Anda di halaman 1dari 21

I.

Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit terbagi menjadi 3 bagian
1. Epidermis
Terbagi atas 4 lapisan:
A. Lapisan basal / stratum germinativum

Terdiri dari sel sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis

Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade

Lapisan terbawah dari epidermis

Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin (melindungi kulit dari
sinar matahari)

B. Lapisan Malpighi / stratum spinosum

Lapisan epidermis yang paling tebal.

Terdiri dari sel polygonal

Sel sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.

C. Lapisan Granular / S. granulosum.

Terdiri dari butir butir granul keratohialin yang basofilik.

D. Lapisan tanduk / korneum

Terdiri dari 20 25 lapis sel tanduk tanpa inti.

Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk
barier terluar kulit yang berfungsi :

Mengusir mikroorganisme patogen.

Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh

Unsur utama yang mengeraskan rambut dan kuku

Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang esensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
2. Dermis

Terletak dibawah epidermis. Terdapat banyak pembuluh darah, limfe, dan akar rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebaseus. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:
A. Pars papilaris, terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen.
B. Retikularis.
3. Subkutan atau hipodermis

Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.

Merupakan jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot
dan tulang.

Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.

Sebagai bantalan terhadap trauma.

Tempat penumpukan energi.

Rambut
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan,
kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut :
2

1. Rambut terminal (dapat panjang dan pendek)


2. Rambut velus (pendek, halus dan lembut)
Fungsi rambut : Alis mata melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung
(vibrissae) menyaring udara, serta berfungsi sebagai pengatur suhu, pendorong penguapan kerngat
dan indera peraba yang sensitive.
Rambut terdiri dari akar (sel tanpa keratin) dan batang (terdiri sel keratin). Bagian dermis yang
masuk dalam kandung rambut disebut papil.
Kuku
Permukaan dorsal ujung distal jari tangan atau kaki terdapat lempeng kreatin yang keras dan
transparan tumbuh dari akar yang disebut kutikula. Pertumbuhan rata- rata 0,1 mm/hari. Pembaruan
total kuku jari tangan : 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan.
Kelenjar kulit
1. Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang
akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
2. Kelenjar keringat
Terdapat 2 kategori:
A. Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebagai reaksi peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan
sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila,
dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap stress, nyeri dll.
B. Kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksila, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folikel rambut. Kelenjar ini
aktif pada masa pubertas, pada wanita akan membesar dan berkurang pada siklus haid. Kelenjar
apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bakteri menghasilkan
bau khas pada aksila.
Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut kelenjar seruminosa yang
menghasilkan serumen(wax).
Fungsi kulit
1. Proteksi
3

Masuknya benda- benda dari luar (benda asing, invasi bakteri).

Melindungi dari trauma yang terus menerus.

Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.

Menyerap berbagai senyawa lipid vitamin Adan D yang larut lemak.

Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.

2. Termoregulasi
Vasokonstriksi pada suhu dingin dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi
penguapan keringat.
3. Proses hilangnya panas dari tubuh :

Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.

Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan
dengan tubuh.

Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi

Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran
darah kekulit (total aliran darah N: 450 ml/menit.)
3.Sensibilitas
Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
4. Keseimbangan air
Stratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
5. Produksi vitamin
Kulit yang terpejan sinar UV akan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin D.

II. Definisi
Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia
radioaktif. Combustio disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi/radiasi elektromagnetik.
4

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn)
III. Epidemiologi
Menurut the National Institutes of General Medical Sciences, sekitar 1,1 juta luka-luka
bakar yang membutuhkan perawatan medis setiap tahun di Amerika Serikat. Di antara mereka
terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan sekitar 4.500 meninggal setiap tahun dari luka
bakar. Ketahanan hidup setelah cedera luka bakar telah meningkat pesat selama abad kedua puluh.
Perbaikan resusitasi, pengenalan agen antimikroba topikal dan, yang lebih penting, praktek eksisi
dini luka bakar memberikan kontribusi terhadap hasil yang lebih baik. Namun, cedera tetap
mengancam jiwa.
Di India, sekitar 2,4 juta luka bakar dilaporkan per tahun. Sekitar 650.000 dari cedera
ditangani oleh pusat-pusat perawatan luka bakar, 75.000 dirawat di rumah sakit. Dari mereka yang
dirawat di rumah sakit, 20.000 yang mengalami luka bakar besar telah melibatkan paling sedikit
25% dari total permukaan tubuh mereka. Antara 8.000 dan 12.000 pasien dengan luka bakar
meninggal, dan sekitar satu juta akan mempertahankan cacat substansial atau permanen yang
dihasilkan dari luka bakar mereka. Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia masih cukup
tinggi, yaitu 27,6% (2012) di RSCM dan 26,41% (2012) di RS Dr. Soetomo. Data epidemiologi dari
unit luka bakar RSCM pada tahun 2011-2012 melaporkan jumlah pasien luka bakar sebanyak 257
pasien. Dengan rerata usia adalah 28 tahun ( range : 2,5 bulan 76 tahun), dengan rasio laki- laki :
perempuan adalah 2,7 : 1. Luka bakar api adalah etiologi terbanyak (54,9 %), diikuti air panas
(29,2%), luka bakar listrik (12,8%), dan luka bakar kimia (3,1%). Rerata luas luka bakar adalah
26% (range 1-98%). Dan rerata lama rawatan adalah 13,2 hari. Angka mortalitas sebanyak 36,6%
pada pasien dengan rerata luas luka bakar 44,5%, dengan luas luka bakar > 60 % semuanya
mengalami kematian

IV. Etiologi
Sumber dari luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan evaluasi dan
penanganan. Luka bakar dapat dibedakan atas :
1. Paparan api

Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan
cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru
5

mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat
sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera
kontak.

Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.

Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scald (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya,
semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat
dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan.
3. Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam, basa, dan bahan tajam lainnya.
Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya
injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer
4. Luka bakar karena listrik, baik Alternatif Current (AC) maupun Direct Current (DC). Luka bakar
listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh.
Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.

V. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang
berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit
kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit
memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi
nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler
6

yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi
edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani
(Hudak dan Gallo, 1996).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi
sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang
mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O,
elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan
hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi
gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai
sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan
neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
Fase Pada Luka Bakar :
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas yaitu
gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di dada atau trauma
multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemia.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan
atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari
kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang
dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas
lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang
hebat dan berlangsung lama
Pembagian zona kerusakan jaringan :
1. Zona koagulasi, zona nekrosis

Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis beberapa saat setelah
kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.

2. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi
gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir
dengan nekrosis jaringan.
3. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga
dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona
pertama.

VI. Klasifikasi
Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa eritema,
tidak dijumpai pula nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi
secara spontan dalam waktu 5 -10 hari.
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung ujung
syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal
A. Derajat II Dangkal (Superficial)

Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.

Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya
tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial
setelah 12-24 jam

Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.

Jarang menyebabkan hypertrophic scar.

Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3
minggu

B. Derajat II dalam (Deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea


sebagian besar masih utuh.
9

Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.

Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah muda
dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah dermis (daerah yang
berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,
daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah )

Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu

3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)


Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai bula,
apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung ujung syaraf sensorik
mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan dari dasar luka
4. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang
terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi
koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya
terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka
Klasifikasi luka Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Luka bakar mayor

Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anakanak.

Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.

Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya
luka.
10

Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

2. Luka bakar moderat

Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.

Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.

Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

3. Luka bakar minor


Luka bakar minor adalah :

Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada
anak-anak.

Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.

Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.

Luka tidak sirkumfer.

Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

VII. Diagnosis
Diagnose luka bakar didasarkan pada:
1. Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule
of Wallace:

Kepala dan leher

Lengan masing-masing 9%

Badan depan 18%

Tungkai masing-masing 18% : 36%

Genetalia perineum
o Total

: 9%
: 18%
: 36%

: 1%
: 100 %
\

11

Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan
rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund and Browder untuk anak.

Gambar 2. Luas luka bakar pada anak.

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain:
a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
12

b. Kedalaman luka bakar


c. Anatomi/lokasi luka bakar
d. Umur penderita
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan

2. Derajat Luka Bakar


Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas, sumber, penyebab
dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang
lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
a. Luka bakar derajat I:
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperfisial), kulit hiperemik berupa eritema,
tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

Gambar 3. Derajat I luka bakar


b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi, dibedakan atas 2
(dua) bagian:
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan
13

benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk sikatrik.
b. Derajat II dalam/deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan epitel tinggal
sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea
tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar 4. Derajat II luka bakar


c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai
jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih
pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis
yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujungujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

14

3. Kriteria Berat Ringan luka bakar


Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association yakni :
a. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
b. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 10 20% pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
c. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
-Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
VIII. Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada luka bakar dibedakan menjadi dua:
1. Terapi fase akut

Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar.

Menilai keadaan umum penderita: adanya sumbatan jalan nafas, nadi, tekanan darah dan
kesadaran (ABC)
-

Bila terjadi obstruksi jalan nafas: Bebaskan jalan nafas

Bila terjadi shock: segera infuse (grojog) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
dan kebutuhan cairan (RL).

Bila tidak shok: segera diinfus sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan.

Perawatan luka
-

Luka dicuci dan dibersihkan dengan air steril dan antiseptic

Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda infeksi,
keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan menggunakan medikasi
topikal. Luka bakar wajah superficial dapat diobati dengan ointment antibacterial.
15

Luka sekitar mata dapat diterapi dengan ointment antibiotik mata topical. Luka bakar
yang dalam pada telinga eksternal dapat diterapi dengan mafenide acetat, karena zat
tersebut dapat penetrasi ke dalam eschar dan mencegah infeksi purulen kartilago.
-

Obat- obat topical yang digunakan untuk terapi luka bakar seperti: silver
sulfadiazine, contoh Silvaden, Burnazine, Dermazine, dll.

Kulit yang terkelupas dibuang, bulae (2-3 cm) dibiarkan

Bula utuh dengan cairan > 5 cc dihisap, < 5 cc dibiarkan


Bula sering terjadi pada jalur skin graft donor yang baru dan pada luka yang ungraft.
Membrane basal lapisan epitel baru kurang berikatan dengan bed dari luka bakar.
Struktur ini dapat mengalami rekonstruksi sendiri dalam waktu beberapa bulan dan
menjadi bullae. Bulla ini paling baik diterapi dengan dihisap dengan jarum yang
bersih, memasang lagi lapisan epitel pada permukaan luka, dan menutup dengan
pembalut adhesif. Pembalut adhesive ini dapat direndam.

Pasien dipindahkan ke tempat steril

Pemberian antibiotic boardspectrum bersifat profilaksis.

Berikan analgetik untuk menghilangkan nyeri dan antacid untuk menghindari


gangguan pada gaster.

Berikan ATS untuk menghindari terjadinya tetanus

Pasang catheter folley untuk memantau produksi urine pasien

Pasang NGT (Nasogastric tube), untuk menghindari ileus paralitic.

2. Terapi fase pasca akut

Perawatan luka
-

Eschar escharectom (Eschar : jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati,
serum, darah kering)

Gangguan AVN distal karena tegang (compartment syndrome) escharotomi atau


fasciotomi

Kultur dan sensitivity test antibiotika Antibiotika diberikan sesuai hasilnya

Dimandikan tiap hari atau 2 hari sekali

Kalau perlu pemberian Human Albumin

Keadaan umum penderita


Dilihat keadaan umum penderita dengan menilai beberapa hal seperti kesadaran, suhu
tubuh, dan sirkulasi perifer. Jika didapatkan penurunan kesadaran, febris dan sirkulasi
yang jelek, hal ini menandakan adanya sepsis.
16

Diet dan cairan

Penanganan Pernapasan :
Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka
kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama
pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah
muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas
yang terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas
karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk
produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang
menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada percabangan trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang
diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida,
nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan
kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan
menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edem. Efek intoksikasi karbon monoksida
(CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang
cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat
disbanding kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan
hipoksia jaringan. Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal
sebagai berikut.
a. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
b. Sputum tercampur arang.
c. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
d. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
e. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau
adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan
adanya iritasi mukosa.
f. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
g. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi.
Penanganan penderita trauma inhalasi bila terjadi distress pernapasan maka harus dilakukan
trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi
stabil.
17

Penanganan Sirkulasi :
Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti
dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interfisial
mengakibatkan terjadinya hipovolemik intra vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan
hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan
gangguan perfusi/sel/jaringan/organ. Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas
kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial
menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal
dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah
kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi
dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan
metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan
penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis, derajat kerusakan
jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif
diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic terhadap angka
mortalitas.
Resustasi Cairan :
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc
jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :
18

1. RL / NaCl = luas combustio % X BB/ Kg X 1 cc


2. Plasma = luas combustio % X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc
Hari I

8 jam X
16 jam X

Hari II hari I
Hari ke III hari ke I

Perawatan Luka Bakar :


Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan
luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan
luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.
Setelah luka dibersihkan dan didebridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki
beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk
mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal
mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar derajat I, merupakan
luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut,
cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila
perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan
pembengkakan. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertamatama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi
dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat
dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) atau bahan sintetis
(opsite, biobrane, transcyte, integra). Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan
eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting ).
Nutrisi :
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal
karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik.
Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:
Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
19

Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lain
lain.
Luas dan derajat luka bakar
Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimulainya pemberian nutrisi dini pada
penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48
jam pascatrauma.
Permasalahan Pasca Luka Bakar :
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan
kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga
ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:

Infeksi dan sepsis

Oliguria dan anuria

Oedem paru

ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )

Anemia

Kontraktur

Kematian

IX. Komplikasi

Gagal ginjal akut

Gagal respirasi akut

Syok sirkulasi
20

Sepsis

X. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa.
Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat
sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan
lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan
membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang
jaringan parut.

21

Anda mungkin juga menyukai