Hepatitis in Pregnancy
Hepatitis in Pregnancy
Tinjauan Pustaka
A. Hepatitis
1. Definisi
Hepatitis merupakan inflamasi yang terjadi pada hati dan dapat terjadi akibat
infeksi virus, bahan kimia toksik, dan obat-obatan. Infeksi karena virus hepatitis
dikenal bentuk virus : A, B,C, D, E.1 Masing-masing dengan manifestasi kliniknya
yang hanya sedikit berbeda. Perbedaan terjadi oleh karena spesies virus berbedabeda sehingga dampak klinisnya dan dampak terhadap janin dan bayi berbedabeda.
2. Etiologi
Secara umum agen penyebab hepatitis virus dapat diklasifikasikan kedalam
dua grup yaitu hepatitis dengan transmisi secara enterik dan transmisi melalui
darah.2
a. Transmisi secara enterik
Terdiri atas virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis E (VHE)
Virus tanpa selubung
Tahan terhadap cairan empedu
Ditemukan di tinja
Tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik
Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
b. Transmisi melalui darah
Terdiri atas virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis D (VHD), dan virus
hepatitis C (VHC).
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk hepatitis diantaranya adalah: 6
Tes fungsi hati seperti ALT, AST, bilirubin direk, bilirubin total serta
alkalifosfatase.b.
Pemeriksaan serologi, mencari dua jenis antibodi terhadap virus, yang
disebut sebagai IgM dan IgG. IgM merupakan penanda infeksi akut,
2. Patofisiologi
Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan,kemudian
masuk ke aliran darah menuju hati(vena porta),lalu menginvasi ke sel parenkim
hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang menyebabkan sel
parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel
parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang akan dieksresikan
bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi
yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang
akan menekan ductus biliaris sehingga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian
terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan
ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga
bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi(direk) akan terus menumpuk
dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux(aliran kembali keatas) ke pembuluh
darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada
sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel
bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan
melalui urin. Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan
gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses
pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang
cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung sehingga merangsang
saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah
yang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual,
muntah dan menurun nya nafsu makan.14
Gambar 4: Patofisiologi Hepatitis
karena ikterik. Deteksi dini VHA bisa melalui test serologik untuk mendeteksi
IgM antibodi (anti-VHA) yang bisa terdeteksi 5-10 hari sebelum onset gejala dan
dapat bertahan sampai 6 bulan setelah infeksi. Sedangkan IgG anti VHA terbentuk
dan predominan pada masa konvalessensi dan bertanggung jawab memberikan
proteksi jangka panjang terhadap VHA.8 Dilaporkan 15 % infeksi VHA rellaps
dalam jangka waktu 6-9 bulan.
Beberapa jalur penularan VHA adalah sbb :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
tempat suntikan, sakit kepala, lemah,letih dan lesu. Adapun mengenai keamanan
pada pemberian pada wanita hamil belum diketahui.17
C. Hepatitis B
1. Etiologi dan Epidemiologi
Virus Hepatitis B adalah virus (Deoxyribo Nucleic Acid) DNA terkecil
berasal dari genus Orthohepadnavirus famili Hepadnaviridae berdiameter 40-42
nm. Masa inkubasi berkisar antara 30-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.11
Bagian luar dari virus ini adalah protein envelope lipoprotein, sedangkan bagian
dalam berupa nukleokapsid atau core.18
Genom VHB merupakan molekul DNA sirkular untai-ganda parsial dengan
3200 nukleotida.19 Genom berbentuk sirkuler dan memiliki empat Open Reading
Frame (ORF) yang saling tumpang tindih secara parsial protein envelope yang
dikenal sebagai selubung HBsAg seperti large HBs (LHBs), medium HBs
(MHBs), dan small HBs (SHBs) disebut gen S, yang merupakan target utama
respon imun host, dengan lokasi utama pada asam amino 100-160.18 HBsAg dapat
mengandung satu dari sejumlah subtipe antigen spesifik, disebut d atau y, w atau r.
Subtipe HBsAg ini menyediakan penanda epidemiologik tambahan.20
Gen C yang mengkode protein inti (HBcAg) dan HBeAg, gen P yang
mengkode enzim polimerase yang digunakan untuk replikasi virus, dan terakhir
gen X yang mengkode protein X (HBx), yang memodulasi sinyal sel host secara
langsung dan tidak langsung mempengaruhi ekspresi gen virus ataupun host, dan
belakangan ini diketahui berkaitan dengan terjadinya kanker hati.18
Infeksi VHB merupakan penyebab utama hepatitis akut, hepatitis kronis,
sirosis, dan kanker hati di dunia. Infeksi ini endemis di daerah Timur Jauh,
sebagian besar kepulaan Pasifik, banyak negara di Afrika, sebagian Timur Tengah,
dan di lembah Amazon. Center for Disease Control and Prevention (CDC)
memperkirakan bahwa sejumlah 200.000 hingga 300.000 orang (terutama dewasa
muda) terinfeksi oleh VHB setiap tahunnya. Hanya 25% dari mereka yang
mengalami ikterus, 10.000 kasus memerlukan perawatan di rumah sakit, dan
sekitar 1-2% meninggal karena penyakit fulminan.21
imun host dimediasi oleh respon seluler terhadap epitop protein VHB, terutama
HBsAg yang ditransfer ke permukaan sel hati. Human Leukocyte Antigen (HLA)
class I-restricted CD8+ cell mengenali fragmen peptida VHB setelah mengalami
proses intrasel dan dipresentasikan ke permukaan sel hati oleh molekul Major
Histocompability Complex (MHC) kelas I. Proses berakhir dengan penghancuran
sel secara langsung oleh Limfosit T sitotoksik CD8+.18
3. Penularan dan Gejala Klinik
Masa Inkubasi infeksi hepatitis B adalah 30-180 hari (60-90 hari ). Onset
penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang tergantung usia
penderita. Kasus yang fatal dilaporkan di USA sebesar 0,5-1 %. Sebagian infeksi
akut VHB pada orang dewasa menghasilkan penyembuhan yang sempurna dengan
pengeluaran HBsAg dari darah dan produksi anti HBs yang dapat memberikan
imunitas untuk infeksi berikutnya.
Manifestasi klinis infeksi VHB pada pasien hepatitis akut cenderung ringan.
Kondisi asimtomatis ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya
riwayat hepatitis akut. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya
menyerupai hepatitis virus yang lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat .24
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:
a. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase inkubasi Hepatitis B berkisar antara 30-180 hari dengan
ratarata 60-90 hari.
b. Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya
gejala ikterus. Awitannya singkat atau insidous ditandai dengan malaise
umum, mialgia, artalgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan
anoreksia. iare atau konstipasi dapat terjadi. Nyeri abdomen biasanya
ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrum, kadang
diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolestitis.
c. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi
justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
d. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan
sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Sekitar 5-10% kasus
perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang
menjadi fulminan.11
Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut
lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit. Perjalanan
hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga fase penting yaitu :
a. Fase Imunotoleransi
Sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus
tinggi dalam darah, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Virus
Hepatitis B berada dalam fase replikatif dengan titer HBsAg yang sangat
tinggi.
b. Fase Imunoaktif (Clearance)
Sekitar 30% individu persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi
virus yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak
dari kenaikan konsentrasi ALT. Fase clearance menandakan pasien sudah
mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB.
c. Fase Residual
Tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya selsel hati yang terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya
dapat menghilangkan sebagian besar partikel virus tanpa ada kerusakan sel
hati yang berarti. Fase residual ditandai dengan titer HBsAg rendah, BeAg
yang menjadi negatif dan anti-HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi
ALT normal.11
VHB 100 kali lebih infeksius daripada HIV dan paling sering mengenai usia
15-39 tahun. Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan menembus
membrane mukosa, terutama berhubungan seksual.22 Penanda HBsAg telah
diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh dari orang yang terinfeksi yaitu
saliva, air mata, cairan seminal, cairan serebrospinal, asites, dan air susu ibu.
Beberapa cairan tubuh ini (terutama semen dan saliva) telah diketahui infeksius.25
Jalur penularan infeksi VHB di Indonesia yang terbanyak adalah secara
parenteral yaitu secara vertikal (transmisi) maternal-neonatal atau horizontal
(kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual, iatrogenik, penggunaan
jarum suntik bersama). Virus Hepatitis B dapat dideteksi pada semua sekret dan
cairan tubuh manusia, dengan konsentrasi tertinggi pada serum.24
4. Pengaruh Terhadap Kehamilan
Dilaporkan 10-20 % ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak
mendapatkan imunoprofilaksis menularkan virus pada neonatusnya Dan 90 %
wanita hamil dengan seropositif untuk HBsAg dan HBeAg menularkan virus
secara vertikal kepada janinnya dengan insiden 10 % pada trimester I dan 80-90
% pada trimester III (Perinatology, ) Adapun faktor predisposisi terjadinya
transmisi vertikal adalah:17
a. Titer DNA VHB yang tinggi
b. Terjadinya infeksi akut pada trimester III
c. Pada partus memanjang yaitu lebih dari 9 jam
Sedangkan 90 % janin yang terinfeksi akan menjadi kronis dan
mempunyai resiko kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada
usia dewasa nantinya.
Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan
insiden Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) dan Prematuritas yang lebih tinggi
diantara ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam suatu studi
pada infeksi hepatitis akut pada ibu hamil (tipe B atau non B) menunjukkan tidak
ada pengaruh terhadap kejadian malformasi kongenital, lahir mati atau stillbirth,
abortus, ataupun malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier VHB tidak
akan mempengaruhi janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik
pervaginam maupun perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier
pada tahun pertama dan kedua kehidupannya.26 Pada bayi yang tidak divaksinasi
dengan ibu karier mempunyai kesempatan sampai 40 % terinfeksi VHB selama 18
bulan pertama kehidupannya dan sampai 40 % menjadi karier jangka panjang
dengan resiko sirosis dan kanker hati dikemudian harinya.27
VHB dapat melalui ASI sehingga wanita yang karier dianjurkan mendapat
Imunoglobulin hepatitis B sebelum bayinya disusui. 26 Penelitian yang dilakukan
Hill JB,dkk (dipublikasikan tahun 2002) di USA mengenai resiko transmisi VHB
melalui ASI pada ibu penderita kronis-karier menghasilkan kesimpulan dengan
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut yang khas. Pembatasan
aktivitas fisik seperti tirah baring dapat membuat pasien merasa lebih
baik.Diperlukan diet tinggi kalori dan hendaknya asupan kalori utama diberikan
pada pagi hari karena banyak pasien mengalami nausea ketika malam hari.30
Tujuan utama dari pengobatan Hepatitis B kronik adalah untuk
mengeliminasi atau menekan secara permanen VHB. Pengobatan dapat
mengurangi patogenitas dan infektivitas akhirnya menghentikan atau mengurangi
inflamasi hati, mencegah terjadinya dekompensasi hati, menghilangkan DNA
VHB (dengan serokonvers HBeAg ke anti-Hbe pada pasien HBeAg positif) dan
normalisasi ALT pada akhir atau 6-12 bulan setelah akhir pengobatan.31
Tujuan jangka panjang adalah mencegah terjadinya hepatitis flare yang
dapat menyebabkan dekompensasi hati, perkembangan ke arah sirosis dan/atau
HCC (Hepato Cellular Carcinoma), dan pada akhirnya memperpanjang usia.30
Terapi antiviral yang telah terbukti bermanfaat untuk Hepatitis B kronik adalah
Interferon, Lamivudin, Adefovir dipofoxil dan Entecavir.31
6. Pencegahan
Pencegahan penularan VHB dapat dilakukan dengan melakukan aktifitas
seksual yang aman, tidak menggunakan bersama obat-obatan yang
mempergunakan alat seperti jarum, siringe, filter, spons, air dan tourniquet, dsb,
tidak memakai bersama alat-alat yang bisa terkontaminasi darah seperti sikat gigi,
gunting kuku, dsb, memakai pengaman waktu kerja kontak dengan darah, dan
melakukan vaksinasi untuk mencegah penularan.16
Profilaksis pada wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan terinfeksi
adalah sebagai berikut: 27
a. Ketika kontak seksual dengan penderita hepatitis B terjadi dalam 14 hari
Untuk wanita yang terinnfeksi dengan VHB, VHC dan HIV yang
memerlukan amniosintesis diusahakan setiap langkah-langkah yang
dilakukan jangan sampai jarumnya mengenai plasenta.
darah terutama yang dilakukan sebelum penapisan donor darah untuk VHC oleh
PMI. Infeksi VHC juga dihubungkan dengan status ekonomi yang rendah,
pendidikan kurang dan perilaku seksual yang berisiko tinggi. Infeksid ari ibu ke
anak juga dilaporkan sangat jarang terjadi, biasanya dihubungkan dengan ibu
yang menderita HIV karena jumlah VHC dikalangan ibu yang menderita HIV
tinggi.
2. Patogenesis
Target utama HVC ini adalah sel-sel hati, setelah berada dalam sitoplasma
hati VHC akan melepaskan selubung virusnya dan RNA virus siap untuk
melakukan translasi protein dan kemudian replikasi RNA. Kecepatan replikasi
VHC sangat besar, melebihi HIV maupun VHB.
Reaksi cytotoxic T-cell (CTL) spesifik diperlukan untuk terjadinya eleminasi
meyeluruh HCV pada infeksi akut. Pada infeksi kronik, reaksi CTL yang relatif
lemah masih mampu merusak sel-sel hati dan melibatkan respon inflamasi hati
tetapi tidak bias menghilangkan virus maupun menekan revolusi genetic HCV
sehingga kerusakan sel hati berjalan terus menerus.
Reaksi inflamasi yang dilibatkan melalui sitokin-sitokin pro-inflamasi seperti
TNF-, TGF-1, akan menyebabkan rekrutmen sel-sel inflamasi lainnya dan
menyebabkan aktivitas sel-sel stelata diruang disse hati. Sel-sel yang khas ini
mula-mula dalam keadaan tenang (quiscent) kemudian berproliferasi dan aktif
menjadi sel-sel miofibroblas yang dapat menghasilkan matriks kolagen sehingga
terjadi fibrosis dan berperan aktif dalam menghasilkan sitokin-sitokin proinflamasi.32
Virus hepatitis C memiliki angka mutasi atau perubahan genetik yang tinggi
sehingga sering muncul virus mutan yang dapat menghindari antibodi tubuh.
Belum lagi ditambah dengan tingginya produksi virus hepatitis C (mencapai 10
triliun kopi virus perhari) sehingga memunculkan generasi virus yang beraneka
ragam dan memungkinkan meloloskan diri dari sergapan sistem kekebalan tubuh
dan akibatnya adalah belum ditemukannya vaksin yang berhasil dibuat untuk
mencegah infeksi virus hepatitis C.32
6. Pencegahan
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk VHC, untuk itu tindakan preventif
sangat penting peranannya dalam mencegah infeksi VHC. Tindakan preventif
dalam pencegahan infeksi VHC adalah:34
E. Hepatitis D
1. Etiologi dan Epidemiologi
Hepatitis D, disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (VHD). VHD Disebut
juga dengan delta virus merupakan small circular RNA virus. Singe-stranded RNA
virus 37 nm ini pertama ali dilaporkan ole Rizzetto,dkk di Italy tahun 1977. Virus
ini diidentifikasi dari penderita hepatitis B tapi berbeda dengan VHB yang double
stranded DNA virus.16 VHD membutuhkan VHB untuk bereplikasi.
Di Amerika Serikat, infeksi virus hepatitis D lebih umum ditemukan pada
pasien dengan riwayat penggunaan obat-obatan intravena dan pada orang-orang
dari lembah Mediterania. Hampir 15 juta orang terinfeksi VHD di seluruh dunia.
Area-area dengan prevalensi tertinggi termasuk agian selatan Italia, Afrika Utara,
Timur Tengah, lembah Amazon, dan pulau-pulau di Pasifik Amerika Selatan,
Samoa, Hauru, dan Hiue. Cina, Jepang, Taiwan dan Myanmar mempunyai
prevalensi infeksi VHB tinggi tetapi mempunyai angka infeksi VHD yang rendah.
35
Infeksi VHD lebih umum pada dewasa daripada pada anak-anak. Namun,
anak-anak dari negara-negara belum berkembang yang endemik VHD lebih
mungkin terinfeksi VHD melalui kulit yang rusak, dikarenakan adanya lesi di
kulit. 35
2. Patofisiologi
VHD ditransmisikan secara parenteral. VHD dapat bereplikasi secara
independen didalam hepatosit, tetapi VHD memerlukan antigen permukaan
hepatitis B (HBsAg) untuk penyebaran. Kematian sel hati dapat terjadi
dikarenakan efek sitotoksik langsung dari VHD atau melalui respon host yang
dimediasi imun.35
3. Penularan dan Gejala Klinik
Penularan infeksi dapat melalui kontak darah atau seksual dengan penderita.
Penularan VHD mirip dengan VHB dimana penularan perkutaneus sangat efisien.
Transmisi perinatal VHD jarang terjadi. Seseorang dapat terinfeksi VHD
bersamaan dengan VHB yang disebut ko-infeksi dan seorang yang telah
menderita Hepatitis B dapat terinfeksi oleh VHD yang disebut superinfeksi.36
Infeksi VHD secara klinis tidak dapat dibedakan dengan hepatitis
lain. Sebanyak 90% pasien asimptomatik. Tanda dan gejala termasuk
jaundice, urine gelap, nyeri abdomen, mual dan muntah, confusion, memar
dan perdarahan (jarang), dan pruritus.35
4. Pengaruh Terhadap Kehamilan
Transmisi perinatal jarang, tidak ada kasus yang dilaporkan di Amerika
Serikat.35 Transmisi neonatal tidak biasa karena biasanya vaksinasi hepatitis B
mencegah infeksi hepatitis D.4
5. Terapi
Alpha interferon digunakan pada pasien dengan hepatitis B dan D kronik.
Beberapa penelitian menunjukkan pengguaan dosis yang lebih tinggi dari
biasanya menunjukkan hasil yang lebih baik.36
6. Pencegahan
Pada penderita ko-infeksi VHB-VHD dapat dilakukan pre atau post
eksposure profilaksis.
Pada penderita superinfeksi VHB-VHD diberikan pendidikan untuk
menurunkan resiko tingkah laku diantara orang-orang dengan infeksi
kronik VHB.
Karena VHD sangat tergantung pada VHB untuk bereplikasi maka
profilaksis pada VHB dapat menurunkan resiko infeksi VHD
F. Hepatitis E
1. Etiologi dan Epidemiologi
Hepatitis E disebabkan oleh Virus Hepatitis E (VHE). VHE tergolong
calcivirus, merupakan single stranded RNA-34 nm berbentuk spheris dan tidak
berkapsul. Masa inkubasi HEV rata-rata 40 hari, distribusi luas dalam bentuk
epidemi dan endemi, hepatitis seporadik sering terjadi pada dewasa muda di
negara yang sedang berkembang, penyakit epidemi dengan sumber penularan
melalui air, intrafamilial kasus sekunder jarang, dilaporkan adanya transmisi
maternal neonatal, di negara maju infeksi sering berasal dari orang yang kembali
pulang setelah melakukan perjalanan, atau imigran baru dari daerah endemik.
Viremia yang memanjang atau pengeluaran di tinja merupakan kondisi yang tidak
sering dijumpai. Zoonosi : babi dan binatang lain.2
2. Patofisiologi
Pada saat terjadi kerusakan hati, yang bertanggung jawab adalah system
imun. Kejadian ini melibatkan respon CD8 dan CD4 sel T serta produksi sitokin
di hari dan sistemik. Selain itu, efek sitopatik langsung dari virus juga berperan
dalam patofisiologi hepatitis. Efek sitopatik ini berpengaruh pada pasien
imunosupresi dengan replikasi tinggi, akan tetapi tidak ada bukti langsung.
Kelainan histopatologik pada hepatitis virus ini mendadak menunjukkan bahwa
kerusakan terutama mengenai sel hati yang disebabkan oleh sejenis virus yag
megakibakan terganggunya fungsi vital dan kontinuitas sel parenkim.
Kemungkinan kerusakan sel hati terjadi secara enzimatik.33
3. Penularan dan Gejala Klinis
Adapun masa inkubasi infeksi VHE adalah 14-60 hari. VHE ditransmisikan
secara enterik melalui air minum yang terkontaminasi feses penderita pada daerah
endemik serta penularannya melalui oral-saliva.
Gejala kliniknya dapat dibagi dalam 2 fase yaitu :
a. Fase Prodromal
Keluhannya berupa mialgia, arthralgia, demam, anoreksia, nausea,
vomitus, penurunan berat badan 2-4 kg, dehidrasi, dan nyeri perut kanan
atas.
b. Fase Ikterik
Keluhannya berupa ikterik (bilirubin serum > 3 mg %), urine gelap,
feses berwarna terang, dan gatal-gatal.
Keluhan dan tanda lain berupa urtikaria, diare, peningkatan
serumaminotranferase (ALT), hepatomegali, malaise, dan eksresi virus pada feses
14 hari dari onset penyakit.
4. Pengaruh Terhadap Kehamilan
Infeksi VHE banyak ditemukan pada negara berkembang. Infeksi VHE
dalam kehamilan sangat serius dan sering menimbulkan akibat yang fatal. Angka
kematian ibu berkisar 10-20 % karena kerusakan hati atau karena gejala sekunder
seperti dehidrasi atau malnutrisi. Wanita hamil yang mendapatkan infeksi VHE
pada trimester III sering berakibat fatal dengan angka mortalitas ibu sekitar 30 %.
Ibu hamil mempunyai resiko yang lebih tinggi menderita hepatitis E dan biasanya
dengan gejala yang berat karena berhubungan dengan status imunnya yang
rendah. Jika seorang ibu menderita infeksi akut VHE, janin biasanya dipengaruhi
dan tidak ada karier kronik untuk infeksi VHE. Virus Hepatitis E dapat ditransmisi
secara vertikel dari ibu kejanin dan bertanggung jawab terhadap mortalitas dan
morbiditas janin. Infeksi VHE pada neonatal dihubungkan dengan komplikasi
hepatitis anikterik, hipoglikemia, hipotermia, dan kematian neonatal. Infeksi
VHE yang dihubungkan dengan hepatitis fulminan jarang terjadi kecuali infeksi
terjadi pada waktu hamil dengan angka kematian rata-rata 20 % dan sangat tinggi
pada trimester III dengan angka kematian janin sekitar 20 % .37
Hussaini,dkk (1997) melaporkan 2 kasus dengan IgM anti HEV positif
(ELISA) selama kehamilan. Kasus pertama dengan gejala gagal hati akut dengan
koagulopati dirawat secara intensif dengan ventilasi. Sedangkan kasus kedua
berupa hepatitis berat dengan koagulopati. Pada kedua kasus ini tidak terjadi
kematian janin.38 Sedangkan penelitian Human A,dkk (2004) melaporkan tentang
hepatitis E dalam kehamilan dan menghasilkan kesimpukan bahwa 1/3 wanita
hamil dengan infeksi VHE mengalami hepatitis berat pada trimester III dan
berhubungan dengan tingginya angka persalinan preterm dan mortalitas.37
5. Terapi
Sampai saat ini belum ada terapi yang khusus untuk VHE. Wanita hamil
yang menderita infeksi VHE harus berobat dan diawasi oleh tenaga ahli sesegera
mungkin disamping istirahat dan minum air yang lebih banyak untuk mencegah
dehidrasi.37
6. Pencegahan
Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk VHE.
Imunoprofilaksis untuk VHE belum tersedia tapi mungkin saja dengan
menggunakan darah donor dari penderita yang berasal dari negara dengan
prevalensi hepatitis E yang tinggi. Untuk itu pecegahan secara primer dengan
meningkatkan higiene dan memastikan bahwa air yang digunakan bersih sangat
penting.