Dosen Pembimbing :
Dr. Ida Samidah, S.Kp.,M.Kes
BENGKULU 2016
NAMA KELOMPOK 2 :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah
kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul Kebijakan Pemerintah
Untuk Kesehatan Anak Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik
berupa Internet dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok delapan
yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah
sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
makalah ini menjadi sempurna.
Bengkulu, Februari2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................................
Rumusan Masalah......................................................................................................
Tujuan.........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program atau kebijakan pemerintah untuk kesehatan anak ................................
2.2 Upaya penyelenggaraan kota sehat bagi anak .....................................................
2.3 Upaya perlindungan anak .....................................................................................
2.4 Hak kewajiban anak .............................................................................................
2.5 Perwalian anak ....................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai dengan saat ini kesehatan anak masih merupakan permasalahan kesehatan
masyarakat dan juga menjadi permasalahan nasional. masalah kesehatan anak tersebut antara lain
: Tingginya angka kematian bayi (AKB), masih dijumpainya balita yang mengalami gizi buruk,
masih tingginya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan diare yang menyerang
balita, tumbuh kembang anak yang belum sesuai harapan, masih banyaknya kasus anemia dan
kecacingan di kalangan anak remaja dan usia sekolah serta perhatian terhadap anak cacat yang
masih belum optimal
Permasalahan anak antara lain Kekerasan Terhadap Anak (KTA), anak yang bermasalah
dengan hukum,
Departemen Kesehatan RI dalam hal ini Direktorat Bina Kesehatan Anak mengambil arah dan
kebijakan untuk mengatasinya. Arah dan Kebijakan itu antara lain : penurunan Angka Kematian
Bayi(AKB), Angka Kematian Balita (AKABAL) dan meningkatkan kualitas hidup anak
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa program pemerintah untuk kesehatan anak ?
2. Apa upaya penyelanggaraan kota sehat bagi anak ?
3. Apa upaya perlindungan anak ?
4. Apa hak dan kewajiban anak
5. Perwalian anak ?
1.3 Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui program pemerintah untuk kesehatan anak ?
2. Untuk mengetahui upaya penyelanggaraan kota sehat bagi anak ?
3. Untuk mengetahui upaya perlindungan anak ?
4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban anak
5. Untuk mengetahui Perwalian anak ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Program KIA
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan
program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak (AKB) masih tinggi yaitu, 307 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB 35/1000 kh. Target yang ditetapkan untuk dicapai pada RPJM
tahun 2009 untuk AKI adalah 226 per 100.000 kh dan AKB 26/1000 kh. Dengan
demikian target tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi program KIA.
Sebagaian besar penyebab kematian ibu secara tidak langsung (menurut survei
Kesehatan Rumah Tangga 2001 sebesar 90%) adalah komplikasi yang terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah bersalin. Penyebab tersebut dikenal dengan Trias Klasik
yaitu Pendarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak
langsungnya antara lain adalah ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (KEK) 37%,
anemia (HB kurang dari 11 gr%) 40%. Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan
meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia.
Beberapa kegiatan dalam meningkatkan upaya percepatan penurunan AKI telah
diupayakan antara lain melalui peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan
pelatihan klinis bagi pemberi pelayanan kebidanan di lapangan. Kegiatan ini merupakan
implementasi dari pemenuhan terwujudnya 3 pesan kunci Making Pregnancy Safer yaitu:
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau
diramalkan sebelumnya sehingga ibu hamil harus sedekat mungkin pada sarana
pelayanan ndicator emergency dasar. Penyebab utama kematian Ibu adalah Perdarahan,
Infeksi, Eklampsi, Partus lama dan Komplikasi Abortus. Perdarahan merupakan sebab
kematian utama. Dengan demikian sangat pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan karena sebagian besar komplikasi terjadi pada saat sekitar persalinan, sedang
sebab utama kematian bayi baru lahir adalah Asfiksia, Infeksi dan Hipotermi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR).
Selama kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah diturunkan
secara tajam, namun AKB menurut SDKI 2002-2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka
tersebut masih tinggi dan saat ini mengalami penurunan secara lambat. Dalam Rencana
Pembangunan jangka panjang Menengah Nasional (RPJMN) salah satu sasarannya
adalah menurunkan AKB dari 35 1000 KH menjadi 26 per 1000 KH pada tahun 2009.
Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian
bayi untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKB di ndicator.
B. Sasaran KIA
Program PWS-KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA
yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program
dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat memberikan data
yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam
wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya,
berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
dan PWS Gizi.
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya
Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan dicapainya
cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang signifikan. Namun pelaksanaan
PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak secara cepat dapat
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna walaupun cakupan pelayanan
KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain sebagai penyebab kematian ibu
(ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lain sebagainya). Dengan demikian maka PWS
KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh
sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat
ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya lintas sektor setempat yang berperan dalam
pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk
memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA harus ditindaklanjuti
dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen
program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat
puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi
dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa
ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
pelayanan
kesehatan
ibu
diatur
dengan
Peraturan
Pemerintah.
Pasal 127
(1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami
istri yang sah dengan ketentuan: a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri
yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal; b.
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu; dan c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. (2) Ketentuan mengenai
persyaratan kehamilan di luar cara alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 128
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. (2) Selama pemberian air susu ibu, pihak
keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi
secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. (3) Penyediaan fasilitas
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat
sarana umum.
Pasal 129
(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin
hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. (2) Ketentuan lebih lanjut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 130
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.
Pasal 131
Upaya
pemeliharaan
kesehatan
bayi
dan
anak
harus
ditujukan
untuk
mempersiapkangenerasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta
untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. (2) Upaya pemeliharaan kesehatan
anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,
dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi
dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab
dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan Pemerintah, dan
pemerintah daerah.
Pasal 132
(1)Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab
sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. (2)
Ketentuan mengenai anak yang dilahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Setiap anak berhak
memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah
terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi. (4) Ketentuan lebih
lanjut mengenai jenis-jenis imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 133
(1) Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk
diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya. (2)
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban untuk menjamin
terselenggaranya perlindungan bayi dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 134
(1) Pemerintah berkewajiban menetapkan standar dan atau kriteria terhadap
kesehatan bayi dan anak serta menjamin pelaksanaannya dan memudahkan setiap
penyelenggaraan terhadap standar dan kriteria tersebut. (2) Standar dan/atau kriteria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselenggarakan sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai agama, dan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 135
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat wajib menyediakan tempat dan
sarana lain yang diperlukan untuk bermain anak yang memungkinkan anak tumbuh
dan berkembang secara optimal serta mampu bersosialisasi secara sehat. (2) Tempat
bermain dan sarana lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilengkapi sarana perlindungan terhadap risiko kesehatan agar tidak membahayakan
kesehatan anak.
sosial
yangmendukung
dan
Lingkungan fisik yang bersih dan aman (termasuk perumahan yang bermututinggi);
Ekosistem yang mantap dan berkelanjutan;
Masyarakat kuat yang saling mendukung dan tidak eksploitatif;
Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
perumahan,
dan
pendapatan,
sumber
serta
keamanan,
kesempatan
untuk berinteraksi;
7. Ekonomi yang beragam, hidup, dan bisa menerima pemikiran baru;
8. Hubungan dengan masa lalu, dengan sejarah budaya dan biologis seluruhmasyarakat,
serta hubungan dengan kelompok dan individu lain;
9. Pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat
yang
dapat
digunakan
seluruhmasyarakat;
10. Status kesehatan yang tinggi (tingkat kesehatan tinggi, tingkat penyakit rendah).
Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota sehat
diIndonesia sebagai berikut :
1. Kegiatan
dimulai
spesifik,sederhana,
dari
beberapa
terjangkau,
kota
dapat
terpilih
berupa
dilaksanakan
secara
kegiatan
yang
mandiri
dan
pendampingan
dari
sektor
terkait
untuk
dapat
membantu
potensi
wilayah
dan
kemitraan
dengan
swasta,
LSM,
di
informasi
dan
promosi
yang
tepat,
sesuai
dengan
terpenuhi. Hak anak adalah kewajiban orang tua terhadap anak. Berikut ini adalah hak dan
kewajiban seorang anak:
informasi
sesuai
dengan
tingkat
kecerdasan
dan
usianya
demi
Pada tiap-tiap perwalian hanya ada satu wali, hal ini tercantum dalam pasal 331
KUHPerdata. Asas tak dapat dibagi-bagi ini mempunyai pengecualian dalam dua hal,
yaitu :
1. Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup paling
lama (langs tlevendeouder), maka kalau ia kawin lagi suaminya menjadi
medevoogd atau wali serta, pasal 351 KUHPerdata.
2. Jika sampai ditunjuk pelaksanaan pengurusan (bewindvoerder) yang
mengurus barang-barang minderjarige diluar Indonesia didasarkan pasal 361
KUHPerdata.
B . Asas persetujuan dari keluarga.
Keluarga harus dimintai persetujuan tentang perwalian. Dalam hal keluarga tidak ada maka
tidak diperlukan persetujuan pihak keluarga itu, sedang pihak keluarga kalau tidak datang
sesudah diadakan panggilan dapat dituntut berdasarkan pasal 524 KUH Perdata
C . Orang-orang yang dapat ditunjuk sebagai Wali
Ada 3 (tiga) macam perwalian, yaitu:
1). Perwalian oleh suami atau isteri yang hidup lebih lama, pasal 345 sampai pasal 354
KUHPerdata.
Pasal 345 KUH Perdata menyatakan :
Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap
anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum dipangku oleh orang tua yang
hidup terlama, sekadar ini tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang
tuanya.
Namun pada pasal ini tidak dibuat pengecualian bagi suami istri yang hidup terpisah
disebabkan perkawinan putus karena perceraian atau pisah meja dan ranjang. Jadi, bila
ayah setelah perceraian menjadi wali maka dengan meninggalnya ayah maka si ibu
dengan sendirinya (demi hukum) menjadi wali atas anak-anak tersebut.
2). Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat wasiat atau akta tersendiri.
d. Mereka yang telah dipecat atau dicabut (onzet) dari kekuasaan orang tua atau
perwalian atau penetapan pengadilan.
e. Para ketua, ketua pengganti, anggota, panitera, panitera pengganti, bendahara,
juru buku dan agen balai harta peninggalan, kecuali terhadap anak- anak atau
anak tiri mereka sendiri.
E . Mulainya Perwalian
Dalam pasal 331 a KUHPerdata, disebutkan :
a. Jika seorang wali diangkat oleh hakim, dimulai dari saat pengangkatan jika ia
hadir dalam pengangkatan itu. Bila ia tidak hadir maka perwalian itu dimulai saat
pengangkatan itu diberitahukan kepadanya.
b. Jika seorang willi diangkat oleh salah satu orang tua, dimulai dari saat orang tua
itu meniggal dunia dan sesudah wali dinyatakan menerima pengangkatan tersebut.
c. Bagi wali menurut undang-undang dimulai dari saat terjadinya peristiwa yang
menimbulkan perwalian itu, misalnya kematian salah seorang orang tua.
Berdasarkan pasal 362 KUH Perdata maka setiap wali yang diangkat kecuali
badan hukum harus mengangkat sumpah dimuka balai harta peninggalan.
F . Tugas dan Kewajiban Wali
Adapun kewajjban wali adalah :
a. Kewajiban memberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan.
Pasal 368 KUH Perdata apabila kewajiban ini tidak dilaksanakan wali maka ia
dapat dikenakan sanksi berupa wali dapat dipecat dan dapat diharuskan membayar
biaya-biaya dan ongkos-ongkos.
b. Kewajiban
mengadakan
inventarisasi
mengenai
harta
si
anak
yang
Jika wali dijatuhi hukuman pidana yang telah berkekuatan hukum tetap.
3. Syarat-syarat Perwalian
Jadi menurut ketentuan pasal 50 ayat (1) Undang-undang No.1 tahun 1974
menyebutkan bahwa syarat-syarat untuk anak yang memperoleh perwalian adalah:
a. Anak laki-laki dan perempuan yang belum berusia 18 tahun.
b. Anak-anak yang belum kawin.
c. Anak tersebut tidak berada dibawah kekuasaan orang tua.
d. Anak tersebut tidak berada dibawah kekuasaan wali.
e. Perwalian menyangkut pemeliharaan anak tersebut dan harta bendanya.
memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang
belum berumur 18 tahun atau belum melakukan perkawinan kecuali apabila kepentingan
anak tersebut memaksa
D. Berakhirnya Perwalian
Pasal 53 UU No.1 tahun 1974 menyebutkan wali dapat dicabut dari kekuasaannya
, dalam hal-hal yang tersebut dalam pasal 49 Undang-undang ini, yaitu dalam hal :
a. Wali sangat melalaikan kewajibannya terhadap anak perwalian tersebut.
b. Wali berkelakuan buruk sebagai walinya.
Apabila kekuasaan wali dicabut maka pengadilan menunjuk orang lain sebagai
(pasal 53 (2) UU No.1 tahun 1974).
Dalam hal apabila wali menyebabkan kerugian pada si anak maka menurut
ketentuan pasal 54 UU No.1 tahun 1974 menyatakan, wali yang telah menyebabkan
kerugian pada harta benda anak yang berada dibawah kekuasaannya, atas tuntutan anak
atau keluarga anak tersebut dengan keputusan pengadilan, yang bersangkutan dapat
diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Kota
sehat
adalah
suatu
kota
yang
terus-menerus
menciptakan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Herny imran dkk; kebijakan pemerintah untuk kesehatan anak; Program Study Ilmu
Keperawatan Fak. Kedokteran UH, Makassar 2004
Drs Efendi ; Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC Jakarta.Undang-Undang HAM
1999, Sinar Grafika, Jakarta 2000
Chapter I_2.Pdf
digital_128882-T 26656-Perlindungan anak-Pendahuluan.Pdf