Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

METALS CASTING

Nama

: Tajudin Bilad ( 1370011053 )

Mata Kuliah : Teknik Manufactur


Jurusan

: Teknik Mesin ( A )

Pengecoran (CASTING) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam
dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang
serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat

Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu :
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali
pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent
Mold).Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa digunakan satu
kali pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran.
Dalam pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon
atau pasir hijau.Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin,
furan atau air gelas.

1. Pengecoran Permanen (Permanent Mold)

Pengecoran permanen menggunakan cetakan permanen (permanent mold) yaitu


cetakan yang dapat digunakan berulang-ulang dan biasanya dibuat dari logam. Cetakan
permanen yang digunakan adalah cetakan logam yang biasanya digunakan pada pengecoran
logam dengan suhu cair rendah. Coran yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tepat dengan
permukaan licin sehingga pekerjaan pemesinan berkurang. Pengecoran permanen antara lain:
1.

Pengecoran Gravitasi (Gravity Permanent Mold Casting)


Pengecoran gravitasi adalah pengecoran dimana logam cair yang dituangkan
ke dalam saluran masuk menggunakan gravitasi. Karena adanya tekanan
gravitasi, cairan logam mengisi ke seluruh ruang dalam rongga cetakan.

2.

Pengecoran Cetak Tekan (Pressure Die Casting)


Pengecoran cetak tekan/tekanan adalah pengecoran dimana logam cair yang
dituangkan ke dalam saluran masuk menggunakan bantuan tekanan dari luar.

3.

Pengecoran Sentrifugal (Centrifugal Die Casting)


Pengecoran sentrifugal adalah pengecoran yang menggunakan cetakan
berputar, cetakan yang berputar akan menghasilkan gaya sentrifugal yang akan
mempengaruhi kualitas coran. Coran yang dihasilkan akan memiliki bentuk
padat, permukaan halus dan sifat fisik struktur logam yang unggul.
Pengecoran sentrifugal biasanya digunakan untuk benda coran yang berbentuk
simetris.

2. Pengecoran Nonpermanen (Expendable Mold)

Pengecoran expendable mold menggunakan cetakan yang tidak permanen, hanya dapat
satu kali. Perbedaan antara cetakan permanen dengan cetakan non-permanen terletak pada
penggunaan bahan cetakan dimana cetakan permanen menggunakan logam dan cetakan nonpermanen menggunakan pasir. Pengecoran cetakan pasir memberikan fleksibelitas dan
kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan cetakan logam. Pengecoran cetakan pasir
memiliki keunggulan antara lain mudah dalam pengoprasiannya, biayanya relative lebih
murah dan dapat membuat benda dengan ukuran yang bebas. Cetakan biasanya dibuat dengan
memadatkan pasir. Pasir yang digunakan biasanya pasir alam atau pasir buatan yang
mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal.

Pasir yang

digunakan kadang-kadang dicampur pengikat khusus misalnya air-kaca, semen, resin furan,
resin fenol karena penggunaan zat-zat tersebut memperkuat cetakan atau mempermudah

operasi pembuatan cetakan. Logam yang dapat digunakan pada pengecoran ini adalah besi,
baja, tembaga, perunggu, kuningan, alumunium, ataupun logam paduan. Pengecoran nonpermanen antara lain :
1.

Cetakan pasir basah (Green-Sand Mold), Cetakan ini dibuat dari pasir cetak basah.
Cetakan pasir basah merupakan cetakan yang paling banyak digunakan.

2. Cetakan kulit kering, cetakan kulit kering merupakan cetakan pasir yang menggunakan
campuran pengikat. cetakan ini dapat memiliki kekuatan yang meningkat jika
permukaan dalam cetakan dipanaskan atau di keringkan sebelum di tuangkan logam
cair, cetakan kuit kering dapat diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.

Pembuatan Cetakan Pasir

3. Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)


Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan campuran bahan pengikat. Sebelum
digunakan, cetakan ini harus dipanaskan di dalam dapur karena tempat cetakan terbuat
dari logam. Cetakan pasir kering tidak menyusut jika terkena panas dan bebas dari
gelembung udara. Cetakan pasir kering banyak digunakan pada pengecoran baja.
4.

Cetakan Lempung (Loam molds), Cetakan ini digunakan untuk benda cor yang kasar.
Kerangka cetakan terdiri dari batu bara atau besi yang dilapisi dengan lempung
dimana permukaannya diperhalus. Selanjutnya cetakan dikeringkan agar kuat menahan
beban logam cair. Pembuatan cetakan lempung memakan watu yang lama sehingga agak
jarang digunakan.

5.

Cetakan furan (Furan molds)

Pada cetakan ini, pasir kering dan tajam dicampur dengan asam fosfor. Kemudian resin
furan ditambahkan secukupnya dan campuran diaduk hingga mesin merata. Langkah
selanjutnya, pasir dibentuk dan dibiarkan mengeras, biasanya dibutuhkan waktu 1 atau 2
jam agar bahan cukup keras. Pasir resin furan dapat digunakan sebagai dinding atau
permukaan pada pola sekali pakai.
6.

Cetakan CO2
Pasir yang bersih dicampur dengan natrium silat dan campuran dipadatkan di sekitar pola.
Kemudian dialirkan gas CO2 dan campuran tanah akan mengeras. Cetakan CO2diterapkan
untuk bentuk yang rumit dan dapat menghasilkan permukaan yang licin. Pasir cetak yang
digunakan harus memiliki bentuk dan ukuran yang halus dan bulat serta memiliki syaratsyarat sebagai berikut :
Kemampuan pembentukan adalah sifat ini memungkinkan pasir cetak bisa mengisi
semua sisi dan ujung dari pola sehingga menjamin bahwa hasil coran memiliki
dimensi yang benar.
Plastisitas adalah bisa bergerak naik maupun turun mengisi rongga-rongga yang
kosong.
Kekuatan basah adalah kekuatan ini menjamin cetakan tidak hancur/rusak ketika diisi
dengan cairan logam ataupun ketika dipindah-pindahkan.
Kekuatan kering adalah kekuatan yang diperlukan pada saat cetakan mengering
karena perpindahan panas dengan cairan logam.
Permeabilitas adalah kemampuan cetakan untuk membebaskan udara panas dan gas
dari dalam cetakan selama operasi pengecoran melalui celah-celah pasir cetak.

Terminologi Pengecoran dengan Cetakan Pasir

Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut :


Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan

kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor.
Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah

dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus tahan
menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan

dari saluran turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung
dengan ukuran rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.

Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan.
Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk

mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan

aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotorankotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi

kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.

1. Pengecoran Cetakan Pasir


Pengecoran

dengan

cetakan

pasir

melibatkan

aktivitas-aktivitas

seperti

menempatkan pola dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat sistem
saluran, mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku,
membongkar cetakan yang berisi produk cord an membersihkan produk cor. Hingga
sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir masih menjadi andalan industri
pengecoran terutam industri-industri kecil. Tahapan yang lebih umum tentang pengecoran
cetakan pasir diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.

A. Pasir

Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO 2). Pasir
merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan pemakaian
pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperature
tinggi. Adadua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks sands) dan
synthetic (lake sands). Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh
banyak industri pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor penting seperti bentuk
dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan permukaan
produk yang mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat
(bentonit atau clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi
tertentu dan siap dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.
B. Jenis Cetakan Pasir
Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold.
Cetakan yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold (cetakan
pasir basah). Kata basah dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup
mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam
cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu
permukaan dalam cetakan dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini
meningkat dan mampu untuk diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.
Dalam cetakan kotak dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang
terbuat dari bahan organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan
cetakan. Akurasi dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya
jenis cetakan ini lebih mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair
dicampurkan dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar. Karena
ikatan antar pasir terjadi tanpa adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini disebut
juga cold-setting processes. Selain diperlukan cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan
pasir yang perlu diperhatikan adalah permeabilitas cetakan (kemampuan untuk melakukan
udara/gas).

C. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat dibuat
dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada bentuk dan
ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang
digunakan.
Jenis-jenis pola :
1. Pola tunggal (one pice pattern / solid pattern)
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit.
Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
2.

Pola terpisah (spilt pattern)


Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak dari
masing-masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari
pola tunggal.

3.

Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri. Pola terpasang jadi satu dengan suatu
bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada
suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin
pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produkproduk kecil.

D. Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak
sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar
setelah cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik,
tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak rapuh).
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan
dudukan inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan seperti pada
gambar 8. pembuatan inti serupa dengan pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan nobake, cold-box dan shell. Untuk membuat cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat
inti dibutuhkan kotak inti.

Operasi Pengecoran Cetakan Pasir


Operasi pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan tahapan proses perancangan produk cor,
pembuatan pola dan inti, pembuatan cetakan, penuangan logam cair dan pembongkaran
produk cor. Tahapan lebih rinci terlihat pada gambar Dibawah ini :

Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk (a)
dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya :
Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope) yang
sudah ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta sistem saluran.
Menyiapkan koak inti (untuk pembuatan inti)
Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan inti)
Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas (cope) dan
ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran tambahan (riser).
Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari
cetakan
Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan pelat
datar. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan

Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.


Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari sisasisa pasir cetakan.
Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk cor
siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan dari
viskositas, akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-ruang dalam
rongga cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sifat-sifat fisik
secara individu, karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang merupakan karakteristik
rata-rata dari bebrapa sifat-sifat fisik dari logam cair.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan komposisi
unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis liquidus. Jika
temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi solidifikasi didalam gating
sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini disebut juga dengan nama misrun.
Cacat lain yang bisa terjadi jika temperatur penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams.
Yaitu benda cor yang dihasilkan seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang
masuk kedalam rongga cetak, dimana alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya
tidak begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir yang terdapat pada dinding
gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan
permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat antara logam tuang, dengan zat padat,
cair dan gas diadalam rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari daerah temperatur
penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim mungkin.

Faktor utama yang lain yang mempengaruhi besaran fluiditas adalah


komposisi paduan. Logam cair yang memiliki fluiditas yang tinggi adalah logam murni dan
alloys komposisi eutectic. Alloys yang dibentuk dari larutan padat, dan memiliki range
pembekuan yang besar memiliki fluiditas yang jelek.

Contoh Pola spiral hasil pengujian Fluiditas


Ada beberapa metoda dalam mengukur fluiditas. Metoda ini dibedakan berdasarkan bentuk
rongga cetak yang digunakan untuk mengetahui mampu alir logam cair. Ada rongga cetak
yanmg berbentuk spiral dan ada juga rongga cetak yang berbentuk lorong yang memanjang.
Pemilihan metoda ini sangat tergantung

Beberapa bentuk cetakan untuk pengukuran Fluiditas


dari bentuk benda kerja dan bahan cetakan yang akan digunakan. Dalam melakukan
pengukuran mampu alir dipraktikum ini digunakan metode dengan rongga cetak yang
berbentuk spiral. Meskipun hasil pengukuran dengan metoda diatas dipengaruhi oleh sifatsifat cetakan, namun pengukuran tersebut sangat praktis, karena langsung menggambarkan
bagaimana mampu alir logam cair dalam rongga cetak dengan bahan cetakan sebenarnya.
Harga fluiditasnya dinyatakan dengan panjang (dalam mm) spiral yang terisi logam. Atas
dasar hal ini, fluiditas juga dikenal dengan istilah Fluid life.

Logam-logam dalam pengecoran


Besi cor
o

Paduan besi yang mengandung C >: 1,7 % dan 1-3 %Si. Unsur lain
dapat ditambahkan dengan maksud untuk meningkatkan sifat-sifat seperti kekuatan,

kekerasan atau ketahanan korosi. Unsur yang umumnya ditambahkan yaitu Cr, Cu,
Mo dan Ni.
o

Besi cor memiliki selang temperature cair yang relaitf lebih rendah daripada baja dan
relatif lebih encer ketika cair.

Sifat mekanik besi cor tergantung pada jenis struktur mikronya yaitu bentuk dna
distribusi elemen-elemen penyusunnya. Salah satu elemen yang memiliki pengaruh
yang berarti adalah grafit. Jumlah ,ukuran dan bentuk grafit mempengaruhi kekuatan
dan keuletan besi cor. Selain grafit, matriks juga ikut mempengaruhi sifat
mekaniknya. Matris besi cor sama dengan yang terdapat pada baja, yaitu feritik,
perlitik, feritik+perlitik dan martensitik. Matriks yang terjadi tergantung pada :

Komposisi kimia

Laju pendinginan, dan

Proses perlakuan panas

Ada lima jenis besi cor :


o Besi cor kelabu (grey cast iron)
o Besi cor malleable (malleable cast iron)
o Besi cor putih (white cast iron)
o Besi cor nodular (nodular/ductile cast iron)
o Compacted graphite cast iron (memiliki struktur mikro antara besi cor
o Kelabu dan besi cor nodular).
Sifat mekanik :
= 45 -75 ksi (kekuatan tarik)
= 35 60 ksi (kekuatan luluh)
e = 1 6% (perpanjangan)

Sifat matriks dan karakter grafit diperoleh dari kesetimbangan


Komposisi kimia
Derajat inokulasi
Laju pembekuan
Pengaturan laju pendinginan
Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan, biasanya pada besi cor diterapkan perlakuan panas
karena dari kondisi hasil pengecoran (as-cast) tidak diperoleh sifat yang diinginkan. Proses
perlakuan panas yang umum diterapkan :

Annealing

Austenitizing dan Quenching

Tempering

Besi Cor Putih


Besi cor putih terbentuk ketika unsur karbon (C) tidak mengendap
sebagai grafit selama proses pembekuan, akan tetapi tetap berkaitan
dengan unsur besi (Fe), krom (Cr) atau molibden (Mo) membentuk
karbida.
Besi cor putih bersifat keras dan getas dan memiliki tampilan patahn
seperti kristal berwarna putih.
Besi Cor Kelabu

Besi cor kelabu merupakan paduan dari unsur-unsur besi (Fe),


karbon dan silicon (Si) yang mengandung karbon tak berkaitan
dalam bentuk grafit. Nama besi cor kelabu didapat dari tampilan
patahan berwarna kelabu.

Besi cor kelabu untuk keperluan otomotif dan konstruksi umum


lainnya dibagi menjadi 10 kelas/garde yang didasarkan pada kekuatan
tarik minimumnya.

Kekuatan, kekerasan dan struktur mikro dari besi cor kelabu


dipengaruhi oleh beberapa factor seperti komposisi kimia, desain,
cetakan, karakteristik cetakan dan laju pendinginan selama dan setelah
pembekuan.

Unsur Cu, Cr, Mo dan Ni seringkali ditambahkan untuk mengatur


struktur mikro matriks dan pembentukan grafit. Selain itu bertujuan
untuk meningkatkan ketahanan korosi besi cor kelabu pada beberapa
media.

Besi cor kelabu dapat dikeraskan dengan proses quenching dan


temperature sekitar 1600F (menjadi getas). Kombinasi dengan proses
temper

akan

kekerasannya.
Besi Cor Malleable

meningkatakan

ketangguhan

dan

menurunkan

Besi cor ini dihasilkan dari proses perlakuan panas besi cor putih yang memiliki
komposisi tertentu.
Proses terbentuknya beis cor putih akibat :

Rendahnya kandungan karbon dan silikon

Adanya unsur-unsur pembentuk karbida seperti Cr, Mo dan V

Laju pendinginan dan pembekuan yang tinggi

Pada proses pembuatan besi cor malleable, besi cor putih dipanaskan hingga
temperatur diatas temperatur eutectoid (1700oF) kemudian ditahan hingga beberapa
jam dan didinginkan dalam tungku. Proses tersebut menyebabkan unsure karbon
terlarut dalam austenit, mengendap dan membentuk grafit bulat tak beraturan
(irregular nodules of graphite) yang disebut korbon temper. Proses ini akan
menghasilkan besi cor malleable dengan matriks ferit.
Besi Cor Nodular
Besi cor nodular memiliki komposisi unsure yang sama dengan besi cor kelabu.
Unsure tersebut yaitu karbon dan silikon.
Perbedaan besi cor nodular dan kelabu terletak pada bentuk grafit (untuk
menghasilkan bentuk grafit yang berbeda, digunakan proses yang berbeda pula)
Pembulatan

grafit

dicapai

karena

ditambahkan

unsure Magnesium (Mg)

dan Cerium (Ce).


Baja (Baja Cor)
Salah satu jenis baja adalah baja karbon yaitu paduan besi-karbon yang
mengandung unsure karbon kurang dari 1,7 % (beberapa literature menyebutkan
kandungan karbon maksimum 2.0 %). Sebagai tambahan selain karbon, baja cor
mengandung
- Silikon (Si) : 0.20 0,70 %
- Mangan (Mn) : 0,50 1,00 %

- Fosfor (P) : <>


- Sulfur (S) : <>
Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon kurang dari 0,8 %
(baja hypoeutektoid) terdiri dari FERIT dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih
tinggi menambah jumlah perlit.
Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon lebih dari 0,8 % (baja
hipereutektoid) terdiri dari SEMENTIT (Fe3C) dan PERLIT. Kadar karbon yang
lebih tinggi menambah jumlah sementit.

Baja cor dengan kadar C=0,20 % diatas diperoleh dari pendinginan didalam

tungku dari temperatur 950oC setelah pengecoran. Bagian yang hitam adalah
PERLIT dan yang putih adalah FERIT. Sedangkan baja cor dengan kadar C=0,8
% didinginkan dalam tungku 900oC struktur yang terlihat jelas yaitu PERLIT.

Proses Peleburan Logam


Peleburan logam merupakan aspek terpenting dalam operasi-operasi pengecoran
karena berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses peleburan, mula-mula
muatan

yang

terdiri

dari logam,

unsur-unsur

paduan dan material

lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk terak dimasukkan kedalam tungku. Fluks adalah
senyawa inorganic yang dapat membersihkan logam cair dengan menghilangkan gas-gas
yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor (impurities). Fluks memiliki beberpa
kegunaan yang tergantung pada logam yang dicairkan, seperti pada paduan alumunium
terdapat cover fluxes (yang menghalangi oksidasi dipermukaan alumunium cair),. Cleaning
fluxes, drossing fluxes, refining fluxes, dan wall cleaning fluxes

Tungku-tungku peleburan yang biasa digunakan dalam industri pengecoran logam adalah
tungku busur listrik, tungku induksi, tungku krusibel, dan tungku kupola. Karakteristik
masing-masing tungku peleburan adalah :
1. Tungku busur listrik
o

laju peleburan tinggi laju produksi tinggi

polusi lebih rendah dibandingkan tungku-tungku lain

memiliki kemampuan menahan logam cair pada temperatur tertentu untuk jangka
waktu lama untuk tujuan pemaduan

1. Tungku induksi
o Khususnya digunakan pada industri pengecoran kecil
o Mampu mengatur komposisi kimia pada skala peleburan kecil
o Terdapat

dua

jenis

tungku

yaitu Coreless (frekuensi

tinggi)

dan core atau channel (frekuensi rendah, sekitar 60 Hz)


o Biasanya digunakan pada industri pengecoran logam-logam non-ferro
o Secara khusus dapat digunakan untuk keperluan superheating (memanaskan logam cair
diatas temperatur cair normal untuk memperbaiki mampu alir), penahanan temperatur

(menjaga logam cair pada temperatur konstan untuk jangka waktu lama, sehingga
sangat cocok untuk aplikasi proses die-casting), dan duplexing/tungku parallel
(menggunakan dua tungku seperti pada operasi pencairan logam dalam satu tungku
dan memindahkannya ke tungku lain)

1. Tungku krusibel
o Telah digunakan secara luas disepanjang sejarah peleburan logam. Proses pemanasan
dibantu oleh pemakaian berbagai jenis bahan bakar.
o Tungku ini bias dalam keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-pindahkan
o Dapat diaplikasikan pada logam-logam ferro dan non-ferro
2.

Tungku kupola
o Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana baja vertical yang didalamnya terdapat
susunan bata tahan api
o Muatan terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks

o Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah besar
dan laju peleburan tinggi

Muatan Kupola
1. Besi kasar (20 % - 30 %)
2. Skrap baja (30 % - 40 %)
Kadar karbon dan siliko yang rendah adalah menguntungkan untuk mendapat
coran dengan prosentase Carbon dan Si yang terbatas. Untuk besi cor kekuatan
tinggi ditambahkan dalam jumlah yang banyak.
3. Skrap balik
Yang dimaksud skrap balik adalah coran yang cacat, bekas penambah, saluran
turun, saluran masuk atau skrap balik yang dibeli dari pabrik pengecoran.
4. Paduan besi
Paduan besi seperti Fe-Si, Fe-Mn ditambahkan untuk mengatur komposisi.
Prosentase karbon berkurang karena oksidasi logam cair dalam cerobong dan

pengarbonan yang disebabkan oleh reaksi antar logam cair dengan kokas.
Prosentase karbon terutama diatur oleh perbandingan besi kasar dan skrap baja.
Tambahan harus dimasukkan dalam perhitungan untuk mengimbangi kehilangan
pada saat peleburan. Penambahan dimasukkan 10 sampai 20 % untuk Si dan 15
sampai 30 % untuk Mn.
Prosentase steel bertambah karena pengambilan steel dari kokas. Peningkatan
kadar belerang (steel) yang diperbolehkan biasanya 0,1 %
Metalurgi Proses Pengecoran
Pembekuan ingot dan Coran
Dari Pembekuan ingot dihasilkan 3 daerah dengan karakteristik yang berbeda. Daerah-daerah
tersebut adalah :
1. Chill Zone
Selama proses penuangan logam cair kedalam cetakan, logam cair yang berkontak
langsung dengan dinding cetakan akan mengalami pendinginan yang cepat dibawah
temperatur likuidusnya. Akibatnya pada dinding cetakan tersebut timbul banyak inti padat
dan selanjutnya tumbuh kearah cairan logam. Bila temperatur penuangannya rendah, seluruh
bagian logam cair akan membeku secara cepat dibawah temperatur likuidus. Disisi lain bila
temperatur penuangan tinggi, cairan logam yang berada ditengah-tengah ingot akan tetap
berada diatas temperatur likuidus untuk jangka waktu lama.

2. Columnar zone
Sesaat setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun dan
kristal pada daerah chill tumbuh memanjang dalam arah kristal tertentu. Kristal-kristal
tersebut tumbuh memanjang berlawanan dengan arah perpindahan panas (panas bergerak dari
cairan logam kea rah dinding cetakan yang bertemperatur lebih rendah) yang disebut dengan
dendrit. Setiap kristal dendrit mengandung banyak lengan-lengan dendrit (primary dendrit).
Jika Fraksi volum padatan (dendrite) meningkat dengan meningkatnya panjang dendrit dan
jika struktur yang terbentuk berfasa tunggal, maka lengan-lenagn dendrti sekunder dan tertier
akan timbul dari lengan dendrit primer. Daerah yang terbentuk antara ujung dendrit dan ttitik
dimana sisa cairan terakhir akan membeku disebut sebagai mushy zone atau pasty zone.

3. Equiaxed zone
Daerah ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang tumbuh secara acak ditengahtengah ingot. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada tidak menyebabkan terjadinya
pertumbuhan butir memanjang.

Pengaruh Penyusutan
Kebanyakan logam akan menyusut selama proses pembekuan dan ini
mengakibatkan perubahan struktur ingot. Paduan-paduan dengan selang pembekuan (daerah
antara temperatur liquidus dan solidus ) yang sempit menghasilkan mushy zone yang sempit
pula dan pada bagian permukaan atas ingot terdapat sisa cairan logam yang lama kelamaan
akan berkurang hingga pembekuan berakhir dan pada ingot mengandung rongga cukup dalam
pada bagian tengah atau disebut pipe.
Pada paduan-paduan dengan selang temperatur pembekuan lebar, mushy zone dapat
menempati seluruh bagian ingot sehingga tidak terbentuk pipe.
Segregasi pada Ingot dan Coran
Pada struktur pembekuan terdapat dua jenis segregasi yaitu segregasi makro
(perubahan komposisi pada tiap bagian spesimen) dan segregasi mikro (seperti yang terjadi

antara lengan dendrit sekunder). Ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya segregasi
makro, yaitu :
1. Penyusutan karena pembekuan dan kontraksi panas
2. Perbedaan kerapatan antardendritik cairan logam
3. Perbedaan kerapatan antara padatan dan cairan
4. Temperatur yang menyebabkan perbedaan kerapatan dalam cairan
Segregasi dalam pembekuan logam tidak diinginkan karena memberikan pengaruh
buruk pada sifat mekanik. Untuk segregasi mikro, pengaruhnya dapat dikurangi dengan
proses perlakuan panas (homogenisasi).
Pemeriksaan Produk Cor
Tujuan :
1. Pemeriksaan rupa
a. Pemeriksaan rupa/fisik
b. Pemeriksaan dimensi (menggunakan jangka sorong, micrometer, jig pemeriksa dan
alat ukur lainnya)
2.

Pemeriksaan cacat dalam (pemeriksaan tidak merusak, NDT)


a. Pemeriksaan ketukan
b. Pemeriksaan penetrasi (dye-penetrant)
c. Pemeriksaan magnafluks (magnetic-particle)
d. Pemeriksaan supersonic (ultrasonic)
e. Pemeriksaan radiografi (radiografi)

3.

Pemeriksaan material

1. Pengujian

kekerasan

(menggunakan

metoda

Brinell,

Rockwell, Vickers dan Shore)


2. Pengujian tarik
3. Pengujian analisa kimia (spektrometri,EDS)
4. Pengujian struktur mikrodan struktur makro
3. Pemeriksaan dengan merusak
Cacat-cacat Coran
Komisi pengecoran international telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi
menjadi 9 kelas, yaitu :
1. Ekor tikus tak menentukan atau kekerasan yang meluas
2. Lubang-lubang
3. Retakan
4. Permukaan kasar
5. Salah alir
6. Kesalahan ukuran
7. Inklusi dan struktur tak seragam
8. Deformasi
9. Cacat-cacat tak nampak

Proses Pembuatan Besi Kasar


Pada umumnya logam-logam yang dihasilkan dari dalam tambang masih dalam
bentuk batu-batuan dan biasanya terdapat dalam keadaan terikat dengan unsur-unsur lain.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan barang-barang jadi atau setengah jadi
maka terlebih dahulu logam-logam tersebut mendapat beberapa pengerjaan.
Tanur tinggi
Tanur tinggi digunakan untuk mengolah logam-logam tambang (bijih besi), kokas,
batu kapur untuk dijadikan besi kasar. Besi kasar yang dihasilkan ini nantinya masih perlu
diolah kembali didalam tungku-tungku baja untuk dijadikan baja atau besi cor.Tanur tinggi
mempunyai tinggi 30 m dan diameter terbesar 9 m. bagian luar terbuat dari pelat-pelat
baja dan bagian dalamnya dilapisi bata tahan api.
Tungku ini dibagi menjadi bagian utama yaitu :
a. Bagian atas (puncak)

Bahan-bahan seperti kokas, bijih besi dan bahan tambahan (kapur) dimasukkan
melalui bagian ini. Pada bagian ini juga dilengkapi dengan lubang-lubang untuk
melakukan udara.
b. Bagian tengah
Bagian tengah ini memiliki bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah makin
besar. Fungsinya dibuat demikian adalah :
- Bahan-bahan mudah bergeser kebawah
- Gas CO dapat mencapai setiap tempat dekat dinding
Bagian dalam tungku dilapisi dengan bata tahan api.
c. Bagian bawah
Bagian ini mempunyai bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah semakin
mengecil dan gunanya dibuat demikian adalah :
- Cairan mudah dikumpulkan pada tungku
- Isi tungku makin lama makin mengecil
Bagian dalamnya terbuat dari bata tahan api kualitas tinggi karena dinding bagian ini
harus tahan terhadap temperatur tinggi ( 3000 oF)dan tahan terhadap reaksi kimia
seperti tahan terhadap asam-asam, terutama bila bijih besinya mengandung fosfor.
d. Bagian Tungku
Bagian ini berbentuk silinder yang merupakan tabung persegi empat. Pada bagian
dalamnnya dipasang bata tahan api kualitas tinggi dan memiliki ketebalan 1m.
Dibuat tebal dan menggunakan bata tahan api karena :
- Dapat tahan terhadap proses kimia
- Dapat tahan terhadap tekanan logam cair dan terak cair

- Dapat tahan terhadap temperatur tinggi


Diantara pasangan-pasangan bata tahan api, dipasang pipa-pipa saluran yang dialiri
air pendingin dan pada bagian atas tabung dipasang pipa-pipa yang digunakan untuk
menyalurkan udara panas. Pada bagian dinding tungku dipasangi lubang laluan logam
cair dan terak cair.
Bahan-bahan dalam Proses Tanur Tinggi
1. Biji besi
Besi didapat dengan mengambil dari biji besi yang umumnya berbentuk oksida dari alam
dan besi murni hanya didapat dalam jumlah yang kecil. Pemisahan unsur besi dari biji
besi dilakukan dalam sebuah tungku yang dinamai dengan SMELTING (proses reduksi).
Adapun biji besi tersebut ditemukan dalam bentuk sebagai berikut :
1.

Berbentuk batu
Hematit (Fe2O3, batu besi merah) mengandung unsur besi antara 45 %-65 % dan
sedikit mengandung fosfor.
Magenetit (Fe3O4) mengandung unsur besi antara 40 % - 70 % dan hampir tidak
mengandung fosfor, berwarna hijau tua mendekati warna hitam dan mempunyai sifat
magnet yang kuat.
Fe2O3H2O, mengandung unsur besi 25 % - 50 % air dan fosfor
b. Berbentuk pasir
Pasir besi (TiO2) mengandung oksida besi = 70 % yang bercampur dengan oksida
titan (Ti2O2) antara 9 % - 11 %
c. Berbutir halus
Sperosiderit mengandung unsur besi 40 % bercampur dengan tanah liat.

2. Batu Kapur

Biji besi hasli proses reduksi belum dapat diaktakan bersih secara keseluruhan dan masih
terdapat kotoran-kotoran. Untuk menghilangkan kotoran-kotoran tersebut maka pada saat
diproses dalam tanur tinggi ditambahkan batu kapur (CaO atau dolomite, CaCO 3)
sehingga akan membentuk terak
3. Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan dalam proses tanur tinggi adalah kokas dan arang kayu
Arang kayu
Keuntungan mengunakan arang kayu adalah karena bersih, tidak mengandung P dan S.
Sedangkan kerugiannya adalah :
Nilai kalornya rendah kira-kira 400 Cal/Kg
Tidak keras, mudah pecah dan berpori-pori
Jumlahnya terbatas
Hanya dapat digunakan untuk tanur tinggi yang memiliki tinggi 17-20m
Kokas
Didapat dari pembakaran tidak sempurna batu bara. Keuntungan menggunakan kokas
sebagai bahan bakar adalah :
Nilai kalornya tinggi sekitar 8000 Cal/Kg
Keras, besar-besar dan berpori-pori
Mempunyai kadar karbon yang tinggi
Sewaktu pembuatan kokas terdapat hasil tambahan seperti gas, ter, dll.
Kekurangan bahan bakar kokas yaitu mengandung belerang (S) dan ini sangat buruk
pengaruhnya terhadap pembuatan baja atau besi cor.
Anthrosit

Keuntungan menggunakan bahan bakar jenis ini adalah :


Nilai karbonnya tinggi sekitar 8000 Cal/Kg
Cukup keras dan besar-besar
Tidak mengandung gas
Kekurangan bahan bakar anthrosit adalah tidak berpori dan hanya sedikit terdapat di
dunia
4. Udara panas
Udara panas digunakan untuk membantu pembakaran (CO 2) dan pembentukan gas CO
sebagai gas untuk reduksi biji besi. Untuk mereduksi bijih besi diperlukan udara panas
yang banyak dan udara panas yang digunakan mempunyai temperatur 900OC. Untuk
mendapat udara panas dengan temperatur yang tinggi adalah dengan memanaskan udara
dingin di tungku pemanas yang dinamakan tungku COWPER. Udara dingin yang
dimasukkan didatangkan dari kompresor torak.
Keuntungan menggunakan udara panas dalam proses tanur tinggi adalah untuk
menghemat bahan bakar untuk mempercepat proses reduksi atau pencairan biji besi.

Anda mungkin juga menyukai