Anda di halaman 1dari 19

LP HDR(Harga Diri Rendah)

BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Gambaran Umum Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalahsemua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain ( Stuarg
and Sudeen, 1998 )
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh ; fisik, emosi,
intelektual, social maupun spiritual ( Rawllins, Beck, William, 1993 )
2. Komponen Konsep Diri
Menurut Stuatd and Sundeen ( 1998 ), konsep diri dibentuk dari lima komponen yaitu
gambaran diri ( body image ), ideal diri ( self care ), harga diri ( self esteem ), peran diri ( self
role ), identitas diri (self identity ).
a. Gambaran Diri
Gambaran diri merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadaar, termasuk
persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini
dan masa lalu.
b.Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standaar pribadi, aspirasi, tujuan ataau nilai yang ditetapkan.
c.Harga Diri
Harga diri adaalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku mempengaruhi ideal diri.
d.Peran Diri
Peran diri merupakan pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya dimasyarakat.
e.Identitas Diri

Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesa dari semua aspek kopnsep diri.
3. Rentang Respon Konsep Diri
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit bekisar dari status aktualisasi diri yang
paaling adaptif sampai status kerancauan identitas yang lebih maladaptif serta
depersonalisasi.

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Pikiran logis

Distorsi pikiran

Gangguan pikir/delusi

Persepsi akurat

Ilusi

Halusinasi

Emosi konsisten

Reaksi emosi berlebihan

Dengan pengalaman

atau kurang

Perilaku sesuai

Perilaku aneh / tidak biasa

Berhubungan social

Menarik diri

Sulit berespon emosi


Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial

Rentang respons neurobiologis (Stuart & Sudden, 1998)


Respon adaptif merupakaan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma social
dan budaya yang secaraa umum berlaku dimasyarakat. Respon maladaptive adalah respon
yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma
kebudayaan, sedangkan posisi harga diri rendah berada diantara respon adaptif dan mal
adaptif ( Stuard and Sudeen, 1998 )

B. Gambaran Umum Harga Diri Rendah


1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa
percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan
putus asa ( Depkes RI, 2000 )
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung ( Towsend, 1998 )
2. Etiologi
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :
a. Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua yang tidak realistis
3) Kegagalan yang berulang kali
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5) Ketergantungan pada orang lain
6) Ideal diri tidak realistis
b. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
( eksternal or internal sources ) yang dibagi lima kategori.
1)Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang

dialami individu

dalam peran atau posisi yang diharapkan. Terdapat tiga jenis transisi peran yaitu
perkembangan, situasi dan sehat-sakit.
2)Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri rendah
adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang
percaya diri.
b. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih sesuatu.
c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.
d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak ingin
bertemu orang lain.

e. Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu.
g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram
sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
h. Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i.

Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.

j.

Ketegangan peran yang dirasakan.

k. Pandangan hidup pesimis.


l.

Keluhan fisik
m. Penolakan terhadap kemampuan personal
n. Destruktif terhadap diri sendiri
o. Menarik diri secara social
p. Penyalahgunaan zat
q. Menarik diri dari realitas
r. Khawatir
4. Penatalaksaanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan gagaasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping

b. Penatalaksanaan Medis
1) Clorpromazine ( CPZ )
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan

perasaan

dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol ( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi
kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexyphenidyl ( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik.

Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan


obstruksi saluran cerna.
c. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih
sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan
( Seraquel, 2004 )
d. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau
kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat ( Seraquel, 2004 )
e. Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa
kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi
keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan
perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
1. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi
tingkah laku :
a. Menyalahkan diri atau orang lain
b. Produktivitas menurun.
c. Gangguan berhubungan
d. Rasa bersalah
e. Mudah marah
f. Pesimis terhadap kehidupan
g. Keluhan fisik
h. Menarik diri dari realita
i. Cemas dan takut
j. Menguruing diri
k. Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan
ditemukan batasan karakteristik :

a. Kurang kontak mata


b. Ungkapan yang mengaktifkan diri
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi
berbagai peristiwa.
e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik
yang negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
g. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan
orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
a. Gangguan harga diri rendaah
b. Keputus asaan
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Resiko perilaku social
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan Menurut Keliat (1998)
a.

Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
TUM:
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1 :
Pasien dapat membina hu-bungan sa-ling percaya.
Menunjuk-kan ekspresi wajah bersa-habat, me-nunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat ta-ngan, mau menyebut-kan nama, mau menja-wab salam, pasien mau duduk berdampingan dengan pe-rawat, mau mengutara-kan masalah yang dihada-pi.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya de-ngan mengung-kapkan prinsip ko-munikasi terapeu-tik.
TUK 2 : Pasien dapat mengidentifi-kasi kemam-puan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
2.1. Diskusikan ke-mampuan dan as-pek positif yang dimiliki pasien.
2.2. Setiap bertemu pasien dihindarkan dari memberi pe-nilaian negatif.
2.3. Utamakan mem-beri pujian yang realistic

TUK 3 :
Pasien dapat menilai ke-mampuan yang diguna-kan.
Intervensi :
3.1. Diskusikan de-ngan pasien ke-mampuan yang masih dapat di-gunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan ke-mampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
TUK 4 :
Pasien dapat menetap-kan meren-canakan ke-giatan sesuai dengan ke-mampuan yang
dimiliki, pasien dapat membuat rencana ke-giatan hari-an.
Intervensi :
4.1. Rencanakan ber-sama pasien akti-vitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan: kegiat-an mandiri, kegiat-an dengan bantu-an sebagian, ke-giatan yang membutuhkan bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegi-atan sesuai de-ngan toleransi kondisi pasien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegi-atan yang boleh pasien lakukan.
TUK 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan se-suai kondisi sakit dan kemampuan-nya.
Intervensi :
5.1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang tela direnca-nakan.
5.2.Beri pujian atas keberhasilan pasi-en
TUK 6 :
Pasien dapat memanfaat-kan sistem pendukung yang ada, pasien dapat memanfaat-kan sistem
pendukung yang ada di keluarga
Intervensi :
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kli-en dengan harga diri
rendah.
6.2. Bantu keluarga memberikan du-kungan selama pasien di rawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan ling-kungan di rumah.
b.

Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri.


TUM :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supays tidak terjadi halusinasi
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria :

Klien mampu, menunjukan ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik, mengatakan
masalah yang dihadapi
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi
terapeutik.
TUK 2 :
Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.
Kriteria :
Klien mampu mengungkapkan perasaannya yang menyebabkan menarik diri.
Intervensi :
2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul.
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta pe-nyebab
yang muncul.
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria :
Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1.1.Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial dengan
orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain.
3.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang keuntu-ngan
berhubungan sosial dengan orang lain.
3.3. Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang lain.
3.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain
3.5. Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain.
3.7. Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

t, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc

t and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc

end, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Egc

es RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta

ol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defisit Perawatan Diri
1.1. Pengertian
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (
hygiene
), berpakaian/berhias, makan
dan BAB/BAK (
toileting
)
(Fitria, 2009
).
1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut
Fitria (2009)
adalah sebagai berikut:
a.
Mandi/
hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta

masuk dan keluar kamar mandi.


b.
Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
Universitas
Sumatera
Utara

memilih pakai
an, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
c.
Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d.
BAB/BAK (
toileting
)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, m
emanipulasi
pakaian untuk
toileting
, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Universitas
Sumatera
Utara

Menurut Depkes (2000)


t
anda dan gejala klien dengan
d
efisit
p
erawatan
d
iri adalah
:
a.
Fisik
1)
Badan bau, pakaian kotor

; 2)
Rambut
dan kulit kotor
; 3)
Kuku panjang
dan kotor
; 4)
Gigi kotor disertai mulut bau
; 5)
penampilan tidak rapi
.
b.
Psikologis
1)
Malas, tidak ada inisiatif; 2)
Menarik diri, isolasi diri; 3)
Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c.
Sosial
1)
Interaksi kura
ng
; 2)
Kegiatan kurang
; 3)
. Tidak mampu berperilaku
sesuai norma
; 4)
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
1.3. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000)
,
Penyebab kurang perawatan diri
adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Dep
k
es (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a.
Faktor prediposisi
1.
Perkembangan
:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga
perkembangan inisiatif
terganggu.
Universitas

Sumatera
Utara

2.
Biologis
:
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3.
Kemampuan realitas turun
:
Kl
ien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawa
tan diri.
4.
Sosial
:
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b.
Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presip
i
tasi
defisit
perawatan diri adalah kurang
penurun
an motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
2. Strategi Pelaksanaan Komunikasi
2.1. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Strategi pelaksanaan
komunikasi merupakan
standar asuhan keperawatan
terjadwal yang diterapkan pada
klien
dan keluarga
klien
yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.
Strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan merupakan alat y
ang dijadikan sebagai panduan oleh
seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).
Universitas
Sumatera
Utara

2.2. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut


Purba (2009)
adalah sebagai berikut:
a.
Pada Klien
1.
Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2.
Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
3.
Klien mampu melakukan makan dengan baik.
4.
Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
b.
Pada Keluarga
Keluarga
mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami masalah
kurang perawatan diri.
2.3. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri
Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut
Purba (2009) adalah sebagai
berikut:
a.
Kemampuan Merawat Klien
1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)
a)
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
b)
Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
c)
Menbantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri.
d)
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal ke
giatan
harian.
Universitas
Sumatera
Utara

Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri dapat


melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
a)
Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b)
Menjelaskan alat
alat untuk menjaga kebersihan diri.
c)
Menjelaskan cara
cara melakukan kebersihan

diri.
d)
Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)
a)
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b)
Menjelaskan cara berdandan.
c)
Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.
d)
Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian.
Tindakan melatih klien berdandan/berhias:
Klien laki
laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk klien
laki
laki latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut,
bercukur. Untuk klien wanita latihan meliputi: Berpakaian,
menyisir rambu
t, berhias.
3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)
a)
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b)
Menjelaskan cara makan yang baik.
c)
Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik.
d)
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.
Universitas
Sumatera
Utara

Untuk melatih klien dapat me


lakukan tahapan sebagai berikut:
a)
Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b)
Menjelaskan cara makan yang tertib.
c)
Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah
makan.
d)
Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4)
a)
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b)

Menjelaskan cara eliminasi yang baik.


c)
Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
dan memasukkan dalam jadwal.
d)
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
Melatih klien BAB dan BAK secara
mandiri sesuai tahapan
berikut:
a)
Menjelaskan tempat BAB/BAK.
b)
Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK.
c)
Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
Universitas
Sumatera
Utara

b.
Kemampuan Merawat Keluarga
1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)
a)
Mendiskusikan masalah y
ang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
b)
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan
diri dan jenis defisit perawatan diri yang dialami klien
beserta proses terjadinya.
c)
Menjelaskan cara
cara merawat klien defisit perawatan diri.
2.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)
a)
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien
dengan defisit perawatan diri.
b)
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
klien defisit perawatan diri.
3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)
a)
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat.
b)
Menjelaskan
follow up
dan rujukan.

Universitas
Sumatera
Utara

2.4.
Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri
Tanda
tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada klien
kurang perawatan diri berhasil me
nurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:
a.
Klien dapat menyebutkan:
1.
Penyebab tidak merawat diri.
2.
Manfaat menjaga perawatan diri.
3.
Tanda
tanda bersih dan rapi.
4.
Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
b.
Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:
1.
Kebersihan diri
2.
Berdandan
3.
Makan
4.
BAB/BAK
c.
Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:
1.
Keluarga menyediakan alat
alat untuk perawatan diri.
2.
Keluarga ikut seta mendampingi klien d
alam perawatan diri.
3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri
3.1.
Pengertian Kemampuan
Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang dimiliki
peserta didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari praktek atau
pengalaman sebelumnya yang
disimpan dalam memori untuk mengigat suatu
petunjuk (Reilly, 2002). Kemampuan dalam penelitian ini dimaknai dengan
Universitas
Sumatera

Utara

keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain dari prilaku. Domain
keterampilan ini dikenal juga sebagai domain psikomotor. Domain ke
terampilan
mudah didentifikasi dan diukur karena mencakup kegiatan berorientasi pada
gerakan yang mudah diamati. Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan
motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular
semakin meningkat
untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis,
memegang alat
alat, atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk
melakukan perawatan diri: Perawat mengkaji kemampuan fungsional klien di
lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas
makan, berpakaian, perawatan d
iri dan berdandan (Potter & Perry, 2005).
3.2.
Kemampuan Perawatan Diri
Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil
Nursing
Outcomes Classification
dan intervensi
Nursing Interventions Classification
menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai beri
kut:
a.
Mandi/
Hygiene
Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari
hari (AKS): Kemampuan
untuk melakukan tugas fisik paling dasar dan aktivitas perawatan
Universitas
Sumatera
Utara

pribadi. Mandi (kemampuan untuk membersihkan tubuhnya sendiri),


hygiene
(kemampuan untuk mempertahankan
hygiene
dirinya).
Intervensi prioritas NIC:
Mandi (membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi,
kebersihan dan penyembuhan). Bantuan perawatan diri
mandi/
hygiene
(membantu klien untuk memenuhi
hygiene

pribadi).
b.
Berpakaian/Berhias
Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari
hari (AKS): Kemampuan
untuk melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan aktivitas
perawatan pribadi. Berpakaian (kemampuan untuk mengenakan
pakaian sendiri), berdandan (kem
ampuan untuk mempertahankan
penampilan yang rapi),
hygiene
(kemampuan untuk mempertahankan
higienenya).
Intervensi prioritas NIC:
Berpakaian (memilih, mengenakan dan melepas pakaian untuk orang
yang tidak dapat melakukan hal itu sendiri), perawatan rambut
(adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih, rapi dan
menarik). Bantuan perawatan diri berpakaian/berhias (membantu
klien dalam berpakaian dan mengunakan tata rias).
c.
Makan
Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari
hari (AK
S): Kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar dan aktivitas
Universitas
Sumatera
Utara

perawatan diri. Makan (kemampuan untuk menyiapkan dan


memakan makanan).
Intervensi prioritas NIC:
Makan (memberi asupan nutrisi untuk klien yang tidak mampu
makan sendiri). Bantuan pera
watan diri makan (membantu klien
untuk makan).
d.
Toileting
Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari
hari (AKS): Kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi paling dasar.
Eliminasi (kemampuan untuk melakukan ak
tivitas eliminasi sendiri).
Intervensi prioritas NIC:
Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan sekitar klien
untuk keperluan terapeutik). Bantuan perawatan diri

toileting
(bantuan untuk eliminasi).
Universitas
Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai