Percobaan v1
Percobaan v1
TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Mampu membandingkan konsentrasi larutan berdasarkan kepekatan warnanya.
I.2 Mampu menentukan konsentrasi larutan FeSCN2+
I.3 Mampu menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan FeSCN2+
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1Fotometri
Ada dua macam fotometri yang digunakan, yaitu fotometer sel tunggal
dan fotometer sel ganda. Berkas sinar yang konstan dari sumber akan melalui
lensa pembungkus serta filter sehingga menjadi monokromatis, selanjutnya berkas
sinar tersebut diubah menjadi arus pada sirkuit dan akhirnya galunometer
menunjukkan deflaksi. Bila sampel diltakkan pada jalannya sinar, sinar melewati
sampel dan kemudian menumbuk fotosel, maka akan teramati suatu
penyimpangan arus yang besarnya sebanding dengan konsentrasi larutan. Jika
respon fotosel linier, maka respon arus cahaya menghasilkan transmitan (T). yang
perlu diperhatikan pada teknik ini adalah intensitas sumber sinar yang tetap pada
interval waktu dua pengukuran.
Pada fotometer berkas ganda, terdapat dua tipe model. Kedua fotoselnya
tetap, sdangkan variasi intensitas didapat dari tahanan geser atau diafragma iris.
Salah satu dari fotosel dapat digerakkan sesuai dengan berkas sinar yang jatuh.
Pada berkas ganda ini yang kita ukur adalah perbedaan intensitas antara dua
berkas sinar yaitu antara berkas sinar yang melalui larutan dan sinar yang melalui
larutan sampel.
(Khopkar, 1992)
Macam-macam metode analisa fotometri :
1. Analisa kolometri
Apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar tampak.
2. Analisa turbidimetri
Apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar terusan.
3. Analisa nefelometri
Apabila intensitas sinar yang diukur adalah hambar koloid.
4. Analisa pluometri
Larutan C
Sensor
Cahaya masuk dari bawah mata atau fotosel
Cahaya yang diteruskan
Larutan C
Cahaya yang masuk
Gambar 1. Skema foto sel
Dalam hal ini terjadi bila sinar baik yang polikromatis atau monokromatis
mengenai suatu zat atau media perantara, maka intensitas sinar tersebut akan
berkurang. Hal ini terjadi karena sebagian cahaya tersebut diserap oleh media
perantaranya dan sebagian kecil dipantulkan kembali atau dihamburkan.
Maka dapat kita tulis :
Io = I a + I F + I r
Dengan :
Io = intensitas mula-mula
Ia = sinar yang diserap
If = sinar yang diteruskan
Ir = sinar yang dipantulkan
(Underwood, 1988)
1. Hukum Beer
Menyelidiki hubungan antara intensitas serapan dan konsentrasi media
yang berupa larutan pada table media tetap.
Syarat-syarat penggunaan hukum beer :
A1 = a . b1c1
dan
A2 = a . b2c2
Dengan : a = tetapan jenis zat
b = tebal ukuran yang disinari
c = konsentrasi zat
Jika kedua larutan tersebut kepekatannya sama maka :
A1 = A2
ab1c1 = ab2c2
b1c1 = b2c2
(Khopkar, 1990)
3. Hukum Boogner Lambert
Lambert menyelidiki hubungan antara intensitas mula-mula dan setelah
melalui media. Hubungan antara tebal dari suatu media dan serapan sinar
dikenal sebagai :
Hukum Boogner Lambert
Apabila sinar monokromatis mengenai suatu media yang transparan, maka
berkurangnya intensitas sebanding dengan bertambahnya tebal media yang
dilewatinya. Maka semakin tebal suatu media, semakin banyak pula cahaya
yang hilang (intensitasnya berkurang) karena semakin banyaknya cahaya yag
diserap oleh media.
Dapat kita katakan, bahwa :
DI = K.I.dt
Dengan : I = intensitas sinar mula-mula
K = koefisien serapan
t = tebal media yang ditembus
(Khopkar, 1990)
II.3Metode Kolorimetri
Merupakan metode spektroskopi sinar tampak yang berdasarkan pada
panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna, hanya senyawa yang dapat
ditentukan dengan metode spektroskopi, senyawa yang tidak berwarna dapat
dibuat menjadi berwarna, seperti ion Fe3+ dan SCN- menghasilkan larutan
berwarna merah.
Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan
aplikasi yang dibuat pada keadaan yang sama dengan menggunakan tabung
meester atau kolorimeter Dubosque. Dengan kolorimetri elektronik, jumlah
cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini
sering digunakan dalam menentukan konsentrasi besi dalam air minum.
(Khopkar, 1990)
II.4Kolorimetri Visual
Pada kolorimetri, suatu duplikasi warna dilakukan dengan dua larutan
yang mengandung zat yang sama pada kolom dengan arometer penampang yang
sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya zat-zat yang dapat
menimbulkan warna adalah ion-ion kompleks. Warna tersebut muncul karena
adanya electron-elektron yang tidak berpasangan.
Konsentrasi berwarna dapat diperkirakan secara visual. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membandingkan cuplikan dengan sederet larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui terlebih dahulu yaitu larutan standar.
(Khopkar, 1990)
II.5Faktor yang mempengaruhi kolorimetri
Pemakaian indicator tidak mempengaruhi pH kolorimetri. Hal ini
disebabkan karena indicator pada umumnya adalah asam atau basa yang sangat
lemah. Factor yang mempengaruhi kolorimetri adalah pemakaian indicator yang
tidak cocok dengan pH larutan. Selain itu, dengan adanya protein dan asam
amino. Karena bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi dengan asam ataupun
basa.
(Khopkar, 1990)
II.6Spektofotometri
Adalah perpanjangan dari visual suatu studi mengenai penyerapan energy
cahaya oleh spesies kimia yang memungkinkan kecermatan yang lebih besar
dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengukuran kuantitatif tersebut
menggunakan mata manusia dan dengan factor lain yang memungkinkan studi
obeservasi diluar daerah spectrum tampak dan sering kali eksperimen spektometri
dilakukan secara automatic.
(Underwood, 1988)
II.7Tetapan kesetimbangan
Reaksi kimia seperti pembentukan hydrogen iodide dari hydrogen dan
iodine dalam fase gas.
H2(g) + F2 (g) = 2HI(g)
Pada umumnya bersifat reversible, dan ketika kecepatan dari reaksi ke depan dan
ke belakang sama, konsentrasi dari reaktan dan produk tetap konstan seiring
K=
[ C ][ D ]
[ A ][ B ]
II.8Pengenceran
Pengenceran adalah peristiwa bercampurnya larutan pekat dengan pelarut
tambahan sehingga menghasilkan larutan yang lebih encer atau kurang pekat.
Dari prosespelarutan jumlah zat yang tersebut tetap konsentrasinya berubah
karena banyaknya jumlah mol zat terlarut selama pengenceran, maka berlaku :
V1N1 = V2N2
Keterangan : V1 = volume larutan standar
N1 = normalitas asli
V2 = volume larutan sesudah
N2 = normalitas yang akan diubah
(Brady, 1999)
II.9Senyawa Kompleks
2. Fe(NO3)3
- Berbentuk Kristal berwarna ungu tua sampai putih keabu-abuan
- Dapat dipakai sebagai reagen dalam analisa kimia
- Memiliki titik didih 47oC
(Budaveri, 1989)
3. Aquades
Dari istilah aquadestilata yang berarti air suling, air yang diperoleh pada
pengembunan uap air akibat penguapan air atau pendidihan air.
(Mulyono, 2005)
Sifat fisik :
- titik beku 0oC, titik leleh 100oC
III.
4. Na2HPO4
- Berupa bubuk higroskopis dalam udara terbuka
- Kelarutan lebih besar dari air panas
- Mampu menyerap 2-7 mol H2O dengan kelembaman dan suhu tertentu
- Di udara berbentuk kristaldan stabil
- Larutan bersidat alkali dengan pH kurang lebih 9,8
(Budaveri, 1989)
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
a. Gelas beker
b. Tabung reaksi
c. Pipet gondok
d. Gelas ukur
e. Kolorometri duboscq
f. Pipet tetes
III.1.2 Bahan
a. KSCN
b. Fe (NO3)3
c. Aquades
d. Na2HPO4
III.2
Gambar alat
III.3
Skema kerja
III.3.1 Reaksi-reaksi Pendahuluan
10 ml KSCN 0,002 M
Gelas beker
- Penambahan 2 ml Fe (NO3)3 0,2 M
- Pembagian dalam 4 tabung reaksi
Tabung I
- Pembandingan
Tabung II
- Penambahan
KSCN Pekat
Tabung III
Tabung IV
- Penambahan
- Penambahan
Fe (NO3)3 0,2 M
Na2HPO4
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
du boscq
Penyesuaian tinggi tabung sampai warnanya sama
dengan tabung II
Penentuan tinggi larutan
Hasil
4,0 ml KSCN 0,002 M
Tabung Reaksi II
- Penambahan 5 ml Fe (NO3)3
- Pembandingan dengan Tabung II
2+
- Penghitungan konsntrasi Fe SCN
dengan kolalimetr dubesca
- Penentuan tinggi larutan
Hasil
Hasil
Tabung Reaksi IV
Tabung Reaksi V
Penambahan 5 ml Fe (NO3)3
Pembandingan warna dengan tabung III
Penghitungan konsentrasi Fe SCN2+
dengan kolerimeter duboscq
Perhitungan tinggi larutan
Hasil
IV.
- Penambahan 5 ml Fe (NO3)3
- Pembandingan dengan Tabung IV
-Penghitungan konsentrasi Fe SCN2+
dengan kolerimeter duboscq
- Penentuan tinggi larutan
Hasil
Perlakuan
Reaksi-reaksi pndahuluan
a. Tabung reaksi I
- Penambahan 10 ml KSCN 0,002 M
- Penambahan Fe (NO3)3 0,2 M KSCN
Hasil
tetes Na2HPO4
Penentuan tetapan kesetimbangan reaksi
pembentukan Fe SCN2+
a. Tabung reaksi I
- 4 ml KSCN 0,002 M + 5 ml Fe (NO3)3
0,2 M
b. Tabung reaksi II
- 4 ml KSCN 0,002 M + 5 ml Fe (NO3)3
0,2 M hasil pengenceran I
c. Tabung reaksi III
- 4 ml KSCN 0,002 M + 5 ml Fe (NO3)3 0,2
M hasil pengenceran 2
d. Tabung raksi IV
- 4 ml KSCN 0,002 M + 5 ml Fe (NO3)3
0,2 M hasil pngenceran 3
e. Tabung reaksi V
- 4 ml KSCN 0,002 M + 5 ml Fe (NO3)3
0,2 M hasil pengenceran 4
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan Fe SCN 2+
1) Menghitung konsentrasi Fe 3+ dan SCN
Diket : KSCN V = 4 ml
M= 0,002
3 KSCN
M
B
S
8.10-3 mol
8.10-3
-
Fe (NO3)3 V = 5 ml M= 0,2
M mol Fe (NO3)3 = M . V
= 0,2 M . 5 ml
= 1 m mol
Fe (NO3)3
Fe3+ + 3NO3mol
1 m mol
[ Fe3+ ] =
=
V
5 ml
= 0,2 M
M mol KSCN = M . V
= 0,002 M . 4 ml
= 8.10-3 m mol
KSCN
K+ + SCN
mol
8.103
[SCN] =
=
V
4 ml
= 2.10-3 M
2) Menentukan Konsentrasi Fe SCN 2+ pada tab 25
Diket : b1 = 5 ml
b2 = 4 ml
b3 = 7 ml
b4 = 1 mm
b5 = 11,5 mm
Ditanya = C2, C3, C4, C5
V tot = V KSCN + V Fe (NO3)3
= 4 ml + 5 ml = 9 ml
+
Fe NO3)3
3KNO3 + FeSCN 2+ +
2SCN
1 mmol
2,67.10-3mmol
0,99 mmol
8 10-3 mmol
8.10-3 mmol
3,67.10-3 mmol
2,67.10-3 mmol
5,34.10-3 mmol
5,34.10-3 mmol
2+
FeSCN
3
Jadi , C1=0,29.10 M (pada tabung I )
b1 c 1 5 0,29.103
=
=3,625. 104 M
b2
4
b c 5 0,29.103
Tabung III , C3 = 1 1 =
=2,07.104 M
b3
7
b c 5 0,29.103
Tabung IV , C 4= 1 1 =
=1,45. 103 M
b4
1
b 1 c 1 5 0,29.103
Tabung V , C5=
=
=1,26.104 M
b5
11,5
3) Menentukan konsentrasi Fe3+ dan SCN- pada keadaan setimbang
Tabung II ,C 2=
3++3 N O3
N O3 3 Fe
tabung I , Fe
1 mmol1 mmol3 mmol
3+
Fe
3+ awal c 1
Fe
3+ akhir =
Fe
0,20,29. 103
0,1997 M
++ SCN
KSCN K
8. 103 8. 103 8.103
SCN
SCN
1,71.103 M
SCN
tabung II ,
NO 3 3
pengenceran Fe
V 1 M 1=V 2 M 2
Fe
10 ml .0,2=25 ml .
Fe ( N O3 3 ]=0,08 M
3+ awal c 2
Fe
3+ akhir =
Fe
0,083,625. 104
0,08 M
SCN
tabung III ,
NO 3 3
pengenceran Fe
V 1 M 1=V 2 M 2
Fe
10 ml .0,08=25 ml .
Fe ( N O3 3 ] =0,032 M
3+ awal c 3
Fe
3+ akhir =
Fe
0,0322,07. 104
0,032 M
SCN
tabung IV ,
NO 3 3
pengenceran Fe
V 1 M 1=V 2 M 2
Fe
10 ml .0,032=25 ml .
Fe ( N O3 3 ]=0,0128 M
3+ awal 4
Fe
3+ akhir =
Fe
0,01281,45. 103
0,011 M
SCN
tabung IV ,
NO 3 3
pengenceran Fe
V 1 M 1=V 2 M 2
Fe
10 ml .0,0128=25 ml .
3
Fe ( N O3 3 ]=5,12. 10 M
3+ awal c 5
Fe
3+ akhir =
Fe
5,12.103 1,26.104
4,1. 103 M
4) Menghitung konsentrasi dari hasil kali (tabung II tabung V)
Tabung I :
2+
FeSC N
3+
Fe
a.
SC N
8
9,9.10
2+
FeSC N
3+
Fe
b.
SC N
2+
FeSC N
3+
Fe
c.
SC N
Tabung II :
a.
b.
c.
2+
FeSC N
3+
Fe
SC N
2+
FeSC N
3+
Fe
SC N
2+
FeSC N
3+
Fe
SC N
Tabung III :
2+
FeSC N
3+
Fe
a.
SC N
4,96. 108
1,13.108
2+
FeSC N
3+
Fe
b.
SC N
2+
FeSC N
3+
Fe
c.
SC N
Tabung IV :
2+
FeSC N
3+
Fe
a.
SC N
b.
2+
FeSC N
3+
Fe
SC N
2,72.10
c.
2+
FeSC N
3+
Fe
SC N
Tabung V :
2+
FeSC N
3+
Fe
a.
SC N
b.
c.
V.
2+
FeSC N
3+
Fe
SC N
2+
FeSC N
3+
Fe
SC N
PEMBAHASAN
V.1 Reaksi-reaksi Pendahuluan
8,83.1010
cara menaik-turunkan skala hingga diperoleh warna yang sama pada kedua larutan
yang diperbandingkan. Dari ketebalan yang diperoleh, kita dapatkan skala yang
berfungsi dalam mencari konsentrasi FeSCN2+.
Pada percobaan ini, direaksikan 4 ml KSCN 0,002M dengan 5 ml
Fe(NO3)3 yang
Tabung I
Tabung II
Tabung III
Tabung IV
volumenya menjadi 25 ml
(menghasilkan larutan yang berwarna kuning)
: 4 ml larutan KSCN 0,002M + 5 ml larutan hasil pengenceran dari
10 ml
Tabung V
telah
dihasilkan semakin
semua tabung
Tabung III
Tabung IV
Tabung V
Dari data yang diperoleh, tampak adanya kesalahan dalam percobaan ini.
Ketebalan skala yang didapat tidak konstan. Dengan kata lain, tidak ada
kesinambungan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA