Anda di halaman 1dari 20

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :
Stefany
11.2014.187

Pembimbing:
Dr. Fx Widiarso, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


RS MARDI RAHAYU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA
PERIODE 25 JANUARI 2016 02 APRIL 2106

Page | 1

STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama

: Stefany

Tanda tangan :

NIM

: 11.2014.187

Dr pembimbing / penguji

: dr. Fx Widiarso ,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.KK
Umur : 22 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0)
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Undaan Tengah RT 003 RW 001,

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Masuk Rumah Sakit : 09 Februari 2016, jam

Undaan, Kudus

09.30

Nama suami

: Tn. MJK

Umur

: 36 tahun

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Undaan Tengah RT 003 RW 001, Undaan, Kudus

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 09 Februari 2016, jam 16.00
Keluhan utama :
Keluar air ketuban sejak jam 01.00 pagi hari
Riwayat Penyakit Sekarang
OS berumur 22 tahun mengaku hamil 41 minggu, datang dengan keluhan air ketuban pecah
dan perut terasa kenceng-kenceng sejak jam 01.00 pagi hari. Keluhan kencang kencang
dirasakan hilang timbul dan semakin lama semakin sering. Selain itu pasien juga mengatakan
keluar lendir beserta darah dari jalan lahir.
Pasien mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran
sebelumnya. Usia kehamilan sudah memasuki 40 minggu. Pasien tidak pernah mengeluh
Page | 2

mual dan muntah berlebihan, pusing, mata berkunang atau penglihatan kabur. Buang air besar
dan buang air kecil lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap 1
atau 2 bulan ke bidan. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya. Tidak
ada riwayat operasi sebelumnya. Riwayat menstruasi teratur.
Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di bidan
Riwayat Haid:
Menarche

: 15 Tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 4 hari

HPHT

: 25 Mei 2015

HPL

: 02 Februari 2016

- Perkawinan

:1 kali

- Menikah usia

: 21 tahun

- Lama menikah

: 1 tahun

- Riwayat KB

: tidak ada

- ANC

: teratur ke bidan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil

Usia

ke

kehamilan persalinan
Hamil ini

1
2

Jenis

Penyulit penolong Jenis

BB/TB

kelamin lahir

Umur

Masa

sekarang

Nifas

Riwayat Penyakit Dahulu


Darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma dan alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma dan alergi disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Page | 3

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 89x/menit

Pernafasan

: 19x/menit

Suhu

: 36,3oC

Tinggi Badan

: 146 cm

Berat Badan

: 55 kg

Kulit

: Warna sawo matang, lesi (-), sianosis (-), ikterik (-)

Kepala

: Normocephali, tidak teraba benjolan/lesi, distribusi rambut merata

Mata

: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-

Hidung

: Septum tidak deviasi, sekret (-), epistaksis (-), pernafasan cuping


hidung (-), nyeri tekan paranasal (-)

Telinga

: Normotia, nyeri tekan tragus (-), granulasi (-), hiperemis (-)

Mulut/gigi

: Bibir tidak sianosis, bibir tidak kering, tonsil T1-T1 tenang, faring
hiperemis (-), pursed-lips breathing (-)

Leher

tidak

tampak

pembesaran

KGB

dan

tiroid,

hipertrofi

m.sternocleidomastoideus (-), retraksi suprasternal (-)


Thorax
Inspeksi: Bentuk thorax normal, gerakan dinding dada saat statis dan dinamis
simetris.
Palpasi: Pelebaran sela iga (-)
Pulmo
Inspeksi

Anterior
Posterior
Bentuk thorax normal
Pergerakan dinding dada simetris saat
Pergerakan dinding dada simetris saat
statis dan dinamis.
statis
dan
dinamis,
pernafasan
torakoabdominal,

diameter

antero-

Perkusi

posterior > lateral.


Sela iga tidak melebar.
Fremitus vokal dan taktil simetris.
Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi

Suara nafas dasar vesikuler normal , Suara nafas dasar vesikuler normal,

Palpasi

Sela iga tidak melebar.


Fremitus vokal dan taktil simetris.
Sonor pada seluruh lapang paru

Page | 4

ronki (-/-), wheezing (-/-)

ronki (-/-), wheezing (-/-)

Cor
Inspeksi
Palpasi

: ictus cordis terlihat di linea midclavicula sinistra SI V


: ictus cordis teraba di linea midclavicula sinistra SI V, kuat angkat

(- ), diameter < 2.5 cm


Perkusi :
Batas kanan
Batas atas
Batas kiri

: Linea parasternalis dekstra SI IV


: Linea midclavicula sinistra SI II
: linea midclavicula sinistra SI V

Auskultasi : BJ I-II murni regular, gallop (-), murmur (-)


Abdomen

Inspeksi: Tampak membuncit sesuai masa kehamilan, linea

nigra (+), striae gravidarum (-), bekas luka operasi (-)


Auskultasi: BU (+) N
Palpasi: Nyeri tekan (-)
Perkusi: (-)
Genitalia

: keluar cairan, lendir darah (+), vulva tampak edema (+)

Ekstremitas

: Edema -

, Sianosis -

- , akral hangat, CRT< 2 detik


-

Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi


Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah

: Chloasma gravidarum (-)

Payudara

: pembesaran payudara (+), puting susu menonjol, cairan dari mammae (-)

Abdomen

: Tampak membuncit sesuai masa kehamilan, tampak linea nigra. BU (+),


Nyeri tekan (-).

Palpasi

Tafsiran Berat Janin = (31 cm - 12) x 155 = 2945 gr


Leopold I
: Tinggi Fundus Uteri 3 jari dibawah processus xyphoideus (31 cm),
teraba bulat, lunak, dan tidak melenting. Leopold II : teraba bagian memanjang dan

keras di sebelah kiri, dan teraba bagian terkecil di sebelah kanan.


Leopold III : teraba bagian bulat, melenting, dan keras
Leopold IV : divergen (kepala masuk PAP)

Auskultasi

: denyut jantung janin (+) 144 x/menit


Page | 5

His

: jarang, 1-2x dalam 10 menit

Pemeriksaan dalam (VT) pukul 11.00


-

pembukaan 1cm, KK (+), effacement 25%


bagian bawah janin kepala, hodge I

teraba ubun-ubun kecil kiri lintang

Pemeriksaan Evaluasi pukul 13.15


Palpasi

Tafsiran Berat Janin = (31 cm - 12) x 155 = 2945 gr


Leopold I
: Tinggi Fundus Uteri 3 jari dibawah processus xyphoideus (31 cm),
teraba bulat, lunak, dan tidak melenting. Leopold II : teraba bagian memanjang dan

keras di sebelah kiri, dan teraba bagian terkecil di sebelah kanan.


Leopold III : teraba bagian bulat, melenting, dan keras
Leopold IV : divergen (kepala masuk PAP)

Auskultasi

: denyut jantung janin (+) 140 x/menit

His

: jarang, 1-2 x dalam 10 menit

Pemeriksaan dalam (VT)


-

pembukaan 1cm, KK (+), effacement 25%


bagian bawah janin kepala, hodge I

UUK kiri lintang

Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin

11.9

g/dl

11.7 15.5

Leukosit

8.33

10^3/uL

3,6 11.0

DIFF COUNT
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

0.40
0.20
70.40
24.40
4.60

%
%
%
%
%

13
01
50 70
25 40
28
Page | 6

Luc%
MCV
MCH
MCHC
Hematokrit
L
Trombosit
Eritrosit
RDW
PDW
MPV
Gol Darah + Rhesus
Golongan Darah
Rhesus

0.00
85
29
34
35.10
202
4.2
14.5
15.9
12.3

%
fL
Pg
g/dL
%
10^3/uL
10^6/uL
%
fL
fL

14
80 100
26 34
32 36
36 46
150 400
3.80 5.20
11.5 14.5
10 -18
6.8 - 10

menit
menit

3-6
1-3

B+
Positif

Hemostasis
W.Pembekuan/CT
W.Pendarahan/BT

5.00
1.00

Imunoserologi
HbsAg Stik

Negatif

Negatif

Ringkasan:
OS berumur 22 tahun GIP0A0 mengaku hamil 41 minggu, datang dengan keluhan air ketuban
pecah diserati perut terasa kenceng-kenceng sejak jam 01.00 pagi hari. Selain itu pasien juga
mengatakan keluar lendir beserta darah dari jalan lahir. Pasien mengatakan ini adalah
kehamilan yang pertama. Pasien tidak pernah mengeluh mual dan muntah berlebihan, pusing,
mata berkunang atau penglihatan kabur. Buang air besar dan buang air kecil lancar. Pasien
mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap 1 atau 2 bulan ke bidan. Pasien tidak
memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat menstruasi teratur.
Riwayat Haid:
Menarche

: 15 Tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 4 hari

HPHT

: 25 Mei 2015

HPL

: 02 Februari 2016
Page | 7

Abdomen

: Tampak membuncit sesuai masa kehamilan, tampak linea nigra. BU (+),


Nyeri tekan (-).

Palpasi:

Tafsiran Berat Janin = (31 cm - 12) x 155 = 2945 gr


Leopold I
: Tinggi Fundus Uteri 3 jari dibawah processus xyphoideus (31 cm),
teraba bulat, lunak, dan tidak melenting. Leopold II : teraba bagian memanjang dan

keras di sebelah kiri, dan teraba bagian terkecil di sebelah kanan.


Leopold III : teraba bagian bulat, melenting, dan keras
Leopold IV : divergen (kepala masuk PAP)

Auskultasi

: denyut jantung janin (+) 144 x/menit

His

: jarang, 1-2x dalam 10 menit

Pemeriksaan dalam (VT) pukul 11.00


-

pembukaan 1cm, KK (+), effacement 25%


bagian bawah janin kepala, hodge I
UUK kiri lintang

Diagnosa Kerja:

GIP0A0 Umur 22 tahun, Hamil 41 minggu

Anak I hidup intrauterine,

Presentasi kepala, belum masuk PAP, PUKI

Inpartu kala I, fase laten

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Rencana Pengelolaan:

IVFD RL 20 tetes /menit

IVFD D5

Posisi miring kanan/kiri

Amoksisilin 1 x 2 gram IV

Pengawasan 10

Gastrul tab/vagina

Pro partus normal


Page | 8

Prognosis:
Power

: bonam

Passage

: bonam

Passenger

: bonam

Tanggal 09 Februari 2016 (jam 14.15 wib) dilakukan partus spontan

Pasien diposisikan litotomi, dipimpim mengejan sesuai dengan datangnya his

Tampak perineum menonjol dan menipis, lubang anus terbuka

Kepala janin turun menurut jalan lahir dan tampak di vulva

Tampak suboksiput berada di bawah simfisis, kepala janin melakukan defleksi


maksimal

Tangan kanan penolong menahan perineum agar tidak terjadi robekan baru sedangkan
tangan kiri penolong menahan kepala janin

Berturut turut lahir UUB, dahi, mulut, dagu dan seluruh kepala

Kepala janin melakukan putaran paksi luar

Kepala janin dipegang dengan kedua tangan, ditarik curam ke arah bawah untuk
melahirkan bahu depan, ditarik ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang

Kaitkan jari pada ketiak janin kemudian tarik ke bawah untuk melahirkan panggul
depan dan ke arah atas untuk melahirkan panggul belakang

Setelah seluruh badan janin dilahirkan, jalan nafas dibersihkan dengan menghisap
lendir

Bayi menangis nyaring, badan bayi kemerahan

Dilakukan pemotongan tali pusat 5 cm dari badan janin, tali pusat diikat

Bayi diserahkan ke petugas untuk dirawat semestinya

Plasenta dilahirkan 5 menit setelah bayi lahir, kotiledon lengkap, perdarahan 300cc

Jalan lahir pasien dibersihkan dengan menggunakan betadin

Tindakan selesai

Lama persalinan : 1 jam


Keadaan Bayi :

Bayi laki-laki, BBL : 2640 gram, PB : 45 cm

Page | 9

APGAR Skor : 9-10-10

Pemeriksaan Fisik Post partus :

Keadaan Umum

: tampak kelelahan

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Frekuensi Nadi

: 90 x/menit

Frekuensi Nafas

: 24 x/menit

Suhu

: 36,5 oC

Diagnosis Post partus :

PIA0, 22 tahun

Post partus spontan dengan induksi a/i KPD

Pengobatan post partus :

IVFD RL 20 tpm

Amoxicillin 3 x 500 mg

Ergometrin 2 x 1 tablet

Hemafort 1 x 1 tablet

FOLLOW UP
Tanggal 10 Februari, jam 07.45 WIB
S : BAK (+), BAB (-), pusing (-), demam (-), mual & muntah (-)
O : Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Frekuensi nafas

: 20 x/menit

Suhu

: 36.4 C

Thorax

: Cor = BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)


Pulmo = vesikuler +/+, Rh-/-, Wh -/Mammae = putting susu menonjol, ASI +/+

Abdomen

: nyeri tekan (-), bekas luka (-)


TFU : 2 jari dibawah pusat

Page | 10

PPV
Extremitas

: Lochea rubra
: edema (-/-), akral hangat

A : PIA0, 22 tahun
Post partus spontan dengan induksi
KPD
P : IVFD RL 20 tpm
Amoksisilin 3 x 500 gram
Ergometrin 2 x1 tablet
Hemafort 1 x 1 tablet
Tanggal 10 Februari Pasien pulang

TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
Anatomi dan Fisiologi Selaput Ketuban dan Cairan Ketuban
Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion (selaput
ketuban) merupakan membrane internal yang membungkus janin dan cairan ketuban. Selaput
ini licin, tipis, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada korion (sekalipun dapat
dikelupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal plasenta sampai pada
insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang tegak lurus
hingga umbilicus janin. Sedangkan korion merupakan membrane eksternal yang berwarna
putih dan terbentuk vili vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput
ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus1,2

Page | 11

Cairan amnion yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini
akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang
aterm. Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 1500 ml, warna putih, agak
keruh serta mempunyai bau yang khas. Cairan ini mempunyai berat jenis 1.098 terdiri atas
98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti dengan
benar terdapat rambut lanugo, sel sel epitel dan verniks kaseosa. Protein ditemukan rata
rata 2.6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin. Berikut adalah beberapa fungsi dari
cairan amnion :1,2
1. Proteksi melindungi janin terhadap trauma dari luar
2. Mobilisasi memungkinan ruang gerak bagi janin
3. Homeostasis menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa dalam
rongga amnion untuk suasana yang optimal bagi janin
4. Mekanik menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine
5. Pada persalinan membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
terjadi pada hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu, kejadiannya
tidak terlalu banyak. Pecahnya ketuban dapat terjadi sebelum inpartu atau sebelum timbulnya
persalinan minimal lebih dari 1 jam sebelum inpartu, yaitu bila diameter serviks pada
primigravida < 3 cm dan multi gravida <5 cm. Sedangkan, pecahnya selaput ketuban secara
spontan pada umur kehamilan > 28 minggu sebelum waktu persalinan, dan dibagi menjadi
dua :2,4
-

PROM (prelabour rupturs of the membranes) Pecahnya selaput ketuban pada usia
kehamilan > 37 minggu sebelum waktu persalinan.

PPROM (Preterm Prelabour rupturs of the membranes) pecahnya selaput ketuban


pada usia kehamilan < 37 minggu.

Page | 12

Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini


1. Faktor selaput ketuban itu sendiri Selaput ketuban yang kurang elastis dan tipis
2. Adanya infeksi yang terjadi secara langsung mengenai selaput ketuban maupun ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban seperti:
a. Chorioamnionitis
b. Pyelonefritis
c. Sistitis
d. Cervisitis
e. Vaginitis
3. Kelainan kehamilan :
- Cervix incompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah mendapat tekanan
paling tinggi
- Cephalo-pelvic disproportion
- Peduncular abdomen (perut gantung)
- Kelainan letak janin (letak sungsang), sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah
- Hidramnion, kehamilan ganda overdistensi uterus mengakibatkan selaput ketuban
menjadi lebih tipis
4. Trauma dan tekanan intra abdominal
5. Faktor lain
-

Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu
muda

Multipara mempengaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang


terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum
tanda tanda inpartu.

Merokok selama kehamilan

Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C


Page | 13

Riwayat KPD sebelumnya

Patofisiologi Ketuban Pecah Dini


1. Faktor selaput ketuban Membran ketuban memiliki karakteristik kemampuan suatu
material viscoelastis. Dimana jika ada tekanan internal saat persalinan dan juga
adanya infeksi membuat membran menjadi lemah dan rentan. membran pecah.1,2
2. Faktor infeksi Pada infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerase
kolagen pada selaput korion/ amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah
dan mudah pecah spontan.2,4
3. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal adanya stress material dan fetal
menyebabkan peningkatan pelepasan plasental cortikotropin releasing hormon (CRH),
sehingga terjadi pembentukan enzym matriks metalloproteinase (MMP) ketuban
pecah.2-5

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal
atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada
(kadang-kadang) timbul pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba,
kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti
nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam sedikit
tidak selalu dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai
untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin.3,4

Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak
ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien
Page | 14

batuk atau mengedan.2 Diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan melalui anamnesis.
Berikut adalah hal-hal yang didapatkan melalui anamnesis:
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir, tidak dapat ditahan, terus menerus. Cairan berbau khas, dan
perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum
ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. 1,2
Jika sudah terjadi infeksi intra partum (misalnya amnionitis) didapat keluhan demam
tinggi, nyeri abdomen dan keluar cairan pervaginam berbau.2
Riwayat haid
Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran.2,4

Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan :


Pemeriksaan umum:
Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu badan.4,5
Pemeriksaan abdomen :
Tinggi fundus uteri (TFU) harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang
diharapkan menurut haid terakhir2,4

Pemeriksaan obstetric 2-5

Memeriksa adanya cairan yang keluar pervaginam yang berisi meconium, verniks
kaseosa, rambut lanugo, dan tidak berbau.
Dengan inspekulo ;

lihat dan perhatikan apakah air ketuban memang keluar dari kanalis servikalis
dan apakah ada bagian yang pecah

keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks,
adanya prolapse tali pusat atau tidak, ekstremitas bayi

pooling pada cairan amnion dari forniks posterior

Pemeriksaan laboratorium
1. Tes Lakmus (Tes Nitrazin).

Page | 15

Memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang sensitive,
pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH normal
vagina selama kehamilan adalah 4.5 - 5.5, pH cairan amniotik adalah 7 - 7,5.
Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik
spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu.1,2,5
2. Mikroskopik (Tes Pakis) meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.1,3
Pemeriksaan penunjang
o USG: untuk menilai jumlah air ketuban (Amniotic Fluid Index), menentukan umur
kehamilan, letak plasenta, letak janin dan berat janin.2
o Amniosenteses: Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin {(rasio L/S: Fosfatidilgliserol, fosfatidi(kolin jenuh)}.
Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi
intrauterine.4,5
o Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukan peringatan
awal koriomnionitis.5

Komplikasi
Pengaruh ketuban pecah dini pada kehamilan:
1. Dimulainya proses persalinan Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah
sampai mulainya persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin
pendek. Dan makin muda umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya.2
2. Lamanya persalinan memendek Pada primigravida 9 jam dan pada multigravida
6 jam.1,2

Pengaruh ketuban pecah dini pada janin :


1. Prematuritas, sehingga terjadi komplikasi pada bayi yaitu :

Page | 16

- Prolaps tali pusat, asfiksia neonatorum


- Respiratory distress sindrom (RDS)
- Sindroma deformitas fetal growth retardation, hipoplasia paru-paru, deformitas
muka dan tubuh karena kompresi.1,2
2. Infeksi intra uterin.
Pada infeksi intra partum janin terinfeksi lebih dulu dibandingkan ibu, infeksi ini
terjadi karena adanya infeksi asendens dari vagina ke intra uterin (Khorioamniositis).
Infeksi yang dapat terjadi pada janin yaitu : pnemonia, septikemia, infeksi saluran
kemih, konjungtivitis. Bila terjadi infeksi pada janin didapatkan suhu tubuh ibu
meningkat dan DJJ meningkat (Fetal distress).1,2,4
3. Peningkatan morbiditas dan mortilitas janin.
Prematuritas, intra uterin fetal disstres, infeksi dan masa laten yang meningkat dapat
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin. Pada masa laten yang lama
terjadi peningkatan angka kematian janin. Dimana bila masa laten > 12jam maka
terjadi peningkatan 4-6% angka kematian janin. Bila > 24 jam meningkat 2 x lipat dan
> 48 jam meningkat 4x lipat. 2-5
Pengaruh ketuban pecah dini pada ibu adalah infeksi partial, infeksi nifas
(puerpuralis), peritonitis, septikemia, partus kering (dry labor), partus lama (prolonged labor),
atonia uteri, korioamnionitis, endometritis, dan kematian ibu karena septikemia.4,5
Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini ada beberapa hal dasar yang harus dilakukan
sebelum melakukan tindakan yaitu:
Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Tanda-tanda inpartu dan gawat janin
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar maka
pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif,
korioamnionitis dan gawat janin maka kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah pada
Page | 17

kehamilan premature maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Secara


umum, penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak
ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan.2,8
Secara umum, terdapat 2 jenis penanganan dan penatalaksanaan pada kasus ketuban pecah
dini yaitu:
Penanganan Konservatif
Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotik ( ampicilin atau eritromisin 4x500mg dan
metronidazol 2x500mg selama 7 hari.
Jika usia kehamilan < 32 34 minggu maka pasien dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan tes busa
negative maka diberikan dexametason IV 5 mg setiap 12 jam selama 2 hari, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan pada usia kehamilan
37 minggu
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan
tokolitik (salbutamol), dexametason IV 5 mg setiap 12 jam selama 2 hari dan induksi
persalinan setelah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 37 minggu dan ada infeksi maka beri antibiotic dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
Pada usia kehamilan 32 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Penanganan Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan Misoprostol 25 g-50g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.2
Misoprostol adalah Prostaglandin E1 dimana bisa diberikan pervaginam atau peroral. Menurut
Williams, dosis pervaginamnya 25 g diulang 3-6 jam, sedangkan yang peroral 50-100 g
diulang 3-6 jam. Misoprostol setelah diberikan diharapkan akan menimbulkan kontraksi
dalam kurun waktu 30-60 menit, tingkat keberhasilannya sebanding dengan oxytocin, dan
takisistol umum terjadi pada pemberian pervaginam dengan dosis > 25 g.6
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.2
Serviks
Dilatasi (cm)
Panjang serviks (cm)
Hodge

0
<1
>4
-3

Modified Bishop Score


1
2
1-2
2-4
2-4
1-2
-2
-1/0

3
>4
>4
+1/+2
Page | 18

Konsistensi
Posisi

Kaku
Posterior

Sedang
Mid

Lunak
Anterior

Tabel 2. Modified Bishop Score7

Bila < 5 lakukan pematangan serviks dengan misoprostol, kemudian induksi dengan
oxytocin. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila > 5 lakukan induksi persalinan dengan oxytocin.2
Semakin kecil bishop score, semakin kecil kemungkinan keberhasilan induksi persalinan
pervaginam. Bila bishop score > 9 kemungkinan keberhasilannya tinggi, dimana contohnya
adalah seperti berikut. Perempuan hamil dengan serviks yang dilatasi 2 cm, effacement 80%,
konsistensi lunak, posisi di tengah (mid), dengan penurunan kepala Hodge -1 akan sukses
induksinya.6
Menurut College of Obstetricians and Gynaecologists, direkomendasikan monitoring
denyut jantung janin dan kontraksi (dengan palpasi atau elektonik) seperti halnya kehamilan
risiko tinggi. Dosis oxytocin biasanya 1 ampul berisi 10 unit dilarutkan dalam 1000 ml
larutan kristaloid dengan infus. Infus biasanya mengandung 10 atau 20 unit, dimana adalah
10.000atau 20.000 mU atau satu atau dua vial 1 ml yang dicampur ke 1000 ml larutan RL.
Pencampuran ini menghasilkan konsentrasi oxytocin 10 atau 20 mU/mL. Untuk menghindari
administrasi bolus, infusnya harus dimasukan ke jalur intravena yang dekat dengan tempat
masuknya jarum infus. Oxytocin biasanya sukses untuk induksi persalinan.6

Page | 19

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym,

2004.

High

Risk

Pregnancy-Premature

Rupture

of

Membrane

(PROM)/Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM). Univercity of Virginia.


USA.
2. Prawirohardjo. S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.
3. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2012. h.255-6,260-1, 677-80
4. Marjono, Anthonius. 1992. Ketuban Pecah Dini dan Infeksi Intrapartum. FKUI. Jakarta.
5. Medina, Tanya M and Hill D. Ashley. 2006. Preterm Premature Rupture of Membrane:
Diagnosis and Management. American Familiy Physician. Orlando Florida.
6. Cunningham, F.G et al. Breech Presentation and Delivery. Dalam: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division; 2005.
p.1865-6,1873-8, 1083,1091-2
7. National Collaborating Centre for Womens and Childrens Health. Modified Bishop
Score. Dalam: Induction of Labour Clinical Guideline. 2008. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53614/, 14 Februari 2016.
8. Premature

Rupture

of

Membranes.

Diunduh

dari:

http://emedicine.medscape.com/article/261137-overview#showall, 16 Februari 2016

Page | 20

Anda mungkin juga menyukai

  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Lampiran
    Lampiran
    Dokumen13 halaman
    Lampiran
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Iva
    Iva
    Dokumen33 halaman
    Iva
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen1 halaman
    LAPKAS
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut
    Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut
    Dokumen33 halaman
    Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Case Asma Bronkiale
    Case Asma Bronkiale
    Dokumen19 halaman
    Case Asma Bronkiale
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Wawancara
    Wawancara
    Dokumen4 halaman
    Wawancara
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • CASE
    CASE
    Dokumen12 halaman
    CASE
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Lampiran IVA
    Lampiran IVA
    Dokumen13 halaman
    Lampiran IVA
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • ANAK
    ANAK
    Dokumen13 halaman
    ANAK
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Appendisitis Akut
    Appendisitis Akut
    Dokumen33 halaman
    Appendisitis Akut
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen33 halaman
    Presentasi Kasus
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen48 halaman
    PPT
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Wawancara
    Wawancara
    Dokumen17 halaman
    Wawancara
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Dokumen48 halaman
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Don Gibson
    Belum ada peringkat
  • Makalah 22
    Makalah 22
    Dokumen21 halaman
    Makalah 22
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen48 halaman
    PPT
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL
    Makalah PBL
    Dokumen60 halaman
    Makalah PBL
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Dokumen48 halaman
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Don Gibson
    Belum ada peringkat
  • Case 2
    Case 2
    Dokumen36 halaman
    Case 2
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 22
    Makalah Blok 22
    Dokumen29 halaman
    Makalah Blok 22
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • PBL 20
    PBL 20
    Dokumen29 halaman
    PBL 20
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • PBL Makalah
    PBL Makalah
    Dokumen39 halaman
    PBL Makalah
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • 26
    26
    Dokumen25 halaman
    26
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Spss Laporan
    Spss Laporan
    Dokumen29 halaman
    Spss Laporan
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • KLB PENYAKIT
    KLB PENYAKIT
    Dokumen21 halaman
    KLB PENYAKIT
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Blok 20
    Blok 20
    Dokumen17 halaman
    Blok 20
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL Blok 20
    Makalah PBL Blok 20
    Dokumen15 halaman
    Makalah PBL Blok 20
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat