Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Anamnesis : ada trauma


Bilamana tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus
diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita
atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).
Dari anamnesa saja dapat diduga :
-

Kemungkinan politrauma
Kemungkinan fraktur multiple
Kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya : fraktur Colles, fraktur

suprakondilair humerus, fraktur kolum femur.


Pada anamnesa ada nyeri tetai bias tidak jelas pada fraktur inkomplit
Ada gangguan fungsi, misalnya: fraktur femur, penderita tidak dapat
berjalan. Kadang-kadang fungsi masih bertahan pada fraktur inkomplit
dan fraktur impacted (implikasi tulang kortikal kedalam tulang
spongiosa).

Pemeriksaan Fisik
Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : Syok pada fraktur multiple,
fraktur pelvis, atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka
terinfeksi.
Pemeriksaan status lokalis
Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah untuk fraktur tulang panjang, fraktur
tulang-tulang kecil misalnya: navikulare manus, fraktur avulsi, fraktur intra
artikuler, fraktur epifisis. Fraktur tulang-tulang yang dalam misalnya :
odontoid servikal. Servikal acetabulum dan lain-lain, mempunyai tanda-tanda
tersendiri.
Tanda-tanda fraktur klasik tersebut adalah :
1. Look
a. Deformitas :

Penonjolan yang abnormal. Misalnya : fraktur kondilus lateralis


humerus
Angulasi
Rotasi
Pemendekan
b. Fungsio laesa :
Hilangnya fungsi. Misalnya pada fraktur kruris tidak dapat berjalan dan

pada fraktur antebrachii tidak dapat menggunakan lengan.


2. Feel
Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu
3. Move
a. Krepitasi :
Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tetapi ini bukan cara yang
baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau
beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau
tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.
b. Nyeri bila digerakka, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
c. Memeriksa seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakangerakan yang tidak mampu dilakukan, range of motion dan
kekuatan.
d. Gerakan yang tidak normal: gerakan yang terjadi tidak pada sendi,
misalnya : pertengahan femur dapat digerakan. Ini adalah bukti
paling penting adanya fraktur yang membuktikan adanya putusnya
kontinuitas tulang sesuai definisi fraktur. Hal ini penting untuk
membuat visum, misalnya: bila tidak ada fasilitas pemeriksaan
rontgen.
Pada look-feel and move ini juga dicari komplikasi local dan keadaan
neurovaskuler distal.
Pemeriksaan Radiologis
Untuk fraktur-fraktur dengan atanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat
secara klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk
melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya.
Untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-tanda klasik memang
diagnosanya harus dibantu pemeriksaan radiologis, baik rontgen biasa atau

pun pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk fraktur tulang


belakang dengan komplikasi neurologis. Foto rontgen minimal harus dua
proyeksi yaitu AP dan Lateral. AP dan lateral harus benar-benar AP dan
lateral. Posisi yang salah akan member interpretasi yang salah. Untuk
pergelangan tangan atau sendi panggul diperlukan posisi aksial pengganti
lateral.
Etiologi
Etiologi patah tulang menurut Barbara C. Long adalah
1. Trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah
pada tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada
jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai
tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin
tidak ada.
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa,
misalnya : benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan
fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan dalam keadaan ekstensi, dapat
terjadi fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, dan
klavikula.
c. Trauma ringan dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri
sudah rapuh. Selain itu fraktur juga disebabkan oleh karena
metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena tarikan
spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan.
Tulang jika bias mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang
tersebut tidak mampu mengabsorbi energy atau kekuataan yang
menimpanya.
3. Fraktur patologis

Suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses


pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang
bermetastase atau osteoporosis.
Manifestasi Klinik
DD:
1. Fraktur Colles
Patah terjadi pada metafisis distal radius. Kebanyakan dijumpai
pada penderita-penderita wanita > umur 50 tahun karena pada wanita
> 50 tahun mengalami osteoporosis post menopause.
a. Mekanisme
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha
menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan
diteruskan ke daerah metafisis distal radius yang akan menyebabkan
patah radius 1/3 distal dimana garis patah berjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan.
Fragmen bagian distal radius terjadi dislokasi kea rah dorsal,
radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan
fraktur avulasi dari processus styloid ulna, sedangkan dislokasi bagian
distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan sublukasi
sendi radio ulna distal.
b. Gejala Klinik
Pada inspeksi bentuk khas yang dapat dilihat seperti sendok
makan (dinner fork deformity). Gejala-gejala yang lain seperti lazimnya
gejala patah tulang, ada pembengkakan, nyeri tekan, nyeri gerak.
c. Radiologi
Tampak jelas gambaran patologi yang diutarakan di atas.
Proyeksi yang diperlukan cukup AP/Lateral. Pada gambaran radiologi
dapat diklasifikasikann stabil dan tidak stabil.
Stabil : bila terjadi satu garis
Instabl : bila patahnya comminutive
Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3
distal utuh.
d. Pengobatan

Pada patah colles tanpa dislokasi hanya diperlukan immobilisasi


dengan pemasangan gips sirkulasi below elbow selama 4 minggu. Pada
colles fraktur yang disertai dislikasi diperlukan tindakan reposisi
tertutup. Pada reposisi tertutup dapat dilakukan dengan tindakan local
anestesi atau dengan anestesi umum. Biasanya dengan local anestesi
sudah cukup, sedang disini tidak diperlukan muscle relaxant.
Pada reposisi tertutup harus diperhatikan benar prinsip periosteum
yang utuh dibagian dorsal, karena periosteum yang utuh ini akan
dipakan sebagai internal splint pada tulang yang dislokasi. Untuk itu
pada waktu melakukan reposisi untuk membebaskan fragment distal
dan proksimal tidak boleh dilakukan tarikan kearah distal, harus
dilakukan gerakan hiperekstensi fragmen distal. Posisi tangan dibuat
volar fleksi, ulnar deviasi (untuk mengoreksi supinasi). Dalam posisi
tersebut

diatas

diimobilisasi

dalam

gips

sirkulasi

below

elbow,

dipertahankan selama 4-6 minggu. Apabila garis patahnya sangan


comminutive gips sirkular dipasang diatas siku untuk menjamin posisi
pronasi tetap. Hanya pada kasus-kasus yang sangan communitive
akan dilakukan operasi, dipasang fiksasi luar yang bersifat liga
mentaxis.
2. Smiths Fraktur
Lebih jarang terjadi dibandingkan colles fraktur. Kadang-kadang
diistilahkan sebagai reverse colles fracture walaupun tidak tepat.
Banyak dijumpai pada penderita laki-laki muda.
a. Mekanisme
Penderita jatuh, tangan menahan badan, sedang posisi tangan
dalam volar fleksi pada pergelangan tangan, pronasi. Garis patah
biasanya tranversal, kadang-kadang intraartikular.
b. Pengobatan
Dilakukan reposisi dalam anestesi local atau anestesi umum. Posisi
tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi supinasi (kebalikan
posisi colles).
Diimobilisasi dalam gips sirkulasi dibawah siku selama 4-6 minggu.
3. Galeazzi Fraktur

Fraktur radius 1/3 distal disertai dislokasi sendi radio unar distal).
Radius ulna dihubungkan oleh jaringan yang kuat yaitu membrane
interosseous. Apabila terjadi salah satu tulang yang patah, dan tulang
yang patah tersebut dislokasi, pasti disertai dislokasi sendi yang
berdekatan.
a. Mekanisme trauma
Basanya pada anak-anak muda laki-laki, jatuh dengan tangan
terbuka

menahan

badan

dan

terjadi

pula

rotasi.

Hal

ini

menyebabkan patah radius 1/3 distal dan fragmen distal-proksimal


mengadakan angulasi ke anterior.
b. Gejala klinik
Tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada
pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
c. Radiologi
AP/Lateral tampak fraktur radius 1/3 distal, angulasi ke anterior
disertai dislokasi, sendi radio ulna distal.
d. Terapi
Dapat dilakukan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik, dilakukan
immobilisasi dengan gips sirkular di atas siku, dipertahankan 4-6
minggu. Biasanya hasil reposisi tertutup hasilnya kurang baik.
Karena fraktur tidak stabil.
Dalam hal ini diperlukan tindakan operasi reposisi terbuka dengan
internal

fiksasi.

Tulang

radius,

dipasang

plate

screw

atau

intramedullary nail. Kalau radius sudah tereposisi dengan sendirinya


dislokasi sendi radius ulna distal akan tereposisi.
4. Monteggia Fraktur
(fraktur ulna 1/3 proximal disertai dislokasi sendi radio ulnar
proximal). Sama seperti halnya Galeazzi Fraktur, apabila terjadi salah
satu tulang radius atau ulna patah disertai dislokasi pasti akan diikuti
oleh dislokasi sendi yang berdekatan. Hal ini disebabkan kedua tulang
radius dan ulna dihubungkan dengan jaringan membrane interosseous.
Pada Monteggia terjadi patah pada bagian proximal ulna disertai
dislokasi fragmen angulasi ke anterior diikuti dislokasi ke anterior sendi
radioulna proximal.
a. Mekanisme

Terjadi karena trauma langsung. Gaya yang terjadi mendorong ulna


kea rah hiperekstensi dan pronasi. Hal ini menyebabkan fraktur
Monteggia tipe ekstensi. Tipe ini yang paling sering terjadi. Tipe
fleksi lebih jarang terjadi dimana gaya mendorong dari depan kea
rah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi
posterior.
b. Penanggulangan
Dilakukan reposisi

tertutup.

Asisten

memegang

lengan

atas,

penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian


diputar kea rah supinasi penuh. Setelah itu dengan ibu jari kepala
radius dicoba ditekan ke tempat semula. Setelah berhasil dilakukan
imobilisasi gips sirkulasi di atas siku dengan posisi siku fleksi 90
derajat.
Pada anak-anak tindakan reposisi tertutup masih memberikan hasil
yang cukup baik. Tetapi bila pada reposisi tertutup ini gagal (terjadi
lagi dislokasi), akan dilakukan tindakan reposisi terbuka dengan
pemasangan internal fiksasi.
Pada penderita dewasa, walaupun hasil reposisi member gambaran
baik, tetapi dalam beberapa hari kemungkinan akan terjadi
redislokasi lagi karena fraktur ini termasuk fraktur yang tidak stabil.
Maka pada penderita dewasa dapat langsung dilakukan open
reposisi dengan internal fiksasi dipasang plate-screw. Kalau ulna
sudah tereposisi baik, dengan sendirinya sendi radio ulna proksimal
tereposisi. Mengenai ligament annulare yang robek pada umumnya
tidak perlu dilakukan penjahitan.

Anda mungkin juga menyukai