Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mengidentifikasi aldehid dan keton dengan menggunakan pereaksi
Fehling dan Tollens.
B. DASAR TEORI
Gugus fungsi adalah atom atau sekelompok atom dengan susunan tertentu yang menentukan struktur
dan sifat-sifat suatu senyawa. Gugus fungsi ini merupakan bagian paling reaktif dan menjadi pusat
suatu reaksi kimia. Ketika suatu senyawa bereaksi, maka bagian yang mengalami perubahan adalah
bagian gugus fungsinya, sedangkan bagian yang lain pada umumnya tetap. Senyawa-senyawa yang
memiliki gugus fungsi yang sama dikelompokkan ke dalam golongan yang sama.
Aldehid merupakan senyawa karbon yang mengandung gugus karbonil yang mengikat satu atau dua
atom hidrogen. Gugus fungsinya adalah -CHO yang terletak di ujung rantai karbon. Senyawa
golongan ini merupakan reduktor kuat dan dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat. Aldehid
bersifat polar dan memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada senyawa nonpolar yang memiliki
massa molekul relatif sama.
Keton merupakan senyawa karbon yang berisomer fungsi dengan aldehid. Senyawa golongan ini
mengandung gugus karbonil yang mengikat 2 gugus alkil. Gugus fungsinya adalah -CO-. Keton
bersifat polar dan titik didihnya lebih rendah daripada alkohol yang bersesuaian.
Reaksi aldehid yang paling khas adalah reaksi dengan oksidator lemah, seperti pereaksi Fehling dan
pereaksi Tollens. Sifat ini bisa digunakan untuk membedakan aldehid dengan keton, mengingat
keton tidak bisa dioksidasi seperti aldehid.
Pereaksi Fehling
Pereaksi Fehling merupakan campuran dari larutan Fehling A dan Fehling B dengan jumlah yang
sama. Larutan Fehling A terdiri atas larutan CuSO4, sedangkan larutan Fehling B terdiri atas larutan
NaOH dan larutan kalium-natrium tartrat.
Pereaksi Fehling merupakan ion kompleks Cu2+ dalam suasana basa, dan dalam persamaan reaksi
cukup ditulis CuO.
Aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna merah
bata. Berikut reaksinya:
Gelas kimia
2.
4 tabung reaksi
3.
Kaki tiga
4.
Pembakar spiritus
5.
Kawat kasa
6.
Penjepit tabung
7.
Larutan formaldehid
8.
Larutan aseton
9.
Pereaksi Tollens
10.
C. CARA KERJA
1.
2.
3.
Pereaksi Tollens
Pereaksi Fehling
Formaldehi
Terbentuk cermin
Terbentuk endapan
da
perak
merah bata
Tidak terbentuk
Tidak terbentuk
cermin perak
Aseton
B. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan untuk mengidentifikasi aldehid dan ketom dengan pereaksi khusus, yaitu
pereaksi Tollens dan pereaksi Fehling.
Dalam uji pereaksi Tollens, dua tabung reaksi diisi dengan 2 mL pereaksi tollens. Pada tabung 1,
ditambahkan 2 mL larutan formaldehid dan pada tabung 2 ditambahkan 2 mL larutan aseton.
Senyawa pada tabung pertama sudah menunjukkan tanda-tanda reaksi dengan terbentuknya sedikit
endapan perak. Kemudian kedua tabung dimasukkan ke dalam penangas air, yang bertujuan untuk
mempercepat reaksi yang terjadi. Pada tabung 1 terjadi reaksi dan terbentuk cermin perak, sedangkan
pada tabung kedua tidak terjadi reaksi.
Dalam uji pereaksi Fehling, dua tabung reaksi diisi dengan 2 mL larutan formaldehid (tabung 1) dan
2 mL larutan aseton (tabung 2). Kemudian ditambahkan masing-masing 1 mL fehling A dan fehling
B. Campuran fehling A dan fehling B dengan jumlah sama disebut pereaksi Fehling. Tabung reaksi
dikocok agar terbentuk campuran homogen, lalu dimasukkan ke dalam penangas air untuk
mempercepat reaksi. Pada tabung 1 terbentuk endapan merah bata, sedangkan pada tabung 2 tidak
terjadi reaksi.
Tinjauan Pustaka
alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi oksidasi, aldehid dapat
dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi poli-merisasi. Karakteristik dari aldehid
ini adalah berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada
suhu kamar dengan bau sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak
berwarna. Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO,
dimana R =adalah alkil dan CHO adalah Gugus fungsi aldehida (Acton, 2013).
Aseton
senyawa keton yang paling sederhana, berwujud cair pada suhu kamar dan berbau harum,
mudah menguap, mudah terbakar dan mudah larut dalam pelarut polar (Ham, 2006).
Fruktosa
Merupakan isomer dari gula monosakarida yang merupakan salah satu dari gula darah,
warnanya putih dan berbentuk kristal padat serta rasanya manis (Ham, 2006).
Formalin
Larutan yang tidak berwarna dan baunya menusuk biasanya digunakan untuk
pengawetan dalam jangka lama. Formalin juga larut dalam air dan etanol (Sudarmo,
2006).
Glukosa
Glukosa mengandung unsure karbon dan termasuk aldehid. Glukosa tidak berwarna,
berbentuk serbuk butiran putih, tidak berbau dan rasanya manis(Sudarmo, 2006).
Tollens (AgNO3)
Senyawa ini berbentuk serbuk hablur transparan / putih, tidak berbau, gelap jika terkena
cahaya. Merupakan senyawa beracun, berbahaya, menyebabkan luka pada jaringan
tubuh, oksidator kuat dan dapat menyebabkan kebakaran (Hart, 2004).
NH4OH
Senyawa ini berbau tajam, kelarutan sangat besar, larut dalam air, alkohol dan eter (Ham,
2006).
NaOH
Bentuk batang, butiran hablur putih / keping keras rapuh dan menunjukkan susunan
hablur putih, mudah meleleh, larut dalam air dan etanol (Hart, 2004).
Fehling A
Bentuk kristal, berwarna biru, berbau dan merupakan larutan CuSO 4 (Sudarmo, 2006).
Fehling B
Merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartat. Berbentuk kristal, tidak
berwarna atau putih (Sudarmo, 2006).
Aquades
Merupakan air hasil destilasi yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki
pH netral sehingga tidak menimbulkan efek samping (Hart, 2004).
Teori
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik yang
mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil yang terikat pada karbon
karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid dapat berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton
lazim terdapat dalam system mahluk hidup. Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas,
yang membedakannya umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum
(Fessenden, 1986).
Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung gugus CO namanya diturunkan
dari asam yang terbentuk bila senyawa dioksidan lebih lanjut. Aldehid diperoleh pada
pengoksidasian sebagian alkohol primer. Misalnya etil alkohol bila dioksidan menjadi
asetaldehide yang bila dioksidan lagi akan menjadi asam asetat. Sedangkan keton senyawa
dengan gugus karboksil terikat pada dua radikal hidrokarbon; keton yang paling sederhana
adalah aseton. Aseton (dimetilketon) CH 3COOH3 merupakan zat cair tanpa warna yang mudah
terbakar mempunyai baud an rasa yang khas, digunakan sebagai pelarut dalam industri dan
dalam laboratorium.
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C = O. Jika dua gugus ini menempel pada
gugus karbonil adalah gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari
kedua gugus tersebut adalah hidrogen, maka senyawa tersebut adalah golongan aldehid. Oksida
parsial dari alkohol menghasilkan aldehid. Oksidasi alkohol sekunder menghaslkan keton.
Oksidasi bertahap dari etanol menjadi asetaldehida kemudian menjadi asam asetat yang
diilustrasi dengan model molekul (Petrucci, 1987).
Walaupun reaksi adisi umum untuk aldehida, hanya sejumlah terbatas dari keton yang dapat
membentuk hasil bisulfit dalam jumlah yang berarti. Aldehida yang lebih tinggi berlaku hampir
sama, tergantung dari ukuran gugusan yang melekat, karena semua zat-zat ini mempunyai lebih
kesamaan gugus formil, -CHO. Aseton bereaksi lebih lambat dan kurang luas, tetapi
perubahannya tetap melampaui dari keadaan yang dapat diamati dari pencaran yang lebih tinggi.
Dalam deret keton, yang mempunyai satu gugusan metil, reaksi berkurang.
Lignin dapat dihidrolisa menggunakan nitrobensen atau kombinasi etanol dan asam
hidroklorat yang menghasilkan senyawa vanilin, siringaldehid, p-hydroksibenzaldehid, alfaetoksipropioguaiakon, guaiasilaton, vaniloil metil keton atau hidroksibenzoil metil keton. Pada
hasil penelitian ini hidrolisa secara kimiawi menghasilkan kenaikan monosakarida sampai 88%
kandungan gula, tetapi proses ini merupakan kontrol positif dan diharapkan tidak diterapkan
secara luas karena menggunakan zat toksik asam sulfat pekat dan encer.
Senyawa aldehid, keton dan ester mengalami reaksi pada gugus karbonil. Gugus karbonil
bersifat polar dan memiliki orbital hibrida sp 2 sehingga ketiga atom yang terikat pada atom
karbon terletak pada bidang datar dengan sudut ikatan 120. Ikatan rangkap karbon-oksigen pada
gugus karbon terdiri atas satu ikatan dan satu ikatan . Ikatan adalah hasil tumpang tindih
satu orbital sp2atom karbon dengan satu orbital p atom oksigen. Sedangkan ikatan adalah hasil
tumpang tindih orbital p atom karbon dengan orbital p yang lain dari oksigen. Dua orbital
sp2 lainnya dari atom karbon digunakan untuk mengikat atom lain.atom oksigen gugus karbonil
masih memiliki dua orbital dan terisi dua buah elektron, kedua buah elektron ini adalah orbital 2s
dan 2p.
Keton terlibat dalam berbagai macam reaksi organik seperti contoh adalah Adisi nukleofilik
atau reaksi keton dengan nukleofil menghasilkan senyawa adisi karbonil tetrahedral. Reaksi
dengan reagen Grignard menghasilkan magnesium alkoksida dan setelahnya alkohol tersier
reaksi dengan alkohol, asam atau basa menghasilkan hemiketal dan air, reaksi lebih jauh
menghasilkan ketal dan air. Ini adalah bagian dari reaksi pelindung karbonil. reaksi RCOR'
dengan natrium amida menghasilkan pembelahan dengan pembentukan amida RCONH2 dan
alkana R'H, reaksi ini dikenal sebagai reaksi Haller-Bauer (1909). Reaksi keton juga merupakan
Adisi elektrofilik yaitu reaksi dengan sebuah elektrofil menghasilkan kation yang distabilisasi
oleh resonansi. Reaksi enol dengan halogen menghasilkan haloketon-, misalnya yang paling
umum digunakan sebagai sumber antioksidan adalah -tocopherol bermanfaat untuk mencegah
atau menghambat autooksidasi dari lemak dan minyak. Reaksi pada karbon- keton dengan air
berat menghasilkan keton-d berdeuterium fragmentasi pada fotokimia reaksi Norrish.
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua
oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO 3), phiridinium
khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi
oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan
keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah.
Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi
menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen
yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol.
Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik
yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian
negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehid lebih
reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid dengan
mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham, 1992).
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk
senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan Uji
Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan
Uji Benedict. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan
asam dengan jumlah atom karbon yang sama ( Hart, 1990).
Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat mengoksidasi suatu aldehid.
Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari
perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak
sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia.
Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak (Willbraham,1992). Pereaksi
Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia
berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan
menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan
menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin
perak.
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi
menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi.Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid
menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak
dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Hal ini disebabkan karena keton
tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonil. Keton hanya dapat
dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara
karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasidengan jumlah
atom karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton asalnya. Oksidasi keton siklik, karena
jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya, sikloheksanon dioksidasi secar besar-besaran
menjadi asam dipat, bahan kimia pentinh dalam pembuatan Nylon
V.
VI.
Prosedur
Untuk uji 1 sampai dengan 4 diberi label 5 buah tabung reaksi dengan senyawa turunan
aldehid dan keton yang tersedia dilaboratorium.
1. U j i As a m K r o m a t
Ditambahkan 4 tetes larutan asam kromat, digoyangkan tabung, lalu dibiarkan selama 10
menit. Diperhatikan terjadi tidaknya perubahan warna dan catat berapa lama perubahan itu
terjadi.
2. Uji Tollens
Disiapkan reagen Tollens di dalam labu Erlenmeyer 25 mL dengan mencampurkan 5 mL
larutan peraknitrat 9% dalam 5 mL larutan NaOH 10%. Terhadap campuran reaksi, tambahkan
larutan amoniak 10% tetesdemi tetes sambil digoyang, sampai terbentuk endapan coklat dari
perak oksida mulai melarut, jangan menambahkan amoniak berlebih! (Dibuat oleh Analis)
Larutkan 5 tetes senyawa yang telah ada di dalam tabung reaksi dengan bis (2-etoksietil)
eter secara tetes demi tetes. Lalu ditambahkan 2 mL reagen Tollens, kemudian tabung
digoyang/diaduk. Tempatkan tabung reaksi di dalam penangas air 60 0C selama 5 menit. Uji
positif bagi aldehid adalah terbentuknya cermin perak pada tabung reaksi (jika tabung reaksi
bersih) jika tabung reaksinya kotor, akan terbentuk endapan hitam. Dicatat pengamatan. Dicuci
tabung reaksi segera dengan asam nitrat 1 M, lalu bilas dengan air yang banyak.
3. Uji Iodoform
Ke dalam tiap tabung reaksi yang mengandung sampel yang akan diuji, tambahkan 2 mL
air, lalugoyang tabung reaksinya. Jika senyawanya tak larut, tambahkan dioksan tetes demi tetes
sambil diaduksampai campuran homogen. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6 M. Aduk.
Kemudian tempatkan tabungreaksi di dalam penangas air 600C selama 3 atau 4 menit, dan sambil
tabung reaksi masih di dalampenangas air, tambahkanlah larutan I2/KI tetes demi tetes sambil
digoyang/diaduk (untuk hal ini,keluarkan sebentar tabung reaksi, lalu masukkan kembali ke
dalam penangas), sampai warna coklatnya bertahan selama 2 menit di dalam tabung. Tambahkan
larutan NaOH 6 M tetes demi tetes sambil digoyang, sampai warna coklat menghilang. Tetap
disimpan tabung reaksi dalam penangas air selama 5menit. Lalu dikeluarkan tabung reaksi dari
penangas dan amati isinya, apakah terdapat endapan kuning dari iodoform, yang menunjukkan
keberadaan asetaldehid atau suatu metal keton. Dicatat hasilnya.
4. Uji 2,4- Dinitrofenilhidrazin
Ditambahkan 20 tetes 2,4-dinitrofhenilhidrazin ke dalam setiap tabung reaksi yang
mengandung sampel yang diuji. Jika endapan tidak segera muncul, panaskan selama 5 menit di
dalam penangas air 600C. Dicatat hasil pengamatan. Identifikasi sampel tak dikenal yang diuji,
berdasarkan data yang diperoleh, apakah senyawa tersebut termasuk aldehid atau keton, berikan
penjelasannya.
5. Uji Fheling
Dimasukan kedalam tabung reaksi Fheling A kemudian ditambahkan Fheling B, lalu dimasukan
sampel yang akan diujikan, kemudian tabung reaksi dimasukan kedalam air yang dipanaskan,
dilihat perubahan yang terjadi, kemudian dicatat.
VII. Data Pengamatan
1. Uji Tollens
No
1
2
3
4
5
6
7
Sampel
Benzaldehid
Formaldehid
Asetildehid
Aseton
Fruktosa
Glukosa
Maltosa
Hasil
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Keterangan
Aldehid
Aldehid
Aldehid
Keton
Aldehid
Aldehid
Aldehid
2. Uji Iodoform
No
Sampel
Hasil
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
Benzaldehid
Formaldehid
Asetildehid
Aseton
Fruktosa
Glukosa
Maltosa
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
No
1
Sampel
Benzaldehid
Hasil
(+) Aldehid
Formaldehid
(+) Aldehid
Asetildehid
(+) Aldehid
4
5
Aseton
Fruktosa
(-) Keton
(+) Aldehid
Glukosa
(+) Aldehid
Maltosa
(+) Aldehid
Aldehid
Aldehid
Metal Keton
Keton
Keton yang bereaksi
Aldehid
Aldehid
3. Uji Fheling
Keterangan
Lar.warna biru, ada endapan
merah bata
Lar.warna biru keunguan ada
endapan merah bata.
Lar.warna hijau ada endapan
merah bata
Tetap warna biru
Lar.warna biru ada endapan
merah bata
Lar.warna biru ada endapan
merah bata
Lar.warna biru ada endapan
merah bata
VIII. Pembahasan
Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh
ikatan ganda dua (gugus karbonil), atau dengan kata lain aldehid dan keton merupakan senyawasenyawa yang mengandung salah satu dari gugus penting di dalam kimia organik, yaitu gugus
karbonil, C=O. Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid dan
keton. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika terdapat kemiripan sifat-sifat dari senyawa
golongan aldehid dan keton. Aldehida adalah senyawa organik yang karbon karbonilnya
(karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen.
Sedangkan keton adalah senyawa organik yang karbon- karbonilnya dihubungkan dengan dua
karbon lain. Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah teroksidasi,
atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat. Karena keton tidak memiliki
atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat sulit teroksidasi dengan senyawa lain. Jadi
dengan penjelasan tersebut maka perbedaan antara sebuah aldehid dengan sebuah keton dapat
diketahui. Aldehid dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua jenis reagen
pengoksidasi, sedangkan keton tidak.
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa uji untuk mengetahui sifat dari aldehid dan
keton. Pengujian yang dilakukan diantaranya yaitu uji tollens, uji idoform, dan uji fheling.
sampel yang digunakan yaitu benzaldehid, formaldehid, asetildehid, aseton, fruktosa, glukosa,
dan maltosa. Aldehid yang paling sederhana, yakni formaldehid yang mempunyai
kecenderungan untuk berpolimerisasi. Cairan yang baunya agak tidak enak ini digunakan sebagai
bahan pengawet untuk. Keton yang paling sederhana adalah aseton, suatu cairan yang berbau
sedap yang digunakan terutama sebagai pelarut untuk senyawa organik.
Pengujian pertama dilakukan uji Tollens, Uji tollens bertujuan untuk pengujian spesifik pada
aldehid, reaksi oksidasi aldehid dengan pereaksi tollens yang ditandai dengan terbentuknya
cermin perak, sedangkan keton tidak bereaksi. Dari data pengamatan yang didapat dengan
menggunakan sampel benzaldehid, formaldehid, asetildehid, aseton, fruktosa, glukosa, dan
maltosa. didapat hasil bahwa yang termasuk kedalam aldehid yaitu benzaldehid, formaldehid,
asetildehid, fruktosa, glukosa, dan maltosa, sedangkan aseton tidak bereaksi pada uji ini, hal
tersebut menandakan bahwa aseton termasuk kedalam golongan keton. Gugus aktif pada
pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan
perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Penambahan
amoniak bertujuan agar tejadinya pembentukan tollens komplek dengan terjadinya endapan
coklat, pada saat pemanasan terjadi reaksi oksidasi dengan terbentuknya cermin perak. Oleh
karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak.
Pada pengujian kedua dilakukan Uji Idoform, reaksi iodoform yaitu suatu reaksi yang
spesifik terhadap senyawa yang mengandung gugus metil keton. Gugus metil dari suatu metil
keton diioninasi dalam suasana basa sampai terbentuk iodoform padat berwarna kuning (endapan
berwarna kuning). Penambahan KI pada uji idoform berfungsi sebagai pereaksi, yang akan
menghasilkan warna coklat yang bertahan selama 2 menit. Dari data pengamatan yang didapat
dengan menggunakan sampel benzaldehid, formaldehid, asetildehid, aseton, fruktosa, glukosa,
dan maltosa. Setelah dilakukan pengujian didapat hasil bahwa yang termasuk kedalam metil
keton yaitu asetaldehid, sedangkan pada aseton termasuk kedalam keton, dan fruktosa
merupakan keton yang bereaksi. Sedangkan pada benzaldehid, formaldehid, glukosa, dan
maltosa tidak bereaksi (membentuk reaksi negatif) karena benzaldehid, formaldehid, glukosa,
dan maltosa, merupakan aldehid.
Pengujian ke tiga, dilakukan Uji Fheling, pengujian fheling sama hal nya dengan pengujian
pada tollens uji fheling akan terjadi reaksi positif pada aldehid, dengan membentuk endapan
merah bata. Dari data pengamatan yang didapat dengan menggunakan sampel benzaldehid,
formaldehid, asetildehid, aseton, fruktosa, glukosa, dan maltosa. didapat bahwa yang bereaksi
positif dengan membentuk endapan merah bata yaitu benzaldehid, formaldehid, asetildehid,
fruktosa, glukosa, dan maltosa. Sedangkan aseton membentuk reaksi negatif pada uji fheling.
Pada pengujian fheling setelah dimasukan pereaksi fheling A dan fheling B kemudian
ditambahkan sampel, selah itu dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat oksidasi
dari preaksi fheling dan sampel.