Anda di halaman 1dari 21

Dasar-Dasar Beton (1) Material Beton

Beton terbuat dari campuran:

semen

air

agregat (kerikil) kasar dan halus

admixture (zat aditif) jika diperlukan

Material-material ini dicampur dan diaduk dengan jumlah tertentu sehingga mudah dipindahkan,
ditempatkan (dituang), dipadatkan (compact), dan dibentuk (finish), dan campuran material
tersebut akan mengeras dan menghasilkan produk yang kuat dan tahan lama.
Jumlah dari masing-masing bahan yang dicampurkan (semen, air, agregat, dll) akan
mempengaruhi properti dari beton yang dihasilkan.
SEMEN.
Berbentuk bubuk, dan jika dicampur dengan air, akan membentuk pasta. Pasta semen ini
berfungsi untuk melekatkan dan mengikat antar agregat satu sama lain.
Jenis-jenis semen yang ada di Indonesia antara lain:
- Semen portland putih
- Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
- Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
- Semen portland campur
- Semen masonry
- Semen portland komposit
Untuk cerita lebih jauh tentang semen bisa dibaca di sini.
Tiap jenis semen akan memberikan properti yang berbeda pada beton yang dihasilkannya. Semen
portland adalah tipe semen yang paling umum digunakan untuk membuat campuran beton.
Penyimpanan Semen
Semen jika tidak digunakan, harus disimpan dengan baik. Semen tidak boleh diletakkan
langsung di atas permukaan tanah atau lantai karena dapat menyebabkan kelembaban. Jika
lembab, ada uap air, semen bereaksi dengan air sehingga mengeras. Oleh karena itu, dudukan
semen harus kering, bersih, dan mempunyai sirkulasi udara yang baik.
Tumpukan semen juga boleh ditutup dengan plastik terpal atau sejenisnya untuk memberikan
perlindungan ekstra. Jangan lupa, sirkulasi udara tetap harus diperhatikan.
Tumpukan semen yang sangat banyak biasanya diletakkan di dalam gudang khusus.
AGGREGAT
Disebut juga kerikil, atau istilah tukang biasanya batu split (maksutnya opo yo??). Sudahlah..
bahasa mereka memang agak beda, yang penting bisa diterjemahkan ke bahasa teknis.
Oke.. aggregat ada dua jenis: aggregat kasar dan aggregat halus. Aggregat kasar berupa kerikilkerikil atau jenis crushed rock. Sementara aggregat halus biasanya terdiri dari pasir dan kerikil
halus. Pasir harus pasir beneran, bukan pasir pecahan bata atau plesteran yang dihaluskan.
Hal-hal tentang aggregat.

Kuat dan keras! Aggregat yang rapuh dan keropos bisa menurunkan kualitas beton.

Tahan terhadap waktu dan cuaca seekstrim apapun. Ada jenis batu-batuan yang tidak
tahan terhadap perubahan cuaca sehingga mudah pecah. Jenis ini tidak cocok untuk
dijadikan aggregat beton.

Tidak reaktif (secara kimia). Aggregat tidak boleh bereaksi terhadap kandungan kimia
dari semen, sebab dapat menurunkan kualitas beton.

Bersih. Jika permukaan aggregat terdapat lapisan lempur atau tanah, maka lekatan antara
aggregat dengan semen tidak akan maksimal.

Gradasi ukuran. Ukuran aggregat harus bermacam-macam. Tidak boleh didominasi oleh
satu ukuran tertentu. Gradasi ukuran ini akan membuat beton manjadi padat dan lebih
kuat.

Aggregat bulat lebih mudah dicampur, sementara aggregat bersudut sedikit lebih susah
tapi bisa membuat beton lebih kuat.

Penyimpanan Aggregat
Aggregat harus diletakkan di tempat yang bersih dari kotoran seperti dedaunan, ranting pohon,
lumpur, dan sampah-sampah kecil lainnya. Jika aggregat terlalu basah (misalnya kena hujan),
maka takaran air sewaktu mencampur beton boleh dikurangi.
AIR
Air berfungsi untuk melarutkan semen sehingga menjadi pasta yang kemudian mengikat
semua aggregat dari yang paling besar sampai paling halus.
Air harus bersih, bebas kotoran atau sampah, dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mempengaruhi beton. Air tanah (bor) paling banyak digunakan untuk mencampur adukan beton.
Air laut tidak disarankan, karena bisa menyebabkan karat pada besi tulangan. Air sungai? Lihatlihat dulu.. ada buangan limbah atau tidak? :)
ADMIXTURE (Aditif)
Zat aditif biasanya ditambahkan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk meningkatkan mutu
beton, mempercepat proses pengerasan dan pengeringan beton, mengubah tingkat keenceran
sehingga mudah dituang, dll.
BAGAIMANA PROSES PENCAMPURAN BAHAN-BAHAN TERSEBUT?
Aggregat kasar dan aggregat hasul dicampur terlebih dahulu. Kemudian sejumlah semen
ditambahkan dan diaduk ke campuran aggregat. Air ditambahkan sedikit demi sedikit sehingga
semen dapat berubah menjadi pasta dan merekatkan aggregat dengan baik.[]
disadur dari : Concrete Basic
Sumber : www.duniatekniksipil.web.id

Dasar-Dasar Beton (2) Karakteristik Beton


Ada empat karakteristik utama dari beton, yaitu :

Workability, Cohesiveness, Strength, dan Durability.

Beton memiliki tiga kondisi tahapan bentuk, yaitu :


Plastic, Setting, dan Hardening.

TAHAPAN KONDISI BETON

Tahap Plastis. Ketika bahan-bahan beton pertama kali dicampurkan, bentuknya menyerupai
sebuah adonan. Lunak, encer, sehingga dapat dituang dan dibentuk menjadi bermacam-macam
bentuk. Tahapan ini dinamakan kondisi plastis. Beton harus dalam kondisi plastis pada saat
penuangan (pengecoran) dan pemadatan (kompaksi).
Karakteristik yang paling penting di kondisi plastis ini adalah workability dan cohesiveness.
Kaki kita akan tenggelam jika mencoba berdiri di atas beton yang masih dalam kondisi plastis.

Tahap Setting. Selanjutnya, beton akan mulai mengeras dan kaku. Ketika beton tidak lagi lunak,
dan mulai mengeras, kondisinya dinamakan setting. Setting terjadi setelah kompaksi
(pemadatan) dan pemolesan akhir (finishing). Beton yang basah seperti becek akan lebih mudah
ditempatkan tetapi lebih sulit untuk dilakukan finishing.
Jika kita menginjakkan kaki di atas beton yang sedang setting, kaki kita tidak akan tenggelam,
tetapi jejak kaki kita akan muncul di permukaan beton tersebut.

Tahap Pengerasan (hardening). Setelah melalui tahap setting, beton mulai mengeras dan
mencapai kekuatannya. Karakteristik yang ada pada tahap ini adalah kekuatan dan durabilitas
(daya tahan).
Kaki kita tidak akan meninggalkan jejak jika diinjakkan di atas beton yang sudah mengeras.

WORKABILITY
Workability adalah kemampuan untuk dilaksanakan atau dikerjakan, yang meliputi bagaimana
beton itu mudah untuk dibawa dan ditempatkan di mana-mana, mudah dikerjakan, mudah
dipadatkan, dan mudah untuk dilakukan finishing.
Beton yang cenderung kering alias kekurangan air tentu saja agak susah dibentuk, susah
dipindahkan, bahkan nantinya susah difinishing. Kalo tidak dibangun dengan benar, beton
tersebut tidak akan kuat dan tahan lama.
Workability beton dapat diuji dengan melakukan slump test. Pengujian ini akan dibahas di
bagian ke-3.
Apa saja yang mempengaruhi workability?
1. Jumlah semen pasta (adukan semen). Semen pasta adalah campuran semen dan air.
Semakin banyak pasta semen yang dicampur dengan aggregat kasar dan halus, maka
semakin besar workabilitynya.
2. Tingkat gradasi aggregat. Well-graded (tergradasi dengan baik), permukaan halus, dan
bentuk cenderung bulat cenderung meningkatkan workability dari campuran beton.
Untuk meningkatkan workability, dapat dilakukan dengan

Menambah pasta semen (air + semen)

Menggunakan well-graded aggregat

Menggunakan admixture

Warning!!
Sebaiknya hindari peningkatan workability dengan menambahkan air saja, sebab dapat
menurangi kekuatan dan daya tahan beton.

KEKUATAN DAN DAYA TAHAN.


Beton yang baik terbuat dari material yang kuat dan tahan lama secara alami. Maksudnya, jika
material pembentuk beton sudah kuat dan tahan, bisa dijamin beton yang dihasilkan juga lebih
kuat. Ciri-cirinya beton yang kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi adalah: padat, kedap air
(tidak berpori), tahan terhadap perubahan suhu, dan tahan terhadap keausan dan pelapukan.
Kekuatan dan daya tahan saling berhubungan. Semakin tinggi kekuatan (mutu) beton, semakin
tinggi pula daya tahannya.
Beton yang baik sangat penting untuk melindungi besi tulangan yang ada di dalam inti beton.
Kekuatan beton biasanya diukur dengan Uji Kekuatan Beton. Tentang pengujian ini juga akan
dibahas di bagian ke-3.

Kekuatan dan daya tahan sangat ditentukan oleh:


1. Pemadatan. Pemadatan ini betujuan untuk menghilangkan udara yang ada di dalam
beton. Tentu saja pemadatan ini dilakukan ketika beton masih cair.

2. Pemeliharaan (Curing). Curing adalah membasahi beton yang sudah setting (keras)
untuk beberapa waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengurangi penguapan air yang
berlebihan, sehingga air yang ada di dalam campuran beton dapat bereaksi secara
optimal. Semakin lama proses curing, semakin tinggi daya tahan beton yang dihasilkan.
3. Cuaca. Cuaca yang agak hangat dapat membuat beton mencapai kekuatan yang tinggi
dalam waktu yang tidak lama.
4. Tipe Semen. Tipe semen yang berbeda juga berpengaruh terhadap kekuatan dan daya
tahan beton.
5. Rasio air terhadap semen, biasa disebut w/c ratio. Kebanyakan air atau kekuarangan
semen dapat mengakibatkan beton menjadi tidak kuat dan tentu saja tidak tahan lama.
W/C ratio adalah perbandingan BERAT air terhadap BERAT semen. Karena berat 1 liter
air sama dengan 1 kg, maka orang lebih banyak menggunakan perbandingan VOLUME
air (dalam liter) terhadap BERAT semen (dalam kg).

Dasar-Dasar Beton (3) Sampel Beton Untuk Pengujian


Ada dua pengujian yang utama yang dilakuan terhadap beton, yaitu :
1. SLUMP Test
Slump Test bertujuan untuk menunjukkan Workability atau istilah bakunya kelecakan
(seberapa lecak/encer/muddy) suatu adukan beton.
Lihat Bagian 2
2. COMPRESSION Test atau Tes Uji Tekan
Tes Uji Tekan ini bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai beton
tersebut. Test Uji Tekan ini tentu saja dilakukan pada saat beton sudah mengeras.
Test tersebut harus selalu dilakukan dengan hati-hati. Test yang kurang memperhatikan prosedur
yang baik dan benar dapat memberikan hasil yang tidak tepat.
SAMPLING
Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton, misalnya dari truk
beton atau truk ready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera mungkin dilakukan begitu
truk sudah sampai di lokasi proyek. Jadi, sampel diambil di lokasi, bukan di Batching Plant,
yaitu tempat dimana truk ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam dua cara:

1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0.2 meter kubik beton
sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu sebanyak 0.2 m kubik,
kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja
dikembalikan. :D
2. Untuk pengecekan rutin: sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton dalam truk.
SLUMP TEST
Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu encer dan tidak
terlalu keras. Slump yang diukur harus berada dalam range atau dalam batas toleransi dari yang
ditargetkan.
Peralatan

Slump cone standar (diamter atas 100 mm, diameter bawah 200 mm, dan tinggi 300 mm)

Sekup kecil

Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm)

Penggaris/mistar/ruler

Papan slump (ukuran 500500 mm)

Prosedur

Bersihkan cone. Basahi permukaannya dengan air, dan tempatkan di papan slump. Papan
slump harus bersih, stabil (tidak mudah bergeser),tidak berdebu, dan tidak miring.

Ambil sampel beton

Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi sepertiga bagian dari cone dengan
sampel. Padatkan dengan cara rodding, yaitu menusuk-nusuk beton sebanyak 25 kali.
Lakukan dari bagian terluar ke bagian tengah.

Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi hanya sampai ke
bagian atas lapisan pertama. Bukan ke dasar cone.

Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas lapisan kedua.

Ratakan bagian atas beton yang meluap dengan menggunakan batang besi. Bersikan
papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone ke bawah, dan lepaskan pijakan.

Angkat pelan-pelan cone tersebut. Jangan sampai sampel bergerak/bergeser.

Balikkan cone, tempatkan di samping sampel, dan letakkan batang besi di atas cone yang
terbalik tersebut.


Ukur slump beberapa titik, dan catat rata-ratanya.

Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel lain,
kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton tersebut boleh
ditolak.
UJI KUAT TEKAN
Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari beton yang sudah mengeras. Test ini
dilakukan di laboratorium, dan tentu saja bukan di lokasi proyek (off-site). Yang bisa dilakukan
di lokasi (site) hanyalah membuat atau mencetak beton silinder untuk diuji. Kan, sampelnya ada
di site. Tidak boleh membawa sampel ke laboratorium, kemudian masukkan ke cetakan silinder.
Cetakan silinder harus disediakan di lokasi proyek.
Kekuatan beton dapat diukur dalam satuan MPa atau satuan lain misalnya kg/cm2. Kuat tekan ini
menunjukkan mutu beton yang diukur pada umur beton 28 hari.
Peralatan Pembuatan Sampel

Tabung/silinder cetakan (diameter 100mm x 200mm H, atau diameter 150 mm x 300 mm


H)

Sekup kecil.

Batang besi silinder (diameter 16 mm, panjang 600 mm)

Pelat baja sebagai dudukan

Prosedur Pembuatan Sampel Silinder

Bersihkan cetakan silinder dan lumuri permukaan dalamnya dengan form oil, agar
adukan beton tidak menempel di permukaan metal dari cetakan tersebut.

Ambil sampel adukan beton.

Isi 1/2 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan pemadatan dengan cara rodding
sebanyak 25 kali. Pemadatan juga dapat dilakukan di atas meja getar.

Isi lagi cetakan silinder hingga sampel beton sedikit meluap. Lakukan rodding 25 kali
sampai ke atas lapisan pertama.

Ratakan beton yang meluap, dan bersihkan tumpahan-tumpahan beton yang menempel di
sekitar cetakan.

Beri label. Letakkan di tempat yang teduh dan kering dan biarkan beton setting sekurangkurangnya selama 24 jam.


Buka cetakan dan bawa beton silinder ke laboratorium untuk dilakukan uji kuat tekan.
Untuk detail Uji Tekan, sambil menunggu.. saya hubungi laboratorium dulu kalau begitu.

Dasar-Dasar Beton (4) Komposisi dan Pencampuran Beton


Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat dengan
mudah dikerjakan dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.
Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat dalam
kondisi plastis (belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat dan tahan lama.
Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton tersebut akan
berdiri, misalnya di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat, atau kondisi cuaca yang
ekstrim.
PROPORSIONAL
Reminder: Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat aditif.
Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang
dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran
berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala
kecil, misalnya rumah tinggal.
SEMEN
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan meningkat. Semen
(bersama dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat agregat mulai dari yang paling
besar (kasar) sampai yang paling halus.
AIR
Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup digunakan untuk
melarutkan semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif, dan mudah dikerjakan
(workable).
RASIO AIR-SEMEN
Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin besar,
kekuatan dan daya tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu, rasio air-semen ini
dibatasi maksimal 0.40-0.50 tergantung sifat korosif atau kadar sulfat yang ada di lingkungan
tersebut.
AGREGAT
Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat sticky, encer, lunak, seperti
tidak punya kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan akan cenderung kosong
alias tidak ada agregat.
Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu, kelihatan
getas (rapuh). Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.
PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga sement, air, agregat, dan zat tambahan
bisa tersebar merata di dalam adukan.
Beton biasanya dicampur dengan menggunakan mesin. Ada yang dicampur di lapangan (site) ada
juga yang sudah dicampur sebelum dibawa ke lapangan, atau istilahnya ready-mix.

Untuk beton ready-mix, takarannya sudah diukur di batch plant, kemudian dicampur dan
dimasukkan ke dalam truk. Selama perjalanan drum beton tersebut terus diputar agar beton tidak
mengalami setting di dalam drum. Kan aneh kalau misalnya kena macet trus betonnya sudah
mengeras di dalam drum. Kadang, di dalam perjalanan, bisa jadi karena lama di jalan, cuaca
panas, atau kelamaan diputar, temperatur di dalam drum meningkat sehingga air menguap.
Kondisi ini kadang diakali dengan memasukkan bongkahan es balok yang besar ke dalam
drum, sehingga kadar air bisa tetap dipertahankan. Hmm.. kalo ditambah sedotan, drum truk itu
bisa kita beri label Jus Beton Segar.. :D
Sementara beton yang dicampur dilapangan biasanya menggunakan mesin yang dinamakan
MOLEN (mirip-mirip nama sejenis gorengan pisang). Sewaktu mencampur di lapangan, agregat
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tong (molen), kemudian diikuti oleh pasir dan terakhir
semen. Semuanya dalam takaran tertentu sesuai dengan mutu beton yang diinginkan.
Ada kata pepatah: Jangan menggunakan sekop untuk menakar adukan beton untuk molen!
(Padahal ini yang sering dilakukan) :D
Ukuran takaran biasanya dinyatakan dalam satuan berat, sementara sekop tidak bisa mengukur
berat. Jangan sampai rasio adukan 1:2:3 diartikan sebagai 1 sekop semen, 2 sekop pasir dan 3
sekop kerikil (agregat). Tentu saja hasil (mutu) yang diperoleh akan berbeda. Kecuali kalau ada
sekop canggih yang bisa sekaligus mengukur berat muatannya. :) (hmm..)
Ketika semua bahan (kecuali air) sudah masuk, moleh diputar sehingga semua bahan tercampur.
Katanya sih, kalau sudah tidak ada pasir yang terlihat secara kasat mata, berarti adukannya itu
sudah merata. Saat itulah dilakukan penambahan air sedikit demi sedikit.
Molen punya kapasitas (volume). Mencampur terlalu penuh juga tidak efektif karena proses
pencampurannya akan memakan waktu yang lebih lama. Sebaiknya molen diisi secukupnya
dulu, kemudian jika sudah jadi, seluruh isi molen dituang ke wadah sementara sebelum diangkut
atau dicor ke bekisting. Sewaktu adukan beton diangkut (dicor), molen bisa bekerja lagi untuk
membuat adukan berikutnya. Begitu adukan pertama sudah dituang semua, molen pun sudah
selesai membuat adukan kedua, jadi tidak ada delay ketika molen bekerja.
Nah, untuk skala yang sangat kecil, beton boleh dicampur dengan menggunakan sekop. Harus
dilakukan di tempat yang datar dan bersih (maksudnya bebas dari ranting, daun, sampah, dan
material pengganggu lainnya). Kerikil, pasir, dan semen diaduk/dicampur dulu, kemudian dibuat
seperti gundukan, dan di puncaknya digali dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika
adukan dicampur di wadah yang sisi-sisinya tertutup sehingga air bisa dibendung, nggak usah
repot-repot bikin gundukan, langsung saja tuang air ke wadah tersebut. :)
Sebagai penutup, kami akan berikan tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume
air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.
Mutu Beton
7.4 MPa (K 100)
9.8 MPa (K 125)
12.2 MPa (K 150)
14.5 MPa (K 175)
16.9 MPa (K 200)
19.3 MPa (K 225)
21.7 MPa (K 250)
24.0 MPa (K 275)
26.4 MPa (K 300)
28.8 MPa (K 325)

Semen (kg)
247
276
299
326
352
371
384
406
413
439

Pasir (kg)
869
828
799
760
731
698
692
684
681
670

Kerikil (kg)
999
1012
1017
1029
1031
1047
1039
1026
1021
1006

Air (liter)
215
215
215
215
215
215
215
215
215
215

w/c ratio
0.87
0.78
0.72
0.66
0.61
0.58
0.56
0.53
0.52
0.49

31.2 MPa (K 350)

448

667

1000

215

0.48

Referensi tabel :
SNI DT 91- 0008 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept
Pekerjaan Umum.

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mendesain Kolom Beton Bertulang


Artikel ini membahas hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika mendesain elemen-elemen
struktur khususnya struktur gedung.
Untuk bagian yang pertama kali ini, elemen yang dibahas adalah KOLOM.
A. Analisa
1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan
pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi
rotasi di ujung bawah kolom.
2. Reduksi Momen Inersia
Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig
(Ig = momen inersia bersih penampang)
B. Beban Desain (Design Loads)
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:
1. Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif.
Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh
direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya
adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983
Tabelnya adalah sebagai berikut:
Jumlah lantai yang dipikul
1
2
3
4
5
6
7
8 atau lebih

Koefisien reduksi
1.0
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4

3. Contoh cara penggunaan:


Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan
reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk
desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
- Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
- Lantai 4 : 1.0 x (260) = 120 kN
- Lantai 3 : 0.9 x (360) = 162 kN

- Lantai 2 : 0.8 x (460) = 192 kN


- Lantai 1 : 0.7 x (560) = 210 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu
sebesar 560 = 300 kN.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom
dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan
bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap
lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan,
misalnya 1.2D + 1.6L.
D. Gaya Dalam
1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom
apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek
atau kolom langsing.
2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus
dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.
C. Detailing Kolom Beton
Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Ukuran penampang kolom.
Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari
300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak
boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka
ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.
2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%).
Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di
dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk
kolom ukuran 250250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di
bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya,
mengubah ukuran kolom menjadi 200200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih
ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.
3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau
lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah ukuran
penampang dikurangi tebal selimut. d adalah jarak antara serat terluar beton yang
mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom
ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka
d = 300-50 = 250 mm.
Catatan:
- toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat
pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak
boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang tahu beton untuk selimut setebal
30 mm.
- Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan
finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak
disengaja.
4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh
ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang
kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam
sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.

Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat
bereaksi dengan beton dan besi tulangan.

5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150
mm.
6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan
balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar
sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan
utama dan inti beton tidak berhamburan sewaktu menerima gaya aksial yang sangat
besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga
batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc)
7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.
Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu
beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc25 MPa, dan kolom fc40
MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan
(intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa).
Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di
daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu
beton yang berbeda.

Macam macam semen


Semen Trass
Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran antara 60 % 80 % trass atau tanah yang
berasal dari debu gunung berapi yang serupa dengan pozzolona dengan menambah CaSO4.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Pozzolona
Posted by: arpumiko on: November 21, 2008

Semen ini mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolona sendiri tidak
memiliki sifat seperti semen, akan tetapi bentuk halusnya dan dengan adanya air, senyawasenyawa tersebut membentuk kalsium aluminat hidrat yang bersifat hidraulis. Bahan pozzolan
tersusun atas 45-72 % SiO2, 10-18 % Al2O3, 1-6 % Fe2O3, 0,5-3 % MgO, 0,3-1,6 % SO3.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Proses Produksi Semen Portland


Posted by: arpumiko on: January 17, 2010
Menurut Austin (1984), dalam proses produksi semen, saat ini dikenal 4 (empat) macam proses
pembuatan semen yaitu:
1. Proses Basah
2. Proses Semi Basah
3. Proses Semi Kering
4. Proses Kering.
Pustaka :
Austin, G.T. 1984. Shreves Chemical Process Industries.

Mengenal Bahan dan Sifat Pozzolan


Posted by: arpumiko on: July 16, 2010
Menurut Neville (1998), sifat pozzolan adalah sifat yang dimiliki bahan-bahan yang
mengandung senyawa silika dan alumina. Sebenarnya bahan tersebut tidak memiliki sifat seperti
semen. Namun apabila bahan tersebut digiling hingga halus dan dicampur dengan klinker di
finish mill untuk membentuk semen dan kemudian semen tersebut bereaksi dengan air maka
akan membentuk senyawa CSH dan CAH. Sehingga bahan pozzolan tersebut akan mempunyai
sifat seperti semen. Reaksinya yaitu senyawa silika dan alumina akan mengikat senyawa
Ca(OH)2 untuk membentuk senyawa CSH dan CAH :
C3S + H2O ==> CSH dan Ca(OH)2
C2S + H2O ==> CSH dan Ca(OH)2
Ca(OH)2 + H2O + SiO2 ==> CSH
Ca(OH)2 + H2O + Al2O3 ==> CAH
Bahan pozzolan terbagi menjadi 2 yaitu pozzolan alam dan pozzolan buatan. Bahan pozzolan
alam contohnya yaitu trass, sedangkan bahan pozzolan buatan contohnya yaitu fly ash.
Pustaka :

Neville, AM. 1998. Properties of Concrete. Fourth Edition.

Proses Kering
Posted by: arpumiko on: July 16, 2010
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam keadaan kering dan halus.
Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill maka udara panas sebagai media pengering
dialirkan dari tanur putar. Kemudian hasil penggilingan raw mill tersebut yang berkadar air 0,5
1% dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi panas di rotary kiln yang dibutuhkan yaitu
900 700 Kcal/Kg klinker. Hasil pembakaran di tanur putar berupa butiran hitam yang disebut
terak / klinker. Kemudian terak / klinker tersebut digiling di finish mill dengan menambahkan
gipsum pada perbandingan tertentu untuk membentuk semen. Proses kering ini menawarkan
banyak keuntungan yaitu: tanur putar yang digunakan relatif pendek, kapasitas produksi lebih
besar, konsumsi panas yang digunakan relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar rendah,
sehingga menjadikan proses kering ini pilihan banyak produsen semen dalam proses pembuatan
semennya.
Pustaka:
Austin, G.T. 1984. Shreves Chemical Process Industries.

Proses Semi Kering


Posted by: arpumiko on: July 16, 2010
Proses ini dikenal dengan nama grate process yang merupakan transisi antara proses basah dan
kering. Pada proses ini umpan tanur disemprot air dengan alat yang bernama granulator
(pelletizer) untuk mengubah umpan tanur menjadi granular atau nodule dengan kandungan air 10
12% dan ukurannya 10 -12 mm seragam. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft kiln)
atau long rotary kiln. Konsumsi panas untuk proses ini sebesar 1000 Kcal/Kg klinker.
Pustaka:
Austin, G.T. 1984. Shreves Chemical Process Industries.

Proses Semi Basah


Posted by: arpumiko on: July 16, 2010
Pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama dengan proses basah, namun umpan tanur
yang akan diberikan, disaring terlebih dahulu dengan press filter. Filter cake dengan kadar 15
25% digunakan sebagai umpan tanur. Konsumsi panas yang digunakan pada proses ini cukup
besar sekitar 1000 1200 Kcal/Kg klinker. Proses ini jarang digunakan karena biaya
produksinya yang terlalu besar dan kurang menguntungkan.
Pustaka:
Austin, G.T. 1984. Shreves Chemical Process Industries.

Proses Basah
Posted by: arpumiko on: July 16, 2010
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam jumlah tertentu
dan dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 25 40% (slurry)
dikalsinasikan dalam tungku panjang (long rotary kiln). Produk hasil semen akan diperoleh
setelah pengeringan dilakukan.
Pustaka:
Austin, G.T. 1984. Shreves Chemical Process Industries.

Proses Produksi Semen Portland


Posted by: arpumiko on: January 17, 2010
Menurut Austin (1984), dalam proses produksi semen, saat ini dikenal 4 (empat) macam proses
pembuatan semen yaitu:
1. Proses Basah
2. Proses Semi Basah
3. Proses Semi Kering
4. Proses Kering.
Pustaka :
Austin, G.T. 1984. Shreves Chemical Process Industries.

Semen Trass
Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran antara 60 % 80 % trass atau tanah yang
berasal dari debu gunung berapi yang serupa dengan pozzolona dengan menambah CaSO4.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Pozzolona
Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen ini mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolona sendiri tidak
memiliki sifat seperti semen, akan tetapi bentuk halusnya dan dengan adanya air, senyawasenyawa tersebut membentuk kalsium aluminat hidrat yang bersifat hidraulis. Bahan pozzolan
tersusun atas 45-72 % SiO2, 10-18 % Al2O3, 1-6 % Fe2O3, 0,5-3 % MgO, 0,3-1,6 % SO3.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement)


Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen yang memiliki kandugan Alumina tinggi. Dimana perbandingan antara kapur dan alumina
adalah sama. Semen ini dibuat dengan mencampur kapur, silika, dan oksida silika yang dibakar
hingga meleleh dan kemudian hasilnya didinginkan lalu digiling hingga halus. Ciri dari semen
ini memiliki ketahanan terhadap air yang mengandung sulfat dan air laut cukup tinggi.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Slag (Slag Cement)


Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen slag ini dikenal 2 macam tipe, yaitu
1. Eisen portland cement
Yaitu semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran 60% terak portland dan 40 % butirbutir slag tanur tinggi.
2. Hogh Ofen Cement
Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran yang mengandung 15 19 % terak portland
cement dan 41 85 % butir butir slag dengan penambahan CaSO4.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Alami (Natural Cement)


Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen alam ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang mengandung tanah liat seperti komposisi
semen di alam. Material ini dibakar sampai suhu pelelehannya hingga menghasilkan terak.
Kemudian terak tersebut digiling menjadi semen yang halus. Dalam pemakaiannya dicampur
dengan semen portland.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)


Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai pada penggunaan
pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah artesis. Semen ini merupakan
semen portland yang dicampur dengan retarder untuk memperlambat pengerasan semen seperti
lignin, asam borat, casein, dan gula.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Masonry
Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen Masonry dibuat dengan menggiling campuran terak semen portland dengan batu kapur,
batu pasir, atau slag dengan perbandingan 1 : 1.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Putih
Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Portland cement pada umumnya memiliki warna keabu-abuan, warna ini disebabkan oleh
kandungan oksida krom (Cr2O3), oksida mangan (Mn2O3), dan oksida besi (Fe2O3) di dalam
portland cement tersebut. Jika kandungan Cr2O3 dikurangi 30 ppm, kandungan Mn2O3 dibatasi
max. 300 ppm, serta Fe2O3 dibawah 0,35 % dalam kandungan terak, maka warna semen
portland berubah menjadi warna putih.
Pustaka: (A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Semen Portland (Portland Cement)


Posted by: arpumiko on: November 21, 2008
Semen portland ini merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan menghaluskan terak
yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan biasanya juga mengandung satu atau
lebih senyawa-senyawa calsium sulphat yang ditambahkan pada penggilingan akhir.Semen
portland adalah semen yang diperoleh dengan menghaluskan terak yang terutama terdiri dari
silikat-silikat, calsium yang bersifat hidrolis bersama bahan tambahan biasanya gypsum.
Tipe-tipe semen portland:
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland tipe ini digunakan untuk segala macam konstruksi apabila tidak diperlukan sifatsifat khusus, misalnya tahan terhadap sulfat, panas hiderasi, dan sebagainya. Semen ini
mengandung 5 % MgO dan 2,5 -3% SO3.
2. Tipe II (Moderate Heat Portland Cement)
Semen ini digunakan untuk bahan konstruksi yang memerlukan sifat khusus tahan terhadap
sulfat dan panas hiderasi yang sedang, biasanya digunakan untuk daerah pelabuhan dan
bangunan sekitar pantai. Semen ini mengandung 20% SiO2, 6 % Al2O3, 6% Fe2O3, 6% MgO,
dan 8% C3A.
3. Tipe III (High Early Strength Portland Cement)
Semen ini merupakan semen yang digunakan biasanya dalam keadaan-keadaan darurat dan
musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton tekan. Semen ini memiliki kandungan
C3S yang lebih tinggi dibandingkan semen portland tipe I dan tipe II sehingga proses pengerasan
terjadi lebih cepat dan cepat mengeluarkan kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-4% Al2O3, 6%
Fe2O3, 35% C3S, 6% MgO, 40% C2S dan 15% C3A.
4. Tipe IV (Low Heat Portland Cement)
Semen tipe ini digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hiderasi yang rendah misalnya
pada bangunan beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk mencegah keretakan. Low Heat
Portland Cement ini memiliki kandungan C3S dan C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas
lebih rendah. Semen ini tersusun dari 6,5 % MgO, 2,3 % SO3, dan 7 % C3A.

5. Tipe V (Super Sulphated Cement)


Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat pengeboran lepas
pantai, pelabuhan, dan terowongan. Komposisi komponen utamanya adalah slag tanur tinggi
dengan kandungan aluminanya yang tinggi, 5% terak portland cement , 6 % MgO, 2,3 % SO3,
dan 5 % C3A.
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Jenis-Jenis Semen
Posted by: arpumiko on: November 4, 2008
Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini antara lain sebagai berikut:
1. Semen Portland (Portland Cement)
2. Semen Putih
3. Semen Masonry
4. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
5. Semen Alami (Natural Cement)
6. Semen Slag (Slag Cement)
7. Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement)
8. Semen Pozzolona
9. Semen Trass
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Pabrik Semen Padang Jadi Museum


Posted by: arpumiko on: November 4, 2008
Indonesia dalam waktu dekat akan memiliki museum pabrik semen pertama. Pabrik semen
pertama milik Semen Padang yang dibangun pada tahun 1910 silam segera dijadikan museum
dengan menelan dana sebesar Rp 10 miliar.
Ini karena evolusi industri, kata Direktur Utama PT Semen Padang, E Irzal kepada wartawan
di Wisma Indarung Padang, Sumatera Barat, Kamis (27/3/2008).
Selain karena kondisi pabrik yang sudah tua dan tidak layak, pembangunan museum ini juga
untuk digunakan para pelajar dan mahasiswa sebagai studi proses pembangunan semen.
Irzal menambahkan, pembangunan museum ini untuk menghargai sejarah serta untuk
menandakan bahwa pabrik semen pertama berada di Padang.
Untuk dana yang digelontorkan untuk pembangunan museum yang berada di dalam komplek
perusahaan, PT Semen Padang menyiapkan dana sebesar Rp 10 miliar.
Total dana sebesar Rp 10 miliar untuk tahap pertama. Dana pertama yang dikeluarkan pertama
ini sebesar Rp 2 miliar dulu, ungkap Irzal.
Irzal menambahkan, pembangunan museum pabrik semen yang berada di atas ketinggian 200
meter dari atas permuakaan laut diharapkan selesai pada akhir tahun 2009.

Untuk museum ini nantinya, selain masih memperlihatkan bangunan pabrik yang asli juga akan
dilengkapi dengan miniatur pabrik untuk mengetahui proses pembuatan semen.
Perlu diketahui, pabrik Semen Padang berada di Desa Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan
yang berada di atas ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Dengan luas tambang kapur
260 hektar.
Selain dipenuhi berbagai tanaman untuk menyaring polusi, di dalam area pabrik ini juga terdapat
area padang gol yang memiliki 11 hole (H).
Pustaka:
(H) Hartadi, Budi. 2008. Pabrik Semen Padang Jadi Museum. http://www.detikfinance.com. 11
Oktober 2008, pukul 07:49 W

Bahan Baku Pembuatan Semen


Posted by: arpumiko on: October 11, 2008
Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat
dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:
1. Batu kapur digunakan sebanyak 81 %.
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium
Carbonat),pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang baik dalam
penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air 5%
2. Pasir silika digunakan sebanyak 9 %
Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat bersama
oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin
berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen
adalah dengan kadar SiO2 90%
3. Tanah liat digunakan sebanyak 9 %.
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang
baik untuk digunakan memiliki kadar air 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi 46 %
4. Pasir besi digunakan sebanyak 1%.
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur
dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam
proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 75%
80%.
Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen (A).
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.

Pengertian Semen
Posted by: arpumiko on: September 20, 2008
Semen berasal dari bahasa latin cementum, dimana kata ini mula-mula dipakai oleh bangsa
Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat, dengan kata lain semen dapat didefinisikan
adalah suatu bahan perekat yang berbentuk serbuk halus, bila ditambah air akan terjadi reaksi
hidrasi sehingga dapat mengeras dan digunakan sebagai pengikat (mineral glue). Pada mulanya
semen digunakan orang-orang Mesir Kuno untuk membangun piramida yaitu sejak abad ke-5
dimana batu batanya satu sama lain terikat kuat dan tahan terhadap cuaca selama berabad-abad.

Bahan pengikat ini ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka membuat api di guagua dan bila api kena atap gua maka akan rontok berbentuk serbuk. Serbuk ini bila kena hujan
menjadi keras dan mengikat batu-batuan disekitarnya dan dikenal orang sebagai batu Masonry
(A).
Pustaka:
(A) Anonim. 1980. Handout Kuliah Teknologi Semen. Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS.
Mutu Beton
Mutu Beton menyatakan kekuatan tekan luas bidang permukaan.
Mutu Beton dengan fc'
Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa
pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm,
tinggi 30 cm. Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI
(American Concrete Institute).
1 MPa = 10 kg/cm2
Mutu Beton dengan Karakteristik
Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum
adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton
ukuran 15x15x15 cm. Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa
lama.
Disini kita tidak bisa langsung mengatakan 25 MPa sama dengan K-250
Perbandingan fc' dan K
Dengan perbandingan kuat tekan benda uji :
Kubus 15x15x15 cm = 1,00
Kubus 20x20x20 cm = 0,95
Silinder 15x30 cm = 0,83
Contoh :
Mutu beton fc' 25 MPa (benda uji silinder), mutu beton K berapa?
Apabila benda uji kubus 15x15x15 cm
Kuat tekan = 250 kg/cm2 : 0,83
= 301,20 kg/cm2 ~ K-300

Anda mungkin juga menyukai