Terdiri dari sel sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin (melindungi kulit dari
sinar matahari)
Sel sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk
barier terluar kulit yang berfungsi :
Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang esensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
2. Dermis
Terletak dibawah epidermis. Terdapat banyak pembuluh darah, limfe, dan akar rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebaseus. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:
A. Pars papilaris, terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen.
B. Retikularis.
3. Subkutan atau hipodermis
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
Merupakan jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot
dan tulang.
Rambut
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan,
kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut :
2
2. Termoregulasi
Vasokonstriksi pada suhu dingin dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi
penguapan keringat.
3. Proses hilangnya panas dari tubuh :
Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan
dengan tubuh.
Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran
darah kekulit (total aliran darah N: 450 ml/menit.)
3.Sensibilitas
Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
4. Keseimbangan air
Stratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
5. Produksi vitamin
Kulit yang terpejan sinar UV akan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin D.
II. Definisi
Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia
radioaktif. Combustio disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi/radiasi elektromagnetik.
4
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn)
III. Epidemiologi
Menurut the National Institutes of General Medical Sciences, sekitar 1,1 juta luka-luka
bakar yang membutuhkan perawatan medis setiap tahun di Amerika Serikat. Di antara mereka
terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan sekitar 4.500 meninggal setiap tahun dari luka
bakar. Ketahanan hidup setelah cedera luka bakar telah meningkat pesat selama abad kedua puluh.
Perbaikan resusitasi, pengenalan agen antimikroba topikal dan, yang lebih penting, praktek eksisi
dini luka bakar memberikan kontribusi terhadap hasil yang lebih baik. Namun, cedera tetap
mengancam jiwa.
Di India, sekitar 2,4 juta luka bakar dilaporkan per tahun. Sekitar 650.000 dari cedera
ditangani oleh pusat-pusat perawatan luka bakar, 75.000 dirawat di rumah sakit. Dari mereka yang
dirawat di rumah sakit, 20.000 yang mengalami luka bakar besar telah melibatkan paling sedikit
25% dari total permukaan tubuh mereka. Antara 8.000 dan 12.000 pasien dengan luka bakar
meninggal, dan sekitar satu juta akan mempertahankan cacat substansial atau permanen yang
dihasilkan dari luka bakar mereka. Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia masih cukup
tinggi, yaitu 27,6% (2012) di RSCM dan 26,41% (2012) di RS Dr. Soetomo. Data epidemiologi dari
unit luka bakar RSCM pada tahun 2011-2012 melaporkan jumlah pasien luka bakar sebanyak 257
pasien. Dengan rerata usia adalah 28 tahun ( range : 2,5 bulan 76 tahun), dengan rasio laki- laki :
perempuan adalah 2,7 : 1. Luka bakar api adalah etiologi terbanyak (54,9 %), diikuti air panas
(29,2%), luka bakar listrik (12,8%), dan luka bakar kimia (3,1%). Rerata luas luka bakar adalah
26% (range 1-98%). Dan rerata lama rawatan adalah 13,2 hari. Angka mortalitas sebanyak 36,6%
pada pasien dengan rerata luas luka bakar 44,5%, dengan luas luka bakar > 60 % semuanya
mengalami kematian
IV. Etiologi
Sumber dari luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan evaluasi dan
penanganan. Luka bakar dapat dibedakan atas :
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan
cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru
5
mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat
sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera
kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scald (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya,
semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat
dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan.
3. Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam, basa, dan bahan tajam lainnya.
Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya
injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer
4. Luka bakar karena listrik, baik Alternatif Current (AC) maupun Direct Current (DC). Luka bakar
listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh.
Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
V. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang
berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit
kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit
memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi
nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler
6
yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi
edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani
(Hudak dan Gallo, 1996).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi
sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang
mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O,
elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan
hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi
gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai
sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan
neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
Fase Pada Luka Bakar :
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas yaitu
gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di dada atau trauma
multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemia.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan
atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari
kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang
dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas
lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang
hebat dan berlangsung lama
Pembagian zona kerusakan jaringan :
1. Zona koagulasi, zona nekrosis
Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis beberapa saat setelah
kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.
2. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi
gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir
dengan nekrosis jaringan.
3. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga
dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona
pertama.
VI. Klasifikasi
Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa eritema,
tidak dijumpai pula nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi
secara spontan dalam waktu 5 -10 hari.
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung ujung
syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal
A. Derajat II Dangkal (Superficial)
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya
tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial
setelah 12-24 jam
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3
minggu
Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah muda
dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah dermis (daerah yang
berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,
daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah )
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anakanak.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya
luka.
10
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada
anak-anak.
VII. Diagnosis
Diagnose luka bakar didasarkan pada:
1. Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule
of Wallace:
Lengan masing-masing 9%
Genetalia perineum
o Total
: 9%
: 18%
: 36%
: 1%
: 100 %
\
11
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan
rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund and Browder untuk anak.
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain:
a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
12
benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk sikatrik.
b. Derajat II dalam/deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan epitel tinggal
sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea
tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
14
Menilai keadaan umum penderita: adanya sumbatan jalan nafas, nadi, tekanan darah dan
kesadaran (ABC)
-
Bila terjadi shock: segera infuse (grojog) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
dan kebutuhan cairan (RL).
Bila tidak shok: segera diinfus sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan.
Perawatan luka
-
Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda infeksi,
keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan menggunakan medikasi
topikal. Luka bakar wajah superficial dapat diobati dengan ointment antibacterial.
15
Luka sekitar mata dapat diterapi dengan ointment antibiotik mata topical. Luka bakar
yang dalam pada telinga eksternal dapat diterapi dengan mafenide acetat, karena zat
tersebut dapat penetrasi ke dalam eschar dan mencegah infeksi purulen kartilago.
-
Obat- obat topical yang digunakan untuk terapi luka bakar seperti: silver
sulfadiazine, contoh Silvaden, Burnazine, Dermazine, dll.
Perawatan luka
-
Eschar escharectom (Eschar : jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati,
serum, darah kering)
Penanganan Pernapasan :
Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka
kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama
pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah
muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas
yang terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas
karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk
produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang
menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada percabangan trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang
diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida,
nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan
kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan
menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edem. Efek intoksikasi karbon monoksida
(CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang
cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat
disbanding kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan
hipoksia jaringan. Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal
sebagai berikut.
a. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
b. Sputum tercampur arang.
c. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
d. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
e. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau
adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan
adanya iritasi mukosa.
f. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
g. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi.
Penanganan penderita trauma inhalasi bila terjadi distress pernapasan maka harus dilakukan
trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi
stabil.
17
Penanganan Sirkulasi :
Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti
dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interfisial
mengakibatkan terjadinya hipovolemik intra vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan
hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan
gangguan perfusi/sel/jaringan/organ. Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas
kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial
menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal
dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah
kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi
dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan
metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan
penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis, derajat kerusakan
jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif
diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic terhadap angka
mortalitas.
Resustasi Cairan :
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc
jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :
18
8 jam X
16 jam X
Hari II hari I
Hari ke III hari ke I
Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lain
lain.
Luas dan derajat luka bakar
Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimulainya pemberian nutrisi dini pada
penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48
jam pascatrauma.
Permasalahan Pasca Luka Bakar :
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan
kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga
ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
Oedem paru
Anemia
Kontraktur
Kematian
IX. Komplikasi
Syok sirkulasi
20
Sepsis
X. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa.
Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat
sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan
lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan
membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang
jaringan parut.
21