Anda di halaman 1dari 13

STROKE

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya . Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Magelang , 04 Maret 2014
Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL. 1
KATA
PENGANTAR.. 2
DAFTAR
ISI. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.

Latar
belakang 4
2. Tujuan
. 4

BAB II PEMBAHASAN

1.
2.
3.
4.
5.

Pengertian Stroke
5
Etiologi
Stroke 7
Patofisiologi
Stroke. 7
Pathway
Stroke. 9
Asuhan Keperawatan pasien dengan Stroke..
11

BAB III PENUTUP


1.

Kesimpulan
.. 17
2. Saran
17

DAFTAR
PUSTAKA 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar belakang

Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit


stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi
penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan
ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000
diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi
terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan
kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein,dkk 2006;
Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Stroke
merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Disamping itu, stroke juga merupakan penyebab kecatatan. Sehingga keadaan
tersebut menempatkan stroke sebagai masalah kesehatan yang serius.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk

pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap
peningkatan kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan
tingginya kejadian stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2008).
1.

Tujuan Penulisan
1.
Mampu memahami pengertian dan klasifikasi Stroke
2.
Mampu memahami penyebab Stroke
3.
Mampu memahami tanda dan gejala dari Stroke
4.
Mengetahui macam-macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
klien dengan Stroke
5.
Mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan kepada klien dengan
Stroke

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca B.
Batticaca).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan
neurologik pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada
pembuluh darah serebral misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh
atau penyakit vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma
dan kelainan perkembangan (Price, 1995).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah
satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas
dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan
insidennya (Bustan, 2007).
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
1.

Stroke karena pendarahan (Haemorragic)

Pada Stroke Iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atheroklerosis


(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang
telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien
atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Stroke Hemoragik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena pecahnya
pembuluh darah di otak terdiri dari perdarahan intraserebral,
perdarahan subarakhnoid.
2.

Stroke bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik)

Pada stroke haemorragic pembulih darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya.
Hampir 70% kasus stroke ini terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke Iskemik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke otak
terhambat atau berhenti. Terdiri dari: Transient Ischemic Attack (TIA), trombosis
serebri, emboli serebri.
B. Etiologi
Penyebab utama dari stroke diurutkan dari yang paling penting adalah aterosklerosis
(trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan
ruptur aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain
seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes
mellitus atau penyakit vascular perifer.
1.

Stroke Iskhemik

Stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri sehingga
menyebabkan penurunan suplay oksigen pada jaringan otak ( iskhemik ) hingga
menimbulkan nekrosis. Sekitar 87 % kasus stroke disebabkan kerena adanya
sumbatan yang berupa thrombus atau embolus. Trombus adalah
gumpalan/sumbatan yang berasal dari pembuluh darah otak. Embolus adalah
gumpalan/sumbatan yang berasal dari tempat lain, misalnya jantung atau arteri
besar lainnya.
Faktor lain yang berpengaruh adalah denyut jantung yang irreguler (atrial fibrillation)
yang merupakan tanda adanya sumbatan dijantung yang dapat keluar menuju otak.
Adanya penimbunan lemak pada pembuluh darah otak (aterosklerosis) akan
meningkatkan resiko terjadinya stroke iskhemik.
1.

Stroke Hemoragi

Stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang rapuh diotak.
Dua tipe pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke hemoragi,
yaitu ; aneurysms dan arteriovenous malformations (AVMs). Aneurysms adalah

pengembangan pembuluh darah otak yang semakin rapuh sehingga data


pecah. Arteriovenous malformations adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, sehingga mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
C. Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400
mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut
berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard.
Arteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus
(talamo perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilaris
mengalami perubahan-perubahan degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang
abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi
pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai
dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan
menimbulkan gejala klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat
merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada
keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi.
Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian
tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada
falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya
tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena
darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis.
Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada
perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi
perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan
kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah
berakibat fatal. (Jusuf Misbach, 1999)
D. Pathway

E. Tanda dan gejala


Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)


Lumpuh pada salah satu sisi wajah Bells Palsy
Tonus otot lemah atau kaku
Menurun atau hilangnya rasa
Gangguan lapang pandang Homonimus Hemianopsia
Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk
kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan status mental
1.
Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
2.
Scan Tomografi Komputer (Computer Tomografy Scan CT Scan).
Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trobosis, emboli serebral,
dan tekanan intracranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung
darah menunjukan adanya perdarahan subarachnoid dan perdarahan
intracranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus thrombosis
disertai proses inflamasi.
3.
Magnetik Resonance I maging (MRI). MMenunjukan daerah infark,
perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).

4.

Ultrasonografi Dopler ( USG dopler). Mengidentifikasi penyakit arteriovena


(masalah system arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan
arteriosklerosis.
5.
Elektroensepalogram (Electroensephalogram-EEG). Mengidentifikasi
masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
6.
Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna
terdapat pada trobosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pad
perdarahan subarachnoid.
7.
Pemeriksaan lab : Darah rutin, Gula darah, Urin rutin, Cairan
serebrospinal, Analisa gas darah (AGD), Biokimia darah, Elektrolit

PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1. Airway
Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari
segala hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat
benda asing maupun sebagai akibat strokenya sendiri.
2. Breathing
Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi
akibat gangguan di pusat napas (akibat stroke) atau oleh
karena komplikasi infeksi di saluran napas
3. Circulation
Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular), yaitu
fungsi jantung dan pembuluh darah. Seringkali terdapat
gangguan irama, adanya trombus, atau gangguan tekanan
darah yang harus ditangani secara cepat. Gangguan
jantung seringkali merupakan penyebab stroke, akan tetapi
juga bisa merupakan komplikasi dari stroke tersebut.
b. Pengkajian Sekunder
1.
Wawancara
a)
Identitas klien: Meliputi nama, umur (kebanyakan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomor register, diagnosa medis
b)
Keluhan utama: Biasanya didapatkan kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.

c)
Riwayat penyakit sekarang: Identifikasi faktor
penyebab, Kaji saat mulai timbul; apakah saat tidur/
istirahat atau pada saat aktivitas, Bagaimana tanda dan
gejala berkembang; tiba-tiba kemungkinan stroke karena
emboli dan pendarahan, tetapi bila onsetnya berkembang
secara bertahap kemungkinan stoke trombosis, Bagaimana
gejalanya; bila langsung memburuk setelah onset yang
pertama kemungkinan karena pendarahan, tetapi bila
mulai membaik setelah onset pertama karena emboli, bila
tanda dan gejala hilang kurang dari 24 jam kemungkinan
TIA, Observasi selama proses interview/ wawancara
meliputi; level kesadaran, itelektual dan memory, kesulitan
bicara dan mendengar, Adanya kesulitan dalam sensorik,
motorik, dan visual.
d)
Riwayat penyakit dahulu: Ada atau tidaknya riwayat
trauma kepala, hipertensi, cardiac desease, obesitas, DM,
anemia, sakit kepala, gaya hidup kurang olahraga,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator
dan obat-obat adiktif
e)
Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat
keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
f)
Riwayat psikososial: Stroke memang suatu penyakit
yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas
emosi dan pikiran klien dan keluarga.
g)
Pola-pola fungsi kesehatan:
1.
Pola kebiasaan. Biasanya ada riwayat perokok,
penggunaan alkohol.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme , adanya keluhan
kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut.
3.
Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine
dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.

4.
Pola aktivitas dan latihan, adanya kesukaran untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, mudah lelah,
5.
Pola tidur dan istirahat biasanya klien mengalami
kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot,
6.
Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan
hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
7.
Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
8.
Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien
mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,
perabaan/ sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas
yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan
memori dan proses berpikir.
9.
Pola reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan
gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke,
seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamine.
10. Pola penanggulangan stress: Klien biasanya mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang
melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
2.
Pemeriksaan fisik (Brunner dan Suddarth)
a.
Keadaan umum: mengelami penurunan kesadaran,
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia: tanda-tanda
vital: TD meningkat, nadi bervariasi
b.
Pemeriksaan integument:
1.
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan
jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda

dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena


klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
2.
3.

Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.


Rambut : umumnya tidak ada kelainan.

c.
1.

Pemeriksaan leher dan kepala:


Kepala: bentuk normocephalik

2.
Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke
salah satu sisi.
3.
Leher: kaku kuduk jarang terjadi
d.
Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang
didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e.
Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan
peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
f.
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang
terdapat incontinensia atau retensio urine.
g.
Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan
kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h.
Pemeriksaan neurologi:
1.
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat
gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2.
Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi
kelumpuhan/ kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
3.
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.
4.
Pemeriksaan refleks: Pada fase akut reflek fisiologis
sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan
refleks patologis.
A.
1.

Pemeriksaan Penunjang

Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik


misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
2. Scan Tomografi Komputer (Computer Tomografy Scan CT Scan). Mengetahui
adanya tekanan normal dan adanya trobosis, emboli serebral, dan tekanan

3.
4.

5.
6.

7.

intracranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah


menunjukan adanya perdarahan subarachnoid dan perdarahan intracranial. Kadar
protein total meningkat, beberapa kasus thrombosis disertai proses inflamasi.
Magnetik Resonance I maging (MRI). MMenunjukan daerah infark, perdarahan,
malformasi arteriovena (MAV).
Ultrasonografi Dopler ( USG dopler). Mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah system arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan
arteriosklerosis.
Elektroensepalogram (Electroensephalogram-EEG). Mengidentifikasi masalah
pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
trobosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pad perdarahan
subarachnoid.
Pemeriksaan lab : Darah rutin, Gula darah, Urin rutin, Cairan serebrospinal,
Analisa gas darah (AGD), Biokimia darah, Elektrolit

G. Diagnosa keperawatan
1.
2.
3.

Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah ke otak


Kerusakan mobilitas fisik b.d kelumpuhan atau paralysis
Defisit perawatan diri: hygiene, makanan dan toileting b.d penurunan kekuatan
dan ketahanan otot.
4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
5. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan pusat bicara di otak

H. Intervensi keperawatan
1.

Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah ke otak

Tujuan: tidak terjadi perfusi jaringan


Intervensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Catat perubahan dalam penglihatan seperti adanya kebutaan.


Tentukan factor yang berhubungan dangan keadaan atau penyebab
Pantau status neurologis secara teratur (GCS)
Pantau TTV
Berikan obat
Kerusakan mobilitas fisik b.d kelumpuhan atau paralysis

Tujuan: mempertahankan atau maningkatkan fungsi bagian tubuh yang terkena


Intervensi:
1.
2.
3.

Ubah posisi minimal 2 jam (terlentang, miring)


Kaji kemampuan secara fungsional
Lakukan latihan tantang gerak aktif dan pasif ekstremitas

4.

Anjurkan pasien untuk membantu pergeseran dan latihan menggunakan


ekstremitas yang tidak sakit
5. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi.
6. Defisit perawatan diri: hygiene, makanan dan toileting b.d penurunan kekuatan
dan ketahanan otot.

Intervensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari


Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien yang cukup untuk
mengerjakan tugasnya
Berikan ucapan balik yang positif
Konsultasikan dangan ahli fisioterapi
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi

Tujuan: pengetahuan pasien bertambah


Intervensi:
1.
2.
3.
4.
5.

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga


Memberikan penyuluhan tantang perawatan pasien stroke
Berikan motivasi pasien atau keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
Identifikasi cara meneruskan program setelah pulang
Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan pusat bicara di otak

Tujuan: gangguan komunikasi dapat diatasi


Intervensi;
1.
2.
3.
4.
5.

Kaji tingkat gangguan fungsi bicara


Observasi apakah pasien mengalami afasia atau disertria
Lakukan pembicaran langsung dengan pasien dengan bicara pelan dan jelas
Berikan metode alternatif untuk mengekspresikan perasaannya
Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu Stroke karena pendarahan
(Haemorragic) dan Stroke bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik)

Penyebab utama dari stroke adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi


yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.
1.

Saran

Kami dari kelompok 1 mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik
dan saran untuk kesempurnaan makalah Stroke. Kami dari kelompok juga
menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu
referensi dari makalah ini saja dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa
makalah ini hanya mengambil reperensi dari beberapa sumber saja.
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/stroke.html
http://whiteteaindonesia.blogspot.com/2012/02/gejala-dan-cara-mencegahstroke.html
http://eprints.undip.ac.id/29354/3/Bab_2.pdf
http://id.scribd.com/doc/66503799/Etiologi-Stroke
http://akperku.blogspot.com/2011/08/patofisiologi-stroke.html
Carpenito, 1995 Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:EGC
Kapitaselekta Kedokteran. 1982. Jakarta: Media Aeskulapius FKUI
Askep Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. 1996. Jakarta: Depkes

Anda mungkin juga menyukai