M Ramadhandie Odiesta 04111401033
M Ramadhandie Odiesta 04111401033
ABSTRAK
Latar Belakang: Angka kejadian kasus anemia defisiensi besi (ADB) dan Thalassemia- mayor termasuk tinggi di
Sumatera Selatan, Indonesia. Kedua penyakit tersebut memberikan dampak yang merugikan pada pertumbuhan seorang
anak. Protap penegakan diagnosis pada ADB adalah kadar feritin serum dan thalassemia- mayor adalah dengan
pemeriksaan elektroforesis. Namun pemeriksaan tersebut tidak selalu tersedia di seluruh instansi kesehatan, sehingga
dibutuhkan suatu modalitas yang mudah, sederhana, murah, dan terjangkau. Indeks Mentzer (MCV/RBC) sudah
terbukti handal dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia- minor dengan sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode uji diagnostik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus dengan
mengumpulkan data rekam medik pasien anemia defisiensi besi (ADB) dan thalassemia- Mayor dari bulan Januari
tahun 2008 hingga Oktober tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi. Kehandalan indeks Mentzer diuji dengan uji
validitas untuk mendapatkan sensitifitas dan spesifisitas indeks Mentzer dengan titik potong 13 sesuai dengan penelitian
Ehsani (2009).
Hasil: Subyek penelitian sebanyak 250 data pasien yang terdiri dari 133 laki-laki dan 117 perempuan dengan rerata usia
penderita thalassemia- mayor adalah 11,14+7,89 tahun, sementara rata-rata usia penderita anemia defisiensi besi
adalah 9,11+13,43 tahun. Uji validitas indeks Mentzer menghasilkan sensitifitas 39% dan spesifisitas 42%. Dari analisis
tambahan untuk mencari titik potong yang baru dengan menggunakan analisis ROC didapatkan nilai AUC 61% dan cut
off point indeks Mentzer pada penelitian ini yaitu 23,92. Analisis uji validitas menghasilkan sensitivitas 57,8% dan
spesifisitas 58,3% serta akurasi 24,9%. Dari hasil analisis tambahan yang lain ditemukan bahwa saturasi transferin
dengan nilai potong 34,83 justru menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi yaitu sensitivitas sebesar 86,2% dan
spesifisitas sebesar 91,5% serta akurasi 88,7%.
Kesimpulan: Indeks Mentzer tidak cukup handal dalam membedakan ADB dari Thalassemia- mayor pada pasien
yang dirawat di Bagian Kesehatan Anak RSMH Palembang. Pemeriksaan saturasi transferin memiliki kehandalan yang
sangat tinggi untuk membedakan ADB dan Thalassemia- mayor.
Kata Kunci: ADB, Thalassemia- mayor, Indeks Mentzer, Saturasi Transferin
ABSTRACT
Background: Prevalence rate of iron deficiency anemia (IDA) and thalassemia mayor in South Sumatera Indonesia.
Both diseases are already known as giving a bad influence to child growth. Standard procedure for making diagnose of
IDA is serum ferritin measurement and electrophoresis assesment is for major thalassemia. Unfortunately both
measurements are not readily available in many health institutions in Indonesia, hence a more practical and cheaper yet
accurate means is needed. Previous studies have proved that Mentzer index (MCV/RBC) is a valid method to
differentiate IDA from minor thalassemia with a high accuracy both in sensitivity and specificity.
Method: This was a diagnostic test study. Samples were taken from medical records of IDA and major thalassemia
patients from January 2008 to October 2014 which met selection criteria. Validity of Mentzer index were tested by
using validity test that calculate the sensitivity and specificity of Mentzer index of 13 as recommended by Ehsan
(2009).
Results: There were 250 medical records met eligibility criteria consisted of 133 male and 177 female with age of
11.14 + 7.89 for major thalassemia and 9.11 + 13.43 for IDA. The validity test for Mentzer index of 13 yielded
sensitivity of 39% and specificity of 42% which were not valid in differentiating between IDA and major thalassemia.
Further analysis using ROC found a new Mentzer index cut off point of 23.92 with sensitivity of 57.8, specificity of
58.3 and accuracy of 24.9% which also not so valid. In fact, serum transferrin of 34.83 gave a much better result with
86.2% sensitivity, 91.5% specificity and 88.7% accuracy.
Conclusion: Mentzer index is not a valid method in differentiating between ADB and major thalassemia among
pediatric patients at the Department of Pediatrics Moh.Hoesin Hospital Palembang. On the other hand, serum ferritin
saturation showed to be more accurate to do the job.
Key words: Iron Deficiency Anemia (IDA), Major Thalassemia, Mentzer Index, Transferin Saturation
1. Pendahuluan
Anemia merupakan kelainan yang sangat sering
dijumpai baik di klinik maupun di lapangan.
Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500
juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal
di daerah tropik. untuk diagnosis anemia apabila kurang
dari 12gr/dl12. Akibat dari anemia meliputi pertumbuhan
anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang
sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan
menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan
perilaku11.
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: faktor genetik seperti thalassemia,
hemoglobinopati,
enzim
glikolitik
abnormal,
kekurangan nutrisi atau malnutrisi, Perdarahan, faktor
imunologi, infeksi seperti malaria, sepsis gram negatif,
toksoplasmosis, obat-obatan dan zat kimia seperti
kontrasepsi, antimetabolis, zat kimia toksik, trombotik
trombositopenia purpura dan syndrome uremik
hemolitik, penyakit kronis seperti infeksi kronis,
penyakit ginjal atau hati, neoplasma1.
Pemeriksaan yang saat ini dipakai secara luas untuk
menentukan anemia defisiensi besi (ADB) adalah
dengan melakukan pemeriksaan darah perifer lengkap,
serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan
kadar feritin serum. Pemeriksaan ini terutama
digunakan di klinik. Ternyata dalam praktek klinisnya
dijumpai keterbatasan dalam ketersediaan pemeriksaan
serum iron, TIBC, red-cell volume distribution width
(RDW), dan kadar feritin serum. Pemeriksaan yang
berguna untuk mendeteksi dini tersebut haruslah
pemeriksaan yang mudah, murah, terjangkau, dan cukup
sensitif sebagai alat penapis4.
Prevalensi nasional thalassemia adalah 0,1%. Delapan
provinsi yang menunjukkan prevalensi thalassemia
lebih tinggi dari prevalensi nasional. Beberapa dari 8
provinsi itu antara lain adalah Aceh dengan prevalensi
13,4%, Jakarta dengan 12,3%, Sumatera Selatan yang
prevalensinya 5,4%, Gorontalo dengan persentase 3,1%,
dan kepulauan Riau 3%. Thalassemia adalah
sekelompok kelainan darah herediter yang ditandai
dengan berkurangnya atau tidak ada sama sekali sintesis
rantai globin, sehingga menyebabkan Hb berkurang
dalam sel-sel darah merah, penurunan produksi sel-sel
darah merah dan anemia. Kebanyakan thalassemia
diwariskan sebagai sifat resesif. Kelainan ini bervariasi,
dari asimtomatik sampai simptomatik, dan bervariasi
sesuai dengan rantai hemoglobin darah yang
terpengaruh7.
Untuk membedakan anemia defisiensi besi dan
thalassemia- minor diperlukan pemeriksaan darah yang
lengkap dan mahal. Index RDW dan index Mentzer
menempati posisi formula yang memiliki sensitivitas
yang tinggi (percentage correctly diagnosed). Namun
suatu index pembeda yang ideal adalah index yang
memiliki angka sensitivitas, spesifisitas dan untuk
mendapatkan nilainya tidak memerlukan pemeriksaan
yang sulit8.
Penelitian yang bertujuan untuk menapis anemia
defisiensi besi dan anemia hipokrom mikrositer dengan
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi penelitian uji diagnostik,
yang bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan
spesifisitas Indeks Mentzer dalam membedakan anemia
defisiensi besi dari thalassemia- mayor pada pasien
yang dirawat inap di bagian ilmu kesehatan anak RSMH
Palembang. Pengambilan sampel pada penelitian ini
diambil dari hasil data rekam medik penderita Anemia
defisiensi besi dan thalassemia hipokrom yang berobat
dari tahun 2008 2013 di RSMH kota Palembang.
Seluruh data yang diperoleh dicatat dan dilakukan
pengkodean sesuai dengan kebutuhan dan selanjutnya
data entry dan analisis data dengan menggunakan
piranti lunak SPSS versi 22.0.
Pada analisis univariat, data yang berskala kategorik
akan disajikan dalam distribusi frekuensi, proporsi atau
persentase, sedangkan data yang berskala kontinyu akan
disajikan sebagai rerata dan standar deviasi atau median
dan rentang.
Untuk mendapatkan validitas dilakukan penghitungan
sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif, nilai duga
negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio
kemungkinan negatif serta akurasi. Untuk mendapatkan
nilai validitas dilakukan analisis tabel 2x2 untuk indeks
Mentzer dan kadar feritin serum. Selain itu dilakukan
analisis receiver opening curve (ROC) untuk mencari
titik potong sensitivitas dan spesifisitas paling optimal
dari indeks Mentzer pada sampel penelitian ini.
Pada metode ROC akan diperoleh area under the curve
(AUC) serta titik potong yang direkomendasikan.
Dengan memakai titik potong tersebut akan diperoleh
keluaran seperti yang didapat dengan menggunakan
tabel 2x2. Analisis dengan tabel 2x2 memperlihatkan
hasil uji diagnostik, yakni hasil yang diperoleh indeks
Mentzer dibandingkan dengan hasil reference standard.
3. Hasil
Selama kurun waktu pengumpulan data berhasil
didapatkan total 235 orang rekam medik yang
memenuhi kriteria inklusi dan diikutsertakan dalam
analisis. Subjek penelitian ini berasal dari rekam medik
di Bagian Kesehatan Anak RSMH dan pusat rekam
medik RSMH. Cara pengambilan sampel adalah melalui
sensus. Dari 235 orang data rekam medik yang
memenuhi kriteria inklusi, didapatkan 166 data
penderita thalassemia- mayor dan 69 data pasien
penderita anemia defisiensi besi. Dan terdapat total 109
data saturasi transferin yang terdiri dari 33 pasien
2
Jenis
Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
Kelompok
Umur
<1 tahun
1 6 tahun
713 tahun
1421tahun
>21 tahun
Total
Thalassemia-
mayor
n
%
Anemia
defisiensi Besi
n
%
Total
83
50
83
50
166
100
Thalassemia-
mayor
n
%
30
43.5
50
37.6
69
100
Anemia
defisiensi Besi
n
%
113 48.1
122 51.9
235 100
Total
n
2
45
78
28
13
166
15
24
20
5
7
69
17
69
98
33
18
235
7.2
29.4
41.7
14
7.7
100
1.2
27.1
47
16.9
7.8
100
21.7
34.8
29
7.2
35.0
100
<13
>13
Total
jumla
h
Thalassemia mayor
Anemia
defisiensi
besi
Total
(%)
persen
n
8
158
166
n
8
61
69
n
16
219
235
%
6.8%
93.6%
100%
%
4.8%
95.2%
100%
%
11.6%
88.4%
100%
P*
0.60
Thalassemia mayor
Diagnosis
Anemia
defisiensi
besi
n
%
42 60.9%
27 39.1%
69 100%
Total
Persen
(%)
%
43%
57%
100%
P*
n
%
n
<21,84
59
35.5%
101
.000
>21,84
107 64.5%
134
Total
166 100%
235
jumlah
sensitivitas : 64,5%, spesifisitas : 62,3%, NR+ : 58%, NR- : 20,1%
%
9.1%
Diagnosis
Anemia
defisiensi
besi
n
%
62 81.6%
n
65
%
59.6%
90.9%
14
44
40.4%
Cut off
point
Thalassemia
- mayor
<26,97
n
3
>26,97
30
18.4%
Total
Persen(%)
P*
.000
Total
33
100%
76 100%
109 100%
jumlah
Sensitivitas : 90.9%, spesifisitas : 81.5%, NR+ : 91.8%, NR- :85.7%
4. Pembahasan
Penelitian yang menyangkut indeks Mentzer banyak
dilaporkan adalah untuk membedakan
anemia
defisiensi besi dan thalassemia minor4 atau untuk
membedakan anemia defisiensi besi dan penyakit
6.
Saran
didalam tubuh.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya dan semua pihak
yang membantu dalam upaya terlaksananya penelitian
ini.
Daftar Acuan
1.
5. Kesimpulan
Sensitivitas indeks Mentzer dengan cut off point 13
dalam membedakan anemia defisiensi besi dan
thalassemia- mayor pada pasien yang dirawat di bagian
ilmu kesehatan anak RSMH Palembang adalah sebesar
48% dan spesifisitas sebesar 46,9%, Nilai duga positif
sebesar 50% dan nilai duga negatif adalah sebesar
29,9%. Karena nilai sensitivitas dan spesifisitas indeks
Mentzer dengan cut off point 13 dinilai sangat rendah,
maka dengan metode receiver operator curve (ROC)
didapatkan cut off point indeks Mentzer yang lebih
akurat, sehingga didapatkan cut off point 21,84. dengan
sensitivitas sebesar 64,5% dan spesifisitas yaitu sebesar
62,3% dari indeks Mentzer untuk membedakan anemia
defisiensi besi dan thalassemia- mayor pada pasien
yang dirawat di bagian ilmu kesehatan anak RSMH
Palembang. Dengan nilai area under the curve (AUC)
didapatkan indeks Mentzer sebesar 61.
Terdapat perbedaan yang bermakna pada saturasi
transferin antara anemia defisiensi besi dan thalassemia Mayor maka dilakukan analisis kurva receiver
operator curve (ROC) yang mendapatkan nilai sebesar
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
(http://medicine.tums.ac.ir:803/files/article/673
0/EhsaniFormula.pdf) , diakses tanggal 16
Agustus 2014)
HoffBrand, A.V., Pettit ,J.E., dan Moss, P.O.H.
2005. Haematologi : Essential Haematology
(edisi ke 4) Terjemahan oleh : Setiawan,
Lyana. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, Hal : 25 37.
Janus, J., Sarah K., dan John Hopkins. 2010.
Evaluation of Anemia in Children.
(http://www.aafp.org/afp/2010/0615/p1462.pdf
, diakses tanggal 3 Januari 2015)
Mentzer WC. 1973. Differentiation of iron
deficiency from thalassaemia
trait. Lancet 1 (7808):882,
(http://www.sciencedirect.com/science/article/p
ii/S0140673673914463 , diakses tanggal 22
Juli 2014)
Niazi, M. 2010. Usefulness of Redcell Indices
in Differentiating Microcytic Hypochromic
Anemias. Gomal Journal of Medical Sciences;
volume 8 (2): 125 128,
(https://www.academia.edu/543938/Usefulness
_of_Redcell_Indices_in_Differentiating_Micro
cytic_Hypochromic_Anemias), diakses tangga
l 17 Agustus 2014)
9.
10.
11.
12.
13.