a.
Ribovirus (virus RNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA. Contoh
Deoksiribovirus (virus DNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa DNA.
Contoh virus herpes (penyebab herpes), poxvirus (penyebab kanker seperti leukemia dan
limfoma, ada pula yang menyebabkan AIDS), mozaikvirus (penyebab bercak-bercak
pada daun tembakau), dan papovavirus (penyebab kutil pada manusia/ papiloma).
Fase Adsorbsi
Pada fase ini, ujung ekor Bakteriofag menempel atau melekat pada bagian tertentu
dari dinding sel bakteri yang masih dalam keadaan normal. Daerah itu disebut daerah
reseptor (receptor site atau receptor spot). Virus yang menyerang bakteri E. coli,
memiliki lisozim (lisozyme) yang berfungsi merusak atau menselubungi dinding sel
bakteri.
b.
Fase injeksi
Pada fase ini, kulit ujung ekor virus T dan dinding sel bakteri E. coli yang telah
menyatu tersebut larut hingga terbentuk saluran dari tubuh virus T dengan sitoplasma
sel bakteri. Melalui saluran ini ADN virus merusak ke dalam sitoplasma bakteri dan
bercampur dengannya.
c.
Fase eklifase
Pada fase ini, setelah bercampur dengan sitoplasma bakteri, ADN virus
mengambil alih kendali ADN bakteri. Pengendalian ini terjadi di dalam proses
penyusunan atau sintesis protein di dalam sitoplasma bakteri. Seterusnya ADN virus
mengendalikan sintesis protein kapsid virus.
d.
atau penyusunan ADN virus yang baru, dengan menggunakan ADN bakteri sebagai
bahan materinya, serta membentuk selubung protein kapsid virus. Maka terbentuklah
beratus-ratus molekul ADN baru virus yang lengkap dengan selubungnya. Setiap sel
bakteri E.coli yang diserang oleh virus T dapat menghasilkan 200-300 virus T yang
baru.
e.
Selanjutnya sejumlah virus T yang baru tersebut akan keluar dan siap untuk menyerang
sel bakteri E.coli yang baru (yang lain).
5. Jelaskan tahapan siklus lisogenik pada virus !
a. Fase Adsorbsi
Pada fase ini, ujung ekor Bakteriofag menempel atau melekat pada bagian tertentu
dari dinding sel bakteri yang masih dalam keadaan normal. Daerah itu disebut daerah
reseptor (receptor site atau receptor spot). Virus yang menyerang bakteri E. coli,
memiliki lisozim (lisozyme) yang berfungsi merusak atau menselubungi dinding sel
bakteri.
b. Fase Injeksi
Pada fase ini, kulit ujung ekor virus T dan dinding sel bakteri E. coli yang telah
menyatu tersebut larut hingga terbentuk saluran dari tubuh virus T dengan sitoplasma
sel bakteri. Melalui saluran ini ADN virus merusak ke dalam sitoplasma bakteri dan
bercampur dengannya.
c. Fase Penggabungan
Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri. Selanjutnya,
DNA virus menyisip kedalam DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA
bakteri berbentuk sirkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal.
DNA tersebut berupa benang ganda yang berpilin.
Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus menggabungkan diri diantara
benang yang putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA sirkuler baru yang telah
disisipi DNA virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terkandung materi
genetic virus.
d. Fase Pembelahan
Dalam keadaan tersambung itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai profag.
Oleh karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri
melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya saja jika bakteri
akan membelah diri, DNA bakteri mengopi diri dengan proses replikasi. Dengan
demikian, profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil
pembelahan dan dalam setiap sel anak bakteri terkandung profag yang identik.
Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri berlangsung berulang kali
sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk didalamnya terkandung profag. Dengan
demikian jumlah profag mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.
e. Fase Sintesis
Oleh karena satu dan lain hal, misalnya karena radiasi atau pengaruh zat kimia
tertentu, profag tiba-tiba aktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri.
Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis, yakni mensintesis protein untuk
digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru. Selain itu, DNA virus juga
melakukan replikasi DNA sehingga DNA virus menjadi banyak.
f. Fase Perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai
selubung virus. Kapsid virus yang terbentuk mecapai 100-200 kapsid baru.
Selanjutnya, DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus-virus
baru.
g. Fase Litik
Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama dengan
daur litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar dari sel bakteri lalu
menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya, virus dapat mengalami daur litik
atau daur lisogenik. Demikian seterusnya.