Preskas GA Combustio
Preskas GA Combustio
Oleh:
Istna Sofia Aulia
G99142011
Pembimbing
dr. R. Th. Supraptomo, Sp.An
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran
sangat berperan dalam mewujudkan tugas profesi dokter yaitu
wajib memelihara kehidupan pasien, karena dapat mengurangi
nyeri dan memberikan bantuan hidup. Anestesi adalah cabang
ilmu
kedokteran
yang
mendasari
berbagai
tindakan
yang
intensif
pasien
gawat,
terapi
inhalasi,
dan
Anestesi
umum
biasanya
dimanfaatkan
untuk
dapat terjadi pada setiap orang muda maupun orang tua dan
baik laki-laki maupun perempuan. Luka bakar dapat bervariasi
dari cedera ringan yang dapat dengan mudah dikelola di klinik
rawat
jalan,
untuk
luka
yang
luas
dapat
mengakibatkan
Perawatan
memerlukan
dan
ketekunan,
rehabilitasinya
biaya
mahal,
masih
tenaga
sukar
dan
terlatih
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANESTESI
1.
Pendahuluan
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri.
Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya
persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain
hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri
atas golongan senyawa kimia yang heterogen, yang mendepresi SSP
secara reversibel dengan spektrum yang hampir sama dan dapat dikontrol.
Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan secara intravena.
Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang
mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O, halotan,
enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anastesi umum yang
digunakan secara intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik,
senyawa alkaloid lain dan molekul sejenis, dan beberapa obat khusus
seperti ketamin.
Status Fisik
Seorang pasien yang normal dan sehat, selain penyakit yang akan
ASA I
ASA II
ASA III
ASA IV
ASA V
dioperasi.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang belum
mengancam jiwa.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam
jiwa.
Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam waktu 24 jam
dengan atau tanpa pembedahan, kategori ini meliputi penderita yang
sebelumnya sehat, disertai dengan perdarahan yang tidak terkontrol,
begitu juga penderita usia lanjut dengan penyakit terminal.
dan
pembedahan.
Kunjungan
pra
anestesi
harus
Anamnesis
paru
kronis
(asma
bronkhial,
pneumonia,
dan
obat
menimbulkan
yang
sedang
digunakan
interaksi
dengan
obat
dan
anestetik
dapat
seperti
yaitu
dari
golongan
benzodiazepin,
misal
10
B. Terapi Cairan
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan
harus mendekati jumlah dan komposisi cairan yang hilang.
Terapi cairan perioperatif bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang
hilang selama operasi.
2. Mengatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan karena
terapi yang diberikan.
Pemberian cairan operasi dibagi :
1. Pra operasi
Dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan,
puasa, muntah, penghisapan isi lambung, penumpukan
cairan pada ruang ketiga seperti pada ileus obstriktif,
perdarahan, luka bakar dan lain-lain. Kebutuhan cairan
untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kg BB / jam.
Setiap kenaikan suhu 1 0 Celcius kebutuhan cairan
bertambah 10-15 %.
2. Selama operasi
11
Dapat
terjadi
kehilangan
cairan
karena
proses
Ringan
= 4 ml/kgBB/jam.
Sedang
= 6 ml / kgBB/jam
Berat = 8 ml / kgBB/jam.
Bila terjadi perdarahan selama operasi, di mana
perdarahan
kurang
dari
10
EBV
maka
cukup
cairan
pasca
operasi
ditentukan
C. PEMULIHAN
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan
pasca operasi dan anestesi yang biasanya dilakukan di ruang
pulih sadar atau recovery room yaitu ruangan untuk observasi
pasien pasca atau anestesi. Ruang pulih sadar batu loncatan
sebelum
pasien
dipindahkan
ke
bangsal
atau
masih
12
bakar
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
agen
13
2. Grade II
a. Superficial partial thickness:
Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas
dari dermis
Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri
dari dermis
Disertai juga dengan bula
Permukaan luka berbecak merah muda dan putih
karena variasi dari vaskularisasi pembuluh
darah( bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah dan yang merah muda
3. Grade III
hancur.
Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai
mengenai otot dan tulang
14
4. Grade 4
Berwarna hitam
15
berupa
kesadaran,
sindroma
kompartmen,
mioglobinuria
sering
aritmia,
dijumpai
pada
dapat
diikuti
pula
dengan
trauma
tumpul
yang
akibat
menghasilkan
lebih
panas.
sedikit
Saraf
dan
panas
pembuluh
tetapi
mudah
darah
terjadi
kerusakan.
Perubahan
warna
mioglobin
atau
hemoglobin
harus
16
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama
: Tn. AM
Umur
: 35 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kalijambe, Sragen
Pekerjaan
: Karyawan las
Tanggal masuk
: 07 Juni 2016
Tanggal Operasi
: 18 Juni 2016
No.Rekam Medis
: 01-34-xx-xx
B. Data Dasar
1. Keluhan Utama
Nyeri pada kedua tangan, punggung dan paha kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Empat jam sebelum masuk rumah sakit tangan kiri
pasien tersengat tersentuh kabel listrik yang menggantung
saat paseien sedang memasang baliho di ketinggian 8
meter. Pasien tesengat listrik selama 30 detik, kemudian
pasien
terpental.
Salah
satu
kaki
pasien
terjepit
di
kanan
nyeri
dan
17
terasa
panas.
Pasien
tidak
Selama
operasi
sebelumnya
pasien
tidak
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: 3 kali
4. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok
: sehari 1 bungkus
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat asma
: disangkal
18
Breathing
6cm
: Thorax bentuk normochest, simetris, pengembangan dada
kanan=kiri, retraksi (-), otot bantu nafas (-), sonor/sonor,
suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-, frekuensi
Circulation
nafas 20x/menit.
: Jantung ictus cordis tak tampak, tak kuat angkat teraba di
SIC V LMCS, bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler,
bising tidak terdengar, tekanan darah 120/75 mmHg, nadi
85 x/menit irama teratur, isi cukup, CRT <2 detik, akral
Disability
dingin (-).
: GCS E4V5M6, pupil isokor dengan diameter 3mm /3mm,
reflek cahaya +/+.
Exposure
: suhu 36,9 0C
B. Secondary survey
Status gizi
Berat badan
: 70 kg
BMI
: 24, 80 kg/m2
Kulit
Mata
Telinga
tragus (-)
Hidung
deviasi
septum (-)
Mulut
atrofi (-),
Leher
Thoraks
: Inspeksi
dengan kiri
Palpasi
dengan kiri
Perkusi
: sonor/sonor
: Inspeksi
: timpani
Palpasi
Ekstremitas
: supel
:
Extremitas
superior
inferior
Sinistra
Dextr
a
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
Akral dingin
Extremitas
5
N
-
5
N
-
20
Dextra
5
N
-
Sinistra
5
N
-
Oedem
Luka bakar
Status Lokalis
Regio Brachii Dextra :
Tampak luka bakar, dasar kemerahan, bulla (+), luas 1 %
Regio Brachii dan Antebrachii Sinistra :
Tampak luka bakar, dasar kemerahan, bulla (+), luas 7 %
Regio Scapula Sinistra dan Dextra :
Tampak luka bakar, dasar kemerahan, bulla (+), luas 8,5 %
Regio Femur Dextra :
Tampak luka bakar, dasar kemerahan, bulla (+), luas 0,5 %
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG
Tanggal
07/06/2014
HEMATOLOGI RUTIN
Hb
15.5
HCT
46
AL
17.2
AT
221
AE
5.64
Gol. Darah
B
KIMIA KLINIK
GDS
114
Albumin
4.1
Creatinine
0.8
Ureum
24
HEMOSTATIS
PT
12.3
APTT
26.2
INR
0.970
ELEKTROLIT
Natrium
136
Kalium
3.0
Klorida
106
SEROLOGI HEPATITIS
HbsAg Rapid
Non reactive
SATUAN
RUJUKAN
g/dl
%
103/l
103/l
106/l
13.5 - 17.5
33 - 45
4.5 11.0
150 450
4.5 - 5.9
mg/dl
g/dl
mg/dl
mg/dl
60 140
3.5 5.2
0.9 1.3
< 50
Detik
Detik
10 - 15
20 - 40
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
136 - 145
3.3 5.1
98 - 106
Non reactive
ICT
Tanggal
SATUAN
RUJUKAN
10/06/2014
21
HEMATOLOGI RUTIN
Hb
15.6
HCT
45
AL
6.5
AT
179
AE
5.43
KIMIA KLINIK
Albumin
3.6
ELEKTROLIT
Natrium
132
Kalium
4.4
Klorida
102
Tanggal
11/06/2014
HEMATOLOGI RUTIN
Hb
15.3
HCT
44
AL
6.5
AT
227
AE
4.92
KIMIA KLINIK
Albumin
3.5
g/dl
%
103/l
103/l
106/l
13.5 - 17.5
33 - 45
4.5 11.0
150 450
4.5 - 5.9
g/dl
3.5 5.2
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
136 - 145
3.3 5.1
98 - 106
SATUAN
RUJUKAN
g/dl
%
103/l
103/l
106/l
13.5 - 17.5
33 - 45
4.5 11.0
150 450
4.5 - 5.9
g/dl
3.5 5.2
22
Airway
Breathing
6cm
: Thorax bentuk normochest, simetris, pengembangan dada
kanan=kiri, retraksi (-), otot bantu nafas (-), sonor/sonor,
suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-, frekuensi
Circulation
nafas 18x/menit.
: Jantung ictus cordis tak tampak, tak kuat angkat teraba di
SIC V LMCS, bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler,
bising tidak terdengar, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
83 x/menit irama teratur, isi cukup, CRT <2 detik, akral
Disability
dingin (-).
: GCS E4V5M6, pupil isokor dengan diameter 3mm /3mm,
reflek cahaya +/+.
Exposure
: suhu 36,3 0C
B. Sekundary survey
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
atrofi (-),
Leher
Thoraks
: Inspeksi
dengan kiri
Palpasi
dengan kiri
Perkusi
: sonor/sonor
23
: Inspeksi
: timpani
Palpasi
Ekstremitas
: supel
oedem
beberapa
saat,
perlahan
pasien
teranestesi.
24
12.15
120
80
83
12.20
120
80
85
12.25
120
79
85
12.30
120
77
83
SpO2
100%.
Pasien
tidak
agitasi
dan
tidak
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Penggunaan anestesi sangat penting untuk melakukan
tindakan medis tertentu. Sebagaimana tindakan medis lainnya,
tindakan anestesi khususnya penggunaan obat-obatan anestesi,
memiliki risiko tersendiri. Banyak hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan tindakan anestesi karena dalam melakukan
tindakan anestesi harus memperhatikan teknik anestesi yang
akan dipakai demi menjaga keselamatan pasien.
Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan
operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu
pengerjaan lebih panjang. Cara kerja anestesi umum selain
menghilangkan
rasa
nyeri,
menghilangkan
kesadaran,
dan
26
Pada
kasus
ini
dilakukan
anestesi
umum
dengan
bakar
masih
merupakan
problem
yang
berat.
bakar
yang
dialami.
Dalam
bidang
ilmu
bedah,
27
BAB V
KESIMPULAN
Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Teknik
general anesthesia di dunia kedokteran dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu secara parenteral yaitu intravena dan
inhalasi, muskular, dan secara perektal.
Pemilihan jenis anestesi tergantung lokasi medan operasi,
lama operasi, dan kemampuan anestesiologis. Jenis anestesi
pada pasien luka bakar ini lebih dipilih jenis anestesi umum
karena anestesi spinal sulit dilakukan. Dari cara penggunaannya
suatu anestetik yang ideal sebenarnya harus memperlihatkan 3
efek utama yang dikenal sebagai Trias Anestesi, yaitu efek
hipnotik, efek analgesia, dan efek relaksasi otot.
Tatalaksana
pasien
korban
luka
bakar
meliputi
28
DAFTAR PUSTAKA
De Jong dan Sjamsuhidajat.. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah De
Jong Edisi 3. Jakarta: EGC
Hettiarachy, Papini. 2004. Initial management of a major burn
injury. BMJ. 328:555-7
Latief SA. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:
Bagian
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
29
S.
2016.
Penanganan
luka
bakar.
www1-
media.acehprov.go.id/uploads/PENANGANAN_LUKA_BAK
AR.pdf
30