Anda di halaman 1dari 12

TEORI DAN KONSEP PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah aspek universal yang selalu harus ada dalam kehidupan manusia.
Tanpa pendidikan, ia tidak akan pernah berkembang dan berbudaya disamping itu, kehidupan
juga akan menjadi statis tanpa ada kemajuan, bahkan bisa jadi akan mengalami kemunduran
dan kepunahan. Oleh karena itu, menjadi fakta yang tak berbantahkan bahwa pendidikan
adalah sesuatau yang niscaya dalam kehidupan manusia.
Adanya pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahkan bisa dikatakan
tanpa pendidikan, maka tidak akan asa yang namanya manusia sebab, pendidikan adalah yang
membentuk peradapan, dan tanpa peradapan manusia punah.
Seiring berjalannya waktu dan dengan semakain pesatnya tingkat intelektual dan
kualitas kehidupan, dimensi pendidikan pun menjadi semakin kompleks, dan tentu saja hal itu
membutuhkan sebuah desain pendidikan yang juga tepat dan sesuai dengan kondisinya. Oleh
karena itu berbagai teori,metode, dan desain pendidikan pun dibuat dan diciptakan untuk
mengapresiasi semakin beragam tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan.
Jika ditinjau dari sejarah, teori-teori dan desain tersebut muncul karena adanya teori
yang sudah ada sebelumnya, yang posisinya adalah memperbaiki, merevisi, atau malah
menciptakan teori baru. Teori dan desan dalam pendidikan muncul setelah terdapatnya
berbagai permasalahan yang terjadi didalam pendidikan itu sendiri. Suatu teori akan muncul
apabila terjadi suatu kekurangan yangterdapat didalam dunia pendidikan.
Dalam perkembangan teori dan desain pendidikan inilah, berdampak pada suatu
sistem yang akan diterapkan dalam suatu penerapan pendidikan yang disepakati pada waktu
itu yaitu kurikulum, suatu teori memberikan pandangan-pandangan pada pendidikan,
sehingga muncul inovasi dan kreativitas teoretikus untuk melahirkan teori-teori yang lebih
kontekstual, yang akan merangsang pula tercipatanya suatu desain pendidikan yang baru
yang akan menerapkan teori-teori tersebut dalam suatu sistem.

II. PERMASALAHAN

Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United


Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas
pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10
dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14
negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya
para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya
tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan
para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa.
Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu
yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik
adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab
pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang
sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada
pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi,
pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat
di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya
pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan
pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan.
Berdasarkan analisa dari badan pendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia
menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut
menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa
tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari
42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat
14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Dari sinilah penulis mencoba untuk membahas lebih
dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.

II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori
Menurut Muhammad Surya, teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip
terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.
Karakteristik suatu teori ialah :
a. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan
sebagai dasar untuk penelitian
b. Memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu
sendiri merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau
kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk
pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep merupakan suatu
penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan keterkaitan antara dua atau lebih dari
keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu hubungan
antara konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu
dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia
merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan
kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri
dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih
yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori
yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk
memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki
karakternya masing-masing
2. Pengertian Pendidikan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata lakku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Langeveld pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih
tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh
itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah,
buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum
dewasa.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapankecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia.
Menurut J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak
ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
Menurut Carter V.Good
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. (Seni, praktek, atau profesi
pengajar).
b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of
teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education
(Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metodemetode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan
dengan istilah pendidikan).
Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dalam definisi yang panjang ini terdapat 2 kata kunci yang layak disorot yaitu
kedewasaan dan tanggung jawab. Jadi, pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang
dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala
kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluk sosial.
3. Ki Hajar Dewantara dan Ajarannya.
Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai tokoh yang berjuang untuk member jawaban
terhadap pertanyaan: Pendidikan apakah yang cocok untuk anak-anak Indonesia?
Jawabannya adalah Pendidikan Nasional. Untuk menyelengarakan pendidikan nasional
beliau mendirikan Lembaga Pendidikan Nasional Taman Siswa yang kemudian dikenal
sebagai Perguruan Taman Siswa. Perguruan Taman Siswa bertujuan untuk membuat
rakyat pandai, sebab Ki Hadjar Dewantara berkeyakinan bahwa perjuangan pergerakan
tidak akan berhasil tanpa kepandaian. Untuk itu beliau mengemukakan konsepnya
mengenai Pendidikan Nasional yang direalisasi mulai tanggal 3 Juli 1922 dengan
mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta dengan tugas-tugasnya :
a. Pertama adalah untuk mendidik rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka,
untuk menjadi kader-kader yang sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa dan
bangsanya sejajar dengan bangsa lain yang merdeka.
b. Kedua membantu perluasan pendidikan dan pengajaran yang pada waktu itu sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak, sedang sekolah yang disediakan oleh pemerintah
Belanda sangat terbatas.
Ki Hajar Dewantara telah menciptakan sistem pendidikan yang merupakan sistem
pendidikan perjuangan. Falsafah pendidikannya adalah menentang falsafah penjajahan
dalam hal ini falsafah Belanda yang berakar pada budaya Barat. Falsafah pendidikan Ki
Hajar Dewantara bukan semata-mata sistem pendidikan perjuangan, melainkan juga
merupakan suatu pernyataan falsafah dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Sistem
pendidikan tersebut kaya akan konsep-konsep kependidikan yang asli. Ki Hajar

Dewantara mengembangkan sistem pendidikan melalui Perguruan Taman Siswa yang


mengartikan pendidikan sebagai upaya suatu bangsa untuk memelihara dan
mengembangkan benih turunan bangsa itu. Untuk itu, Ki Hajar Dewantara
mengembangkan metode among sebagai sistem pendidikan yang didasarkan asas
kemerdekaan dan kodrat alam. Sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara itu
dikembangkan berdasarkan lima asas pokok yang disebut Pancadarma Taman Siswa,
yang meliputi:
a. Asas kemerdekaan, yang berarti disiplin diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi,
baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
b. Arti merdeka adalah sanggup dan mampu untuk berdiri sendiri untuk mewujudkan
hidup diri sendiri, hidup tertib dan damai dengan kekuasaan atas diri sendiri. Merdeka
tidak hanya berarti bebas tetapi harus diartikan sebagai kesanggupan dan kemampuan
yaitu kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah diri pribadi.
c. Asas kodrat alam, yang berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makluk,
adalah satu dengan kodrat alam. Manusia tidak dapat lepas dari kodrat alam dan akan
berbahagia apabila dapat menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung
kemajuan itu. Oleh karena itu, setiap individu harus berkembang dengan sewajarnya.
d. Asas kebudayaan, yang berarti bahwa pendidikan harus membawa kebudayaan
kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan
dunia dan kepentingan hidup lahir dan batin rakyat pada setiap zaman dan keadaan.
e. Asas kebangsaan, yang berarti tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malah
harus menjadi bentuk kemanusiaan yang nyata. Oleh karena itu asas kebangsaan ini
tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain melainkan mengandung rasa
satu dengan bangsa sendiri, satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak
menuju kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa.
f. Asas kemanusiaan, yang menyatakan bahwa darma setiap manusia itu adalah
perwujudan kemanusiaan yang harus terlihat pada kesucian batin dan adanya rasa
cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makluk ciptaan Tuhan seluruhnya.

4. Pandangan Ki Hajar Tentang Pendidikan

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara kedewasaan bisa diartikan sebagai


kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan
alamnya dan masyarakat. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan secara umum
sebagai daya upaya untuk mewujudkan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin),
pikiran (intelek) dan jasmani anak, menuju ke arah masa depan yang lebih baik.
Kedewasaan akan tercapai pada akhir windu ketiga, yaitu tercapainya
kesempurnaan hidup selaras dengan alam anak dan masyarakat. Jadi dapat diartikan
bahwa pendidikan terutama berlangsung sejak anak lahir hingga anak berusia sekitar 24
tahun.
Ki Hajar menyetujui teori Konvergensi, dimana perkembangan manusia itu
ditentukan oleh dasar (nature) dan ajar (nurture). Anak yang baru lahir diibaratkan keertas
putih yang sudah ada tulisannya, tetapi belum jelas.
Selanjutnya Ki Hajar juga berpendapat bahwa perkembangan anak didik mulai
dari lahir hingga dewasa dibagi atas fase-fase sebagai berikut: (1) Jaman Wiraga (0-8 th)
merupakan periode yang amat penting bagi perkembangan badan dan pandca indra. (2)
Jaman Wicipta (8-16 th) merupakan masa perkembangan untuk daya-daya jiwa terutama
pikiran anak, dan (3) Jaman wirama (16-24 th) masa untuk menyesuaikan diri dengan
masyarakat di mana anak mengambil bagian sesuai dengan cita-cita hidupnya.
Selain itu ajaran beliau yang tidak kalah penting adalah yang Konsep dasar
kependidikan Ki Hajar Dewantara yang sekaligus diterima sebagai prinsip kepemimpinan
bangsa Indonesia dikenal sebagai sistem among, yang antara lain berbunyi:
a. ing ngarsa sung tulada berarti guru sebagai pemimpin (pendidik) berdiri di depan
dan harus mampu memberi teladan kepada anak didiknya. Guru harus bisa menjaga
tingkah lakunya supaya bisa menjadi teladan. Dalam pembelajaran, apabila guru
mengajar menggunakan metode ceramah, ia harus benar-benar siap dan tahu bahwa
yang diajarkannya itu baik dan benar.
b. ing madya mangun karsa yang berarti bahwa seorang pemimpin (pendidik) ketika
berada di tengah harus mampu membangkitkan semangat, berswakarsa dan berkreasi
pada anak didik. Hal ini dapat diterapkan bila guru menggunakan metode diskusi.
Sebagai nara sumber dan sebagai pengarah guru dapat memberi masukan-masukan
dan arahan.

c. tut wuri handayani yang berarti bahwa seorang pemimpin (pendidik) berada di
belakang, mengikuti dan mengarahkan anak didik agar berani berjalan di depan dan
sanggup bertanggung jawab. Ketika guru berada di tengahmembangun semangat, di
belakang memberi dorongan, dapat terjadi anak didik akan berusaha bersaing,
berkompetisi menunjukkan kemampuannya yang terbaik.
Metode Among
Cara mengajar dan mendidik dengan menggunakan metode Among dengan
semboyan Tut Wuri Handayani artinya mendorong para anak didik untuk membiasakan
diri mencari dan belajar sendiri. Mengemong (anak) berarti membimbing, member
kebebasan anak bergerak menurut kemauannya. Guru atau pamong mengikuti dari
belakang dan memberi pengaruh, bertugas mengamat amati dengan segala perhatian,
pertolongan diberikan apabila dipandang perlu. Anak didik dibiasakan bergantung pada
disiplin kebatinannya sendiri, bukan karena paksaan dari luar atau perintah orang lain.
Among berarti membimbing anak dengan penuh kecintaan dan mendahulukan
kepentingan sang anak. Dengan demikian anak dapat berkembang menurut kodratnya.
Hubungan murid dan pamong seperti keluarga. Murid memanggil gurunya dengan
sebutan ibu atau bapak berbeda dengan sekolah lain pada jaman itu yang memanggil
gurunya dengan sebutan tuan, nyonya, nona, ndoro, den Behi atau mas Behi.
Dengan menggunakan dasar kekeluargaan dalam metode among hubungan antara
murid dan guru sangat erat. Pengertian keluarga juga dipakai untuk sendi persatuan. Sifat
keluarga mengandung unsur unsure.
a.Cinta mencintai sesama anggota keluarga
b.
Sesama hak dan sesama kewajiban
c.Tidak ada nafsu menguntungkan diri dengan merugikan anggota lain.
d.
Kesejahteraan bersama
e.Sikap toleran
Selain asas kekeluargaan Pendidikan di Taman Siswa menggunakan sistem Tri
Pusat.yaitu :
a. Pusat keluarga, buat mendidik budi pekerti dan laku social
b. Pusat perguruan, sebagai balai wiyata untuk usaha mencari dan memberikan ilmu
pengetahuan di samping pendidikan intelek

c. Pusat pergerakan pemuda, sebagai daerah merdekanya kaum pemuda atau kerajaan
Pemuda untuk melakukan penguasaan diri, yang amat penting untuk pembentukan
watak.
Dalam memberi pelajaran, supaya tidak membosankan dan menyenangkan,
contoh-contoh yang dipakai diambilkan dari kehidupan sehari-hari yang dikenal oleh
murid. Dengan demikian pelajaran yang diberikan menjadi gamblang (jelas) dan dapat
meresap pada ingatan anak didik. Hal ini cocok dengan model kontekstual.
Fatwa Sendi Kehidupan
Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan bahwa dalam mempelajari sesuatu
sebaiknya bersendikan tetep-mantep-antep, ngandel-kendel-bandel-kandel dan
Neng-ning-nung- nang
a. Tetep atau tetap, maksudnya untuk mencapai apa yang kita kehendaki perlulah kita
selalu tetap dalam pekerjaan kita jangan selalu menengok kanan kiri. Kita harus
berjalan tertib dan maju, setia dan taat terhadap segala asas-asas kita. Kita harus
selalu Mantep atau berbesar hati, agar tidak akan ada kekuatan yang akan menahan
langkah kita atau membelokkan langkah kita. Sehingga dengan sendirinya perbuatan
kita akan antep atau berat (berbobot), sehingga tidak mudah kita ditahan, dihambat
atau dilawan.
b. Ngandel atau percaya maksudnya yakin kepada penguasa (Tuhan) dan kekuatan
diri. Kendel atau

berani,

yaitu

menghindarkan

rasa

takut

atau

wasangka. Bandel atau tahan, tawakal, hatinya kuat menderita. Kandel atau tebal,
yang meskipun menderita namun kuat badan dan tubuhnya. Keempat tabiat ini saling
berhubungan : barang siapa dapat percaya tentu akan berani, lalu mudahlah ia
tawakal dan dengan sendirinya ia akan tebal tubuhnya.
c. Neng, berarti meneng yaitu
tenteram
lahir
perkataan wening dan bening berarti

jernih

batinnya. Ning dari

pikirannya,

mudah

dapat

membedakan barang yang hak dan batal, yang benar dan yang salah
d. Nung dari kata hanung berarti kuat, sentosa dalam kemauannya, yaitu kokoh
dalam

segala

kekuatannya,

lahir

dan

batin,

untuk

mencapai

apa

yangdikehendakinya Nang yaitu menang atau dapatwewenang atau berhak atas


buah usahanya.

Keempat tabiat ini saling berhubungan : barang siapa dapat nengtentu mudah ia
akan berpikir ning, lalu menjadi kuat atau nungkemauannya, dan dengan sendirinya
akan menang.
5. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional
Sesuai Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas, ada 6 (enam) prinsip. Ketentuan ini,
diatur pada bab II pasal 4yang diuraikan dalam 6 ayat.
1) Pendidikan diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadiln serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak assi manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system
terbukadan multimakna.
3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6) Pendidkan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komonen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.
Pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang no 2 tahun 1989
mengungkapkan prinsip-prinsip sebgai suatu system, yaitu:
1) Yang berakar pada kebudayan nasional dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1995
,serta melanjutkan dan maeningkatkan pendidikan P4.
2) Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan unntuk ikut berusaha mencapai
tujuan nasional, yaiatu memajukan kesejah teraan umum mencerdaskan kehidupan
bangsa demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
3) Mencakup jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
4) Mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas 3 jenjang utama, yaitu
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi yang masing-masing
terbagi pula dalam tingkatan.
5) Mengatur bahwa kurikulum, peserta didik, dan tenaga kependidian, terutama guru,
dosen, atau tenaga pengajar merupakan 3 und-sur yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan belajar mengajar.

6) Mengatur secara terpusat, namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan


dilaksanakan secara tidak terpusat.
7) Menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai tanggung jawab berrsama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
8) Mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan masyarakat berkedudukan serta diperlukan dengan penggunaan
ukuran yang sama
6. Prinsip Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah


proses memanusiakan manusia (humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf
insani. Di dalam mendidik, ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi
manusiawi yang otentik kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan.
Jadi sesungguhnya pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia
keluar dari kebodohan, dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia
(humanis).
Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah penguasaan diri sebab
di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia (humanisasi). Penguasaan diri
merupakan

langkah

yang

harus

dituju

untuk

tercapainya

pendidikan

yang

mamanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka
akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang
mandiri dan dewasa.
Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, ada 2 hal yang harus dibedakan
yaitu sistem Pengajaran dan Pendidikan yang harus bersinergis satu sama lain.
Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan
dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup
batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).

IV. KESIMPULAN

Manusia merupakan Insan/mahkluk ciptaan Tuhan. Secara naluriah manusia tidak


berbeda jauh dengan ciptaan tuhan yang lain,yang membedakan Manusia dengan ciptaan
Tuhan yang lain adalah Bekal yang diberikan oleh Tuhan adalah akal pikiran. Akal pikiran

yang di bekalkan kepada manusia belum akan sempurna bila tidak digunakan untuk
memerdekakan dirinya baik secara lahiriah maupun batiniyah
Maka dari itu perlu diberikan pengajaran dan pendidikan untuk dapat mengerti apa
yang dapat diperbuat dan mengetahui akan tindakannya. Atau eksistensi sebagai manusia.
Setelah memiliki eksistensi sebagai menusia, maka perlu mendapatkan lanjutan pengajaran
dan Pendidikan untuk dapat lebih menyempurkan diri sebagai manusia.
Dari Pemahaman diatas penulis berfikir bahwasanya kita sebagai manusia harus bisa
memerdekakan dirinya dengan meningkatkan harkat martabatnya Sebagai manusia yang
dapat berfikir secara Lahir dan batin. Hal itu hanya dapat didapatkan dengan Pendidikan dan
Pengajaran.
Sehingga manusia tidak akan berlaku yang merugikan dirinya sendiri maupun orang
lain baik secara lahir maupun batin. Yang secara kultur hasil dari Pendidikan dan pengajaran
itu bisa menjadi budaya sehingga manusia yang berpendidikan adalah manusia yang
berbudaya.
Dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem
pendidikan di Indonesia adalah sistem Among. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri
handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).
Sistem Pendidikan Taman Siswa yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara merupakan
sebuah pola pendidikan yang berusaha menyambungkan kembali benang merah kejayaan
Indonesia pada masa lampau sehingga harkat dan martabat bangsa kita kembali terangkat.
Perumusan sistem pembelajaran ini berusaha menekankan pada aspek keluhuran budaya dan
keseimbangan manusia dalam daya cipta, rasa dan karsa. Kita diajarkan untuk tidak
memaksakan kehendak dan membatasi pertumbuhan potensi anak yang diakui berbeda-beda
setiap individunya.

Anda mungkin juga menyukai