Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KMB III

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


STRUMA

DISUSUN OLEH KELOMPOK I


TINGKAT II B :
AYU SASMITA
HASNAWIAH
RAHMITA SARI
UTAMI NUR ATIKAH

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR


2015 - 2016

STRUMA/GOITER

I.

Konsep Medis
A. Defenisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat
terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan
hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon
(hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher
sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan
kelenjar tiroid yang tidak normal. Gondok adalah suatu pembengkakan
pada kelenjar tiroid yang abnormal dan penyebabnya bisa bermacammacam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon
tiroid yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh
dan pertumbuhan perkembangan yang normal.
B. Anatomi
Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm,
yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari
lekukan faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian
tersebut timbul divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah
bawah mengalami decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring.
Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari
foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang
setelah dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, atau
terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak kelenjar yang
seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai kegagalan
desensus atau menutupnya duktus akan ada kemungkinan terbentuk
kelenjar tiroid yang abnormal , persistensi duktus tiroglosus, tiroid lingual,
tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu jauh akan memberikan
tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut membentuk bagian
kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel parafolikuler atau sel C yang
memproduksi kalsitonin.

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus,
yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentukya menyerupai kupu-kupu
atau huruf H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat
kelenjar ini kira-kira 20 gram. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini
pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti
dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang
digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher
berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Pengaliran darah ke
kelenjar berasal dari a. Tiroidea superior dan a. Tiroidea inferior. Ternyata
setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik,
sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Pembuluh
getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus
trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus prefaring yang tepat
berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening pretrakealis, sebagian
lagi bermuara di kelenjar getah bening brakiosefalikus. Hubungan getah
bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal
dari tiroid.

C. Etiologi
1. Hipertiroidisme primer yang disebabkan karena kegagalan kelenjar
tiroid atau kekurangan yodium,dimana kadar hormon tiroid didalam

darah rendah sehingga tidak ada inhibisi umpan balik negatif


kehipofisis anterior,hal ini mengakibatkan sekresi TSH meningkat.
2. Sekresi yang berlebihan dari hormon TSH akan berpengaruh
terhadap perubahan kelenjar tiroid dan stimulasi TSH yang
berleebihan juga dapat berpengaruh pada produksi kelenjar tiroid
3. Penyakit grave. Adanya TSI merangsang pertumbuhan tiroid
meningkatkan sekresi hormon tiroid.
4. Defisiensi yodium, yodium merupakan bahan untuk sintesis hormon
tiroid,sehingga produksi hormon juga akan menurun.
5. Genetik yang mengakibatkan kegagalan metabolisme yodium.
6. Tumor / neoplasma
7. Pencernaan dalam jumlah besar nutrisi goitrogens yang dapat
menghambat produksi T4,seperti bayam,kedelai,dan kubis.
8. Pencernaan obat-obatan yang bersifat goitrogens seperti
glukokortikoid,dopamin atau lithium
9. Perubahan hormon karena pubertas, kehamilan, dan menopause.
D. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh
untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium
diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling
banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi
bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4)
menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan
dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T 4) dan
melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH
oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.

E. Manifestasi Klinis
1. Pembengkakan pada pangkal leher/pembesaran kelenjar tiroid
2. Kesulitan dalam dalam bicara
3. Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan
4. Batuk
5. Suara serak
6. Kesulitan menelan
7. Kesulitan bernapas
8. Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
F. Klasifikasi
1. Berdasarkan fisiologisnya :
a. Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal
b. Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal
c. Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan
2. Berdasarkan klinisnya :
a. Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)
1. Difusa : endemik goiter, gravid
2. Nodusa : neoplasma
b. Toksik (hipertiroid)
1. Difus
: grave, tirotoksikosis primer
2. Nodusa : tirotoksikosis skunder
3. Berdasarkan morfologinya :
a. Struma Hyperplastica Diffusa
Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut
ataupun relatif). Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive
biasanya terjadi selama pubertas, pertumbuhan, laktasi dan
kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi untuk
menghasilkan tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak untuk
memenuhi kebutuhan supply iodine yang terbatas. Sehingga
terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan koloid
pucat. Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika iodine
menjadi adekuat kembali (diberikan iodine atau kebutuhannya
menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau
kelenjar akan menjadi fase istirahat.
b. Struma Colloides Diffusa
Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan
excessive akan tiroksin oleh karena kebutuhan yang fisiologis
(misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau defisiensi
iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali

normal dengan mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel distensi


dengan koloid dan ukuran kelenjar membesar.
c. Struma Nodular
Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan
sequelae dari struma colloides. Struma noduler dimungkinkan
sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama dari tiroksin. Ada
gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi pada masingmasing periode kehamilan, laktasi, dan emosional (fase
kebutuhan). Sehingga terdapat daerah hiperinvolusi, daerah
hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul
hiperplasi dan juga pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang
hiperinvolusi.
d. Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk
memberikan kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan
sekresi, golongan lain istirahat untuk aktif kemudian. Pada struma
nodular, kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi
sehingga hanya sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang
lainnya mengalami hiperinvolusi (involusi yang berlebihan/mengecil).
G. Komplikasi
1. Suara menjadi serak/parau
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara,
sehingga terdapat penekanan pada pita suara yang menyebabkan
suara menjadi serak atau parau.
2. Perubahan bentuk leher
Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher
yang besar dapat simetris atau tidak.
3. Disfagia
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan
eshopagus, jika struma mendorong eshopagus sehingga terjadi
disfagia yang akan berdampak pada gangguan pemenuhan nutrisi,
cairan, dan elektrolit.
4. Sulit bernapas
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan
eshopagus, jika struma mendorong trachea sehingga terjadi

kesulitan bernapas yang akan berdampak pada gangguan


pemenuhan oksigen.
5. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan
pada jantung oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas
jantung meningkat dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium
jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50 tahun, akan
lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung.
6. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan
diplopia, aliran air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia
dapat mengganggu kualitas hidup pasien sehinggakan aktivitas rutin
pasien terganggu.
7. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian
atas tibia bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan
penumpukan glikosaminoglikans. Kulit sangat menebal dan tidak
dapat dicubit.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme dengan
menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus dijalani seumur
hidup. Contoh obatnya adalah levothyroxine. Tetapi obat ini juga
dapat memicu efek samping seperti mual, kram otot, serta detak
jantung yang cepat atau tidak teratur.
2. Obat penurun hormon tiroid
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan
menghambat proses produksinya. Obat ini digunakan untuk
mengatasi hipertiroidisme. Efek sampingnya meliputi mual, nyeri
pada sendi, ruam ringan, serta penurunan jumlah sel darah putih
secara mendadak.
3. Terapi iodin radioaktif

Terapi ini juga termasuk penanganan untuk hipertiroidisme. Iodin


radioaktif yang dikonsumsi akan menghancurkan sel-sel tiroid.
Metode pengobatan ini terbukti dapat mengecilkan ukuran benjolan,
tapi juga bisa memicu hipotiroidisme.
4. Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu pernapasan
dan menyebabkan penderita sulit menelan umumnya ditangani
dengan operasi. Langkah ini akan dilakukan dengan prosedur
pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid atau
tiroidektomi. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 15 persen
penderita gondok yang pada akhirnya membutuhkan langkah
penanganan ini. Prosedur ini juga disarankan bagi penderita yang
diduga memiliki benjolan tiroid yang mengandung sel-sel kanker.
Diperkirakan sekitar lima persen penyakit gondok berpotensi
sebagai indikasi kanker tiroid.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kompresi
trakea dan obstruksi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
adanya penekanan daerah esofagus
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak
pembedahan, udema otot
B. Intervensi
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kompresi
trakea dan obstruksi
Tujuan : jalan napas efektif
Kriteria hasil : tidak sesak napas dan pernapasan normal
Intervensi
Rasional
Monitor pernafasan dan kedalaman
Mengetahui
dan kecepatan nafas.
Atur posisi semifowler

perkembangan

dari

gangguan pernafasan.
Memberikan suasana yang lebih
nyaman.

observasi kemungkinan adanya

Indikasi

adanya

stridor, sianosis

sumbatan pada trakhea

Perhatikan klien dalam mengalami

atau laring.
Indikasi edema,perdarahan pada

kesulitan menelan, mengeluarkan

sekitar jaringan tempat operasi

slem dan kesulitan bernafas.


Kolaborasi dalam pemberian

Mengurangi edema dan

terapi inhalasi

melonggarkan jalan nafas

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


adanya penekanan daerah esofagus
Tujuan : menunjukkan status gizi pasien yang adekuat
Kriteria hasil : BB normal, Peningkatan nafsu makan
Intervensi
Rasional
Kaji adanya kesulitan menelan,
kesulitan menelan, selera makan,
selera makan, kelemahan umum

kelemahan umum dan munculnya

dan munculnya mual dan muntah

mual dan muntah adalah factor


yang menentukan asupan makan

Pantau masukan makanan setiap

pasien
Mengetahui status nutrisi pasien

hari dan timbang berat bada


setiap hari serta laporkan adanya
penurunan
Dorong klien untuk makan dan

Mempermudah pasien menelan

meningkatkan jumlah makan dan

makanan

juga beri makanan lunak, dengan


menggunakan makanan tinggi
kalori yang mudah dicerna
Beri/tawarkan makanan kesukaan

Meningkatkan nafsu makan pasien

klien
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

Mencukupi nutrisi sesuai yang

memberikan diet tinggi kalori,

dibutuhkan pasien

protein, karbohidrat dan vitamin.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak


pembedahan, udema otot
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : nyeri berkurang, tidak adanya perilaku yang

menunjukkan adanya nyeri.


Intervensi
Kaji secara komprehensip nyeri,

Rasional
Nyeri adalah pengalaman subjektif

lokasi, karakteristik,awal kejadian,

karena itu harus dideskripsikan

durasi, frekuensi, kualitas, berat

oleh pasien

atau ringan dan faktor penyebab


Amati atau pantau tanda dan

Perhatian terhadap tanda-tanda

gejala yang terkait dengan rasa

yang terkait dapat membantu

sakit, seperti tekanan darah,

perawat dalam mengevaluasi sakit

denyut jantung suhu, warna,


kelembapan kulit, gelisah dan
kemampuan untuk fokus
Intruksikan pada klien agar

Mengurangi ketegangan

menggunakan tangan untuk

otot.

menahan leher pada saat alih


posisi
Lakukan kolaborasi dengan dokter

Mengurangi nyeri

untuk pemberian analgesik.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter.com/penyakit-gondok

Murwani arita. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogjakarta : Mitra


Cendika
Tarwono, dkk. 2012. Perawatan Medikal Bedah : Sistem Endokrin. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai