AKU adalah seorang mahasiswa yang memimpikan sebagai perawat profesional,saya lahir di
desa kaleng,puring Kebumen.
IV. KLASIFIKASI
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan
pembagian sebagai berikut:
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
V. KOMPLIKASI
1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal.
VI. GEJALA DAN TANDA
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas
dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia
lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,
parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari),
kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai
bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal :
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu
Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih
kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes
Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3
pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase
lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan
5. Body Systems :
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan
banyak,
Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas,
gangguan irama jantung, edema.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan,
Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit
coklat kehijauan, kuning.kecendrungan perdarahan.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare
atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam hari), kulit
gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit, fraktur tulang,
defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
6. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena
kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi
yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan
dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut,
intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.
Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia,
nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia)
Penggunaan diuretik.
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare
atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
Eliminasi alvi : Diare.
d. Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
f. Pola hubungan dan peran.
Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).
g. Pola sensori dan kognitif.
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak,
klien mengalami disorientasi/ tidak.
h. Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i. Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses
ejakulasi serta orgasme.
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain lain, dapat
menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat
menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.
7. Pemeriksan fisik :
a. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b. Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c. Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
d. Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
e. Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL DAN INTERVENSI
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea
toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan,
produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor pembekuan,
peningkatan kerapuhan vaskuler.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin, asidosis metabolik, hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit kalsifikasi metastase pada otak.
4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik,
sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit,
penurunan aktivitas, akumulasi areum dalam kulit.
5. Resiko tinggi terjadi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan kurang/penurunan
salivasi, pembatasan cairan, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
6. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin.
7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet,
anemia.
kepribadian.
b. Pastikan orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya.
R./ Memberikan perbandingan.
c. Berikan lingkungan tenang, ijinkan menggunakan TV. Radio dan kunjungan.
R./ Meminimalkan rangsangan lingkungan.
d. Orientasikan kembali terhadap lingkungan orang dan waktu.
R./ Memberikan petunjuk untuk membantu pengenalan kenyataan.
e. Hadirkan kenyataan secara singkat dan ringkas.
R./ Meningkatkan penolakan terhadap kenyataan.
f. Komunikasikan informasi dalam kalimat pendek.
R./ Komunikasi akan dipahami/diingat.
g. Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
R./ Gangguan tidur dapat mengganggu kemampuan kognitif.
Kolaborasi :
h. Pemberian tambahan oksigen.
R./ Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki kognitif.
i. Hindari penggunaan barbiturat/opiat.
R./ Memperburuk kekacauan.
4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik,
sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit,
penurunan aktivitas, akumulasi areum pada kulit.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria : kulit tidak lecet, klien mampu mendemonstrasikan cara untuk mencegah terjadinya
kerusakan integritas kulit.
Rencana :
a. Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi.
R/ Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan dekubitus.
b. Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya excoriasi.
R/ Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan timbulnya
dicubitus/ infeksi.
c. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.
R/ Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas jaringan pada tingkat seluler.
d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang , pelindung siku dan tumit..
R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah yang perfusinya kurang
baik untuk mengurangi/menurunkan iskemia jaringan.
e. Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih.
R/ Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang mengarah terjadinya dikubitus.
f. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan kering yang menyerap
keringat dan bebas keriput.
R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.
R/ Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera.
h. Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.
R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang dapat membatasi ferfusi seluler,
sehingga dapat mengurangi iskemik jaringan.
5. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan penurunan saliva,
pemabatasan cairan, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
Tujuan : Mempertahankan membran mukosa.
Kriteria : Mukosa lembab, inflamasi, ulserasi tidak ada, bau amonia berkurang/hilang.
Rencana :
a. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi.
R./ Deteksi untuk mencegah infeksi.
b. Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan.
R./ Mencegah kekeringan mulut.
c. Berikan perawatan mulut sering cuci dengan larutan Asam asetik 25%, berikan permen karet,
permen keras antara makan.
R./ Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut yang tidak
menyenangkan karena uremia.
d. Anjurkan hygiene yang baik setelah makan dan saat akan tidur.
R./ Menurunkan pertumbuhan bakteri.
e. Anjurkan klien untuk menghentikan merokok, dan menghindari produk pencuci mulut yang
mengandung alkohol.
R./ Alkohol, mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan.
Kolaborasi :
f. Pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi Antihistamin, Kiproheptadin.
R./ Menghilangkan gatal.
6. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin.
Tujuan : Terjadi peningkatan kadar Hb.
Kriteria : Kadar Hb dalam batas normal, perfusi jaringan baik, akral hangat, merah dan kering.
Rencana :
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
R/ kekeringan meningkatkan sensitivitas kulit dengan merangsang ujung saraf.
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan mempertahankan suhu ruangan yang sejuk
dengan kelembaban yang rendah, hindari pakaian yang terlalu tebal.
R/ penghangatan yang berlebihan meningkatkan sensitivitas melalui vaso dilatasi.
c. Anjurkan tidak menggaruk.
R/ Garukan merangsang pelepasan histamin.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan terhadap tindakan selanjutnya.
e. Kolaborasi dalam:
Pemberian transfusi
Pemeriksaan laboratorium Hb.
7. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria : Klien mudah tidur dalam waktu 30 40 menit.
Klien tenang dan wajah segar.
Klien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana :
a. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
R./ Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur
sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
b. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
R./ Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan
mempengaruhi pola tidur pasien.
c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan
dan suasana ramai.
R./ Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.
R./ Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi.
R./ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana
informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
b. Kaji latar belakang pendidikan pasien.
R./ Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang
dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa
dan kata-kata yang mudah dimengerti.
R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
d. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien
akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
e. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
R./ Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
10. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria : Berat badan dan tinggi badan ideal.
Pasien mematuhi dietnya.
Mual berkurang dan muntah tidak ada.
Tekanan darah 140/90 mmHg.
Rencana :
a. Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.
R./ Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
b. Identifikasi perubahan pola makan.
R./ Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
c. Berikan makanan sedikit dan sering.
R./ Meminimalkan anoreksia dan mual.
d. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
R./ Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat.
e. Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara waktu makan.
R./ Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah.
f. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
R./ Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan diet).
g. Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi; Nabic, Anti
emetik dan anti hipertensi.
R./ Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis. anti emitik akan mencegah mual/muntah dan
obat anti hipertensi akan mempercepat penurunan tekanan darah.
h. Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, rendah
garam (TKRPRG).
R./ Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan mencegah
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2; EGC.
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6; EGC.
Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (1989) Nursing Care Plans. F.A Davis Company. Philadelphia. USA.
Haznam M. W. (1992). Kompendium Diagnostik & Terapi Ilmu Penyakit Dalam Edisi II.
Bandung.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. EGC. Jakarta:
Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Smith, Cindy Grennberg. (1988). Nursing Care Planning Guides for Children. Baltimore.
Williams & Wilkins
Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta.
SMF UPF Anak. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita
klien saat ini.
Ibu dari klien mempunyai riwayat Hipertensi
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.
5) Riwayat Kesehatan Lainnya
Alat bantu yang dipakai : ..
3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum : baik
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 84 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 175/125 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur, nafas berbau (ureum), tidak
terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, tidak
terdengar suara nafas tambahan, dentuk dada simetris, batuk-batuk dengan sputum berwarna
putih, hasil foto Thorax foto tanggal 10 Mei 2002
Cardiomegali dan Congestive Pulmonum.
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 84 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 175/125 mmHg, Suhu 36,8 0C, perfusi hangat.
Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada. hasil foto Thorax foto tanggal 10
Mei 2002 : Cardiomegali dan Congestive Pulmonum.
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1400 ml/24 jam, warna urine kuning.
Hasil BOF : tanggal 10 Mei 2002
Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan
oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium :
Elektrolit tanggal 13 Mei 2002
- Natrium : 139 mmol/l (135 145 mmol/l)
- Kalium : 4,9 mmol/l (3,5 5,5 mmol/l)
- Calcium : 9,3
- Fosfor : 9,8 mmol/l
Clearence-Creatinin tanggal 10 Mei 2002
- Produksi urine 24 jam : 1400 ml
- Berat badan : 74 kg.
- Tinggi badan : 172 cm.
- Creatinin Serum : 15,4 mg/dl
- Creatinin Urine : 55,22 mg/dl
- Kliren : 3,1 ml/mt.
Darah lengkap tanggal tanggal 7 Mei 2002
- Hb : 9,0 mg/dl (L 13,5 18,0 P 11,5 16,0 mg/dl)
- Leukosit : 10.700 (4000 11.000).
- Trombosit : 240.
- PCV : 0,26
Gula darah tanggal 7 Mei 2002
- Glukosa sewaktu : 114 mg/dl (< 140 mg/dl)
Faal Ginjal tanggal 14 Mei 2002
- Ureum/BUN : 88 mg/dl (10 45)
- Serum Creatinin : 18,1mg/dl (L : 0,9 1,5 P : 0,7 1,3)
Faal Hati tanggal 7 Mei 2002
- HbsAg : Negatif
- Bilirubin Direk : 0,17 0,25)(
- Bilirubin Total : 0,39 1,00)(
- SGOT : 9 (L < 37 P < 31) U/L
- SGPT : 14 (L < 40 P < 31) U/L
Lemak tanggal 7 Mei 2002
- Cholesterol Total : 249 (< 200)
(Subhan)
ANALISA DAN SINTESA DATA
NO D A T A ETIOLOGI MASALAH
O:
Tekanan darah : 175/125 mmHg.
hasil foto Thorax foto : Cardiomegali.
S:
Klien mengeluh sakit kepala yang berkepanjangan. Gagal Ginjal Kronik
Hipertensi
Odema
Klien mengeluh mual mual terutama pada pagi hari. Muntah (+) sejak 3 hari sebelum Masuk
Rumah Sakit. Tidak selera makan (anoreksi), mulut dan tenggorokan terasa kering
Klien merokok 2 pak perhari sejak + 15 tahun yang lalu Gagal Ginjal Kronik
Pencernaan
Anoreksia
Mual/muntah
Bau mulut
Stomatitis
Parotitis
penurunan saliva
Kurangnya pengetahuan
Kurangnya informasi
2. Resiko tinggi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Gangguan metabolisme protein. Tujuan : Mempertahankan pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan.
Kriteria :
1. Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut.
2. Masukan makanan dan cairan meningkat
3. Pasien mematuhi dietnya.
4. Mual berkurang dan muntah tidak ada.
5. Urine tidak pekat.
6. Output urine meningkat (1500 ml/24 jam).
7. Membran mukosa lembab.
8. Mulut dan kerongkongan tidak kering.
9. Inflamasi, ulserasi tidak ada
10. Bau amonia berkurang/hilang. 1. Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan
makan.
6. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi.
7. Berikan cairan peroral sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan.
8. Anjurkan oral hygiene (perawatan mulut) dengan menyikat gigi minimal 2 x / setelah makan
dan saat akan tidur.
9. Anjurkan klien untuk menghentikan merokok.
10. Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi; CaCo3
Nabic dan Anti emetik.
11. Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah protein,
rendah garam (TKRPRG). 1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2. Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
3. Meminimalkan anoreksia dan mual.
4. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat.
5. Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan diet).
6. Deteksi untuk mencegah infeksi.
7. Mencegah kekeringan mulut.
8. Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut yang tidak
menyenangkan karena uremia dan menurunkan pertumbuhan bakteri.
9. Asap rokok dapat mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan rongga mulut.
10. CaCo3 untuk mengoreksi hiperkalemia. Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis dan
anti emitik akan mencegah mual/muntah.
11. Tinggi Kalori diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi, Rendah Protein disesuaikan
dengan fungsi ginjal yang menurun. Rendah Garam dapat mempercepat penurunan tekanan
darah dan mencegah komplikasi.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Tujuan : rasa cemas
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan bahwa ia tidak cemas.
2. Ekspresi wajah rileks.
3. RR : 12 24 X / menit.
4. N : 60 - 100 X / menit 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Lakukan pendekatan kepada klien dengan tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian
informasi atau instruksi yang bertele-tele dan terus menerus.
4. Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan
diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. 1. Untuk menentukan tingkat kecemasan yang
dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2. Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3. Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
4. Penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik
serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan dapat mengurangi
beban pikiran pasien.
5. Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan
pasien.
6. Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7. Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan
benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. 1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi.
2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.
3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa
dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan). 1. Untuk
memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi
atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang
dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
4. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien
akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
2. Resiko tinggi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
gangguan metabolisme protein.
13 Mei 2002 1. Mengkaji/mencatat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.
2. Mengidentifikasi perubahan pola makan.
3. Memberikan makanan sedikit dan sering
4. Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
5. Menawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara waktu
makan
6. Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.Inspeksi rongga mulut, perhatikan
kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi.
7. Memberikan cairan peroral sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan.
8. Menganjurkan oral hygiene (perawatan mulut) dengan menyikat gigi minimal 2 x / setelah
makan dan saat akan tidur.
9. Menganjurkan klien untuk menghentikan kebiasaan merokok.
10. Mengkolaborasikan : konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi :
CaCo3, Nabic dan Anti emetik
11. Mengkolaborasikan : konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah
protein, rendah garam (TKRPR). S :
O:
Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut.
Masukan makanan dan cairan meningkat.
Pasien mematuhi dietnya.
Mual berkurang dan muntah tidak ada.
Urine tidak pekat.
Output urine meningkat (1500 ml/24 jam).
Membran mukosa lembab.
Mulut dan kerongkongan tidak kering.
Inflamasi, ulserasi tidak ada.
Bau amonia berkurang.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. 13 Mei 2002 1.
Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Melakukan pendekatan kepada klien dengan tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian
informasi atau instruksi yang bertele-tele dan terus menerus
4. Memberikan penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan
diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan
5. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman S :
O:
1. Klien mengungkapkan bahwa ia tidak cemas.
2. Ekspresi wajah rileks.
3. RR : 12 24 X / menit.
4. N : 60 - 100 X / menit.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi. 13 Mei 2002 1. Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien/keluarga tentang Gagal Ginjal Kronik dan Hipertensi.
2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.
3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya. S :
O:
1. Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN- KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
Resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin,
kalsifikasi jaringan lunak. Tujuan : Mempertahankan curah jantung.
Kriteria :
Tekanan darah sistole antara 100 140 dan diastole antara 70 90 mmHg dan frekuensi jantung
antara 60 - 100, nadi perifer kuat, dan sama dengan waktu pengisian kapiler. 9. Auskultasi bunyi
jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
10. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi.
11. Kaji adanya keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi dan skala keparahan.
12. Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas.
Kolaborasi :
13. Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin klirens.
14. Pemeriksaan thoraks foto.
15. Pemberian obat-obatan anti hipertensi
16. Siapkan Dialisis 9. Adanya bunyi jantung S3.S4 , takikardia, frekuensi jantung tak teratur,
takipnoe, dispnoe, mengi, gemerisik, edema, distensi JVP. Menunjukan GGK.
10. Hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem Renin angiotensin
11. Gagal ginjal kronik dan hipertensi dapat menyebabkan infark miokard.
12. .
13. Ketidakseimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan fungsi jantung.
14. Mengidentifikasi terjadinya gagal jantung atau kalsifikasi jaringan lunak.
15. Menurunkan tahanan vaskuler sistemik
16. Penurunan ureum toksik, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan kelebihancairan,
mencegah manifestasi jantung, termasuk hipertensi dan efusi perikardial
Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan,
produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor pembekuan,
peningkatan kerapuhan vaskuler. Tujuan : cedera tidak terjadi
Kriteria :
Tidak mengalami tanda-tanda perdarahan, lab. dalam batas normal. a. Perhatikan keluhan
peningkatan kelelahan, kelemahan, takikardia, mukosa / kulit pucat, dispnoe, nyeri dada.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau pada area mukosa.
e. Awasi haematemesis atau sekresi GI / darah feses.
f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil pada saat penyuntikan,
lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan.
Kolaborasi:
g. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit, Faktor Pembekuan dan Protrombin.
h. Pemberian transfusi
i. Pemberian obat obatan :
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
Cimetidin (Actal).
Hemostatik (Amicar).
Pelunak feses. b. Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk mempertahankan
oksigensi sel.
c. Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan prilaku mental dan orientasi.
d. Anemia menurunkan oksigenasi jaringan, meningkatkan kelelahan, memerlukan perubahan
aktivitas (istirahat).
e. Mengalami kerapuhan kapiler.
h. Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan produksi Sel Darah Merah. Pada gagal
ginjal kronik, Hb, hematokrit biasanya rendah.
i. Mengatasi anemia simtomatik.
Memperbaiki gejala anemi.
Profilaksis menetralkan asam lambung.
Menghambat perdarahan.
Mengurangi perdarahan mukosa.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin, asidosis metabolik, hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit kalsifikasi metastase pada otak. Tujuan : Meningkatkan tingkat
mental.
Kriteria ;
Klien mengenal tempat, orang, waktu, tidak menarik diri, tidak ada gangguan kognitif. a. Kaji
luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori, orientasi, perhatikan lapang perhatian.
Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik,
sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit,
penurunan aktivitas, akumulasi areum pada kulit. Tujuan :
Mempertahankan keutuhan kulit.
Kriteria :
kulit tidak lecet, klien mampu mendemonstrasikan cara untuk mencegah terjadinya kerusakan
Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan penurunan saliva,
pemabatasan cairan, perubahan urea, dalam saliva menjadi amonia. Tujuan : Mempertahankan
membran mukosa.
Kriteria :
Mukosa lembab, inflamasi, ulserasi tidak ada, bau amonia berkurang/hilang. a. Inspeksi rongga
mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi.
b. Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan.
c. Berikan perawatan mulut sering cuci dengan larutan Asam asetik 25%, berikan permen karet,
f. Menghilangkan gatal.
Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin. Tujuan : Terjadi peningkatan
kadar Hb.
Kriteria : Kadar Hb dalam batas normal, perfusi jaringan baik, akral hangat, merah dan kering. a.
Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan mempertahankan suhu ruangan yang sejuk
dengan kelembaban yang rendah, hindari pakaian yang terlalu tebal.
c. Anjurkan tidak menggaruk.
d. Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam:
e. Pemberian transfusi
f. Pemeriksaan laboratorium Hb. a. Kekeringan meningkatkan sensitivitas kulit dengan
merangsang ujung saraf.
b. Penghangatan yang berlebihan meningkatkan sensitivitas melalui vaso dilatasi.
tidakterjadi
Kriteria :
Menunjukan haluaran urine tepat
BJ.urine normal
BB stabil
Tanda vital normal
Edema tidak ada Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.
Awasi bj. Urine
Timbang BB. Tiap hari dengan alat yang sama.
Awasi nadi, Tekanan darah, suara paru.
Kaji kulit, wajah area edema evaluasi derajat edema
Auskulstasi paru dan bunyi jantung
Kolaborasi ;
Perbaiki penyebab : contohnya memperbaiki ferfusi ginjal
Awasi pemeriksaan Lab: Bun,Kreatinin, Na, K, Hb/Ht, Foto thorax
Batasi cairan sesuai dengan Indikasi
2. Resiko tinggi tehadap penurunan curah jantung b/d kelebihan cairan TujuanPenurunan curah
jantung tidak terjadi, denga kriteria :
Mempertahankan curah jantung,
TD. Dan denyut jantung normal
Nadi ferifer kuat: sama dengan waktu pengisisn kapiler Awasi TD dan frekuensi jantung
Observasi EKG
Auskultasi bunyi jantung.
Kaji warna kulit, membran mukosa dan dasar kuku.
Selidiki kram otot, kesemutan pada jari dan kejang otot.
Pertahankan tirah baring dan dorong istirahat adekuat
Kolaborasi :
Pemeriksaan : Lab.K,Na, Ca.
Berikan tambahan oksigen
Berikan obat sesuai dengan indikasi : Inotropik(digoksin)
Nabic Deteksi dini terhadap kelebihan cairan
Respon terhadap berlanjutnya gagal ginjal
Deteksi dini untuk persiapan dialisis
Deteksi dini terhadap vasokontriksi atau anemia, sianosis yang mungkin berhubungan dgn.
Gagal ginjal
Indikator hipokalemia yang dpt. mempengaruhi kontraktilitas dan fungsi jantung.
Menurunkan konsumsi oksigen/kerja jantung
Deteksi dini perubahan elektrolit darah
Memaksimalkan sediaan oksigen.
Memperbaiki curah jantung
Mengatasi Hipokalemia dan memperbaiki iritabilitas jantung.
Memperbaiki asidosis
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d katabolisme protein. Tujuan kebutuhan
nutrisi terpenuhi, dengan kriteria ;
Mempertahankan/meningktkan Berat badan,
Bebas oedema. Kaji/catat pemasukan diet
Berikan makanan sedikit dan sering
Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara waktu makan
Timbang berat badan setiap hari
Berikan obat sesuai dengan indikasi; Fe, Ca, Vit. D, Vit Bcompleks
Anti emetik Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dari kebutuhan diet.
Meminimalkan anoreksia dan mual
Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah
Deteksi dini perpindahan keseimbangan cairan
Menentukan kalori individu, dan kebutuhan nutrisi
Kalori diperlukan untuk memenuhi kebut. Energi, rendah protein disesuaikan dengan fungsi
ginjal yang menurun.
Mengatasi anemia, memperbaiki kadar normal serum , memudahkan absorbsi kalsium,
diperlukan koenzim, pada pertumbuhan sel..
4. Kelelahan b/d penurunan produksien energi metabolik/pembatasan diet, anaemia Tujuan :
Kelelahan berkurang/hilangdengan kriteria :
Berpartisipasi pada aktivitas yang diberikan Evaluasi laporan kelelahan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Identifikasi faktor stress yang dapat memperberat
Rencanakan periode istirtahat adekuat
Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari
Tingkatkan partisipasi sesuai dengan kemampuan
Kolaborasi ; Awasi ; pemeriksaaan Elekrolit Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan.
Membantu memilihkan intervensi
Mengatasi penyebab
Dorong pasien dan keluarga untuk mengobservasi karakteristik urine, jumlah frekuensi dan
pengeluaran
Diskusikan pembatasan aktivitas
Diskusikan penggunaan obat