Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

LAPSUS
APRIL 2016

Pneumotoraks ec TB Paru dan CHF

OLEH
AAN SUCITRA
10542 0256 11

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS KEPANITRAAN


KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa:


Nama

: Aan Sucitra

NIM

: 10542 0256 11

Judul Referat

: Pneumotoraks ec TB Paru dan CHF

Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka Kepanitraan Klinik di


Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, 15 April 2016

Pembimbing,

(dr. Zakaria Mustari, Sp.PD)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum WR.WB


Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga laporan kasus dengan
judul Pneumotoraks ec TB paru dan CHF ini dapat diselesaikan. Salam dan
shalawat senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar
sejati yang memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Zakaria Mustari,
Sp.PD yang telah memberikan petunjuk, pengarahan dan nasehat yang sangat
berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan laporan kasus ini.
Demikian, Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara umum
dan penulis secara khususnya.
Billahi Fi Sabilill Haq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu Alaikum WR.WB.
Makassar, April 2016
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul

................................................................................... ........

Lembar Pengesahan ................................................................................. ........

ii

Kata Pengantar

.................................................................................. ........

iii

............................................................................................. ........

iv

Daftar Isi

BAB I Tinjauan Pustaka


1.1 Pendahuluan

....................................................................... ........

1.2 Diagnosis

....................................................................... ........

1.3 Penatalsanaan

...................................................................... ........

2.1 Identitas Pasien

....................................................................... ........

2.2 Anamnesis

....................................................................... ........

2.3 Pemeriksaan Fisik ...................................................................... ........

2.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................

11

2.5 Resume

....................................................................... ........

15

BAB III Pembahasan .................................................................................. ........

19

BAB II Status Pasien

Daftar Pustaka

BAB I
TINJAUAN PUSATAKA
1.1 Pendahuluan
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak dan tidak
diketahui. Perbandingan pria dan wanita 5:1. Pneumotoraks spontan primer sering
dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat paru sebelumnya., dan lebih sering pada
pria dengan usia dekade 3 dan 4. Salah satu penelitian menyebutkan sekitar 81%
kasus pneumotoraks spontan primer berusia kurang dari 45 tahun.
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacteria. Pada manusia kebanyakan yang menginfeksi adalah Mycobacterium
tuberculosis. Biasanya tuberkulosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang
Central Nervus System, sistem limfatikus, sistem urinaria, sistem pencernaan, tulang,
sendi dan lainnya.
Karena penyakit TB bersifat kronis dan resistensi kuman terhadap obat cukup
tinggi, maka tidak jarang menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang bisa
ditimbulkan adalah pneumotoraks. Di mana Pneumotoraks yang terjadi adalah
pneumotoraks spontan sekunder.

Seaton dkk. Melaporkan bahwa pasien tuberkulosis aktif mengalami


komplikasi pneumotoraks sekitar 1,4% dan jika terdapat kavitas paru, komplikasi
meningkat lebih dari 90%.
Berdasarkan terjadinya, pneumothoraks dibagi atas:
1) Pneumotoraks Traumatik :
-

Pneumotoraks traumatik non iatrogenik

Pneumotoraks traumatik iatrogenik :

Pneumotoraks traumatik iatorgenik aksidental

Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial

2) Pneumotoraks Spontan
-

Pneumotoraks spontan primer


Umumnya disebabkan oleh pecahnya suatu bleb subpleura yang biasanya
terdapat di daerah apeks paru. Factor resiko utama adalah merokok. Pada
beberapa kasus faktor herediter juga memegang peranan, umumnya
penderita berpostur tinggi dan kurus.

Pneumotoraks spontan sekunder


Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru dasarnya (underlying lung
disease).

Beberapa

penyakit

yang

sering

menjadi

penyebab

pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema dan tuberkulosis paru.

Pneumotoraks dibagi menjadi tension dan non tension pneumotoraks.


Tension pneumotoraks merupakan kondisi bahaya dimana terjadi akumulasi dari
udara di ruangan pleura ketika setiap bernafas. Peningkatan tekanan intratorakal
menghasilkan pergeseran yang masif dari mediastinum ke arah paru yang sehat dan

menekan ke pembuluh darah. Sebaliknya nontension pneumothoraks tidak begitu


berbahaya karena tidak ada penumpukan udara dan penekanan organ dalam paru.
Paru terdapat dalam rongga dada, dengan rongga yang sempit. Udara masuk
ke dalam rongga paru melewati diafragma. Rongga paru antara dinding dada dengan
paru, jika udara masuk ke dalam rongga ini, mau itu dari dalam paru (closed
pneumothorax) ataupun dari luar rongga dada (open pneumothorax) akan terjadi
kolaps dari paru yang menyebabkan orang tersebut menjadi tidak bisa bernafas,
walaupun dengan saluran pernafasan yang terbuka. Jika jaringan membentuk saluran
satu arah yang dapat membuat udara masuk ke dalam rongga dada namun tidak bisa
kabur, maka tekanan yang terlalu tinggi terbentuk setiap kali bernafas, hal ini
diketahui sebagai tension pneumotoraks. Hal ini dapat menyebabkan kolaps dari
system pernafasan, kedua kondisi tersebut memerlukan tindakan yang cepat karena
mengancam jiwa.
Pneumotoraks biasanya dimanifestasikan dengan nafas yang pendek- pendek
yang timbul tiba-tiba, batuk berdahak, sianosis dan rasa sakit pada dada, pundak dan
tangan. Pada penetrasi luka di dada akan terdengar suara udara melewati lubang
pungtur yang berarti mengindikasikan pneumotoraks . jika tidak dilakukan tindakan
maka akan terjadi hipoksia yang kemudian akan berujung pada kehilangan kesadaran
dan koma. Selain itu terjadi pendorongan mediastinum ke arah paru yang sehat yang
dapat berakibat juga penekanan pada vena cava superior dan inferior yang berakibat
pada berkurangnya cardiac preload dan menurunnya cardiac output.
Pada kasus yang berat, pneumothoraks dapat berujung kematian dalam
hitungan waktu yang cepat. Pneumotoraks dapat juga terjadi pada suatu prosedur

kesehatan seperti pemasangan kateter intravena, pada vena subclavia atau vena
jugularis.
Pneumotoraks merupakan suatu kondisi paru yang mengancam jiwa,
pneumotoraks dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Salah satunya akibat penyakit
tuberkulosa.
Gejala pneumotoraks akibat tuberkulosa tidak berbeda dengan gejala
pneumotoraks karena penyebab lainnya. Gejala yang muncul tergantung dari
seberapa luas pneumotoraks yang terjadi.
Penatalaksanaannya pun tidak jauh berbeda. Apabila pasien datang dengan
pneumotoraks et causa tuberculosa maka dilakukan tindakan untuk menyelamakan
jiwa yaitu menangani pneumotoraks terlebih dahulu baru kemudian tuberkulosanya
diobati.
1.2 Diagnosis
Anamnesis :

Sesak nafas (didapatkan pada 80-100% kasus)

Nyeri dada ( didapatkan pada 75-90% kasus)

Batuk-batuk (didapatkan pada 25-35% kasus)

Pemerikasaan fisik :
Pada pneumotoraks yang kecil, biasanya hanya menimbulkan takikardia ringan dan
gejala yang tidak khas. Pada pneumotoraks yang besar, biasanya didapatkan
takikardia berat, hipotensi serta:
Inspeksi

: dinding dada yang terkena tertinggal pada pergerakan, pergeseran


mediastinum atau trakea

Palpasi

: taktil fremitus menurun

Perkusi

: bisa normal atau meningkat (hipersonor)

Auskultasi

: VBS menurun, Vocal resonan menurun sampai menghilang

Pemeriksaan penunjang :

Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun pada


kebanyakan pasien sering tidak diperlukan.

Pada pemeriksaan foto toraks bisa didapatkan daerah hiperlusen, corkan


vaskular paru menghilang, dengan garis paru pada sisi medial

Hilangnya suara pernafasan dalam stetoskop dapat mengindikasikan bahwa


paru tidak memenuhi rongga dada. Tanda ini disertai oleh hipersonor pada
pemeriksaan perkusi di dinding dada menambah dugaan pneumotoraks. Pemeriksaan
koin test dapat positif. Jika tanda-tanda pneumotoraks meragukan maka dilakukan
foto rontgen, namun pada hipoksia berat atau ada tanda-tanda tension pneumotoraks
maka penanganan terhadap pneumotoraks tersebut dilakukan pertama kali. Pada
posisi supine rongent akan didapatkan deep sulcus sign, yang dikarakteristikan
sebagai sudut rendah lateral dari costophrenicus pada sisi yang terinfeksi. Tempat di
mana rusuk dan diafragma bertemu terlihat lebih rendah pada rontgen dengan deep
sulcus sign memberikan diagnostik pneumotoraks.

1.3 Penatalaksanaan
Setelah diagnosis yang tepat ditegakan maka observasi yang cermat perlu
dilaksanakan. Bila pasien sesak nafas sekali maka dilakukan pemasangan WSD
(water sealed drainage). Pada pasien yang gawat sekali maka pemasangan WSD

harus segera dilakukan dengan menusukan jarum ke rongga pleura yang berfungsi
sebagai penyelamat.
Tujuan dari penatalaksanaan pneumotoraks adalah mengeluarkan udara dari
rongga toraks dan mencegah pneumotoraks yang berulang. Pada simple
pneumothorax minimal (<15% hemithorax) biasanya dilakukan pengobatan
konservatif, karena akan sembuh sendiri dengan sendirinya, tidak perlu invasive
kemudian penderita harus istirahat di tempat tidur selama beberapa hari dan
observasi keluhan sesak dan tanda-tanda vital. Kemudian berikan oksigen 2-4 L dan
obati penyakit dasar yang menyebabkan pneumotoraks. Untuk memeriksanya apakah
ada perbaikan atau tidak maka dilakukan foto rontgen berulang kemudian
dibandingkan antara yang lama dan baru. Pneumotoraks yang terlalu kecil
membutuhkan thoracostomy tabung dan terlalu besar untuk tidak dilakukan tindakan
maka dilakukan aspirasi dengan kateter kecil.
Pada tensional pneumotoraks atau simple pneumothorax > 15% hemithoraks
dengan dispnea berat, gangguan respirasi, hipoksia arteri yang nyata (PO2 <55
mmHg), kolaps total total pada satu paru, pembesaran pneumothorax bilateral, harus
segera dilakukan pemasangan pipa torakostomi (chest tube). Teknik pengeluaran
(drainage) udara keluar dari rongga pleura dapat dilakukan dengan :
-

Simple aspirasi

Pemasangan WSD (water sealed drainage)


Merupakan sistem kedap air yang digunakan untuk drainase cairan dan/atau
udara dari rongga pleura dengan tujuan mengemballikan tekanan negatiff
intrapleura.

BAB II
STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama

: Tn. H

Umur

: 63 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jln. Melati

Status

: Menikah

Agama

: Islam

No. Reg

: 41 31 46

Tanggal MRS

: 26 Maret 2016

2.2 ANAMNESIS
Tipe Anamnesis

: Autoanamnesis

a. Keluhan utama

Sesak
b. Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien laki-laki berumur 63 tahun masuk RSUD. Syekh
Yusuf Gowa dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Keluhan
dialami sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengalami batuk berlendir
sudah 3 bulan. BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dulu
-

Hipertensi

CHF

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Present
1. Keadaan umum
-

Sakit berat saat kambuh

Composmentis (GCS 15)

Gizi Lebih

Berat Badan

: 72 kg

Tinggi badan

: 167 cm

IMT

: 26

2. Tanda Vital
-

Tekanan Darah

: 150/90 mmHg

Nadi

: 90 x/menit

Pernapasan

: 50 x/menit

Suhu

: 36,5C

b. Status General
1. Kepala
- Bentuk kepala : Normocepali
- Rambut

: Hitam, Tebal

- Simetris

: Kiri-Kanan

- Deformitas

:-

2. Mata
- Eksoptalmus/enoptalmus : - Konjungtiva

: Anemis (-/-)

- Sklera

: Ikterik (-/-)

- Pupil

: Bulat Isokor kiri-kanan

3. Telinga
- Pendengaran

: Dalam batas normal

- Nyeri tekan

: (-/-)

4. Hidung
- Bentuk

: Simetris

- Perdarahan

:-

5. Mulut
- Bibir

: Kering, tidak sianosis (-)

- Lidah kotor

:-

- Caries gigi

:-

6. Leher
- Inspeksi

: Simetris

- Palpasi

: Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)

- DVS

: 4

7. Kulit
- Hiperpigmentasi : - Ikterik

:-

- Petekhie

:-

- Sianosis

:-

- Pucat

:-

8. Thorax
- Inspeksi

: dada cembung pada sisi kanan

- Palpasi

: Vocal fremitus kanan menurun tidak sama

dengan kiri
- Perkusi

: hipersonor pada sisi kanan

- Auskultasi

: Suara napas lemah

9. Cor
- Inspeksi

: Iktus cordis tampak (-)

- Palpasi

: Iktus cordis teraba (-)

- Perkusi

:Batas kanan: melebar ke kanan


Batas kiri: melebar ke kiri

- Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II murni (+), murmur (-),

Gallop (-)
10. Abdomen
- Inspeksi

: Simetris, datar, tidak ada benjolan

- Palpasi

: Nyeri tekan (-)

- Perkusi

: tymphani

- Auskultasi

: peristaltic (+) kesan normal

11. Punggung
- Tampak dalam batas normal
- Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang
12. Genitalia
Tidak dievaluasi
13. Ekstremitas atas dan bawah
Dalam batas normal

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Darah Rutin
01-04-2016 (Laboratorium)
Hasil

Nilai Normal
14,0 17,4 g/dL

HEMOGLOBIN 15
MCV

93

80 - 96

MCH

31,9

28 - 33

MCHC

34,3

33 36 g/dl

TROMBOSIT

206.000

WBC

7.500

RBC

4.700.000

150.000 440.000 /uL


4000-12000/uL
4.000.000-6.200.000/Ul

b. Kimia Klinik
01-04-2016 (Lab.RSUD. Syekh Yusuf Gowa)
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

satuan

Gula Darah Sewaktu

109

<140

Mg/dl

Ureum Darah

45

0-50

Mg/dl

Kreatinin Darah

1,1

<1,3

Mg/dl

SGOT

27

<38

U/L

SGPT

12

<41

U/L

LED

15

<20

Mm/jam

c. Foto Radiologi

Foto thorax PA
-

Tampak bayangan hiperlusen avascular submassive di hemithorax


kanan disertai collaps paru ke arah 1/3 medial paru

Cor membesar dengan CTR 56%

Pulmo sisistra= vascular supra hiliar tampak meningkat

Sinus lancip, diaphragma intak

Tulang-tulang intak

Kesan: - Pneumotoraks dextra+collaps paru


-

Cardiomegali+ tanda-tanda bendungan paru

Foto thorax PA (control)


-

Hemithorax kanan = sudah tidak tampak lagi bayangan hyperlusen


avascular dan gambaran colaps paru

Tampak bercak infiltrat difus pada kedua paru disertai garis-garis


fibrosis dan bercak kalsifikasi

Cor membesar, aorta dilatasi (CTR sulit dinilai)

Tampak pula bayangan radiolusen di soft tissue sepanjang dinding


dada kanan

Tulang-tulang intak

Kesan: - tidak tampak lagi Pneumotoraks


-

TB paru duplex lama aktif

Cardiomegali + dilatasi aorta

Emfisema sub kutis- dinding dada kanan

a. Hasil EKG

EKG :- Sinus takikardi


-

LVH

OMI

2.5 RESUME
Pada tanggal 26 Maret 2016, pasien MRS dengan keluhan sesak nafas dan
nyeri dada 2 hari yang lalu. Batuk berlendir sudah 3 bulan. Pasien telah
melakukan pemeriksaan Laboratorim dengan hasil : Hb 15,0 g/dL, WBC
7.500/uL, PLT 206.000/uL. GDS 109 mg/dL, ureum darah 45 mg/dL, kreatinin
darah 1,1 mg/dL, SGOT 27 U/L, SGPT 12 U/L, LED 15 mm/jam. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, tampak sakit berat saat
kambuh, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda vital: Tekanan darah :
150/90 mmHg, Nadi : 90 kali/menit, Pernapasan : 50 kali/menit, dan Suhu :
36,5C. Pemeriksaan fisik yang bermakna, Inspeksi: dada cembung pada sisi
kanan. Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun tidak sama dengan kiri. Perkusi :
hipersonor pada sisi kanan. Auskultasi : Suara napas lemah. Pemeriksaan Foto
Thorax PA pertama, kesan: Pneumotoraks dextra+collaps paru. Cardiomegali+
tanda-tanda bendungan paru. Foto thorax PA (kontrol), kesan: tidak tampak lagi

pneumothorrax, TB paru duplex lama aktif, Cardiomegali+ dilatasi Aorta,


Emfisema subkutis. Hasil Rekam Jantung (EKG): Sinus Takikardi, LVH, OMI.
FOLLOW UP
Tanggal

Perjalanan Penyakit

Instruksi Dokter

26/04/2016

Sesak (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 150/90 mmHg

Nyeri dada (+)

Lasix amp/12 jam/IV

N : 90x/menit

Batuk berlendir (+)

micardis 1x1

neurodex 1x1

P : 50x/menit

pemeriksaan EKG

S : 36,5C
27/03/2016

IVFD RL 20 tpm

TD : 130/90 mmHg

Sesak ( )

Lasix amp/12 jam/IV

N : 90x/menit

Nyeri dada ( )

micardis 1x1

P : 38x/menit

Batuk berlendir (+)

neurodex 1x1

28/03/2016

Batuk berlendir (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 120/70 mmHg

Nyeri dada ( )

Lasix amp/12 jam/IV

N : 88x/menit

sesak ( )

Letonal 1-0-0

29/03/2016

Batuk berlendir (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 120/80 mmHg

Nyeri dada ( )

Lasix amp/12 jam/IV

N : 82x/menit

sesak ( )

Aspilet 1x1

Anbacim vial/8 jam/IV

S : 37 C

P : 20x/menit
S : 36,8 C

P : 18x/menit

S : 36,5C
30/03/2016

Batuk berlendir (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 120/70 mmHg

Nyeri dada ( )

Anbacim vial/8 jam/IV

N : 88x/menit

sesak ( )

Ketorolac amp/ 12 jam/IV

31/03/2016

Batuk berlendir (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 110/60 mmHg

Nyeri dada ( )

Anbacim vial/8 jam/IV

N : 88x/menit

sesak ( )

Ketorolac amp/ 12 jam/IV

01/04/2016

Batuk berlendir (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 100/60 mmHg

Nyeri dada (+)

Anbacim vial/8 jam/IV

N : 88x/menit

Sesak ( )

Ketorolac amp/ 12 jam/IV

P : 22x/menit

Post op: krepitasi (+)=

S : 36,5C

emfisema subkutis

02/04/2016

Batuk berlendir (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 120/70 mmHg

Sesak ( )

Anbacim vial/8 jam/IV

N : 90x/menit

Batuk berlendir (+)

Ketorolac amp/ 12 jam/IV

P : 20x/menit

Lasix amp/ 12 jam/IV

S : 36,8C

Aspilet 1x1

P : 22x/menit
S : 36,5C

P : 20x/menit
S : 36,5C

03/04/2016

Batuk berlendir (+)

IVFD RL 20 tpm

TD : 100/60 mmHg

Bekas WSD masih

Anbacim vial/8 jam/IV

mengeluarkan cairan

Ketorolac amp/ 12 jam/IV

P : 21x/menit

Lasix amp/ 12 jam/IV

S : 36,5C

Aspilet 1x1

N : 92x/menit

04/04/2016
TD : 100/60 mmHg

Batuk berlendir ( )

Anbacim vial/8 jam/IV

N : 88x/menit

Nyeri dada sebelah

Ketorolac amp/ 12 jam/IV

Aspilet 1x1

Neurodex 1x1

P : 20x/menit

kanan ( )

S : 36,6C

Sesak bila batuk ( )

05/04/2016

Tidak ada keluhan

TD: 100/80 mmHg


N:96x/menit
P:22x/menit
S: 36,5C

Boleh pulang

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


didapatkan daftar masalah sebagai berikut:
1) Pneumotoraks spontan sekunder ec TB paru aktif

Pada anamnesis didapatkan:


-

Sesak napas yang semakin bertambah

Nyeri dada kanan


Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:

Inspeksi

: dada cembung pada sisi kanan

- Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun tidak sama dengan kiri


- Perkusi

: hipersonor pada sisi kanan

- Auskultasi : Suara napas lemah


Melemahnya atau hilangnya suara pernafasan dalam stetoskop
mengindikasikan bahwa paru tidak memenuhi rongga dada. Tanda ini
disertai oleh hipersonor pada pemeriksaan perkusi di dinding dada
menambah dugaan pneumotoraks.

Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan:


-

Pneumotoraks kanan

Kolaps paru kanan (+)

Plan terapi : -

Oksigen nasal 3 liter/menit


-

Pemasangan WSD di paru kanan

Anbacim /8 jam

Ketorolac/ 12 jam

Plan monitoring : Keluhan subjektif, objektif, foto toraks, hasil WSD


Plan edukasi : - Menjelasken tentang penyakit, pemeriksaan, dan terapi
kepada pasien
- Menganjurkan pasien agar beristirahat
Paru terdapat dalam rongga dada, dengan rongga yang sempit. Udara masuk ke
dalam rongga paru melewati diafragma. Rongga paru antara dinding dada dengan
paru, jika udara masuk ke dalam rongga ini, mau itu dari dalam paru (closed
Pneumotoraks) ataupun dari luar rongga dada (open Pneumotoraks) akan terjadi
kolaps dari paru yang menyebabkan orang tersebut menjadi tidak bisa bernafas.

Skema patogenesis pneumothoraks ec TB paru

Alveolus disangga oleh kapiler yang memiliki dinding lemah dan mudah robek.
Pada infeksi tuberkulosis, pneumotoraks terjadi disebabkan karena adanya proses
inflamasi di alveolus atau bisa juga karena peningkatan tekanan intraalveolar akibat
batuk yang menyebabkan rupturnya alveolus. Sehingga terbentuk bleb di subpleura
viseralis. Bleb tersebut pecah, kemudian udara masuk ke rongga pleura.
2) CHF
Pada pemeriksaan penunjang:
-

EKG : sinus takikardi, LVH, OMI

Foto thorax PA: kardiomegali, CTR 56%

Plan terapi : - Lasix /12 jam


-

Aspilet 1x1

Micardis 1x1

Plan edukasi : - Menjelasken tentang penyakit, pemeriksaan, dan terapi


kepada pasien
CHF

adalah

suatu

keadaan

patofisiologis

dimana

jantung

gagal

mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan


pengisian cukup. Gagal jantung paling sering disebabkan oleh gagal kontraktilitas
miokard, seperti yang terjadi pada infark miokard, hipertensi lama, atau
kardiomiopati.

Diagnosis dari gagal jantung dapat didasarkan atas kriteria Framingham


3) Diagnosis Banding
-

Miokardium infark akut:


nafas yang pendek dan sakit dada, namun sakit dada pada MI biasanya spesifik
seperti di hancurkan, sentral dan menyebar ke daerah rahang, tangan kiri atau
perut. Namun pasien dengan MI bisa juga superinfeksi dengan penyakit paru.

Emphysema :
kehilangan fungsi jaringan paru dan digantikan dengan rongga berudara yang
juga menyebabkan nafas yang pendek-pendek, berkurangnya asupan udara dan
meningkatnya resonansi pada pemeriksaa. Emphysema merupakan penyakit
kronik, bedanya emphysema difus sedangkan Pneumotoraks local, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan foto rontgen harus dilakukan dan dinilai teliti sehingga
dapat didapatkan hasil yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed V, jl III.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2009
Hisyam Barmawi, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed V, jl III. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2009
TBGerdunas. PEDOMAN NASIONAL PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS ed
II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta:2007
Alsagaf H, Mukty A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Arlangga university press.
Surabaya: 2009
Tanto C, Liwang C. Kapita Selekta Kedokteran ed. IV, jl I. Media Aesculapius.
Jakarta: 2014

Anda mungkin juga menyukai