III.
Ren dexter di bagian cranial terdapat diaphragm thoracis, costa XII dan
processus transverses vertebra lumbalis I, dan di bagian caudal dari vertebra
lateral ke medial terdapat m.transversus abdominis, m.quadratus lumborum,
m.psoas major dan processus transverses vertebra lumbalis II. Diantara fascies
posterior rend an otot dinding dorsal abdomen terdapat nervus subcostalis,
nervus iliohypogstricus dan nervus ilioinguinalis. Fascies anterior renalis
berbentuk cembung, dan pada kedua extremitas superiornya terdapat glandula
suprarenalis.
Fascia renalis yang berada pada fascies ventralis meluas melewati line
mediana, sedangkan bagian yang berada pada fascies posterior renalis menyatu
dengan jaringan ikat pada fascies anterior columna vertebralis. Fascies renalis
juga membungkus glandula suprarenalis, dan di bagian caudal dari ren kedua
lapisan fascia tadi saling mendekati, tidak melekat erat. Ren difiksasi pada
tempatnya oleh fascia renalis, corpus adiposum pararenale dan vasa renalis.
2. Arteria Renalis
Dipercabangkan oleh aorta abdominalis di sebelah caudal dari pangkal
arteria mesenterica superior, berada setinggi discus intervertebrale antara
vertebra lumbalis I dan II. Arteria renalis dextra berjalan di sebelah dorsal
vena cava inferior, memberikan percabangan yang berjalan menuju glandula
suprarenalis
dan
ureter.
Di
dalam
sinus
renale
arteri
renalis
mempercabangkan ramus primer yang disebut ramus anterior yang besar dan
ramus posterior yang kecil. Masing-masing arteri tersebut berjalan masuk
4
kedalam belahan anterior dan belahan posterior disebut Broedels line, yang
miskin vascularisasi. Ramus primer mempercabangkan arteria interlobaris,
berada di antara pyramid atau berjalan pada basis pyramid yang membentuk
arcus, disebut arteria arcuata. Dari arteria arcuata dipercabangkan arteria
interlobularis. Ujung terminal arteri arcuata dan arteria interlobularis
berjalan vertical, paralel, paralel satu sama lain, menuju ke cortex renalis.
a.interlobularis berakhir sebagai arteriola glomerularis afferens (= vasa
afferens) membentuk glomerulus. Pembuluh darah yang meninggalkan
glomerulus disebut arteriola glomerulus efferens (= vasa efferens) yang
berjalan menuju ke pelvis renalis.
Arteriolae rectae membentuk plexus dan dari plexus ini darah mengalir ke
dalam venulae rectae, lalu menuju ke venae interlobularis, dari sini menuju
ke venae arcuatae dan selanjutnya bermuara ke dalam venae interlobaris.
Vena interlobaris bermuara ke dalam vena cava inferior. Venulae stellatae
adalah pembuluh darah yang terdapat di daerah subcapsularis dibentuk oleh
cabang-cabang arteria interlobularis, menjadikan suatu anastomosis arterio
venosa, dan selanjutnya bermuara ke dalam vena cava inferior.
B. Fisiologi
Fungsi utama ginjal adalah mengeksresikan/mensekresikan zat sisa
metabolisme dan zat-zat lain yang berbahaya terhadap tubuh, sambil
mempertahankan konstituen darah yang masih berguna. Selain itu ginjal juga
memiliki fungsi endokrin yang penting. Walaupun penyakit ginjal sering
mengakibatkan terjadinya kegagalan dari ketiga fungsi utama tersebut, sering
juga didapatkan suatu keadaan di mana penyakit ginjal mempenaruhi dua
fungsi yang pertama tanpa mempengaruhi fungsi ketiga. Setiap fungsi ketiga
ginjal dapat diukur sesuai lokasi anatomisnya:(7)
1. Fungsi glomerulus-eliminasi toksin/sisa metabolisme.
2. Fungsi glomerulus-konservasi konstituen darah normal.
3. Kemampuan ginjal mengkonsentrasikan urin.
4. Fungsi konservasi asam amino.
5. Kontrol asam basa ginjal.
6. Kontrol elektrolit.
7. Fungsi hormonal.
V. Diagnosis
A. Gambaran Klinik
Gambaran klinik pada stenosis arteri renalis adalah sebagi berikut:(8)
- Onset timbulnya hipertensi pada umur < 30 tahun atau hipertensi berat
-
kedua ginjal.
Edema paru yang tiba-tiba dan tidak jelas.
Disfungsi ginjal yang tidak jelas, termasuk individu yang memulai
dengan
Gambar 2. Spektrum gelombang doppler pada area stenosis di arteri renal kanan.
Peningkatan kecepatan sistolik terlihat ( 286 cm/detik), aliran mosaic terlihat didalam
stenosis (dikutip dari kepustakaan (10))
penting
ketika
melebihi
dari
60%.
Pada
stenosis
kasus
ini,
membuat
kecepatan, distal stenosis pada segmen arteri lebih dapat diakses dengan USG
Doppler (arteri hilus dan interlobar). Variabilitas intraobservasi dan
interobservasi digunakan kriteria yang sangat tinggi. Rasionalnya aliran dari
hilus renal adanya stenosis secara signifikan terlihat berkabut, dan
menunjukkan peningkatan puncak sistolik. Fenomena ini disebut sebagai efek
tarduseparvus. Tardus yang berarti lambat dan telat dan parvus yang berarti
kecil dan sedikit. Tardus merujuk kepada fakta bahwa akselarasi sistolik dari
gelombangnya lambat dengan konsekuen peningkatan waktu untuk mencapai
puncak istolik. Parvus merujuk kepada fakta bahwa puncak sistoliknya
rendah,
indikasi
11
2. Kateterisasi Angiografi
Sebuah kateter angiografi, juga disebut tradisional angiografi, adalah jenis
khusus dari x ray di mana bentuknya tipis, tabung fleksibel yang disebut
kateter berulir melalui arteri besar, sering dari pangkal paha, dengan arteri
yang penting-dalam hal ini, arteri ginjal. Prosedur ini dilakukan di rumah
sakit atau rawat jalan pusat oleh radiolog. Anestesi tidak diperlukan
meskipun obat penenang dapat diberikan untuk mengurangi kecemasan
selama prosedur. Media kontras disuntikkan melalui kateter sehingga
menunjukkan arteri ginjal lebih jelas pada x ray. Kateter angiogram adalah
"gold standar" untuk mendiagnosis RAS karena kualitas tinggi gambar yang
dihasilkan. Sebagai tambahan, RAS yang parah dapat diobati selama
kunjungan yang sama. Namun, kateter angiogram merupakan prosedur
invasif, dan seseorang mungkin memiliki efek samping dari obat penenang
atau kontras menengah atau mungkin mengalami perdarahan atau cedera
12
arteri dari kateter. Prosedur ini juga lebih mahal daripada tes pencitraan
lainnya.(9)
3. Tomografi Terkomputerisasi Angiography ( CTA ) scan
CTA scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk
membuat gambar . Prosedur ini dilakukan dalam pusat rawat jalan atau
rumah sakit oleh teknisi x - ray , dan gambar ditafsirkan oleh ahli radiologi .
Anestesi tidak diperlukan . Media kontras adalah disuntikkan ke pembuluh
darah di lengan pasien untuk lebih melihat struktur arteri . CTA scan
memerlukan orang berbaring di meja yang masuk ke dalam berbentuk
terowongan di mana pada saat sinar x-ray diambil . CTA scan lebih kurang
invasif daripada angiogram kateter dan mengambil kurang waktu. Namun,
risiko dari x ray radiasi masih ada , dan tes sering membutuhkan media
kontras lebih dari angiogram kateter , sehingga tidak mungkin dianjurkan
untuk orang dengan fungsi ginjal jelek.(9)
4. Magnetic
Resonance
Angiogra
m ( MRA )
MRA
menggunakan
gelombang
radio dan magnet untuk menghasilkan gambar rinci dari organ tubuh dan
13
C.
Gambaran
Gambar 5. MRA stenosis arteri renalis dikutip dari kepustkaan (12)
Laboratorium
Pemeriksaan yang diperlukan adalah urinalisis dengan kultur, serum
kreatinin, serum potasium, aktivitas plasma renin, rontgen thorax,
14
hipertensi esensial.(13)
Differential Diagnosis
A. Hypertensi Primer(14)
- Arteri renal normal
B. Penyakit Parenkim Ginjal Kronis Tidak Berhubungan dengan RAS(14)
- Peningkatan ekognisitas parenkim dari interstitial fibrosis
- Peningkatan index resistivitas interlobus/arcus arteri (> 0,7)
- Penurunan ukuran ginjal dari destruksi parenkim (panjang < 8 cm)
C. Diseksi Aorta(14)
Diseksi aorta adalah merupakan robekan pada tunika intima aorta
toraks, menyebabkan perdarahan ke dalam dinding aorta, dan membuat flap;
kemudian menyebar ke distal dari robekan awal, mengganggu suplai darah
organ vital.(6)
Gambar 6. CT diseksi aorta
potongan Coronal dikutip dari
kepustakaan (12)
15
VII.
Komplikasi(9)
Orang dengan RAS mempunyai risiko tinggi untuk mengalami komplikasi
yang disebabkan oleh hilangnya fungsi ginjal atau atherosclerosis yang terjadi di
pembuluh darah lainnya, seperti:
- Penyakit ginjal kronik penurunan fungsi ginjal selama beberapa
-
waktu.
Penyakit arteri koroner penyempitan dan pengerasan arteri yang
ke otak.
Penyakit pembuluh darah perifer penyumbatan pembuluh darah yang
membatasi aliran darah dari jantungke bagian lain dari tubuh,
khususnya kaki.
VIII. Penatalaksanaan(13
Pemilihan terapi yang cocok untuk pasien hipertensi renalis
bergantung dari derajat berat ringannya gangguan anatomis arteri renalis yang
terkena. Pada umumnya ada tiga pilihan terapi: (i) Terapi medis dengan
pemberian obat anti hipertensi khususnya golongan ACE inhibitor; (ii)
angioplasti renalis transluminal per kutaneus; dan (iii) tindakan pembedahan.
(13)
IX.
Prognosis
Prognosis pasien dengan RAS sulit untuk dipastikan dan bervariasi
dengan tingkat oklusif yang fenomena , sensitivitas individu untuk terapi
antihipertensi , dan kemanjuran peerbaikan bedah dan / atau angioplasti.(15)
Prognosis berdasarkan etiologinya:(14)
16
17