7/30/2016
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
7/30/2016
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
3.
Sumberdaya
Perikanan
Frekuensi bom/bulan
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
KP T.Jukung
KP T.Serewe
KP T.Ekas
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
Kegiatan
KPPL
Dislutka
n
Perencanaa
n
7/30/2016
Keterangan
Perencanaan yang disusun oleh KPPL
bersama tokoh-tokoh masyarakat
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
Pengendalia
n
Pengaturan
tata ruang
Penegakan
awig-awig/
hukum
terhadap
kegiatan
masalah
yang
muncul
di
antara
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
10
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
11
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
Kerusakan habitat.
Kerusakan habitat merupakan masalah kedua yang sebagian
merupakan akibat langsung dari masalah pertama, penangkapan
ikan yang merusak. Tiga habitat ikan yang sangat penting di
perairan pantai adalah terumbu karang, mangrove dan padang
lamun. Penggunaan bom dan potas (racun) merupakan penyebab
utama kerusakan terumbu karang (Bachtiar, 2004). Penggalian
karang untuk kapur juga perusak terumbu karang yang penting.
Penebangan mangrove dan konversi mangrove untuk tambak telah
merusak hutan mangrove. Madak yang berlebihan dan penggunaan
alat madak yang tidak ramah lingkungan (potas, linggis) telah
banyak merusak ekosistem padang lamun.
Rusaknya habitat ikan mempunyai dampak langsung terhadap
ketersediaan sumberdaya ikan yang berpengaruh pada rendahnya
hasil tangkapan. Luas hutan mangrove di suatu kawasan telah
banyak dilaporkan berpengaruh pada hasil tangkapan udang dan
kepiting. Rusaknya padang lamun juga berkaitan dengan
menurunnya tangkapan udang-udangan, baronang, kerapu dan
duyung.
Penambangan karang untuk kapur memberikan hanya sedikit
keuntungan kepada penambang, tetapi sangat merugikan
masyarakat lainnya. Berdasarkan model yang dikembangkan oleh
Ohman and Cesar (2000), setiap Rp 10.000,- yang didapatkan oleh
penambang karang, mareka merugikan masyarakat lainnya sekitar
Rp 76.000,-. Kerugian masyarakat tersebut berasal dari
menurunnya peluang usaha pariwisata (Rp 42.000,-), hilangnya
pelindung pantai (Rp 22.000,-), menurunnya sumberdaya perikanan
(Rp 6.000,-), dan kerugian lainnya (Rp 6.000,-).
Penanganan terhadap penambang karang harus dibedakan dengan
pengebom ikan. Pendapatan penambang karang lebih kecil dari
pada pendapatan nelayan, karena itu penambang karang
merupakan pilihan pekerjaan yang terakhir. Walaupun demikian,
penerapan penegakan aturan awig-awig yang tegas tetap harus
dilakukan.
c) Tangkap-lebih
Penurunan hasil tangkapan merupakan fenomena yang sangat
umum pada perikanan pantai di Indonesia. Penurunan terjadi
bersamaan dengan jumlah tangkapan yang semakin sedikit dan
ukuran ikan yang semakin kecil. Hal ini berarti bahwa telah terjadi
tangkap-lebih di perairan pantai. Armada dan alat tangkap nelayan
di kawasan ini telah melebihi kemampuan alami sumberdaya ikan
untuk pulih kembali.
Pada umumnya masyarakat nelayan sangat merasakan adanya
penurunan hasil tangkapan, tetapi mareka sulit menerima upayaupaya yang ditawarkan untuk memulihkan kembali sumberdaya
7/30/2016
8:30 PM
12
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
13
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
7/30/2016
8:30 PM
14
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
15
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
8:30 PM
16
Naskah Akademis
PERDA tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai Secara Partisipatif
Ohman, M.C. and H.S.J. Cesar. 2000. Costs and benefits of coral mining. In:
H.S.J. Cesar (ed.), Collected Essays on the Economics of Coral Reefs.
CORDIO, Kalmar University, Kalmar. Pp. 85-93.
Patlis, J., N. Tangkilisan, D. Karwur, M.E. Ering, J.J. Tulungen, R. Titahelu, M.
Knight. 2003. Case study developing a district law in Minahasa on
community based integrated coastal management. In: Knight, M.
dan S. Tighe (eds.) Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003.
Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett,
Rhode Island-USA. Pp. 60.
Pet-Soede, L., H.S.J. Cesar, and J.S. Poet. 2000. Blasting away: the
economcs of blast fishing on Indonesian coral reefs. In: H.S.J. Cesar
(ed.), Collected Essays on the Economics of Coral Reefs. CORDIO,
Kalmar University, Kalmar. Pp. 77-84.
Salm, R.V. 1988. Mans use of coral reefs. In : Kenchington, R.A. and
Hudson, B.E.T. (eds.) "Coral Reef Management Handbook". UNESCOROSTEA. Jakarta. pp. 15-22.
Salm, R.V. and Kenchington, R.A. 1988. The need for management. In :
Kenchington, R.A. and Hudson, B.E.T. (eds.) "Coral Reef
Management Handbook". UNESCO-ROSTEA. Jakarta. pp. 9-13.
Soekarno dan Suharsono. 1994. Terumbu karang Indonesia : Potensi,
manfaat dan masalah yang dihadapi. Workshop Ekspor Bunga
Karang Departemen Perdagangan, Jakarta.
Wells, M., Brandon, K. and Hannah, L. 1992. People and Parks: Linking
Protected Area Management with Local Communities. Washington,
D.C.: World Bank/WWF/USAID.
White, A.T.,L.Z. Hale, Y. Renard and L. Cortesi. 1994. Lessons to be learned
from experience. In: White, A.T.,L.Z. Hale, Y. Renard and L. Cortesi
(eds.) Collaborative and Community Based Management of Coral
Reefs. Connecticut: Kumarian Press. pp. 107-120.
Zerner, C. 1994. Tracking sasi: the transformation of a central Mollucan reef
management institution in Indonesia. In: White, A.T.,L.Z. Hale, Y.
Renard and L. Cortesi (eds.) Collaborative and Community Based
Management of Coral Reefs. Connecticut: Kumarian Press. pp. 19-32.
7/30/2016
8:30 PM
17