Pneumotoraks PDF
Pneumotoraks PDF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPSUS
APRIL 2016
OLEH
AAN SUCITRA
10542 0256 11
LEMBAR PENGESAHAN
: Aan Sucitra
NIM
: 10542 0256 11
Judul Referat
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman Judul
................................................................................... ........
ii
Kata Pengantar
.................................................................................. ........
iii
............................................................................................. ........
iv
Daftar Isi
....................................................................... ........
1.2 Diagnosis
....................................................................... ........
1.3 Penatalsanaan
...................................................................... ........
....................................................................... ........
2.2 Anamnesis
....................................................................... ........
11
2.5 Resume
....................................................................... ........
15
19
Daftar Pustaka
BAB I
TINJAUAN PUSATAKA
1.1 Pendahuluan
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak dan tidak
diketahui. Perbandingan pria dan wanita 5:1. Pneumotoraks spontan primer sering
dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat paru sebelumnya., dan lebih sering pada
pria dengan usia dekade 3 dan 4. Salah satu penelitian menyebutkan sekitar 81%
kasus pneumotoraks spontan primer berusia kurang dari 45 tahun.
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacteria. Pada manusia kebanyakan yang menginfeksi adalah Mycobacterium
tuberculosis. Biasanya tuberkulosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang
Central Nervus System, sistem limfatikus, sistem urinaria, sistem pencernaan, tulang,
sendi dan lainnya.
Karena penyakit TB bersifat kronis dan resistensi kuman terhadap obat cukup
tinggi, maka tidak jarang menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang bisa
ditimbulkan adalah pneumotoraks. Di mana Pneumotoraks yang terjadi adalah
pneumotoraks spontan sekunder.
2) Pneumotoraks Spontan
-
Beberapa
penyakit
yang
sering
menjadi
penyebab
kesehatan seperti pemasangan kateter intravena, pada vena subclavia atau vena
jugularis.
Pneumotoraks merupakan suatu kondisi paru yang mengancam jiwa,
pneumotoraks dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Salah satunya akibat penyakit
tuberkulosa.
Gejala pneumotoraks akibat tuberkulosa tidak berbeda dengan gejala
pneumotoraks karena penyebab lainnya. Gejala yang muncul tergantung dari
seberapa luas pneumotoraks yang terjadi.
Penatalaksanaannya pun tidak jauh berbeda. Apabila pasien datang dengan
pneumotoraks et causa tuberculosa maka dilakukan tindakan untuk menyelamakan
jiwa yaitu menangani pneumotoraks terlebih dahulu baru kemudian tuberkulosanya
diobati.
1.2 Diagnosis
Anamnesis :
Pemerikasaan fisik :
Pada pneumotoraks yang kecil, biasanya hanya menimbulkan takikardia ringan dan
gejala yang tidak khas. Pada pneumotoraks yang besar, biasanya didapatkan
takikardia berat, hipotensi serta:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan penunjang :
1.3 Penatalaksanaan
Setelah diagnosis yang tepat ditegakan maka observasi yang cermat perlu
dilaksanakan. Bila pasien sesak nafas sekali maka dilakukan pemasangan WSD
(water sealed drainage). Pada pasien yang gawat sekali maka pemasangan WSD
harus segera dilakukan dengan menusukan jarum ke rongga pleura yang berfungsi
sebagai penyelamat.
Tujuan dari penatalaksanaan pneumotoraks adalah mengeluarkan udara dari
rongga toraks dan mencegah pneumotoraks yang berulang. Pada simple
pneumothorax minimal (<15% hemithorax) biasanya dilakukan pengobatan
konservatif, karena akan sembuh sendiri dengan sendirinya, tidak perlu invasive
kemudian penderita harus istirahat di tempat tidur selama beberapa hari dan
observasi keluhan sesak dan tanda-tanda vital. Kemudian berikan oksigen 2-4 L dan
obati penyakit dasar yang menyebabkan pneumotoraks. Untuk memeriksanya apakah
ada perbaikan atau tidak maka dilakukan foto rontgen berulang kemudian
dibandingkan antara yang lama dan baru. Pneumotoraks yang terlalu kecil
membutuhkan thoracostomy tabung dan terlalu besar untuk tidak dilakukan tindakan
maka dilakukan aspirasi dengan kateter kecil.
Pada tensional pneumotoraks atau simple pneumothorax > 15% hemithoraks
dengan dispnea berat, gangguan respirasi, hipoksia arteri yang nyata (PO2 <55
mmHg), kolaps total total pada satu paru, pembesaran pneumothorax bilateral, harus
segera dilakukan pemasangan pipa torakostomi (chest tube). Teknik pengeluaran
(drainage) udara keluar dari rongga pleura dapat dilakukan dengan :
-
Simple aspirasi
BAB II
STATUS PASIEN
: Tn. H
Umur
: 63 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jln. Melati
Status
: Menikah
Agama
: Islam
No. Reg
: 41 31 46
Tanggal MRS
: 26 Maret 2016
2.2 ANAMNESIS
Tipe Anamnesis
: Autoanamnesis
a. Keluhan utama
Sesak
b. Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien laki-laki berumur 63 tahun masuk RSUD. Syekh
Yusuf Gowa dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Keluhan
dialami sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengalami batuk berlendir
sudah 3 bulan. BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dulu
-
Hipertensi
CHF
Gizi Lebih
Berat Badan
: 72 kg
Tinggi badan
: 167 cm
IMT
: 26
2. Tanda Vital
-
Tekanan Darah
: 150/90 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Pernapasan
: 50 x/menit
Suhu
: 36,5C
b. Status General
1. Kepala
- Bentuk kepala : Normocepali
- Rambut
: Hitam, Tebal
- Simetris
: Kiri-Kanan
- Deformitas
:-
2. Mata
- Eksoptalmus/enoptalmus : - Konjungtiva
: Anemis (-/-)
- Sklera
: Ikterik (-/-)
- Pupil
3. Telinga
- Pendengaran
- Nyeri tekan
: (-/-)
4. Hidung
- Bentuk
: Simetris
- Perdarahan
:-
5. Mulut
- Bibir
- Lidah kotor
:-
- Caries gigi
:-
6. Leher
- Inspeksi
: Simetris
- Palpasi
- DVS
: 4
7. Kulit
- Hiperpigmentasi : - Ikterik
:-
- Petekhie
:-
- Sianosis
:-
- Pucat
:-
8. Thorax
- Inspeksi
- Palpasi
dengan kiri
- Perkusi
- Auskultasi
9. Cor
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Gallop (-)
10. Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: tymphani
- Auskultasi
11. Punggung
- Tampak dalam batas normal
- Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang
12. Genitalia
Tidak dievaluasi
13. Ekstremitas atas dan bawah
Dalam batas normal
Nilai Normal
14,0 17,4 g/dL
HEMOGLOBIN 15
MCV
93
80 - 96
MCH
31,9
28 - 33
MCHC
34,3
33 36 g/dl
TROMBOSIT
206.000
WBC
7.500
RBC
4.700.000
b. Kimia Klinik
01-04-2016 (Lab.RSUD. Syekh Yusuf Gowa)
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
satuan
109
<140
Mg/dl
Ureum Darah
45
0-50
Mg/dl
Kreatinin Darah
1,1
<1,3
Mg/dl
SGOT
27
<38
U/L
SGPT
12
<41
U/L
LED
15
<20
Mm/jam
c. Foto Radiologi
Foto thorax PA
-
Tulang-tulang intak
Tulang-tulang intak
a. Hasil EKG
LVH
OMI
2.5 RESUME
Pada tanggal 26 Maret 2016, pasien MRS dengan keluhan sesak nafas dan
nyeri dada 2 hari yang lalu. Batuk berlendir sudah 3 bulan. Pasien telah
melakukan pemeriksaan Laboratorim dengan hasil : Hb 15,0 g/dL, WBC
7.500/uL, PLT 206.000/uL. GDS 109 mg/dL, ureum darah 45 mg/dL, kreatinin
darah 1,1 mg/dL, SGOT 27 U/L, SGPT 12 U/L, LED 15 mm/jam. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, tampak sakit berat saat
kambuh, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda vital: Tekanan darah :
150/90 mmHg, Nadi : 90 kali/menit, Pernapasan : 50 kali/menit, dan Suhu :
36,5C. Pemeriksaan fisik yang bermakna, Inspeksi: dada cembung pada sisi
kanan. Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun tidak sama dengan kiri. Perkusi :
hipersonor pada sisi kanan. Auskultasi : Suara napas lemah. Pemeriksaan Foto
Thorax PA pertama, kesan: Pneumotoraks dextra+collaps paru. Cardiomegali+
tanda-tanda bendungan paru. Foto thorax PA (kontrol), kesan: tidak tampak lagi
Perjalanan Penyakit
Instruksi Dokter
26/04/2016
Sesak (+)
IVFD RL 20 tpm
TD : 150/90 mmHg
N : 90x/menit
micardis 1x1
neurodex 1x1
P : 50x/menit
pemeriksaan EKG
S : 36,5C
27/03/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 130/90 mmHg
Sesak ( )
N : 90x/menit
Nyeri dada ( )
micardis 1x1
P : 38x/menit
neurodex 1x1
28/03/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 120/70 mmHg
Nyeri dada ( )
N : 88x/menit
sesak ( )
Letonal 1-0-0
29/03/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 120/80 mmHg
Nyeri dada ( )
N : 82x/menit
sesak ( )
Aspilet 1x1
S : 37 C
P : 20x/menit
S : 36,8 C
P : 18x/menit
S : 36,5C
30/03/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 120/70 mmHg
Nyeri dada ( )
N : 88x/menit
sesak ( )
31/03/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 110/60 mmHg
Nyeri dada ( )
N : 88x/menit
sesak ( )
01/04/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 100/60 mmHg
N : 88x/menit
Sesak ( )
P : 22x/menit
S : 36,5C
emfisema subkutis
02/04/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 120/70 mmHg
Sesak ( )
N : 90x/menit
P : 20x/menit
S : 36,8C
Aspilet 1x1
P : 22x/menit
S : 36,5C
P : 20x/menit
S : 36,5C
03/04/2016
IVFD RL 20 tpm
TD : 100/60 mmHg
mengeluarkan cairan
P : 21x/menit
S : 36,5C
Aspilet 1x1
N : 92x/menit
04/04/2016
TD : 100/60 mmHg
Batuk berlendir ( )
N : 88x/menit
Aspilet 1x1
Neurodex 1x1
P : 20x/menit
kanan ( )
S : 36,6C
05/04/2016
Boleh pulang
BAB III
PEMBAHASAN
Inspeksi
Pneumotoraks kanan
Plan terapi : -
Anbacim /8 jam
Ketorolac/ 12 jam
Alveolus disangga oleh kapiler yang memiliki dinding lemah dan mudah robek.
Pada infeksi tuberkulosis, pneumotoraks terjadi disebabkan karena adanya proses
inflamasi di alveolus atau bisa juga karena peningkatan tekanan intraalveolar akibat
batuk yang menyebabkan rupturnya alveolus. Sehingga terbentuk bleb di subpleura
viseralis. Bleb tersebut pecah, kemudian udara masuk ke rongga pleura.
2) CHF
Pada pemeriksaan penunjang:
-
Aspilet 1x1
Micardis 1x1
adalah
suatu
keadaan
patofisiologis
dimana
jantung
gagal
Emphysema :
kehilangan fungsi jaringan paru dan digantikan dengan rongga berudara yang
juga menyebabkan nafas yang pendek-pendek, berkurangnya asupan udara dan
meningkatnya resonansi pada pemeriksaa. Emphysema merupakan penyakit
kronik, bedanya emphysema difus sedangkan Pneumotoraks local, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan foto rontgen harus dilakukan dan dinilai teliti sehingga
dapat didapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed V, jl III.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2009
Hisyam Barmawi, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed V, jl III. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2009
TBGerdunas. PEDOMAN NASIONAL PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS ed
II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta:2007
Alsagaf H, Mukty A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Arlangga university press.
Surabaya: 2009
Tanto C, Liwang C. Kapita Selekta Kedokteran ed. IV, jl I. Media Aesculapius.
Jakarta: 2014