Laporan Imun 2 Slese
Laporan Imun 2 Slese
IMMUNOLOGI
PRODUKSI ANTIBODI PADA TIKUS
Oleh :
RATNA WULAN SARI
0910910065
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen,
misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya
singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan
tubuh manusia memiliki suatu sistem yaitu sist em imun yang melindungi
tubuh terhadap unsur-unsur patogen. Respon imun seseorang terhadap unsurunsur patogen sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan
unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk
menyingkirkan antigen (Baratawidjaja, 2000).
Sistem imun di dalam tubuh manusia berkembang menjadi
kompleks pertahanan tubuh yang utuh dan bentuk mekanisme
pertahanan tubuh yang adaptif. Sistem imun tubuh memiliki tugas
untuk melindungi tubuh dari substansi asing dan berbahaya,
mikroorganisme, racun, dan malignant cells. Sistem imun akan
memberikan perlindungan bagi tubuh dari adanya serangan dari dalam
atau luar lingkungan. Sel-sel di dalam sistem imun yang bertanggung
jawab untuk mentarget dan menyebabkan pemindahan material asing
atau antigen dinamakan dengan limfosit (lymphocytes). Sel-sel ini
beredar di dalam darah dan limfe dan terkumpul pada suatu daerah
pada tubuh yang dinamakan sebagai limfoid (lymphoid) yang
termasuk di dalamnya adalah spleen, lymph nodes, timus, tonsil,
adenoid, dan kantung Peyer, tiga terakhir berada di sepanjang saluran
pencernaan (Bittar dan Bittar, 1996).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume
kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang
(Kurniaps,2010).
BAB II
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Imunnologi dengan topik Produksi Antibodi Pada
Tikus ini di laksanakan pada tanggal 11 November 2011-9 Desember
2011 pukul 07.30-selesai dan dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Molekuler, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum kegiatan minggu ke-4 Injeksi antigen pada
tikus dan minggu ke-5 Booster:Injeksi antigen pada tikus ini
peralatan dan bahan yang digunakan antara lain darah dari hewan
coba (selain tikus), tabung Eppendorf, inkubator, sentrifus,
mikropipet, spuit 1 ml, kapas, dan alkohol 70%. Pada praktikum
kegiatan minggu ke-6 Koleksi antiserum ini peralatan dan bahan
yang digunakan antara lain darah dari hewan coba (selain tikus),
tabung Eppendorf, inkubator, sentrifus, mikropipet, spuit 1 ml, kapas,
dan alkohol 70%. Pada praktikum kegiatan minggu ke-7 Purifikasi
menggunakan metode salting out ini peralatan dan bahan yang
digunakan antara lain serum, tabung Eppendorf, Amonium sulfat
(NH4)2SO4 jenuh, vortex, sentrifus, kertas tisu, PBS, dan yellow tip.
Pada praktikum kegiatan minggu ke-8 Reaksi antigen-antibodi
dengan menggunakan metode dot blot ini peralatan dan bahan yang
digunakan antara lain dot blotter, alkohol 70%, tissue, membran
Tikus
Didislokas leher.
Tikus dibedah(disectio)
Diambil darah dari jantung.
Dimasukkan ke tabung propilen.
Darah yang diperoleh kemudian didiamkan selama 1
jam pada suhu 37C.
Di pindahkan ke tabung eppendorf serum yang telah
diperoleh
Disentrifuse 8000 rpm pada 4C selama 10 menit
Supernatan diambil 50 l dan dipindah ke eppendorf
yang baru.
Ditambahkan (NH4)2SO4 450 l dan di mix gentle.
Diinkubasi 30 menit dan sesekali di vortex.
Pelet di resuspensi dengan PBS 250 l.
Pipetting.
Kadar protein
Dot blotter
Dibersihkan dengan alkohol dan tissue.
Dibuat peta dot blot.
Interpretasi gambar
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Prosedur
1. Menyiapkan dan memisahkan serum (menyiapkan
antigen) dan mengukur kadar protein dengan
pereaksi Bradford
Darah yang diambil dari kambing dan manusia untuk
persiapan pengambilan serum. Dimasukkan dalam tabung
Eppendorf. Didiamkan dalam suhu kamar sampai terbentuk dua
lapis atau diinkubasi dalam inkubator 37C selama 30-60 menit
supaya didapat lapisan yang mengandung banyak serum.
Disentrifugasi pada kecepatan 10.000 g selama 10 menit pada
suhu 4C untuk memisahkan antara supernatan dan pelet.
Supernatan (mengandung serum) diambil menggunakan
mikropipet dan dipindah dalam tabung Eppendorf baru, didalam
supernatan terdapat cairan serum. Bila tidak segera dipakai, serum
disimpan pada suhu -20C untuk mengawetkan protein-protein
yang terdapat dalam serum. Tabung reaksi sejumlah sampel dan
ditambah 1 sebagai blanko supaya semua sampel serum dan
blanko dapat ditaruh dimasing-masing tabung reaksi. Tabung
reaksi diisi 90, 80, 70, 60, 50, 100 l PBS sebagai cairan untuk
menjaga kondisi fisiologis protein. Tabung reaksi diisi 10, 20, 30,
40, 50, 0 l BSA, serum dipersiapkan untuk di uji. Divotex dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit untuk homogenasi
PBS+BSA. Kemudian dibaca nilai absorbansinya pada panjang
gelombang 595 nm untuk mendapat nilai absorbansi tiap serum.
Dicari nilai regresi dan faktor koreksi secara manual untuk
mendapat konsentrasi kadar protein. Menghitung dosis dan
volume injeksi untuk mendapatkan serum yang digunakan untuk
injeksi dan hasil akhirnya adalah serum yang berfungsi sebagai
antigen dalam tikus.
Analisa Hasil
R(280/260
)
1.643
1.42
1.405
Correctio
n factor
1.08
1.02
1.02
Konsentras
i
1.02
1.01
0.62
BB Tikus
54.6 g
61.1 g
78 g
65.8 g
47 g
Dari kedua tabel diatas maka dapat ditentukan volume injeksi perlakuan
pada masing-masing tikus yaitu:
Tikus pada kelompok 1
0.5 mg
x 54.6 g
200 g BB
1.02 mg/ml
= 0.133 ml = 133 l
= 0.149 ml = 149 l
= 0.193 ml = 193 l
= 0.245 ml = 245 l
antibodinya adalah anti goat maka dia akan berikatan kuat dengan serum
goat, oleh karena itu pada grafik terlihat bahwa serum goat grafiknya
paling tinggi dibandingkan dengan serum yang lain.
3.2.1 Perbandingan antara Western Blot dan Dot Blot
Dot blot adalah teknik yang digunakan untuk menentukan
adanya antigen. Prinsip-prinsip dot blot biasanya digunakan untuk
diagnosis klinis. Antigen diserap ke membran yang kemudian
ditambah dengan antibodi yang spesifik dengan antigen dan
kemudian antibodi sekunder mengkonjugasi enzim. Reaksi enzim
tersebut menghasilkan produk presipitat warna yang membran
sehingga menunjukkan reaksi positif. Berdasarkan hasil
pengamatan menunjukkkan bahwa semakin pekat warna maka
semakin banyak ikatan spesifik antara antigen dan antibodi. Bila
tidak ada warna dalam hasil dot blot maka hasilnya negatif atau
tidak ada ikatan antara antigen dan antibodi. Dot blot hanya
digunakan untuk mengetahui jenis antigen bukan berat molekul
protein. Namun demikian estimasi konsentrasi antigen dapat
diketahui pada blot tersebut tetapi kurang akurat karena sulit untuk
dikatakan akurat terhadap warna yang timbul pada blot tersebut.
Metode ini cukup baik digunakan pada uji atau screening dengan
sampel yang cukup banyak (Goshling, 2000).
Western blot merupakan teknik untuk mendeteksi protein
spesifik pada sampel jaringan yang homogenat ataupun dari suatu
ekstraksi berdasarkan kemampuan protein tersebut berikatan
dengan antibodi. Teknik ini menggunakan gel elektroforesis untuk
memisahkan protein berdasarkan panjang polipeptida atau
berdasarkan struktur 3D-nya. Protein tersebut kemudian ditransfer
ke sebuah membran, biasanya nitroselulosa atau PVDF, dimana
mereka kemudian akan dilacak dengan menggunakan antibodi yang
spesifik kepada protein target. Western blot dapat mendeteksi suatu
protein dalam kombinasinya dengan sangat banyak protein lain,
dapat memberikan informasi mengenai ukuran dan ekspresi protein
tersebut (Goshling, 2000).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai
respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara
spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi
sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon
terhadap suatu antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan
antigen itu sekaligus bereaksi dengannya. Pada praktikum ini untuk
mengetahui reaksi antigen-antibodi dilakukan dengan metode dot blot.
Dot blot merupakan suatu metode yang dikembangkan pada penelitian
semikuantitatif pada uji imun untuk mendeteksi antigen. Sampel yang
mengandung antigen diteteskan pada membran yang dilabel dengan
antibodi. Pada cara ini tidak dilakukan pemisahan seperti pada SDSPAGE. Metode ini cukup baik digunakan pada uji atau screening
dengan sampel yang cukup banyak.
4.2 Saran
Saran bagi praktikan adalah agar lebih berhati-hati lagi dalam
melakukan semua prosedur kerja yang akan dan lebih berhati-hati
lagi dalam menghitung agar tidak terjadi kesalahan. Saran bagi
asisten ialah agar lebih sabar menghadapi praktikkannya. Saran untuk
praktikum selanjutnya ialah agar para praktikkan lebih siap lagi
untuk menghadapi praktikum agar praktikum bisa berjalan dengan
lancar dan tidak memakan waktu terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Adkins JN et al. (2002). "Toward a human blood serum proteome:
analysis by multidimensional separation coupled with mass
spectrometry". Molecular and Cellular Proteomics 1: 947955.
Antibody&Beyond. 2007. Dot Blot Methods, Techniques and Protocols.
http://antibodybeyond.com/index.html. Tanggal akses 20 Desember
2011.
Baratawidjaja, 2000, Karnen Garna. Imunologi Dasar. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universit as Indonesia, Jakarta
Bittar, E.E dan N. Bittar. 1996. Principles of Medical Biology.
Filza. 2008. Antigen dan Antibodi. http://filzahazny.wordpress.com.
Tanggal akses 20 Desember 2011.
Goshling JPA. 2000. A decade of development in dotblot methodology.
Clin. Chem. 36: 1408-27. 8.
Health, 2011. Human Diseases Caused by Viruses. http://www.newsmedical.net Tanggal akses 20 Desember 2011.
Heryati, Euis. 2009. CERDAS MENGENALI PENYAKIT DAN OBAT.
http://file.upi.edu. Tanggal akses 20 Desember 2011.
Inherent , 2010. http://inherent.brawijaya.ac.id/biomol/materi
/Lecture13.pdf. Tanggal akses 20 Desember 2011.
Kanwar, S.S. and Madan, L. V. 2000. Immunology And Medical
Microbiology Principles And Applications Of Immuno-Diffusion,
Immuno-Electrophoresis, Immuno-Fluorescence, Elisa, Western
Blotting, Minimal Inhibitory Concentration (Mic), Kirby-Bauer
Method And Widal Test. http://nsdl.niscair.res.in/bitstream/
123456789/606/1/Immunotechniques.pdf. Tanggal akses 24
November 2011.
Kurniaps. 2010. Injeksi. http://id.shvoong.com Tanggal Akses 13 Oktober
2011
Male D, Champion B, Cooke A, Owen M. 1991, The Immune System. In
Advanced Immunology 2nd ed. New York; Gover Med Publ.