PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Hipertensi Pulmonal (HP) adalah kelainan yang kompleks dan melibatkan beberapa
disiplin ilmu.1 HP adalah kejadian akhir sebagai konsekuensi hemodinamik dari berbagai
etiologi dan mekanisme. HP pada anak sering terjadi sebagai akibat dari kelainan jantung
bawaan dengan pirau kiri ke kanan, kejadian hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,
dan komplikasi dari penyakit jantung maupun paru yang dialami anak. Kejadian HP pada
berbagai kelainan kongenital anak mempengaruhi berbagai hal termasuk penentuan
operasi, resiko operasi dan penanganan pasca operasi,.1,2
Pada dewasa, kejadian HP utamanya disebabkan oleh kelainan paru seperti
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Di Amerika Serikat, diperkirakan 30,000 orang
meninggal setiap tahunnya karena PPOK, kebanyakan diantaranya sudah mengalami HP
yang diikuti dengan gagal jantung kanan. Sekitar 200,000 jiwa juga meninggal dunia setiap
tahunnya karena mengalami emboli paru akut diikuti dengan gagal jantung kanan yang akut
karena HP yang berat. 3
Pada anak, HP sering dijumpai pada kelainan kongenital dengan pirau yang besar
dari kiri ke kanan. Insidensi terjadinya HP paling sering dijumpai pada kasus VSD (30%),
diikuti oleh PDA (9%), dan ASD (7%).3
Kejadian HP pada kasus kelainan kongenital dengan pirau dari kiri ke kanan
menandakan bahwa telah terjadi sindrom eisenmenger, apalagi jika telah ditemukan
sianosis dan jari tabuh. Bila telah memasuki tahap ini, maka koreksi kelainan penyebab
melalui operasi sudah tidak bisa dilakukan. Hal ini tentunya berdampak pada mortalitas yang
semakin tinggi.3,4
Pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosa HP adalah kateterisasi jantung kanan
yang secara langsung mengukur tekanan di ruang-ruang jantung dan arteri pulmonal. Akan
tetapi dengan pemahaman dan keterampilan yang memadai, maka HP dapat dicurigai lebih
awal.1,2
Penatalaksanaan HP juga memerlukan berbagai perencanaan dan pertimbangan,
tidak hanya memberikan obat saja. Penatalaksanaan perlu mempertimbangkan keparahan
penyakit, keadaan umum dan edukasi, serta pilihan pengobatan yang diperkirakan
memberikan efikasi yang optimal untuk perbaikan kondisi pasien.3
Oleh karena itu, pemahaman yang benar tentang penyebab dan proses terjadinya
HP pada anak, manifestasi klinis dan penegakan diagnosis, serta penatalaksanaan yang
tepat perlu dikuasai oleh seorang ahli jantung untuk dapat memberikan pertolongan
maksimal kepada pasien anak penderita HP.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
DEFINISI
Tekanan sistolik arteri pulmonal (pulmonary artery / PA) normal pada anak dan
dewasa adalah 30 mmHg dan tekanan rerata 25 mmHg pada pengukuran sejajar
permukaan laut.4 Diagnosis HP ditegakkan ketika tekanan rerata PA >25 mmHg pada saat
istirahat yang diukur dengan kateterisasi jantung kanan pada pengukuran sejajar
permukaan laut. Tekanan PA akan semakin tinggi jika diukur di tempat yang lebih tinggi. 3,4,5,6
Definisi HP berdasarkan pengukuran tekanan rerata PA > 30 mmHg pada saat
latihan yang diukur dengan kateterisasi jantung kanan tidak didukung oleh data yang
terpublikasi.3
Pada pengukuran noninvasif dengan ekokardiografi metode Doppler, sering terjadi
pengukuran yang lebih tinggi yang mengesankan terjadinya suatu HP pada orang yang
sebenarnya normal. Dengan menggunakan tricuspid regurgitation jet velocity dan
perhitungan Bernaulli yang dimodifikasi, dimana tekanan atrium kanan diasumsikan 10
mmHg, maka didapat tekanan rerata sistolik arteri pulmonal 28.3 4.9 mmHg (kisaran
pengukuran pada 15 sampai 57 mmHg) pada bayi dan dewasa. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan pada pengukuran dengan metode invasif. Estimasi pengkuran pada batas
atas 95% untuk tekanan sistolik PA adalah 37.2 mm Hg. (ini merupakan hasil dari kecepatan
jet dari tricuspid regurgitation sebesar 2.7 m/detik dalam keadaan tidak ada stenosis katup
pulmonal). Oleh karena itu, pada pengukuran Doppler, nilai tekanan sistolik PA sebesar 3640 mmHg dianggap sebagai nilai batas atas untuk HP ringan. 4
Istilah HP juga perlu dibedakan dengan hipertensi arteri pulmonal (HAP), dimana
HAP (grup 1 pada klasifikasi klinis ESC guidelines for the diagnosis and treatment of
pulmonary hypertension) adalah suatu kondisi klinis dimana terdapat hipertensi di pre kapiler
dan tidak ditemukannya penyebab hipertensi pre kapiler yang lain seperti penyakit paru,
tromboemboli kronik atau penyakit langka lainnya. HAP ini perlu didefinisikan lebih ekstensif
dikarenakan ketersediaan pengobatan yang spesifik.3
Terdapat berbagai kisaran angka untuk menentukan keparahan dari suatu HP, pada
beberapa kisaran, tekanan PA bahkan melebihi tekanan sistemik. Status dari suatu HP juga
bervariasi, dapat statis dan dinamis. 4
Tekanan PA sistolik dari normal hingga 40 mmHg dikategorikan HP ringan, antara
40-70 mmHg HP sedang, dan di atas 70 mmHg dikategorikan HP berat. Tingkatan tekanan
arteri pulmonal biasanya diekspresikan dengan mPAP (mean PAP), yang dapat diukur
dengan rumus :
MPAP = (PA systolic pressure - PA diastolic pressure / 3) + PA diastolic pressure6
Beberapa penulis menggunakan rasio tekanan pulmonal (pulmonary pressure = Pp)
terhadap tekanan darah sistemik (Systemic pressure = Ps), dimana derajat penyakit
pembuluh darah paru dikategorikan ringan bila Pp/Ps kurang dari 0.45, sedang bila Pp/Ps
0,45-0.75, dan berat bila Pp/Ps lebih dari 0,75. Mengingat bahwa tekanan darah sistemik
bisa bervariasi sangat luas, maka penggunaan rasio ini dapat meniminalkan atau
memaksimalkan terjadinya penyakit pembuluh darah paru. Sebagai contoh, pasien dengan
2
nilai Pp normal tapi tekanan darah sistemik rendah akan terlihat memiliki kenaikan rasio
Pp/Ps.6
HP juga dapat didefinisikan berdasarkan parameter hemodinamik yang ditemukan di
berbagai kondisi klinis (tabel 1).
Karakterisitik dari sirkulasi pulmonal adalah aliran yang tinggi (high flow) dan
resistensi yang rendah (low resistance). Perbandingan hemodinamik antara sirkulasi paru
dengan sirkulasi sistemik dapat dilihat pada tabel 2.1.5
dewasa. Perubahan ini akan terganggu apabila pembuluh darah paru terpapar dengan
peningkatan aliran atau tekanan atau keduanya. 3
2.3.
:
1. Peningkatan aliran sirkulasi pulmonal yang terjadi pada penyakit jantung kongenital
dengan pirau kiri ke kanan yang besar (hipertensi pulmonal hiperkinetik)
2. Hipoksia alveoli
3. Peningkatan tekanan vena pulmonalis
4. Penyakit pembuluh darah paru primer
5. Penyakit lainnya yang melibatkan parenkim paru atau pembuluh darah paru4
Pada pembagian lainnya berdasarkan guideline ESC, HP secara klinis
diklasifikasikan menjadi lima kelompok besar, seperti terlihat pada tabel 3.
Pada anak, etiologi HP antara lain disebabkan karena : 2,4,6
1. Penyakit jantung kongenital dengan pirau dari kiri ke kanan, transposisi arteri besar,
ataupun lesi obstruktif di jantung kiri
2. Hipertensi pulmonal persisten pada neonatus
3. Kelainan lainnya seperti dysplasia bronkopulmonal dan hernia diafragmatika 2,4
Klasifikasi dari penyakit jantung kongenital penyebab HP telah diperbarui dengan
membagi menjadi klasifikasi klinis dan anatomi-patofisiologi, seperti terlihat pada tabel 4
dan tabel 5.
Tabel 4. Klasifikasi klinis Hipertensi Arteri Pulmonal terkait Penyakit jantung Kongenital
PATOGENESIS
Peningkatan aliran darah, resistensi vaskular, atau keduanya akan menyebabkan
HP. Terlepas dari penyebabnya, HP biasanya melibatkan konstriksi dari arteriol pulmonal,
yang menyebabkan peningkatan resistensi vaskular paru dan hipertrofi dari ventrikel kanan.3
Ventrikel kanan yang tipis tidak mampu menahan beban tekanan yang lebih dari 4050 mmHg. Oleh karena itu, gagal jantung kanan akan muncul pada kondisi dimana terjadi
peningkatan resistensi vaskular paru secara tiba-tiba.4
10
Namun, jika peningkatan tekanan darah paru terjadi secara perlahan, akan terjadi
hipertrofi ventrikel kanan yang mampu mentoleransi HP ringan (dengan tekanan sistolik
berkisar 50 mmHg) tanpa menimbulkan gejala klinis. Jika kemudian terjadi penambahan
beban seperti penyakit parenkim paru, hipoksia alveolar, atau asidosis yang menimbulkan
penambahan tekanan yang hampir menyamai tekanan sistemik, maka mungkin terjadi gagal
jantung kanan. Patogenesis terjadinya HP dapat dibagi menjadi terutama 4 kategori, yakni :4
1. HP Hiperkinetik
HP yang terkait dengan pirau yang besar dari kiri ke kanan seperti VSD atau PDA,
disebut dengan hiperkinetik HP. HP terjadi karena peningkatan aliran darah di paru,
transmisi langsung tekanan sistemik ke arteri pulmonal, dan peningkatan resistensi
karena mekanisme kompensasi vasokonstriksi pulmonal. Defek pada kemampuan
vasodilatasi akibat produksi berlebih dari vasokonstriktor terjadi pada HP hiperkinetik.
Hiperkinetik HP ini biasanya reversible bila penyebabnya dapat disingkirkan sebelum
perubahan permanen terjadi pada arteriol paru.
Namun jika penyebabnya tidak dikoreksi, maka akan terjadi perubahan irreversible
berupa HP yang berat dan sianosis karena terjadi aliran balik menjadi pirau kanan ke
kiri. Pada tingkat ini disebut sebagai sindrom eisenmenger atau pulmonary obstructive
vaskular disease PVOD. Koreksi operatif tidak dapat lagi dilakukan pada tingkat ini. Usia
terjadinya PVOD bervariasi, mulai dari kanak-kanak hingga dewasa, namun paling
sering terjadi pada saat remaja awal.
2. Hipoksia Alveolar
Penurunan tekanan oksigen (PO2) di alveolar akan menimbulkan respon vasokonstriksi.
Hipoksia di alveolar ini menimbulkan efek vasokonstriksi yang lebih kuat dari penurunan
PO2 di arteri pulmonal. Mekanisme terjadinya vasokonstriksi masih belum jelas
dipahami, namun studi pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa endothelin dan
NO adalah dua vasoaktif yang berperan utama, dimana pada keadaan hipoksia terjadi
penurunan produksi NO (vasodilator) dan endothelin-1 meningkat. Sejumlah zat growth
factor lain termasuk platelet derived growth faktor dan vascular endothelial growth faktor
juga memicu remodeling vaskuar sebagai respon terhadap hipoksia.
Penyakit yang menimbulkan hipoksia ini terlihat pada penyakit parenkim paru, obstruksi
jalan nafas, ventilasi yang adekuat seperti pada penyakit sistem saraf pusat, kelainan
pada dinding dada atau otot pernafasan, dan ketinggian.
3. Hipertensi Vena Pulmonalis
Peningkatan tekanan di vena pulmonal akan menyebabkan refleks vasokonstriksi di
arteri pulmonal sehingga meningkatkan tekanan di arteri pulmonal untuk
mempertahankan perbedaan tekanan yang cukup antara arteri dengan vena. Perbedaan
tekanan ini penting untuk mempertahankan arah aliran darah di paru.
Mekanisme terjadinya vasokonstriksi masih belum sepenuhnya diketahui, namun
komponen neurologis sepertinya berperan penting. Selanjutnya peningkatan tekanan di
vena pulmonal akan mempersempit bahkan menutup jalan nafas yang kecil,
menyebabkan hipoksia alveolar dan merangsang vasokonstriksi kembali.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan peninggian tekanan vena paru antara lain mitral
stenosis, total anomalous pulmonary venous return (TAPVR) dengan obstruksi, dan
gagal jantung kiri kronis. HP yang disebabkan mekanisme ini biasanya bersifat
reversible jika penyebabnya dikoreksi, kecuali pada stenosis vena pulomonalis
kongenital.
11
PATOLOGI
Terlepas dari penyebab dan proses terjadinya HP, penginkatan tekanan arteri
pulmonal akan menyebabkan perubahan anatomis pada pembuluh darah paru 4,8
1. Hiperkinetik HP adalah akibat dari defek jantung kongenital dengan pirau besar dari kiri
ke kanan. Klasifikasi Heath dan Edwards membagi menjadi 6 tingkatan. Grade I-III
dianggap sebagai kelainan yang reversible, dan grade IV-VI sudah bersifat irreversible
dimana HP akan tetap terjadi walaupun stimulus pencetusnya dikoreksi. Oleh karena itu,
adanya HP yang ireversible menjadi kontraindikasi dilakukannya tindakan operatif.
12
PATOFISIOLOGI
1. Jika HP berat terjadi secara tiba-tiba pada keadaan ventrikel kanan tidak siap (non
hipertrofi), maka gagal jantung kanan akan segera muncul. Contoh dari keadaan ini
adalah anak bayi yang mengalami obstruksi jalan nafas akut atau pasien dewasa
yang mengalami tromboemboli paru massif. 4
2. Pada keadaan HP yang kronis, terjadi hipertrofi dan dilatasi yang bertahap dari
ventrikel kanan. Tekanan di vevntrikel kanan meningkat sejalan dengan hieprtrofi dan
tekanan di arteri pulmonal dapat melebihi tekanan darah sistemik. 4
3. Penurunan curah jantung dapat terjadi karena sedikitnya dua mekanisme : 4
13
MANIFESTASI KLINIS
Terlepas dari etiologinya, manifestasi klinis dari HP akan sama bila terdapat
peningkatan tekanan yang cukup bermakna. 2,4,9
Anamnese 2,4,9
Pada anamnesis dijumpai :
1. Sesak nafas dan mudah lelah bila beraktivitas adalah gejala paling awal dan paling
sering dikeluhkan. Beberapa pasien juga diikuti dengan riwayat nyeri kepala.
2. Sesak nafas pada saat istirahat dijumpai pada kasus yang sudah lanjut.
3. Syncope, presyncope atau nyeri dada juga muncul pada saat beraktivitas, yang
mencerminkan perjalanan penyakit yang sudah lanjut dengan curah jantung yang
sudah menetap.
4. Riwayat defek jantung atau gagal jantung pada saat bayi dan anak dijumpai pada
kebanyakan kasus sindrom eisenmenger
5. Pasien dengan penyakit paru dapat juga mengeluhkan episode batuk atau mengi.
6. Batuk darah (terkait dengan infark pulmonal sekunder karena thrombosis) terjadi
belakangan dan sesekali fatal.
3. Terdapat suara S2 satu atau terpecah sempit, dengan P2 yang keras. Ejection click
dan early diastolic decrescendo murmur dari regurgitasi pulmonal biasanya dijumpai
di daerah tengah dari parasternal kiri. Murmur holosistolik dari regurgitasi tricuspid
juga dapat terdengar pada daerah bawah sekitar parasternal kiri.
4. Tanda-tanda gagal jantung kanan sweperti hepatomegali dan edema kaki dapat
dijumpai.
5. Aritmia muncul pada tahap lanjutan.
6. Pasien dengan penyakit penyertanya akan memunculkan gejala dari penyakit
penyertanya.
Elektrokardiografi 2,4,9
PAda pemeriksaan EKG dijumpai :
1. Dijumpai right axis deviation (RAD) dan (RVH) dengan atau tanpa strain dijumpai
pada HP yang berat.
2. Pelebaran atrium kanan biasanya terlihat pada fase lanjut.
Foto Thoraks 2,4,9
Pada pemeriksan foto thoraks dijumpai :
1. Ukuran jantung normal atau sedikit membesar dengan atau tanpa pembesaran
ventrikel kanan. Cardiomegali akan muncul bila sudah terjadi CHF
2. Segmen pulmonal yang menonjol disertai pelebaran hilus dengan corakan paru yang
bersih adalah karakteristik khas
3. Pada eksaserbasi akut, maka edema paru dapat terlihat
Ekokardiografi 2,4,9
Pemeriksaan ekokardiografi biasanya mengidentifikasi beberapa hal berikut :
1. Pembesaran atrium dan ventrikel kanan, dengan ukuran ventrikel kiri yang normal
atau kecil
2. Penebalan septum interventrikel dan gerakan abnormal dari region septal sebagai
akibat dari peniingkatan volume berlebihan di ventrikel kanan
3. Penebalan dinding bebas ventrikel kanan dan disfungsi ventrikel kanan sulit untuk
dilihat dan diukur
Dari ekokardiografi juga dapat dilakukan pengukuran semikuantitatif terhadap keparahan
HP, sebagai berikut :
1. Pergerakan katup yang abnormal pada M mode Echo
2. Septum interventrikular bergeser ke kiri kea rah ventrikel kiri pada echo 2 dimensi
15
KELAINAN SPESIFIK
Semua jenis HP yang tersebut pada klasifikasi klinis telah ditemukan pada anak,
namun mayoritas pasien dengan HP terkait dengan kelainan jantung kongenital dengan
17
pirau kiri ke kanan dan HP bentuk idiopatik/diturunkan. Berikut akan diuraikan beberapa
kelainan spesifik yang terkait HP pada anak.
HP idiopatik dan herediter 10
HP primer telah diklasifikasikan ulang pada symposium WHO tahun 2004 dan
direvisi pada Dana Point 2008 untuk memperbaiki pemahana tentang HP bawaan. HP
idiopatik mengacu pada HP tan pa penyebab yang jelas pada pasien tanpa riwayat keluarga
menderita HP. HP herediter adalah pasien yang memiliki 2 atau lebih anggota keluarga yang
menderita HP atau pasien dengan riwayat keluarga menderita HP yang telah ditemukan
kelainan genetiknya. HP herediter dibagi menjadi mutasi BMPR2 dengan ALK1 atau mutasi
ENG dengan atau tanpa hereditary hemorrhagic telangiectasis (HHT).
Persistent pulmonary hypertension of the newborn (PHPN)11,12
Kondisi penyakit ini biasanya self-limiting kecuali jika ada penyebab yang irreversible
seperti penyakit paru kronik karena prematur. Hipoplasia alveolar, biasanya dijumpai
bersamaan dengan dysplasia, teridentifikasi ketika pasien sulit dilepaskan dari ventilator.
Displasia Bronkopulmonal4
Displasia bronkopulmonal sering terjadi pada bayi prematur, dengan insidensi 50%
pada bayi dengan berat badan lahir 500-750 gram, dan sekitar 10% pada bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 1500 gr. Keadaan ini merupakan akibat dari penggunaan ventilasi
mekanik yang berkepanjangan yang digunakan sebagai terapi pada sindrom distress
pernafasan akut.
Pada keadaan ini beberapa ditemukan hipertensi sitemik dan pada ekokardiografi
ditemukan hipertrofi dinding ventrikel kiri. Penangannya adalah dengan pemberian diuretik,
digoksin dan oksigen yang diteruskan dengan pemberian oksigen di rumah. Selain ketiga di
atas, juga diperhatikan kecukupan kalori, protein dan vitamin untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan.
Hernia diafragmatika4
Pada keadaan ini HP terjadi karena hipoplasia paru yang terjadi karena adanya
organ abdominal yang mengalami kesalahan posisi di rongga dada. Sebagai akibatnya akan
terjadi distress pernafasan pada bayi. Defek yang terjadi kebanyakan di paru kiri. Hernia
diafragmatika adalah keadaan emergensi untuk dilakukan pembedahan.
2.9.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
signifikan terhadap gejala pasien dan memperlambat perburukan klinis. Walaupun demikian,
HP tetap menjadi penyakit kronis tanpa penyembuhan.
Terapi HP tidak bisa hanya dengan obat-obatan saja, tetapi merupakan strategi yang
lebih kompleks termasuk melakukan evaluasi keparahan penyakit, pendekatan umum, terapi
suportif, penialian reaktivitas vaskular, estimasi efikasi pengobatan, dan kombinasi berbagai
obat disertai intervensi.2
2.10.1. Evaluasi Keparahan2
Evaluasi keparahan dilakukan dengan melihat parameter klinis, ekokardiografi,
kapasitas fungsional, penanda biokimia, dan kateterisasi jantung kanan. Secara
klinis digunakan klasifikasi kemampuan fungsional dari WHO (tabel 8).
20
terjadi infeksi.
Bila pasien menjalani operasi maka pilihan anestesi nepidural lebih
disukai dibandingkan general.
Terapi suportif terdiri dari pemberian antikoagulan, diuretic, oksigen dan digoxin.
Pemberian antikoagulan memiliki target INR sebesar 1,5-2,5 pada beberapa
Negara di Amerika Utara dan nilai 2,0-3,0 di Negara Eropa. Pemberian
antkoagulan ditujukan pada HP idiopatik, HP diturunkan, dan HP terkait
anorexigen, serta APAH (associated pulmonary arterial hypertension). Pemberian
diuretic digunakan untuk menurunkan kongesti pada pasien dengan gagal
jantung kanan fase tidak terkompensasi. Pemberian oksigen kontinyu
diindikasikan pada pasien dengan PO2 kurang dari 80 mmHg. Pemberian
digoksin dipertimbangkan pada pasien dengan atrial takiaritmia untuk
menurunkan denyut ventrikel.
2.10.4. Obat-obatan spesifik
a. Calcium channel blocker (CCB) 2,13
Hipertrofi otot polos, hyperplasia dan vasokonstriksi telah lama diketahui
berkontribusi terhadap patogenesis dari HAP idiopatik sehingga sejak tahun
1980an digunakan vasodilator terutama golongan pemblok kanal kalsium.
Sebelum menggunakan CCB maka pasien harus diperiksa reaktivitas
vaskular dan CCB tidak diberikan pada hasil negatif. CCB yang sering
digunakan adalah nifedipine, diltiazem dan amlodipine. Dosis awal diberikan
dengan dosis rendah dan dititrasi hingga dosis yang memberikan efikasi
dimana bisa sangat tnggi yakni 120-240 mg untuk nifedipine, 240-720 mg
untuk diltiazem, dan 20 mg untuk amlodipin.
b. Prostanoid
Prostasiklin merupakan vasodilator yang diproduksi oleh endotel. Prostasiklin
terlihat memiliki efek paling poten untuk inhibisi agregasi platelet dan terlihat
memiliki efek sitprotektif dan antiproliferatif. Termasuk di dalam golongan ini
adalah epoprostenol, iloprost, treprostinil, dan beraprost. 2,13
c. Antagonis reseptor endothelin / ERA
Aktivasi dari sistem endothelin telah didemonstrasikan pada plasma dan
jaringan paru penderita HP. Walaupun belum jelas apakah peningkatan
endothelin merupakan penyebab atau akibat dari HAP, terdapat data yang
mendukung keterlibatan sistem endotelin pada pathogenesis HAP. Endothelin
1 mencetuskan vasokonstriksi dan efek mitogenik di jaringan otot polos
vaskular paru dengan cara berkatan dengan reseptor endothelin A dan
endothelin B. termasuk dalam golongan ini adalah bosentan, sitaxentan, dan
ambrisentan. 2,13
d. Inhibitor fosfodiesterase tipe 5
Inhibisi dari enzim fosfodiesterase tipe 5 menghaslkan vasodilatasi melalui
jalur NP/cGMP. Selain efek vasodilator terdapat juga efek antiproliferatif.
Termasuk dalam golongan ini adalah sildenafil, tadalafil, dan vardenafil. 2,3,13
e. Nitrit oxide10
NO yang diberikan secara inhalasi adalah agen yang telah banyak diteliti dan
paling luas digunakan pada fase akut. Ketika diberikan via inhalasi, NO
berdifusi melewati alveolus menuju otot polos dan menghasilkan relaksasi.
No kemudian berdifusi ke darah dimana ia akan diinaktivasi oleh hemoglobin.
22
Oleh karena itu, efek NO adalah untuk membuka ventilasi dan memperbaiki
ventilation-perfusion matching.
2.10.5. Pengobatan aritmia
Kondisi aritmia yang terjadi adalah atrial fibrilasi, atrial flutter, dan
supraventrikular takikardia. Terapi antiaritmia ditujukan untuk mengembalikan dan
mempertahankan irama sinus ritme. Kejadian aritmia ventricular yang maligna
jarang terjadi.4
2.10.6. Intervensi4
Tindakan intervensi yang dilakukan termasuk balloon atrial septostomy (BAS)
dan transplantasi paru. Tindakan BAS bertujuan membuat suatu pirau interatrial
yang bertujuan untuk dekompresi ruang jantung kanan dan meningkatkan
preload di ventrikel kiri untuk meningkatkan curah jantung. Tindakan BAS ni
direkomendasikan pada keadaan klasifikasi fungsional IV WHO yang tidak dapat
lagi diobati dengan terapi medikamentosa. Transplantasi paru diindikasikan pada
pasien dengan etiologi apapun yang teridentifikasi memiliki prognosis buruk
sesuai tabel 9.
2.11.
PERJALANAN ALAMIAH4,15
23
BAB 3
KESIMPULAN
Hipertensi pulmonal merupakan kondisi medis yang memberkan mortalitas dan
morbiditas yang cukup tinggi pada anak. HP dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
sekunder sebagai komplikasi dari penyakit lain, terutama jantung dan paru.
Dengan pengamatan yang teliti terhadap gejala klinis, pemeriksaan fsik,
pemeriksaan EKG, foto rontgen thorax, maka seorang dokter ahli jantung dapat
mengarahkan diagnosis suatu hipertensi pulmonal.
Perkembangan terkini telah menunjukkan kemajuan dalam penggunaan obat-obatan
spesifik untuk memperbaiki gejala penyakit. Terapi intervensi ditujukan untuk mengkoreksi
penyebab HP dan di beberapa kasus lanjut merupakan terapi pilihan bagi kasus yang sudah
sulit dikendalikan dengan obat-obatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. McLaughlin VV, Archer SL, Badesch DB, et al. ACCF/AHA 2009 Expert Consensus
Document on Pulmonary Hypertension: A Report of the American College of Cardiology
Foundation Task Force on Expert Consensus Documents and the American Heart
Association: Developed in Collaboration With the American College of Chest HPysicians,
American Thoracic Society, Inc., and the Pulmonary Hypertension Association. J Am Coll
Cardiol 2009; 53:22522294.
2. Galie N, Hoeper MM, Humbert M, et al. Guidelines for the diagnosis and treatment of
pulmonary hypertension : a report of The Task Force for the Diagnosis and Treatment of
Pulmonary Hypertension of the European Society of Cardiology (ESC) and the European
Respiratory Society (ERS), endorsed by the International Society of Heart and Lung
Transplantation (ISHLT). Eur Heart J 2009. 30 : 24932537
3. Fuster, V, Walsh, RA., Harrington, RA, et al. Hurst's The Heart. Edisi ketigabelas. China:
McGraw Hill; 2011.
4. Myung KP. Pediatric Cardiology for Practitioners. HPiladelHPia: Mosby Elsevier. Edisi
kelima. 2008
5. Braunwald E. Braunwalds Heart Disease, A Textbook of Cardiovaskular Medicine.
Philadelphia: Elsevier Saunders. Edisi kesembilan. 2012.
6. Wertheimer M and Moller, JH. Pulmonary Hypertension and Congenital Heart Disease.
Ann Thor Dis 1973:16
7. Simonneau, g, Galie n, Rubin LJ, et al. Clinical Classification of Pulmonary
Hypertension. J Am Coll Cardiol 2004;43:5S12S
8. Cerro MJ, Abman S, Diaz G, et al. A consensus approach to the classification of pediatric
pulmonary hypertensive vaskular disease : Report from the PVRI pediatric Taskforce,
Panama 2011. Pulm Circ 2011;1: 286-98.
9. Gorenflo M, Mebus S, Adatia I, et al. Neonatal and Childhood Pulmonary Hypertension An Update (2012). J Clin Exp Cardiolog 2012;S:8
10. Oishi P, Datar SA, and Fineman JR. Advances in the Management of Pediatric
Pulmonary Hypertension. Resp Care 2011; 56
11. Haworth SG. The management of pulmonary hypertension in children. S G. Arch Dis
Child 2008;93:620625.
12. Castaneda AR, Greenough MD and Khetriwal B. Pulmonary hypertension in the
newborn. Ped Resp Review 2005;6:111116
13. Buck, ML. Update on Therapies for Pulmonary Arterial Hypertension in Children.
Pediatric Pharmacotherapy University of Virginia Childrens Hospital 2013;19.
14. Johnson SR, Mehta S, Granton JT. Anticoagulation in pulmonary arterial hypertension: a
qualitative systematic review. Eur Respir J 2006;28(5):999-1004.
15. Fuster V, Steele PM, Edwards WD, et al. Primary pulmonary hypertension: natural
history and the importance of thrombosis. Circ 1984;70:580-587
25