Perbandingan Kebijakan Kriminalisasi-Makalah
Perbandingan Kebijakan Kriminalisasi-Makalah
Karena
luasnya
permasalahan
diatas
maka
pembahasan
perbandingan kebijakan kriminalisasi hukum pidana di Indonesia dan Belanda
hanya terbatas pada bentuk formulasi tindak pidana mayantara.
C. Pembahasan
1. Kebijakan Kriminalisasi
Kriminalisasi dalam kepustakaan asing dikenal dengan nama
Criminalization atau Criminalisering. Sudarto berpendapat bahwa
dengan kriminalisasi dimaksudkan proses penetapan suatu perbuatan
orang sebagai perbuatan yang dapat dipidana. Proses ini diakhiri
terbentuknya undang-undang di mana perbuatan itu diancam dengan
suatu sanksi yang berupa pidana. (Sudarto, 1986:32)
Kebijakan kriminalisasi merupakan suatu kebijakan dalam
menetapkan suatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana
menjadi suatu tindak pidana. Pada hakikatnya, kebijakan kriminalisasi
merupakan bagian dari kebijakan kriminal dengan menggunakan
sarana hukum pidana, dan oleh karena itu termasuk bagian dari
kebijakan hukum pidana.(Barda Nawawi Arief, 2001:2-3)
Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai
sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan,
berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat
diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana
dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan
politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai
hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan
situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.
(Sudarto, 1983:109)
Di samping usaha penanggulangan kejahatan, lewat
pembuatan undang-undang pidana pada hakekatnya merupakan
bagian integral dari usaha kesejahteraan masyarakat (social welfare).
Oleh karena itu wajar pula apabila dikatakan, bahwa politik hukum
pidana juga merupakan bagian integral dari kebijakan sosial (social
policy). Social policy dapat diartikan sebagai segala usaha yang
rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekaligus
mencakup perlindungan masyarakat. Jadi di dalam pengertian social
policy, sekaligus didal amnya tercakup social welfare policy dan social
defence policy.
Dilihat dari sudut yang luas tersebut, maka dapat ditegaskan
bahwa masalah kebijakan hukum pidana pada hakikatnya bukanlah
semata-mata pekerjaan teknik perundang-undangan yang dapat
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al Wisnubroto, 2000, Cybercraime Permasalahan dan Penanggulangan dari
Aspek Hukum Pidana, Diskusi Bagian Kepidanaan FH UMY, 6 Juli
2000.
Barda Nawawi Arief, 1992, Tinjauan Terhadap Undang-undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (UU No. 14/1992) dari Sudut Politik Hukum
Pidana dalam Masalah-masalah Hukum No 3 Tahun 1993.
--------------, 1994, Beberapa Aspek Pengembangan Ilmu Hukum Pidana:
Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana Indonesia, Naskah Pidato
Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hukum Pidana Universitas
Diponegoro Semarang, 15 Juli 1994
--------------, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
--------------, 1998, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers
11
12