PENDAHULUAN
melewati setiap prosedur pengobatan yang dilakukan meskipun rasa lelah sangat
terasa dan ingin terus menghabiskan waktu bersama keluarga. Perawat ruangan
mengatakan bahwa terdapat seorang pasien yang menolak untuk dilakukan
kemoterapi, beberapa keluhan yang pernah didengar oleh perawat dari pasien
adalah rasa lelah, capek dengan efek samping yang harus dirasa setelah kemoterapi,
dan biaya yang dikeluarkan. Pasien meninggal dunia dua hari setelah jadwal
kemoterapi yang ditentukan oleh dokter.
Hal-hal yang pasien kanker serviks rasakan terkadang menjadi beban
pikiran yang membuat mereka menjadi menangis, gelisah, sulit tidur, dan sering
melamun. Tidak jarang bagi pasien kanker serviks memiliki keinginan untuk
menyudahi prosedur terapi yang dijalani. Tanda-tanda dari yang sudah dikatakan
oleh para pasien kanker serviks menunjukan gejala stres, cemas dan depresi. Ketika
mereka mengalami rasa lelah akan keadaan, mereka mengatakan mereka hanya bisa
berdoa untuk mendekatkan diri pada Tuhan, ada juga yang mengatakan pasrah saja
dengan keadaan yang ada, dan ada juga yang ingin terus berusaha untuk menjalani
prosedur pengobatan kanker serviks meskipun tahu bahwa pada stadium lanjut
kemungkinan sembuhnya kecil.
Keadaan pasien kanker serviks selama menjalani perawatan di rumah sakit
akan mengalami distres yang merupakan dampak dari proses penatalaksanaan
kanker dan kondisi tubuh sesuai dengan stadium kanker (Min, Yoon, Lee, 2013).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Elizabeth Kubler Ross, (1969, dalam Bastable,
2002) menunjukan bahwa reaksi awal pasien ketika diberi tahu bahwa seseorang
menderita penyakit kronis yang parah maka akan menerapkan mekanisme
pertahanan yang dikatakan sebagai penolakan, sehingga dibutuhkan ketahanan diri
dari dalam diri pasien. Hal ini tidak terlepas dari peran perawat yang
bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan pasien kanker secara holistic atau
menyeluruh. Sejalan dengan teori keperawatan Virginia Henderson (1966, dalam
Asmadi, 2008) yang melihat pasien dari bio-psycho-socio-culture-spiritual dengan
memenuhi keempatbelas kebutuhan dasar pasien kanker.
Oleh karena itu resiliensi pasien kanker serviks perlu diteliti untuk
mengetahui bagaimana kemampuan bertahan pasien kanker serviks pada kondisi
stres, cemas, dan depresi dalam melanjutkan prosedur penatalaksanaan yang
berlangsung dalam waktu yang lama dan panjang. Berdasarkan fenomena di atas
peneliti merasa penting dan tertarik untuk meneliti gambaran resiliensi pasien
kanker serviks di RSUP Dr. Hasan Sadikin.
2.
3.
4.
Mengetahui gambaran kontrol diri pasien kanker serviks di RSUP Dr. Hasan
Sadikin.
5.
10
tepat bagi pasien serta dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas dalam
memberikan asuhan keperawatan.
1.4.2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan informasi berupa data kepada rumah sakit sebagai data awal
dalam mengkaji status kesehatan secara piskologis pada pasien kanker serviks yang
akan melakukan penatalaksanaan kanker dengan menerapkan manajemen resiliensi
pasien dalam upaya pencegahan timbulnya masalah psikososial pada pasien kanker
serviks.
1.4.3. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan peneliti tentang gambaran resiliensi pasien
kanker serviks yang menjalani penatalaksanaan kanker.
1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi awal
untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
resiliensi pasien kanker serviks di RSUP Dr. Hasan Sadikin.
11
12
13
Menjalani penatalaksanaan
(Histerektomi, Kemoterapi,
Radioterapi)
Faktor
Resiko
Dampak
1. Fisik
2. Psikologi
3. Sosial
Stres,
Cemas,
Depresi
Faktor
Protektif
Faktor
Penghambat
Resiliensi
Kompetensi personal, standar yang
tinggi, dan kegigihan;
Percaya pada nalurinya, toleransi
terhadap hal-hal negatif, dan kuat
menghadapi tekanan
Penerimaan positif terhadap
perubahan dan hubungan baik
Kontrol diri
Pengaruh spiritual
Tinggi
Keterangan:
= yang diteliti,
= yang tidak diteliti
Sumber : CD-RISC, Connor dan Davidson (2003)
Sedang
Rendah