PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi
tidak saja di Indonesia tetapi juga di seluruh Dunia. Ada beberapa jenis
bakteri dan jamur patogen yang mampu berproduksi untuk menginfeksi
manusia terutama Candida albicans L. Jamur ini merupakan merupakan flora
normal yang sering dijumpai pada rongga mulut, saluran pencernaan dan
vagina. Jamur Candida albicans L merupakan jamur yang menginfeksi mulut
yang menyebabkan sariawan yang disebut juga stomatis diftosa.
Sariawan merupakan salah satu kelainan yang terjadi pada selaput lendir
di dalam mulut. Kelainan tersebut berupa luka yang berbentuk bercak
berwarna putih kekuningan dengan permukaan cenderung cekung. Biasanya
terjadi di dalam mukosa mulut biasanya melibatkan pipi, gusi, lidah, bibir,
kerongkongan, dan bagian atas atau bawah mulut. Sariawan umumnya
ditandai dengan kondisi yang nyeri, terkait dengan eritematosa (kemerahan),
pembengkakan, terkadang pendarahan pada daerah yang terkena, biasanya
menyebabkan penderita sulit untuk menelan makan dan bila sudah parah
menyebabkan demam. Gangguan sariawan dapat menyerang siapa saja
termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan. Jamur penyebab sariawan yang
disebabkan bakteri sangat mudah masuk melalui makanan dan minuman yang
biasa dikonsumsi.
sehingga
masyarakat
mudah
mengkonsumsi
tanaman
1.5 Manfaat
1. Memberikan pengetahuan tentang manfaat bunga belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) sebagai anti fungi dan formulasinya dalam sediaan sirup.
2. Memberi informasi pada pembaca tentang manfaat dan pengolahan bunga
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Geraniales
Suku
: Oxalidaceae
Marga
: Averrhoa
Spesies
2. Nama lain
Belimbing Asam (Indonesia), Belimbing Wuluh (Jawa), Calincing
(Sunda), Bhalimbing bulu (Madura), Blimbing bulu (Bali), Limbi (Bima),
Bainang (Ujungpandang),Ttakurela (Ambon) dan Celane (Bugle).
(Kanisius 1992: 17).
3. Morfologi
2. Macam-macam simplisia
Simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori (gunawan dan
mulyani, 2004: 9).
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamanya dan belum berupa zat kimia murni.
Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamanya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zatzat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Contohnya minyak ikan (oleum iecoris asselli), madu (mel
depurantum).
3. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan
(mineral) yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
zat kimia murni. Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga.
2.1.3
Ekstraksi
1. Pengertian ekstraksi
10
2.1.4 Sirup
1. Pengertian sirup
11
12
spektrum luas dan hal ini bukanlah hal yang sederhana (Aulton, 1988:
486).
c. Perasa dan Pengaroma
Untuk menutupi rasa yang tidak enak dan agar obat diterima oleh
pasien
(terutama
anak-anak)
dalam
pemilihan
pewangi
harus
alkoholpolyhydric
seperti
sorbitol,
gliserol
atau
13
14
15
air =
w 1wo
Vair
p
sirup =
keterangan :
Wo
W1
W2
V air
V sirup
e. Penentuan viskositas
Viskositas adalah suatu sifat dari cairan yang lebih bertahan untuk
mengalir. Untuk lebih mudah viskositas dapat dianggap sebagai sifat
yang relatif dengan air sebagai bahan rujukan dan semua viskositas
dalam istilah viskositas air murni pada suhu 20oC. Viskositas air
dianggap satu contipoise ( sebenarnya 1,0087 centipolse) viskositas
dapat berubah-ubah tergantung pada temperature, umumnya
16
sirup
: Kekentalan sirup
t1
t2
g
ml
g
ml
17
18
topikal. Ketokonazol merupakan obat anti fungi yang efektif untuk Candida
albicans. walaupun begitu pemakaian ketokonazol pada penderita hepar
tidak dianjurkan karena bersifat hepatotoksik (Maenza JL, 1997: 24).
2.1.6 Jamur Candida albicans
Jamur adalah tubuh buah, atau basidiokarp yang mengandung
basidia bersama basidiosporanya (Pelczar, Minchael J, 1986: 205).
Kandidiasis yaitu penyakit pada selaput lendir, mulut, vagina, dan saluran
pencernaan.
Infeksi
yang
lebih
gawat
dapat
menyerang
jantung
: Fungi
: Ascomycota
Upafilum
: Saccharomycotyna
Kelas
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomyceteles
Family
: Saccharomycetacea
Genus
: Candida
Spesies
2. Morfologi
19
20
dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana
aerob (Jawetz, et al., 1992: 382).
3. Patogenitas
Bagian tubuh yang sering terinfeksi Candida albicans L pada
manusia ditemukan rongga mulut, saluran pencernaan, dan vagina.
Kandidiasis merupakan infeksi karena jamur. Candida albicans L dapat
membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam
tubuh, bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan
sifat jamur yaitu sebagian saproba tanpa menyebabkan kelainan atau
sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan
(Jawets et al,. 2005: 4).
4. Gambaran klinik
Faktor-faktor predisposisi utama infeksi Candida abicans diabetes
mellitus, imunodefidiensi, kateter intra vena atau kateter air kemih yang
terpasang terus-menerus, penyalahgunaan narkotika intravena, pemberian
antimikroba (yang mengubah flora bakteri normal), dan kortikosteroid.
a. Mulut
Infeksi mulut (sariawan), terutama pada bayi, terjadi pada selaput
mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebagian
besar terdiri atas pseudomi selium dan epitel yang berkelupas, dan
terdapat erosi yang minimal pada selaput. Pertumbuhan Candida di
dalam mulut akan lebih subur bila disertai kortikosteroid antibiotika,
kadar glukosa tinggi, dan imunodefisiensi (Jawets et al., 2005: 30).
21
22
2.1.7 Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan
mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme
dapat dimatikan setempat (in situ) gas-gas seperti formaldehid,
etilenoksida atau betaproilakton oleh bermacam-macam larutan kimia,
oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat
disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh
filtrasi (Koes iriyanto, Jilid 1, 2006 : 75).
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik
bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun nonvegetatif dari suatu
objek atau material. Hal tersebut dapat dicapai dengan panas, penyaringan,
bahan kimia, atau dengan cara lain hingga tidak ada organisme hidup yang
tertinggal (Stefanus lukas, 2006: 103).
Sterilisasi panas kering (Oven) proses sterilisasi panas kering terjadi
melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh
permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam
23
24
Sebelum
dilakukan
penanaman
harus
diperhatikan
agar
25
26
27
dengan
sebaik-baiknya.
Pertama-tama
harus
dapat
2.2 HIPOTESIS
28
BAB III
29
METODE PENELITIAN
3.1 Objek penelitian
Objek yang diteliti karya ilmiah ini adalah uji aktivitas anti fungi ekstrak
bunga belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L.) dan formulasinya dalam
sediaan sirup.
3.2 Sampel dan teknik sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah bunga belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi L) dari Desa Margapadang Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal, bunga
belimbing wuluh yang diambil adalah ditandai dengan bunga yang sudah
mekar sampelnya adalah ekstrak bunga belimbing wuluh.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kosentrasi
ekstrak bunga belimbing wuluh (Averrhoa belimbi L.) 15%, 30% dan 45%.
3.3.2 Variabel terikat
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah pertumbuhan
jamur Candida albicans L.
3.4 Teknik Pengumpulan data
3.4.1 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan medium dan pembuatan sirup
adalah:
1. Alat
30
31
c.
metode
penguapan
yang
berfungsi
untuk
32
33
adanya saponin.
34
: 40 g
:12 g
:3 g
35
: 60 g
:18 g
36
37
38
Nama obat
Jumlah obat
Standar
pemakaia
n
Khasiat
Daftar
pustaka
39
Ektrak bunga
belimbing wuluh
45 %
15-45%
Sebagai
anti fungi
Sorbitol
30%
15%-30%
Gliserin
15%
20%
Anti
caplocking
agent
pemanis
Propylenglikol
10%
15%-30%
pengawet
Aquades
Ad 60 ml
pelarut
Jurnal
kedokteran
sri
wijaya31
Handbook
hal 679
Hanbook
hal 283
Hanbook
hal 596
40
41
Mengamati
menggunakan
sinar matahari langsung
Gambar
12. Uji kejernihan
4) Uji bobot jenis
Digunakkan piknometer bersih dan kering dengan menetapkan
bobot piknometer kosong dan meggunakan aquades dan sedaan sirup
kemudiaan ditimbang dengan replikasi 3 kali dan menghitung ratarata. Skema uji bobot jenis dapat dilihat pada gambar:
sirup
air =
42
5) Uji viskositas
Uji viskositas atau kekentalan adalah hambatan dorongan relative
2 lapisan caairan berdekatan, dinyatakan dalam satuan Cp.
Kekentalan merupakan fungsi suhu, umumnya makin tinggi suhu
kekentalan semakin turun (anonim 1979: 770). Zat uji berubah-ubah
tergantung pada temperatur dan dapat ditentukan oleh suatu metode
yang akan mengukur daya tahan oleh suatu cairan (Ansel, 2008:
551). Skema uji viskositas dapat dilihat pada gambar:
Memasukkan air kedalam viskometer sampai batas ditentukan
Mencatat waktu air mengalir
Memasukkan zat uji kedalam viskometer, Mencatat waktu zat
uji
Menghitung dengan menggunakan rumus
Gambar 14.Uji viskositas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang uji aktivitas anti fungi ekstrak bunga belimbing wuluh dan
formulasinya dalam sediaan sirup bertujuan untuk mengetahui daya hambat
ekstrak bunga belimbing wuluh yang paling efektif terhadap jamur Candida
43
b
albicans L dengan konsentrasi 15% v , 30%
b
v , 45%
b
v
dan kemudian
b
v .
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga belimbing wuluh
(Averrhoa belimbii L.) yang diperoleh dari Tegal secara acak. Bunga belimbing
wuluh dibuat serbuk simplisia melalui beberapa proses yaitu pengumpulan bahan
yaitu bunga yang diambil dalam penelitian ditandai dengan bunga yang sudah
mekar dan diambil pada pagi dan sore hari. Kemudiaan dilakukan Sortasi basah
untuk memisahkan bunga yang masih utuh dan bunga tidak rusak. Pencucian
bunga belimbing wuluh dilakukan agar memastikan bunga bersih dilakukan
pembilasan sebanyak 2 kali. Pengeringan bunga belimbing wuluh dilakukan
secara alami yaitu dengan angin-angin pada udara terbuka tidak terkena sinar
matahari secara langsung yang dimaksudkan untuk penurunan kadar air dan untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Setelah kering bunga belimbing wuluh digiling dengan
menggunakan blender hingga menjadi serbuk simplisia dan diayak dengan ayakan
Setelah proses penyerbukan kemudian ekstrak bunga belimbing wuluh dibuat
dengan menggunakan metode maserasi. Pada proses maserasi digunakan dengan
perbandingan (1:7,5) 100 g serbuk simplisia dan 750 ml etanol 70% sebagai
cairan penyarinya. Digunakannya pelarut berupa etanol 70% karena etanol
tersebut lebih efektif, kapang maupun kuman sulit tumbuh, absorsinya baik, tidak
menyebabkan pembengkakan pada membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan
44
obat terlarut. Sifatnya yang mampu menghambat kerja enzim dan sangat efektif
dalam menghasilkan jumlah ekstrak yang optimal. Pada proses maserasi setiap
hari perlu dilakukan pengadukan dengan maksud agar keseimbingan kosentrasi
bahan efektif lebih cepat didalam cairan. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda
masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Dalam penelitian kali ini
dilakukan selama 5 hari karena 5 hari telah memadai untuk mempunyai
kecenderungan menghambat aktivitas enzim mikroba. Setelah 5 hari kemudian
menyaring menggunakan kain flanel untuk menjadi ekstrak cair tetapi penyarian
dengan kain flanel tidak bisa menyaring sempurna karena hasil filtrat masih
mengandung endapan.
Dari proses maserasi diperoleh ekstrak cair kemudian dilakukan penguapan yang
bertujuan agar ekstrak bunga belimbing wuluh benar-benar terbebas dari etanol
maka perlu dilakukan uji bebas etanol yang menggunakan pereaksi H2SO4 pekat
dan asam asetat kemudian mengamati bau yang terjadi apabila masih berbau asam
45
asetat maka ekstrak tersebut belum terbebas dari etanol, namun jika berbau khas
bunga belimbing wuluh ekstrak terbebas dari etanol.
Tabel 1. Uji bebas etanol
2
Perlakuan
ml ekstrak bunga
Hasil penelitian
Tidak berbau
Pustaka
Fessenden
belimbing wuluh
ester
1982:281
+ 2 tetes H2SO4
Keterangan
+ (positif) tidak
mengandung
etanol
pekat +2 tetes
CH2COOH
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa ekstrak telah terbebas dari alkohol
sebab tidak ada bau ester (menyengat) setelah dilakukannya penambahan H2SO4
dengan CH2COOH
46
47
akan naik sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah proses sterilisasi kemudian
pembuatan medium.
Pada pembuatan medium pembiakan jamur Candida albicans menggunakan
medium Potato Dextrose Agar (PDA). Medium PDA digunakan karena
mengandung unsur karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan jamur Candida
albicans L, sehingga baik untuk pertumbuhan jamur. Pada medium PDA dibuat 2
medium yaitu medium padat dan medium cair. Pembuatan medium PDA padat
dengan cara memasukkan kentang dalam sebagian aquades, didihkan sampai
volume setengahnya. kemudian angkat dan saring ekstrak kentang dengan
menggunakan corong yang dilapisi dengan kertas saring yang dimasukkan dalam
erlenmeyer. Kemudian tambahkan dextrosa dan agar-agar dan sisa aquades
sampai volume yang diinginkan. Memasukkan hingga mendidih sambil diaduk
sampai homogen. Mengangkat media dan cek pH sekitar 4,5-6,5 dengan kertas
pH. Diperoleh medium padat dengan pH 6. Suhu dapat meningkatkan diisolasi
asam. Larutan nutrien ditentukan pHnya sewaktu-waktu berada dengan titik
didihnya dapat menjadi basa bila menjadi dingin. Pengaruh yang beraneka ragam
yang tidak menguntungkan itu lebih menonjol bila berada dalam keadaan asam.
Misalnya koagulasi protein oleh panas timbul lebih cepat dalam larutan asam
itulah sebabnya pH medium pembiakan mikrobiologi harus dilakukan secara teliti.
pH yang digunakan tergantung pada jenis mikroorganisme. Pada pembuatan
medium cair sama dengan pembuatan medium padat tetapi pada medium cair
tidak digunakan agar-agar hal tersebut bertujuan agar medium tetap cair dan tidak
memadat karena medium cair untuk mengamati kejernihan larutan dalam tabung
48
reaksi. Setelah medium padat dan medium cair dibuat kemudian sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121oC selama kurang lebih 15 menit.
Pada pembuatan sumuran saat pengujian daya hambat jamur dibuat
menggunakan spidol dengan diameter 0,6 mm dimana hanya satu alat sehingga
menggunakan spidol yang sama untuk membuat lubang.
Pada cawan petri dimasukkan medium padat yang masing-masing terdiri dari
4 sumuran yaitu dengan konsentrasi ekstrak 15%, 30%, 45%. Satu cawan petri
terdiri dari 4 sumuran dengan sumuran satu berisi kontrol negatif menggunakan
aquades dan 3 berisi ekstrak bunga belimbing wuluh. Pemberian masing-masing
ekstrak dan aquades dilakukan menggunakan pipet untuk mengetahui daya
tampung dari masing-masing sumuran terlebih dahulu dilakukan percobaan pada
media kosong yang dibuat lubang dengan meneteskan aquades diperoleh daya
tampung maksimalnya 0,3 ml sehingga penetesan ekstrak 0,2 ml dikhawatirkan
meluap yanng akan mempengaruhi daerah hambat atau pertumbuhan jamur
Candida albicans L. Setelah selesai ekstrak, kemudian aquades diteteskan pada
sumuran kemudian inkubasi dengan menggunakan inkubator pada suhu 37oC
selam 24 jam.
Pada penelitian kali ini yang mampu menghambat pertumbuhan anti fungi
adalah kandungan flavonoid yang terdapat pada bunga belimbing wuluh. Hal ini
dijelaskan bahwa secara umum flavonoid merupakan senyawa polifenol. Senyawa
fenol bersifat dapat merusak membran sel sehingga terjadi perubahan
permeabilitas sel yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
49
matinya sel. Senyawa fenol juga dapa mendenaturasi protein sel dan mengerutkan
dinding sel sehingga dapat melisiskan dinding sel jamur.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terlihat adanya daerah jernih
yang tampak disekitar sumuran pada media agar dimana daerah jernih tersebut
merupakan daerah hambat ekstrak bunga belimbing wuluh terhadap jamur
Candida albicans L.
Dari hasil pengamatan pada diameter mendapatkan hasil yang baik konsentrasi
45%, dengan masng-masing konsentrasi 15%,30%,45% karena semkin besar
konsentrasi semakin bagus daya hambat anti fungi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilkukan terlihat adanya daerah bening
yang tampak disekitar lubang pada media agar dimana daerah bening tersebut
merupakan daerah hambat ekstrak bunga belimbing wuluh terhadap jamur
Candida albicans L.
Replikasi 1
Replikasi 3
Replikasi 2
50
30%
L(mm2)
D (mm)
45%
L (mm2)
D (mm)
L (mm2)
17,0
2,268
18,6
2,715
19,6
3,015
17,8
2,487
20,6
3,331
21,3
3,561
17,4
2,376
19,1
2,863
20,4
3,266
Rata-rata
17,4
2,377
19,4
2,967
20,4
3,280
Keterangan:
51
= jari-jari (cm)
= Luas r2
= 3,14
= diameter
Diameter total
Luas total
Dari data tabel tersebut diatas maka dapat diperoleh luas daerah hambat ekstrak
bunga belimbing wuluh terhadap jamur Candida albicans L.
Luas Daerah hambat = Luas Total Luas Sumuran
Tabel 3. Luas daerah hambat ekstrak bunga belimbing wuluh terhdap jamur
Candida albicans L
Replikasi
Kosentrasi
15% (mm2)
30% (mm2)
45% (mm2)
176,62
221,33
251,32
198,47
282,88
305,90
187,39
236,13
276,44
rata-rata
187,49
246,78
277,88
Dari tabel diatas diperoleh daya hambat jamur yang berbeda, disebabkan
karena memiliki kosentrasi yang berbeda. Ekstrak bunga belimbing wuluh
diperoleh daya hambat yang efektif terhadap jamur Candida albicans L pada
konsentrasi 45 % hal ini menunjukkan diameter sumuran yang lebih luas dan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan kosentrasi ekstrak bunga belimbing yang
52
Squares
12954.848
3802.310
16757.158
Mean
Df
2
6
8
Square
6477.424
633.718
F
10.221
Sig.
.012
M
eanofluas_daerh_am
bat
53
.2
2
8
0
.2
6
0
.2
4
0
.2
0
.1
0
0
8
0
.k
o
s
e
n
tra
s
i1
5
%
k
o
s
e
n
tb
ra
s
il
3
0
%
k
o
s
e
n
tra
s
i4
5
%
e
k
tr
a
k
_
b
u
n
g
a
_
e
im
b
in
g
_
w
u
lh
Dari grafik penelitian means plots ekstrak bunga belimbing wuluh dengan
sediaan sirup terhadap luas daya hambat pada jamur Candida albicans dengan
konsentrasi 15 %, 30 % dan 45 % diperoleh hasil yang paling paling berpengaruh
terhadap luas daya hambat jamur adalah pada konsentrasi 45 %.
setelah mengetahui ekstrak yang efektif dibuat sediaan sirup. Sediaan sirup
dibikin 1 formula, langkah yang pertama dilakukan dalam sediaan sirup yaitu
memasukkan sorbitol yang berfungsi sebagai pemanis yang bertujuan untuk
menghilangkan rasa tidak enak pada sediaan sirup. Selanjutnya memasukkan
gliserin yang berfungsi sebagai anti caplocking agent yang berguna untuk
menghindari terbentuknya benang-benang atau endapan kristal yang terdapat pada
leher dan tutup botol. Selanjutnya memasukkan propylenglikol yang digunakan
sebagai pengawet bertujuan untuk menghindari terjadinya jamur. Kemudian
masukkan ekstrak bunga belimbing wuluh kosentrasi 45% ke dalam larutan dan
memasukkan aquades yang telah dihitung pada saat memasukkan sediaan masing-
54
masing bahan. Dilakukan dengan cara mengaduk perlahan-lahan sampai masingmasing bahan tercampur sempurna.
Hasil yang dibuat dalam pembuatan sediaan sirup berwarna coklat dan rasa
yang manis. Setelah dilakukan pembuatan sediaan sirup pada masing-masing
pemanis selanjutnya melakukan pengujian sifat fisik sirup meliputi uji
organoleptis, uji pH, uji kejernihan, uji viskositas, uji bobot jenis dan uji volume
terpindahkan.
1. Uji organoleptis
Tujuan dilakukan uji organoleptis yaitu untuk mengetahui yaitu untuk
mengetahui sifat fisik dari sediaan sirup. Pemeriksaan organoleptis meliputi
bentuk, warna, bau dan rasa. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4. Hasil uji organolepti
replikasi
uji organoleptis
Bentuk
Bau
Rasa
Warna
Cair
agak pahit
cokelat
Cair
agak pahit
cokelat
Cair
agak pahit
cokelat
2. Uji pH
Tujuan dilakukannya uji pH adalah untuk mengetahui pH sirup selama
penyimpanan indikator pH dicelupkan pada masing-masing sirup. Lalu hasil
warna yang terbentuk pada masing-masing sirup. Lalu hasil warna yang
terbentuk sesuai dengan indikator. Pengamatan pH dilakukan dengan sebanyak
55
Hasil
6
6
6
Hasil sediaan sirup uji pH yaitu 6. Jadi sediaan sirup memenuhi standar
literatur pH untuk sediaan topikal yaitu 5,3 6,5.
3
Uji kejernihan
Uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan sirup jernih /
tidak. Sediaan sirup sebaiknya harus bebas partikel (Depkes RI) data yang
diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6. Hasil uji kejernihan
Replikasi
1
2
3
Hasil
Agak Jernih
Agak jernih
Agak jernih
56
1
2
3
Rata-rata
1,06
1,06
1,07
1,06
Dari hasil uji bobot jenis sediaan sirup semua formula memenuhi standar.
Dengan standar yaitu : 1,3 ( Martin, 1993:1014)
7. Uji viskositas
Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari suatu
sediaan. Pengukuran viskositas ini menggunakan viskometer osewald pada
temperatur suhu 25oC dengan viskositas air 0,8904 centipois (Martin,
2008:1098). Viskositas sirup yang diuji dapat dibandingkan dengan viskositas
zat yang sudah diketahui yaitu air. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 8. Hasil uji viskositas
57
Replikasi
1
2
3
Rata-rata
Uji viskositas
3,346
3,159
3,349
3,284
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang uji aktivtas antifungi ekstrak bunga
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ddan formulasinya dalam sediaan
sirup dapat disimpulkan:
1. Ekstrak bunga belimbing wuluh yang dapat menghambat pertumbuhan
jamur Candida albicans L.
2. Konsentrasi ekstrak bunga belimbing wuluh yang paling efektif
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans L adalah konsentrasi
45%.
5.2 SARAN
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang daya hambat antijamur pada
ekstrak bunga belimbing wuluh (Averrhoa belimbii L) dengan konsentrasi
yang berbeda
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jamur yang
berbeda.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang ekstrak bunga belimbing wuluh
dengan metode ekstraksi yang berbeda.
58
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Cetakan Kesebelas.Yogyakarta: Penerbit
Gadjah Mada University Press.
Ardananurdin, A. 2004. Uji Efektifitas Dekok Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) Sebagai Antimikroba Terhadap BakteriSalmonella typhi
Secara In Vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, New
York: Churchill Livingstone Inc
DepKes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
. Materia Medica Indonesia. Jilid 1,II,III,IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Goeswin, Agoes. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan
Perluasan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Gunawan dan Mulyani, Sri. 2004. Farmakognosi. Jakarta: penerbar swadaya.
Howard, C, Ansel.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Cetakan 1. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi dasar Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit PT
Granmedia Pustaka Utama.
59
Albicans
Secara
In
Vitro.
Tesis.
Malang:
Universitas
Muhamadiyah Malang.
Rowe, Raymond C., Paul Dan Martin. 2009. Hanbook Of Pharmaceutical
Exciplent Sixth Edition.USA: Pharmaceutical Press.
60
= 39,36 gram
= 67,45 gram
Berat ekstrak
berat ekstrak
berat sampel
28,09
100
x 100 %
x 100 % = 28,09 %
61
LAMPIRAN 2
PENGENCERAN EKSTRAK BUNGA BELIMBING WULUH
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN LUAS DAYA HAMBAT
Perhitungan luas sumuran
Diameter sumuran (D)
= 8 mm
= 4 mm
Luas sumuran
= . r2
62
= 3,14 . 4 .4 mm2
= 50,24 mm2
Luas sumuran pada ekstrak maserasi
15% (Replikasi 1) Diameter (D)
Jari-jari (r)
=17,0 mm
=8,5 mm
= . r2
=17,8 mm
=8,9 mm
= . r2
=17,4 mm
=8,7 mm
= . r2
= 3,14 . 8,7 .8,7
=234,63 mm2
63
=18,6 mm
=9,3 mm
= . r2
=20,6 mm
=10,3 mm
= . r2
=19,1 mm
=9,55 mm
= . r2
=19,6 mm
=9,8 mm
= . r2
= 3,14 . 9,8. 9,8
=301,56 mm2
64
=21,3 mm
=10,65 mm
= . r2
=20,4 mm
=10,2 mm
= . r2
= 3,14 . 10,2 .10,2
=326,68 mm2
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN LUAS DAERAH HAMBAT JAMUR
65
30%
45%
LAMPIRAN 5
PERHITUNGAN PEMBUATAN SEDIAAN SIRUP
66
30
100
Sorbitol
30
100
x 60 ml = 18 ml
Gliserin
15
100
x 60 ml = 9 ml
Propylenglikol
10
100
x 60 ml = 6 ml
Aquades
= 60ml -18ml + 18 ml + 9 ml + 6 ml
x 60 ml = 18 ml
= 60 ml -41
= 19 ml
LAMPIRAN 6
PERHITUNGAN HASIL UJI SEDIAAN SIRUP
1. Uji bobot jenis
67
Sirup 1
a. Pikno + air
Replikasi
1
2
3
Rata-rata
Pikno kosong(g)
22,18
22,20
22,20
22,19
Massa (g)
24,50
24,47
24,49
24,48
Replikasi
Pikno kosong(g)
Pikno + sediaan
Massa (g)
1
2
3
Rata-rata
22,20
22,19
22,21
22,19
(g)
48,94
48,93
49,00
48,95
26,74
26,74
26,79
26,75
b. Pikno + sediaan
Replikasi 1
air
sediaan
m
v
24,50
25
m 26,74
=
v
25
= 1,06 g
m
v
24,47
25
= 0,98 g
Replikasi 2
air
sediaan
m 26,74
=
v
25
= 0,978 g
= 1,06 g
Replikasi 3
air
m
v
24,49
25
= 0,97 g
68
sediaan
m 26,79
=
v
25
= 1,07
2. Uji viskometer
Sirup 1
Replikasi
1
2
3
Rata-rata
Replikasi 1
Tair
01,05
01,10
01,13
01,09
T sirup
3,65
3,60
3,85
3,70
69
air
sirup
air x tair
= sirupx t sirup
0,89
sirup
0,98 x 1,05
= 1,06 x 3,65
0,89
sirup
sirup
1,029
3,869
= 3,346
Replikasi 2
air
sirup
air x tair
= sirupx t sirup
0,89
sirup
0,978 x 1,10
= 1,06 x 3,60
0,89
sirup
sirup
1,075
3,816
= 3,15
Replikasi 3
air
sirup
air x tair
= sirupx t sirup
0,89
sirup
0,971 x 1,13
1,07 x 3,85
0,89
sirup
1,187
4,119
sirup
= 3,349
70
57
60
x 100 % = 95 %
Replikasi 2
58
60 x 100 % = 96,67 %
Replikasi 3
55
60 x 100 % = 91,67 %
LAMPIRAN 6
GAMBAR
Gambar :Pembuatan ekstrak bunga belimbing wuluh dengan metode maserasi
71
72
73
74
75
76