota DPD RI Fahira Idris,
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi, dan Anggara dari ICJR di Gedung DPR RI Jakarta,
Selasa (10/11/2015).
Karena itu kata politisi PPP itu, DPR tidak ingin RUU Minol ini hanya menjadi
tumpukan kertas, melainkan untuk memberikan sumbangsih kepada negara dalam
melindungi keamanan masyarakat dari tindak kriminal, kejahatan, dan dampak negatif
lainnya serta tetap hidup sehat. DPR pun sudah berkomunikasi dengan kepala daerah
terkait Perda-Perda yang melegalkan Miras, sehingga mereka akan memiliki payung
hukum lebih kuat lagi dengan RUU Minol ini, ujarnya.
Pembahasan RUU Minol ini akan dimulai pada pertengahan November 2015 mendatang
sampai Januari 2016 dengan melibatkan berbagai stack holder dari unsur kesehatan,
agama, hukum, pemuda, pengusaha, industri dan pemerintah. Pada prinsipnya kita
melarang untuk semua aspek Miras baik produksi, distribusi dan konsumsi, kecuali
untuk kepentingan farmasi, pariwisata, dan kepentingan masyarakat terbatas (adat).
Dari Miras yang mengandung 1 % - 5 %, 5% - 20%, 20% - 55% dan minuman
tradisional termasuk oplosan-campuran (racikan) dan sebagainya.
Fahira Idris menyambut positif RUU Minol ini, karena dengan tegas akan memberikan
perlindungan dari bahaya Miras khususnya bagi anak-anak. Mengingat dalam kajian
GeNAM kerjasama dengan Pusat Kajian Kriminolog UI, di berbagai Lapas di Indonesia
sebenayak 39 % anak-anak melakukan kejahatan akibat pengaruh Miras. Bahkan di
Cipinang Jakarta sampai 70 % akibat Miras, tambahnya.
Dengan RUU Minol ini lanjut Fahira, maka RUU ini mempersempit ruang gerak
produsen, distributor, dan konsumen Miras. Anak-anak banyak terjerumus ke Miras
selama ini karena Miras memang dekat dengan mereka. Di mana Miras dijual bebas dan
sembarang tempat termasuk supermarket. Apalagi dengan sanksi penjara antara 2 tahun
15 tahun, dan denda Rp 10 juta sampai Rp 1 miliar. Jadi, RUU Minol ini makin
menjauhkan Miras dari anak-anak, sama halnya aturan yang berlaku di luar negeri,
jelasnya.
Tulus Abadi menegaskan jika barang yang bercukai memang seharusnya tidak dijual
secara bebas, tapi di Indonesia termasuk rokok malah dijual bebas. Setiap barang yang
dikenakan cukai seperti rokok dan Miras memang tidak boleh dijual bebas seperti di
luar negeri. pajaknya pun harus dikembalikan ke masyarakat untuk kesehatan, bukan
untuk yang lain, karena rokok dan Miras berdampak negative kepada masyarakat.
Prostitusi pun di Amerika Serikat dikenai cukai. Juga dilarang melakukan promosi dan
iklan. Namun, di Indonesia malah ditabrak dan semua bebas. Itu artinya tidak ada
penegakan hukum yang konsisten (law enforcement). Padahal, larangan itu sudah
merupakan deklarasi dunia atau universal declaration. Jadi, RUU ini jangan sampai
menjadi macan kertas, ungkapnya.
Menyinggung suatu buadaya atau adat yang akrab dengan Miras tersebut kata Tulus
Abadi, yang namanya budaya kalau memang buruk, negatif, merusak dan merugikan
masyarakat itu sendiri, maka seharusnya adat dan budaya itu harus kita rubah dengan
yang lebih baik. Seperti halnya tradisi matador, yang sudah ratusan tahun di Spanyol,
ternyata sekarang dilarang karena berbahaya. Maka tidak ada masalah dengan budaya,
katanya.
Sementara itu Anggara menilai dengan RUU ini berarti DPR RI mengurangi kekuasaan
kehakiman (pengadilan). Apalagi dengan RUU ini tanpa diikuti kajian yang
komprehensif seperti analisis mengenai untung-ruginya bagi masyarakat luas (cost
benefit). Selain itu sudah ada aturan di KUHP. Hukum pidana itu pun tidak mengenal
geografis. Seperti kalau di Papua, Bali, Batak diperbolehkan Miras. Seharusnya UU itu
berlaku umum, tambahnya. (Sjafri Ali/A-108)3
LAMPIRAN 3
JAKARTA. Momentum pergantian tahun menjadi berkah bagi pelaku bisnis minuman
beralkohol. Sebab, jelang akhir tahun, permintaan akan minuman beralkohol biasanya
meningkat.
Kenaikan pesanan terjadi untuk minuman beralkohol produksi lokal maupun yang
impor. "Kenaikan permintaan bisa dua sampai tiga kali lipat ketimbang di bulan
biasanya," kata Agus Silaban, Ketua Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor
Minuman Impor (Apidmi) kepada KONTAN, Minggu (14/12).
Menurut Agus, kenaikan permintaan minuman beralkohol impor datang dari bisnis
pariwisata dan hiburan. Sayangnya Agus enggan menyebutkan detail dari permintaan
minuman beralkohol akhir tahun tersebut. "Kami masih menunggu laporan dari
importirnya," kata Agus.
Agus bilang, periode April 2014Maret 2015, pihaknya mendapat jatah impor 425.000
karton minuman alkohol. Dalam rentang waktu setahun itu, realisasi impor terbanyak
terjadi pada Desember. "Tapi importir sudah antisipasi dari awal bulan," kata Agus.
Kenaikan permintaan juga dirasakan produsen minuman alkohol lokal. Namun,
kenaikannya tak sebesar kenaikan permintaan minuman beralkohol asal impor.
Faiz Ahmad, Direktur Industri Minuman dan Tembakau, Kementerian Perindustrian
bilang, kenaikan permintaan minuman alkohol lokal diprediksi cuma 10%. "Kenaikan
karena ada libur Natal dan Tahun Baru," jelas Faiz tanpa memberikan perincian.
Cosmas Batubara, Presiden Komisaris PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), salah
satu produsen minuman beralkohol Indonesia bilang, kenaikan permintaan minuman
beralkohol akhir tahun berasal dari turis asing yang datang ke Indonesia. "Indikatornya
sejalan dengan jumlah turis," jelas Cosmas.
Sayangnya, Cosmas tak mengetahui perincian kenaikan penjualan minuman beralkohol
selama akhir tahun tersebut. Mengacu laporan keuangan MLBI, pendapatan perusahaan
ini sampai September 2014 tercatat Rp 2 triliun, atau naik 10,49% dari periode yang
sama tahun lalu senilai Rp 1,81 triliun. Penjualan minuman beralkohol jenis bir
berkontribusi Rp 1,9 triliun. Sisanya sebesar Rp 93,71 miliar dari penjualan soft drink.4
4 http://www.kemenperin.go.id/artikel/10668/Minuman-Alkohol-Panen-AkhirTahun
LAMPIRAN 4
Menangguk Cukai Minol
Dari minol, pemerintah memeroleh pendapatan yang tidak sedikit. Pada tahun 2012,
pemerintah menangguk Rp 3,32 triliun dari cukai minuman beralkohol. Jumlah itu
meningkat lagi menjadi Rp 4,56 triliun pada tahun 2013. Pemerintah terus berupaya
menaikkan penerimaan dari cukai minol. Pada tahun 2014, pendapatan dari cukai minol
meningkat jadi Rp 5,3 triliun.
Bertambahnya penerimaan cukai pada tahun 2014 tak lepas dari aturan kenaikan cukai
seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 207/PMK.011/2013,
tertanggal 31 Desember 2013. PMK ini merupakan perubahan atas PMK Nomor
62/PMK.011/2010 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung Etil
Alkohol, dan Konsentrat Yang Mengandung Etil Alkohol. Sesuai dengan PMK tersebut,
kenaikan tarif cukai diterapkan untuk semua golongan MMEA yaitu MMEA golongan
A (kadar alkohol kurang sama dengan 5%), golongan B (lebih 5% sampai dengan
kurang dari 20%), golongan C (lebih dari 20%) dinaikkan secara moderat berkisar mulai
Rp 2.000 sampai dengan Rp 9.000 per liter, dengan rata-rata kenaikan sekitar 11,56
persen. Memasuki tahun 2015, penerimaan cukai mulai tersendat manakala Kemendag
mengeluarkan larangan peredaran minol di minimarket.
Penerimaan cukai akhirnya meleset menjadi hanya Rp 4,6 triliun, dari target APBN
2015 sebesar Rp 6,4 triliun. Untuk tahun 2016, pemerintah menaikkan lagi target
penerimaan cukai dari minol menjadi Rp 6,6 triliun.
Rencananya, pemerintah akan kembali menaikkan cukai minol pada 2016. Tidak hanya
pemerintah pusat, pemerintah provinsi DKI Jakarta juga menikmati keuntungan dari
penjualan minol.
Pemprov DKI Jakarta tercatat memiliki saham di PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) yang
merupakan produsen Anker Bir. Sudah sejak tahun 1971 Pemprov DKI memiliki saham
di produsen bir terbesar di tanah air itu. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI),
pemprov DKI menguasai 25 persen saham Delta Djakarta. Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Tjahaja Purnama secara tegas tidak akan melepas saham Pemprov DKI di Delta.