Abstrak: Seorang wanita berusia 19 tahun datang dengan demam sejak lima hari, disertai nyeri
kepala, mual, muntah, dan mialgia pada seluruh tubuh. Pada pemeriksaan ditemukan
hepatomegali, tanda-tanda perdarahan spontan, dan trombositopenia. Gambaran klinis pada
penderita ini sesuai dengan kriteria demam berdarah dengue. Pemeriksaan konfirmasi dengue
blot menunjukkan hasil yang positif. Pada hari perawatan ke-4 pasien mengalami bradiaritmia
dengan hemodinamik yang stabil. Pemeriksaan elektrokardiogram menunjukkan adanya
blokade atrioventrikuler derajat dua Mobitz tipe I. Tidak ada kelainan pada pemeriksaan
ekokardiografi dan enzim jantung. Kelainan konduksi jantung ini berlangsung selama tiga
hari, tanpa adanya tanda gangguan hemodinamik pada penderita. Seiring dengan perbaikan
klinis dan peningkatan trombosit, elektrokardiogram penderita menjadi normal kembali pada
perawatan hari ke-7. Blokade atrioventrikuler derajat dua Mobitz tipe I yang terjadi pada
penderita demam berdarah dengue dapat merupakan suatu gangguan fungsi nodus
atrioventrikular yang sementara, terkadang terjadi perubahan pada tonus otonom.
Kata kunci: demam berdarah dengue, bradiaritmia, blokade atrioventrikuler derajat dua Mobitz
tipe I
364
Blokade AV Derajat Dua Mobitz Tipe I pada Penderita Demam Berdarah Dengue
Abstract: A 19-year-old woman was admitted to the hospital because of a 5-day history of fever
accompanied with headache, nausea, vomiting, and myalgia. Hepatomegaly, spontaneous bleeding, and thrombocytopenia were found. Clinical features of this patient were typical for dengue
hemorrhagic fever. Confirm test on dengue blot examinations were positive. On the fourth day
after admission, a bradyarrhythmia with stable hemodynamic was detected. Electrocardiogram
revealed Mobitz type I second degree AV block. Echocardiogram and cardiac enzyme were within
normal limit. This heart conduction abnormality was detected in three days without any symptoms
of hemodynamic instability. Electrocardiogram was completely back to normal on the seventh day
after admission due to improvement of her clinical status and elevation of her thrombocyte.
Mobitz type I second degree AV block in a patient with dengue hemorrhagic fever may be a
transient functional impairment of atrioventricular node, in which altered autonomic tone may
play a role.
Keywords: dengue hemorrhagic fever, bradyarrhythmia, Mobitz type I second degree AV block
Pendahuluan
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan
masalah serius di tujuh negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.1,2 Insidens terjadinya DBD meningkat secara tajam
dalam 17 tahun terakhir, dan prevalensi DBD di Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 0,6%.2,3 Pada DBD dapat ditemukan
komplikasi kelainan elektrokardiografi (EKG), dan pernah
dilaporkan insidens di Singapore sebesar 44%, di Thailand
64%, dan di Filipina 34%.4 Berbagai kelainan EKG pada
penderita DBD yang pernah dilaporkan sebelumnya yaitu:
kelainan segmen ST, sinus bradikardia, blokade atrioventrikular (AV) derajat satu, kontraksi atrial prematur, dan
kontraksi ventrikel prematur.5 Dengan adanya komplikasi
kelainan pada sistem konduksi jantung akan meningkatkan
angka kesakitan dan kematian penderita DBD bila tidak
diawasi dengan cermat.
Laporan Kasus
Seorang pasien wanita berusia 19 tahun datang dengan
keluhan utama demam sejak lima hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga merasa nyeri kepala, mual dan muntah,
serta mialgia pada seluruh tubuhnya. Pemeriksaan fisik saat
pasien masuk: kesadaran pasien kompos mentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit (teratur, kuat,
penuh), frekuensi pernapasan 24 x/menit, suhu aksila 39,4oC.
Kami menemukan hepatomegali dan petekie pada kedua
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 8, Agustus 2010
Blokade AV Derajat Dua Mobitz Tipe I pada Penderita Demam Berdarah Dengue
Gambar 1. Rekaman EKG pada Hari Sakit ke-9 Menunjukkan Blokade AV Derajat dua Mobitz Tipe I
Gambar 2. Rekaman EKG Menjadi Normal Kembali pada Perawatan Hari ke-7
366
Blokade AV Derajat Dua Mobitz Tipe I pada Penderita Demam Berdarah Dengue
Pasien kami datang dengan gejala dan tanda yang
sesuai dengan kriteria demam berdarah dengue derajat dua
menurut WHO. Pada perawatan hari ke-4 ditemukan adanya
bradiaritmia dengan hemodinamik yang stabil disertai
elektrokardiogram yang menunjukkan adanya blokade AV
derajat dua Mobitz tipe I. Pada penderita DBD derajat I dan
II dapat terjadi komplikasi kelainan EKG. Kelainan ini
biasanya tanpa gejala dan hanya bersifat sementara saja.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yusoff et al.7 didapatkan
bahwa 20 dari 23 penderita DBD (87%) mengalami kelainan
EKG.7 Beberapa kelainan EKG pada penderita DBD yang
pernah dilaporkan sebelumnya yaitu: kelainan segmen ST,
sinus bradikardia, blokade atrioventrikular (AV) derajat satu,
kontraksi atrial prematur, dan kontraksi ventrikel prematur.5
Kelainan EKG berupa berbagai derajat blokade nodus selama
masa konvalesens DBD sering kali ditemukan.4,8 Literatur
tersebut tidak mendeskripsikan mengenai kondisi pasienpasien dengan kelainan-kelainan EKG yang ada.
Mekanisme terjadinya bradiaritmia dengan hemodinamik yang stabil pada penderita DBD masih belum
diketahui secara pasti. Suatu studi kasus pernah melaporkan
bahwa pada penderita DBD dapat terjadi perubahan pada
jantung. Perubahan yang terjadi berupa kongesti, edema,
fenomena perdarahan dan nekrotik, perubahan inflamasi
interstitial, dan miokarditis interstitial.9 Perubahan ini dapat
menimbulkan gangguan irama dan konduksi jantung.
Literatur lain menyatakan bahwa mekanisme patogenesis
terjadinya kelainan fungsi jantung dapat dipengaruhi oleh
adanya peranan perubahan tonus otonom dan hipotensi
yang berkepanjangan.7 Selain itu, kelainan fungsi jantung
dapat pula disebabkan oleh adanya kelainan metabolisme
adenosin atau kelainan lain dalam sel yang sebagian besar
menggunakan kalsium untuk depolarisasi, serta perdarahan
yang sedikit dan terlokalisasi pada nodus. Perdarahan yang
terlokalisasi pada nodus AV memungkinkan timbulnya
blokade AV yang terjadi untuk sementara waktu saja.5
Literatur lainnya menyatakan bahwa virus juga dapat
menginvasi miokardium secara langsung dan menimbulkan
kerusakan pada serabut otot jantung. Selain itu, kerusakan
pada serabut otot jantung juga dapat terjadi melalui peningkatan reaksi hipersensitivitas atau melalui mekanisme autoimun.10 Disfungsi miokardium yang terjadi, selain dipengaruhi oleh faktor virulensi virus, juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya seperti digambarkan dalam Gambar 4.
Pada pasien kami hanya terjadi kelainan konduksi
jantung tanpa adanya kelainan fungsi jantung, yang telah
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan ekokardiografi dan
enzim jantung yang normal. Kondisi hemodinamik pasien
juga stabil, walaupun terjadi bradiaritmia. Sampai saat ini
belum dibentuk suatu panduan mengenai kelainan EKG dan
tatalaksananya pada penderita DBD. Berdasarkan algoritme
dalam Bantuan Hidup Jantung Lanjut (Advanced Cardiac
Life Support/ACLS), dalam menghadapi penderita dengan
bradikardia, yang penting dinilai adalah apakah bradikardia
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 8, Agustus 2010
Infeksi Virus
Predisposisi genetik
Virulensi virus
Reaksi Autoimun
Replikasi virus
Imunitas seluler
Imunitas humoral
Produksi sitokin
sitotoksisitas langsung
Produksi antibodi
Disfungsi Miokardium
Gambar 4. Berbagai Faktor yang Terlibat dalam Perkembangan
Disfungsi Miokardium Setelah Infeksi Virus
Diadaptasi dari: Pinney SP, Mancini DM. Myocarditis and Specific
Cardiomyopathies Endocrine Disease and Alcohol. In: Fuster V, et al.
editors. Hursts The Heart. 10th ed. Vol 2. USA: The McGraw-Hill
Companies. 2001.11
Blokade AV Derajat Dua Mobitz Tipe I pada Penderita Demam Berdarah Dengue
seperti miokarditis akut. Walaupun pada penderita DBD
dapat terjadi miokarditis, blokade jantung yang terjadi pada
pasien kami kemungkinan besar bukanlah suatu miokarditis
akut. Hal ini disebabkan blokade yang terjadi hanya
sementara saja, tidak adanya gangguan fungsi jantung, dan
tanda-tanda kerusakan otot jantung.
Kasus serupa seperti ini pernah dilaporkan sebelumnya.
Namun, dalam laporan tersebut tidak dibahas mengenai
kondisi klinis dan tatalaksana pasien tersebut. Diharapkan
dengan adanya laporan kasus seperti ini, dapat dijadikan
sebagai dasar dalam pembentukan panduan diagnosis dan
tatalaksana kelainan EKG pada penderita DBD.
Kesimpulan
Telah dilakukan pembahasan kasus tentang seorang
pasien wanita usia 19 tahun dengan DBD derajat II dengan
komplikasi bradiaritmia berupa blokade AV derajat dua Mobitz
tipe I.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
368