Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(110721435009)
(110721435061)
(110721435005)
(110721435066)
(110721435008)
OFFERING B 2011
ABSTRAK
Desa Pesanggrahan adalah salah satu desa di Kecamatan Batu yang memiliki
bentuk lahan asal volkanis dan merupakan salah satu sentra pertanian yang
mengembangkan tanaman sayuran seperti Wortel (Daucus carota), Daun Selada
(Lactuca sativa) , Daun Seledri (Avium graveolens L.), Kubis (Brassica oleracea
L.), Kentang (Solanum tuberosum L.), Sawi (Brassica rapa convar), Daun
Bawang (Allium fistulosum, yang bernilai ekonomis. Ladang sayuran yang berada di
Desa Pesanggrahan yang tepatnya berada di Dusun Toyomerto ditanam pada lahan
curam, hal ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya erosi. Jika kegiatan budidaya
tanaman sayuran terus dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan konservasi maka
dapat merugikan masyarakat di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik lahan mengetahui nilai erodibilitas dengan variasi penutup
tanah berupa sayuran yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survey
dengan menggunakan GPS dan peta unit lahan Desa Pesanggrahan berdasarkan
hasil overlay peta kemiringan lereng, penggunaan lahan dan jenis tanah. Adapun
parameter yang diamati dalam penentuan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah,
permeabilitas tanah, struktur tanah dan bahan organik yang terkandung dalam
tanah dan menggunakan metode penentuan tingkat erodibilitas tanah yaitu dengan
rumus Weischmeier sehingga dapat diprediksi tingkat erodibilitas tanah yang
terjadi di wilayah Dusun Toyomerto.Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan parameter yang relevan dengan klasifikasi erodibilitas menurut
Dougler& El Swaify, 1976pada bentuk lahan asal volkanis di Dusun Toyomerto
pada lokasi I memiliki nilai 0,32 yang termasuk sedang, pada lokasi II memiliki
nilai 0,40 yang termasuk agak tinggi dan pada lokasi III memiliki nilai 0,47 yang
termasuk tinggi.
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI TINGKAT ERODIBILITAS PENGGUNAAN LAHAN
UNTUK TANAMAN SAYURAN DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN
BATU
Disusun oleh
Nama
Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
NIP. 196207171987012001
NIP. 195609141980021001
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji, dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah
SWT, yang telah memberikan limpahan ridho, rahmat dan hidayah-Nya , sehingga
kami
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................
HALAMAN PENGESAHAN ..
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI .................
DAFTAR TABEL ........
DAFTAR GAMBAR ....
i
ii
iii
v
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
1.6 Jabaran Variabel .....................................................................
1.7 Definisi Operasional .............................................................
1
6
6
7
7
7
8
9
15
21
23
23
25
28
30
32
35
37
40
42
44
50
56
64
65
LAMPIRAN .....................................................................................
68
DAFTAR TABEL
13
17
19
20
29
42
43
44
50
56
DAFTAR GAMBAR
22
27
29
31
34
36
39
41
47
53
54
55
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia
telah
menyusun
undang-undang
khusus
tentang
pada karakteristik fisik, sosial, dan ekonomi daerah yang terlanda. Meskipun
setiap tahun bencana alam yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat, namun
jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda juga cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem penanggulangan bencana
yang terjadi di Indonesia belum berjalan secara optimal.
Di Indonesia, bencana longsor banyak ditimbulkan oleh pengaruh
intensitas hujan yang besar atau gempa bumi. Berdasarkan posisi geografinya,
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk terjadinya longsor. Sejak tahun 1998
hingga pertengahan 2008, tercatat 647 kejadian bencana di Indonesia, dimana
85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009).
Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa yang mempunyai frekuensi kejadian longsor
yang sangat tinggi dan hampir setiap tahun mengalami peningkatan yang dipicu
dengan kondisi topografi mulai dari curam sampai sangat curam yang
dikombinasikan dengan curah hujan. Bencana longsor merupakan salah satu
diantara bencana alam yang menimbulkan korban jiwa dan material yang sangat
besar karena menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian, pemukiman, fasilitas
umum, dan lain-lain (Sutikno, 1994).
Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2010 di lapangan oleh
Pemerintah Kota Batu mewaspadai sedikitnya lima titik di Kecamatan Batu dan
Kecamatan Bumiaji yang rawan longsor pada saat musim hujan. Dua titik yang
direkomendasikan untuk segera dibangun ada di Dusun Toyomerto Desa
Pesanggrahan dan Desa Punten Kecamatan Bumiaji. Sementara tiga titik lainnya
berada di dusun Brumbung desa Gunungsari, dusun Banyunung desa Punten,
dusun Kekep desa Tulungrejo. Selanjutnya berdasarkan pemantauan pada tahun
2013 Kota Batu terdapat 10 titik rawan longsor yang tersebar di sejumlah wilayah.
Di antaranya Sumber Brantas, Talangrejo, Toyomerto, Gunungsari, Tlekung, OroOro Ombo, Songgoriti, dan Songgokerto. Pada tahun 2014 kembali dikejutkan
dengan adanya bencana tanah longor yang melanda Dusun Brumbung, Desa
Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tertanggal 11 Januari 2014 yang lalu.
Risiko terhadap bencana adalah kemungkinan terjadi bencana dan kemungkinan
kehilangan yang mungkin terjadi pada kehidupan dan atau sarana prasarana fisik
yang diakibatkan oleh suatu jenis bencana pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Risiko bencana dapat ditunjukkan oleh hasil kombinasi antara tingkat
bahaya dengan derajat kehilangan yang mungkin terjadi (Andharisandi, 2008).
Secara umum Kota Batu merupakan merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan. Diantara gunung-gunung yang ada di Kota Batu, ada tiga gunung
yang telah diakui secara nasional, yaitu Gunung Panderman (2.010 meter),
Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter). Sebagian
besar memiliki tanah penutup yang merupakan hasil pelapukan dari batuan
vulkanik, dimana tanah tersebut memiliki sifat yang gembur, dan di daerah ini
banyak dijumpai daerah yang memiliki kelerengan cukup terjal, kedua hal tersebut
adalah faktor pengontrol utama terjadinya gerakan tanah, sehingga apabila musim
penghujan tiba dan turun hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi maka halhal tersebut dapat memicu terjadinya gerakan tanah yang dapat mengancam
kelestarian alam dan keselamatan jiwa penduduk setempat.
Selain itu perlu diketahui bahwa Kota Batu dikenal pada sektor pertanian,
yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat di daerah ini. Pengembangan
kawasan agropolitan di Kota Batu terdapat pada beberapa kawasan pertanian yang
kondisi fisik, sosial budaya dan ekonominya cenderung kuat mengarah ke
kegiatan pertanian. Keberadaan gunung, hutan, dan hamparan pertanian yang
lahan antara lain, tumpang tindihnya penggunaan lahan, perubahan status dengan
potensi atau kemampuan daya dukungnya.
Pengelolaan bencana di daerah rawan bencana tanah longsor perlu
dilakukan, maka penelitian yang berjudul Identifikasi Tingkat Erodibilitas
Penggunaan
Lahan
untuk
Tanaman
Sayuran
Dusun
Toyomerto
Desa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN ERODIBILITAS
Erodibilitas adalah kepekaan tanah terhadap daya penghancuran dan
penghanyutan oleh air yang berasal dari curahan hujan.Pada tingkat energi hujan
yang sama, tanah yang memiliki erodibilitas yang tinggi akan lebih mudah
mengalami erosi daripada tanah yang memiliki erodibilitas rendah. Karena
erodibilitas menyangkut ketahanan tanah terhadap pelepasan dan pengangkutan,
serta kemampuan tanah untuk menyerap dan melalukan air dalam tanah, maka
pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak sangat diperlukan sekali.
Adapun karakteristik fisik tanah yang dipandang penting adalah Tekstur, Struktur,
Bahan Organik, Bahan Semen dan Infiltrasi tanah atau permeabilitas.
Erodibilitas sangat penting untuk diketahui agar tindak konservasi dan
pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara tepat dan terarah. Namun demikian,
konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu
hal yang bersifat komplek atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi
oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk
mendapat suatu indeks erodibilitas tanah yang relatif lebih sederhana, baik
didasarkan dari sifat-sifat tanah yang ditetapkan dilaboratorium atau di lapangan
atau berdasarkan keragaman terhadap hujan.
Kepekaan tanah terhadap erosi,
atau
disebut
erodibilitas
tanah
didefinisikan oleh Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya sutu tanah tererosi.
Secara lebih spesifik Young et al. Dalam Veiche (2002) mendefinisikan
erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan oleh
kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan.
Sementara Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan bahwa erodibilitas
alami (inherent) tanah merupakan sifat kompleks yang tergantung pada laju
infiltasi tanah dan kapasitas tanah untuk bertahan terhadap penghancuran agregat
(detachement) senrta pengakutan oleh hujan dan aliran permukaan.
Dinegara negara tropis seperti Indonesia, kekuatan jatuh air hujan dan
kemampuan aliran permukaan menggerus permukaan tanah adalah merupakan
penghancur utama agregat tanah. agregat tanah yang sudah hancur kemudian
diangkut oleh aliran permukaan, mengikuti gaya gravitasi sampai kesuatu tempat
dimana pengendapan terjadi. Keseluruhan proses tersebut, yaitu penghancuran
agregat, pengankutan partikel- partikel tanah, dan pengendapan partikel tanah
disebut sebagai erosi tanah.
Dialam dikenal tiga bentuk erosi, yaitu erosi lembar (sheetl interill
erosion), erosi alur (rill erosian), dan erosi parit (gull erosion). Erosi lembar
merupakan pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu
permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir hujan dan aliran air di permukaan
tanah merupakan penyebab utama erosi ini. Erosi alur terjadi jika air
terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah,
sehingga proses penggerusan tanah banyak terjadi pada tempat tersebut, yang
kemudian membentuk alur-alur tertentu. Alur-alur tersebut akan hilang saat
dilakukan pengolahan tanah atau penyianggan. Erosi parit terjadi hampir sama
denga erosi alur. Aliran permukaan dengan volume yang lebih besar terkonsentrasi
pada satu cekungan menyebabkan kemampuannya menggerus menjadi sangat
besar, sehingga mampu membentuk parit yang dalam dan lebar, yakni tidak dapat
dihilangkan hanya dengan pengolahan tanah biasa. Beberapa hasil penelitian
menunjukan bahwa erosi lembar merupakan bentuk erosi yang menyumbang
sedimen paling besar dibandingkan dengan bentuk erosi lainnya (Bradford el al.,
10
1987 a dan b). Hal ini dimungkinkan karena erosi lembar terjadi pada area yang
relatif luas, sedangan erosi alur atau parit hanya terjadi pada tempat-tempat
tertentu dimana aliran air terkonsentrasi. Oleh karena itu, beberapa peneliti lebih
memfokuskan perhatian pada bentuk erosi lembar, termasuk dalam hubungannya
dengan penetapan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
Faktor erodibilitas tanah yang diperoleh dari hasil percobaan sifatnya
sangat spesifik lokasi. Konsekuensinya, untuk mendapatkan faktor erodibilitas
tanah, banyak sekali percobaan yang harus dilakukan, sehingga banyak
menghabiskan banyak biaya dan waktu, juga akan diperlukan banyak sekali plotplot percobaan. Suatu pendekatan yang lebih sederhana dilakukan adalah dengan
menggunakan model prediksi, dengan input data dan sifat-sifat tanah yang mudah
diukur, dan mempunyai koresi kuat dengan erodibilitas tanah.
Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan
jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah
hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada
lereng 9 % dan panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh
tekstur tanah (terutama kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan
permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).
Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus
menurut, perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan Weischmeier,
etall, 1971)
Erodibilitas tanah menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap daya
rusak hujan. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur, struktur, kandungan
bahan organik, dan permeabilitas tanah. Rumus K dapat ditentukan dengan
menggunkan Rumus Wischmeier (1987) sebagai berikut:
11
K=
2,71 M
1,14
Keterangan:
M = nilai dari (% debu + % pasir sangat halus) (100-% liat)
a = bahan organik
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas
Dimana :
M = ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu x (100-% liat)
% pasir sangat halus = 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990)
a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas tanah
Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan
nomograph (Gambar 1). Sifat-sfat tanah yang menentukan besarnya nilai K
berdasarkan Nomograph tersebut adalah (1) Persen kandungan debu dan pasir
halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik (4)
Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil
penetapan sifat- sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir
halus, debu, dan liat ) dan bahan organik tanah sedangkan struktur dan
permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang
dapat digambar dalam Nomograph.
Kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air
curahan hujan disebut erodibilitas.Jika erodibilitas tanah tersebut tinggi maka
tanah itu peka atau mudah terkena erosi dan jika erodibilitas tanah itu rendah
berarti daya tahan tanah itu kuat atau resisten terhadap erosi.
Untuk menentukan nilai erodibilitas tanah Boycous dalam Rahim (2000)
telah menemukan pada sekitar tahun 1935an tentang The Clay Ratio as a
Criterium Suspectibility of Soil to Erosion kita mendapatkan persamaan sebagai
berikut:
12
Nilai K
0,00 -0,10
0, 11 -0,21
0,22- 0,32
0,33 -0,44
0,45 -0,55
0,56 -0,64
Tingkat Erodibilitas
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
13
14
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain
mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai ikatan
(tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat) karena tidak mempunyai
muatan.Berbeda dengan debu, liat meskipun merupakan ukuran yang sangat
halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk
ikatan.Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur halus
(didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit dihancurkan. Walaupun
demikian
bila
kekuatan
curah
hujan
atau
aliran
permukaan
mampu
15
berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat
menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan
struktur yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian
tanaman di atas tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang
sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun. Struktur
tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah (Winarso, 2005).
Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi
sangat berperan dalam menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.Tanah
yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase
agregasinya.Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi, berstruktur kersai,
atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak
berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon,
1984).
Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan struktur tanah
dalam ukuran diameter yang dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)
No
1.
2.
3.
4.
Struktur
Granuler sangat halus
Granuler halus
Granuler sedang sampai kasar
Masif kubus, lempeng
Kelas
1
2
3
4
3. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode
tertentu dan dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978).Sedangkan menurut Hakim
dkk (1986) permeabilitas tanah adalah menyatakan kemampuan tanah melalukan
air yang bisa diukur dengan menggunakan air dalam waktu tertentu.
16
Nilai
permeabilitas
penting
dalam
menentukan
penggunaan
dan
17
Kelas
6
5
4
3
2
1
4. Bahan Organik
C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin
tinggi kandungan C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik.
Kandungan bahan organik tanah dapat diketahui dari persamaan bahan organik =
% C organik x 1, 724 (Muklis, 2007).
Bahan organik tanah dan menggunakan istilah humus. Jumlah dan sifat
bahan organik tanah sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah
dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik
menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah,
konsistensi tanah, partikel density, bulk density, sumber unsur hara, pemantap
agregat dan aktivitas organisme tanah (Muklis, 2007).
Bahan organik tanah dibutuhkan untuk pembentukan dan pemantapan
agregat- agregat tanah.Zarah-zarah tanah membantu bagi struktur tanah yang
mengandung baik pori-pori besar maupun kecil dan sebagai akibatnya
memperbaiki keadaan air dan udara. Kecepatan infiltrasi dan perkolasi yang lebih
baik akan mengurangi run off dan erosi dan agregat tanah yang mantap tidak
mudah terlepas dari permukaan tanah dan terbawa oleh air (Konkhe, 1968).
Bahan organik tanah sangat penting karena berperan aktif dalam proses
pelapukan dan pembentukan tanah, menentukan berbagai sifat fisik dan kimia
tanah sehingga menentukan kesuburan tanah (Soepardi, 1983).
Tanah yang masih subur ditentukan dengan kandungan kompleks liat dan
humusnya tinggi yang masih belum tererosi.Terjadinya erosi selain partikel-
18
partikel tanah yang dihanyutkan adalah jumlah unsur- unsur hara. Penghanyutan
bahan organik yang diakibatkan erosi dapat menghanyutkan top soil dan sub soil
yang masih banyak kandungan unsur haranya.
Sehubungan dengan terangkutnya bahan-bahan organik dari lapisan
permukaan tanah yang merupakan lapisan olah maka aktivitas biota juga menurun
(Kartasaepotra, dkk, 1985).
Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah yang satu
dengan yang lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organic > 65 %.
Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara
pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak (2005) Bogor ada beberapa kriteria dari
bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Kriteria Bahan Organik.
No
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai
> 6.00
4.30- 6.00
2.10- 4.20
1.00- 2.00
< 1.00
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Hasil biasa.
analisa
tekstur,
dan permeabilitas
tanah
3 sampel tanah
Untuk
strukturstruktur
tanah ditetapkan
di lapang. Secara
umum
Diagram Alir Penelitian tertera pada Gambar 3.1.
Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah
(Wicshmeier dan Smith,1978)
21
termasuk ke dalam desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu Kota Batu. Jenis tanah di
daerah penelitian terutama didominasi oleh Andosol. Lokasi penelitian pada saat ini
di usahakan untuk tanaman sayuran sepanjang tahun terutama tanaman wortel, kubis,
tomat,danbawang daun yang ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Pada penelitian ini pengamatan lapang, pengambilan sampel tanah,
analisalaboratorium dilakukan mulai 21 April sampai 29 April 2014. Sedangkan
pengolahandata dilakukan mulai April sampai Mei 2014. Analisis sampel tanah
dilakukan
diLaboratorium
Kimia
TanahJurusan
Tanah,
Fakultas
Pertanian
Universitas Brawijaya
22
Alat-alat
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
ring
23
BAB IV
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
24
Barat
Timur
Timur Laut
Barat Daya
Utara
Selatan
Tenggara
Barat Laut
: Kelurahan Songgokerto
: Kelurahan Ngaglik
: Kelurahan Ngaglik
: Desa Pujon Lor (Kecamatan Pujon)
: Desa Sumberejo
: Kawasan Perhutani
: Kawasan Perhutani
: Kelurahan Songgokerto dan Desa Sumberejo
25
26
27
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Curah Bulanan di Desa Ngaglik, Kecamatan Batu,
Kabupaten Batu (2004 2013)
Ratarata
(mm)
Tahun (mm)
Bula
n
201
0
359
414
219
581
190
20
77
96
166
151
267
277
201
1
243
148
267
162
122
20
9
0
0
32
212
109
201
2
202
269
163
46
53
25
0
0
0
43
148
352
201
3
406
189
150
307
171
72
92
8
0
10
128
677
265
253
239
177
93
24
23
13
25
45
182
333
Rata-rata (mm)
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt NopDes
Gamb
ar 4.2 Grafik Rata-Rata Curah Hujan Desa Ngaglik
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Pengunaan Lahan
Wilayah Desa
Permukiman dan Pekarangan
Sawah Teknis
Pertanian Tanah Kering
Perhutani
Luas (Ha)
340,7
190,418
43,515
106,767
21,64
Jenis vegetasi yang berada di Desa Pesanggrahan pada umumnya ialah Kopi
arabika (Coffea arabica L), Kopi robusta (Coffea canephora), Labu Siam (Sechium
edule) , Pinus (Pinus merkusi), Sengon (Paraserianthes falcataria), Bambu (Bambusa
Sp.), Wortel (Daucus carota), Daun Selada (Lactuca sativa) , Daun Seledri (Avium
graveolens L.), Kubis (Brassica oleracea L.), Kentang (Solanum tuberosum L.), Sawi
(Brassica rapa convar), Daun Bawang (Allium fistulosum, Cemara (Casuarina
equisetifolia), Akasia (Acacia mangacium) , Ilalang (Imperata cylindrica) dan Rumput
Gajah (Pennictum purpureum.
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan tahun 2009,kawasan
hutan yang terdapat di wilayah penelitian merupakan kawasan hutan lindung dan
produksi terbatas, dan arahan penggunaan lain.
39
40
Jumlah Penduduk
4.115
894
408
345
60
3
316
83
4
4
2.680
240
58
96
661
486
1.288
11.741
41
C. Pendidikan
Secara umum, tingkat pendidikan pada Desa Pesanggrahan masih kurang, sebab
di wilayah tersebut hanya terdapat sekolah Taman Kanak-kanak, SD, dan SMP .
Sedangkan untuk SMA, masyarakat biasanya melanjutkan sekolahnya di luar wilayah
Desa Pesanggarahan seperti di Kelurahan Sisir, Temas dan Ngaglik atau Desa Oro-Oro
Ombo. Adapun jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Rekap Data Sarana Pendidikan Desa Pesanggrahan
No
1
2
3
Sarana Pendidikan
Taman Kanak-Kanak
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Jumlah
Jumlah
5
2
1
8
42
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit
Laha
n
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
Penggunaan
Lahan
Belukar/Sema
k
1
2
3
Tanggamu
s
(TGM)
Tanggamu
s
(TGM
Kelas
Leren
g
Jenis
Tanah
41-60
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s
41-60
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s
Hutan
Talamau
(TLU)
1
3
Sistem
Lahan
Kebun
Tanggamu
s
(TGM)
16-25
41-60
43
Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s
Luas
(ha)
0,877
4,013
13,32
52,63
14,37
130,0
1,749
0,074
7,730
4,741
0,223
3,234
0,282
1,749
0,074
0,025
3,620
2,978
6,289
Talamau
(TLU)
1
1
2
3
Tanggamu
s
(TGM)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Rumput
2
5
Sawah irigasi
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
1
2
16-25
41-60
Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s
Talamau
(TLU)
16-25
Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts
BOM
(Bombon
g)
9-15
Ustropepts
Haplustalfs
Tanggamu
s
(TGM)
41-60
BOM
(Bombon
g)
9-15
Talamau
(TLU)
16-25
Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts
9-15
Ustropepts
Haplustalfs
16-25
Dystrandept
Permukiman
Talamau
(TLU)
Gedung
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s
Ustropepts
Haplustalfs
44
0,808
1,134
4,212
4,298
0,537
0,806
5,586
0,115
0,714
0,036
0,904
0,453
0,216
2,604
2,629
0,107
0,767
0,384
0,504
3,031
20,15
62,23
31,37
0,761
0,264
1,292
0,962
9,355
0,221
0,132
88,58
1,542
0,374
0,068
0,037
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
8
s
Tropudults
Eutropepts
BOM
(Bombon
g)
9-15
Ustropepts
Haplustalfs
41-60
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s
Talamau
(TLU)
16-25
Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts
BOM
(Bombon
g)
9-15
Ustropepts
Haplustalfs
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
Tanggamu
s
(TGM)
Tanah
Ladang/Tegala
n
45
0,034
0,041
0,037
0,071
0,039
0,096
0,106
1,048
0,182
0,066
0,240
0,21
0,0000
7
0,924
13,12
1,028
22,81
18,68
6,764
6,496
6,269
18,12
99,86
0,585
0,671
0,348
0,038
0,146
0,674
0,230
2,153
0,150
2,743
4,017
0,001
46
Berdasarkan hasil overlay unit satuan lahan Desa Pesanggrahan sistem lahan
yang terdapat di daerah ini merupakan sistem volkanik yang terdiri atas
sistem Tanggamus, Talamau dan Bombong.
Adapun mengenai
tingkat
hara
kesuburan
sedang
cukup
sampai
baik
dengan
tinggi.Humitropepts
tanah
peka
terhadap
erosi sehingga
perlakuan
terjal.
: Lereng lahar yang tertoreh dan agak curam.
Jenis tanah
47
48
Unit
Bentuk
Laha
Lahan
n
24
Pegunu
ngan
Volkani
k Tua
24
Pegunu
ngan
Volkani
k Tua
25
Pegunu
ngan
Volkani
k Tua
Jenis
Tanah
Asosiasi
Dystrand
epts,
Humitrop
epts,
Hydrand
epts
Asosiasi
Dystrand
epts,
Humitrop
epts,
Hydrand
epts
Asosiasi
Dystrand
epts,
Humitrop
epts,
Hydrand
epts
Slop
e
Penggu
naan
Lahan
4160
Tanah
Ladang
4160
Tanah
Ladang
4160
Tanah
Ladang
49
B. PROFIL KEDUA
Lokasi
Letak Geografis
Kemiringan Lereng
Fisiografis
bergelombang
Panjang
Elevasi
Drainase
Vegetasi
Erosi
Kedalaman Efektif
Tanggal
C. PROFIL KETIGA
Lokasi
Letak Geografis
Kemiringan Lereng
Fisiografis
Panjang
Elevasi
Drainase
Vegetasi
Erosi
Kedalaman Efektif
Tanggal
50
51
52
53
Bahan
Organik
% Bahan
1,00
6,00
4,00
Permeabilitas
Nilai Klasifikasi
18,65
2
6,63
3
29,86
1
Fraksi Pasir
Pasir
16
28
30
Debu
39
53
51
Struktur
Liat
45
19
19
Nilai
gumpal
granular
granular
M1,14
12-a
b-2
c-3
3025
6561
6561
9290,24
22456,70
22456,70
11,00
6
8
2
1
1
-1
0
-2
Nilai
0,32
0,40
0,47
Klasifikasi
4
3
3
K
Klasifikasi
sedang
agak tinggi
tinggi
54
Kondisi tersebut menjadikan tanah menjadi sangat peka terhadap curahan hujan
sehingga erodibilitasnya menjadi tinggi.
Pada lokasi 2, tingkat erodibilitas yang agak. Tingkat permeabelitas pada lokasi
ini adalah 6,63cm jam-1 yang paling kecil. Meskipun mempunyai permeabelitas yang
paling kecil tetapi kandungan debu paling banyak yaitu 53 %, pasir 28 %, liat 19 %.
Dengan adanya tekstur tersebut menjadikan stuktur granuler. Kondisi tersebut
menjadikan tanah menjadi sangat peka terhadap curahan hujan sehingga erodibilitasnya
menjadi agak tinggi.
Tingkat
erodibilitas
pada
lokasi
ini
teergolong
sedang.
Tingkat
permeabelitasnya 18,65cm jam-1 lebih besar daripada lokasi 2, tetapi jumlah debu
sebesar 39 %, pasir 16 %, liat 45 %. Jumlah fraksi liat yang paling banyak menjadikan
strukturnya gumpal membulat. Ketika terjadi hujan tanah dapat mempertahankan butirbutir tanah karena sifat dari liat sendiri lekat. Kondisi tersebut menjadikan lokasi
3,kepekaan tanah apabila terjadi hujan sangat rendah apabila dibandingkan dengan
lokasi yang lainnya.
55
56
termasuk klasifikasi rendah.Oleh karena itu, berarti klasifikasi rendah adalah kepekaan
erosi dan potensi untuk erosi sangat kecil kemungkina terjadi erosi.
Sifat fisik dan kimia tanah memang merupakan peran yang paling penting dalam
tanah. Sifat fisika tanah meliputi struktur tanah, tekstur tanah, Permiabilitas tanah,
bahan organik. Sedangkan sifat kimia antara lain yaitu kandungan Ca dan Mg. Begitu
juga dengan tingkat keasaman tanah (pH). Hal ini tentu sangat menentukan bagaimana
keadaan tanah tersebut. Dalam perhitungan Weishmeier erodibilitas dihitung dengan
menggunakan sifat organik saja.
a. Lokasi 1
Pada lokasi 1, terdapat perhitungan beberapa sifat tanah. Baik sifat kimia
tanah maupun sifat fisika tanah.
struktur tanah, permiabilitas Tanah. Sedangkan sifat kimia tanah meliputi bahan
organic. Permiabilitas dalam mempengaruhi kepekaan tanah berbanding lurus.
Semakin besar permibilitas tanah yang diperoleh tiap-tiap lokasi tanah, maka
semakin besar pula kepekaan tanah terhadap erosi. Karena jika permiabilitasnya
tinggi maka banyak air yang dapat terangkut dalam tanah sehingga
menimbulkan erosi. Pada lokasi 1 ini, permiabilitas mencapai nilai 18.65. Hal ini
termasuk dalam klasifikasi dari harkat permiabilitas termasuk golongan 2.
Sebenarnya, terdapat saling keterkaitan antara tekstur, struktur, bahan
organic maupun permiabilitas tanah. Jika permeabilitasnya tinggi, tentu ruang
antar tanah renggang, maka teksturnya terdapat debu. Pada lokasi pertama ini,
Debu mempunyai 16%, Pasir 39%, dan liat mencapai 45%. Debu dan pasir akan
memberi pengaruh positif terhadap kepekaan tanah, sedangkan liat memberi
57
pengaruh negatif. Sehingga dalam perhitungan Mnya adalah persen dari debu
dan pasir di tambahkan sedangkan untuk yang liat adalah menggunakan
pengurangan.
Sedangkan untuk struktur tanahnya, tanah pada lokasi 1 termasuk gumpal.
Hal ini juga berkaitan dengan tekstur tanahnya. Dari persen tekstur yang
dihasilkan di laboratorium, liat termasuk yang paling tinggi persennya yaitu
45%, selanjutnya persen pasir dan debu. Hal ini menjadikan struktur tanah dari
lokasi termasuk yang gumpal. Struktur gumpal ini, termasuk pada harkat
struktur dengan klasifikasi ke 4.
Sedangkan bahan organic disini, %C dan % bahan. Bahan Organik
merupakan sifat kimia tanah yang dibutuhkan dalam erodibilitas tanah. Semakin
banyak bahan organic yang terdapat dalam tanah, tentu semakin banyak juga
pori-pori dalam tanah. Oleh karena itu permiabilitas maupun strukturnya akan
berbanding lurus dengan bahan organik tanah. Dalam lokasi 1, bahan organic
terdapat hanya 1% saja, maka artinya di dalam tanah tersebut sedikit adanya
sisa-sisa tumbuhan yang terdapat dalam tanah yang berfungsi menambah NPK
dalam tanah hanya sedikit.
Dari hasil tersebut permiabilitas tanah, % debu, % pasir, struktur tanah dan
bahan organiknya berbanding lurus dengan erodibilitas. Sedangkan % liat
berbanding terbalik dengan erodibilitas. Dari hasil semuanya, telah diperoleh
perhitungan erodibilitas dengan menggunkan rumus weishmeier adalah sebesar
0.32. Nilai dari 0.32 termasuk klasifikasi sedang. Oleh karena itu, berarti
klasifikasi sedang adalah kepekaan erosi dan potensi untuk erosi sedang. Tidak
dikhawatirkan untuk terjadinya erosi
b. Lokasi 2
58
Sifat fisik dalam lokasi 2, tentu berbeda dengan sifat fisika dan kimia
tanah dengan lokasi 2. Sifat fisik tanah diantaranya adalah:
1. Permeabilitas Tanah, dalam lokasi ini permiabilitas tanahnya adalah 6.63 khj,
dengan klasifikasi dan harkat ke 3. Hal ini berarti daya angkut dan
kemampuan meloloskan air dalam tanah sedikit sulit. Karena permiabilitas
lebih sedikit dengan lokasi-lokasi lain. Pada lokasi ini tentu membutuhkan
pengelolaan yang sedikit berbeda dengan lokasi lain.
2. Struktur tanah pada lokasi 2 adalah granular. Granuler merupakan klasifikasi
dari tekstur tanah paling baik. Struktur tanah merupakan sifat tanah hasil
pengelompokan dari agregat-agregat tanah, dan jarak-jarak primer tanah.
Dalam lokasi 3, struktur tanah granular merupakan struktur paling baik dari
yang lain, jarak antar tanah cukup renggang.
3. Tekstur Tanah pada lokasi 2 adalah pasir 28% , Debu 53%, dan liat 19%.
Pasir dan Debu merupakan tekstur tanah yang berbanding lurus dengan
erodibilitas. Sedangkan Liat merupakan fraksi tanah yang berbanding terbalik
dengan liat. Di lokasi 2 ini debu mempunyai 53% yang lebih tinggi dari yang
lain. Hal ini berarti fraksi debu ini bersifat lebih mampu untuk meresapkan air
dan memberi rongga yang cukup untuk hewan-hewan melewati rongga dalam
tanah tersebut.
4. Bahan Organik, pada lokasi 2 bahan organiknya adalah 6.00. Hal ini berarti
sedikit sis-sisa tumbuhan yang terkandung dalam tanah ini.
Untuk sifat kimia tanah, dalam erodibilitas tidak diperhitungkan. Namun,
tentu juga mempengaruhi adanya erodibilitas. Dalam sifat kimia tanah terdapat
Kandungan Ca dan Mg, juga pH tanah. Dengan Kandungan Ca dan Mg banyak,
maka juga akan mempengaruhi pada permibilitas dan struktur tanah yang ada.
59
Dari sifat kimia dan sifat fisik tanah, tentu sangat mempengaruhi
erodibilitas tanah. Dengan perhitungan weishmeier nilai erodibilitas tanah,
lokasi 3 mempunyai nilai erodibilitas agak tinggi. Artinya pada lokasi 2 ini,
rentan terjadinya erosi. Karena perbandingan antara erodobilitas dengan laju
berbanding lurus.
c. Lokasi 3
Sifat fisik dalam lokasi 3, tentu berbeda dengan sifat fisika dan kimia
tanah dengan lokasi 3. Sifat fisik tanah diantaranya adalah:
1. Permiabilitas Tanah, dalam lokasi ini permiabilitas tanahnya adalah 29.86
khj, dengan klasifikasi dan harkat ke 1. Hal ini berarti daya angkut dan
kemampuan meloloskan air dalam tanah sangat baik. Karena permiabilitas
lebih banyak dengan lokasi-lokasi lain. Pada lokasi ini tentu banyak air dan
tanah cukup dengan air. Kebanyakan tanah model ini akan merupakan tanah
yang subur.
2. Struktur tanah pada lokasi 2 adalah granular. Granuler merupakan
klasifikasi dari tekstur tanah paling baik. Struktur tanah merupakan sifat
tanah hasil pengelompokan dari agregat-agregat tanah, dan jarak-jarak
primer tanah. Dalam lokasi 2, struktur tanah granular merupakan struktur
paling baik dari yang lain, jarak antar tanah cukup renggang.
3. Tekstur Tanah pada lokasi 3 adalah pasir 30% , Debu 51%, dan liat 19%.
Pasir dan Debu merupakan tekstur tanah yang berbanding lurus dengan
erodibilitas. Sedangkan Liat merupakan fraksi tanah yang berbanding
terbalik dengan liat. Di lokasi 2 ini debu mempunyai 51% yang lebih tinggi
dari yang lain. Hal ini berarti fraksi debu ini bersifat lebih mampu untuk
60
61
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Identifikasi Tingkat
Karakteristik lahan di daerah penelitian, secara umum adalah 2000 s/d 3000 mm,
dengan suhu rata-rata antara 24 C - 26C, drainase baik, dengan tektur tanah
liat pada lokasi 1 dan lempung berdebu pada lokasi 2 dan 3. Segi litologi pada
lokasi penelitian berasal dari basal, tefra berbutir halus, tefra berbutir kasar,
aluvium muda berasal dari batuan gunung api. Jenis tanah yang tersebar pada
lokasi penelitian merupakan asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, dan
Hydrandepts. Dilihat dari struktur tanah pada lokasi 1 ialah gumpal membulat,
sedangkan pada lokasi 2 dan 3 merupakan granuler.
2. Tingkat erodibilitas dengan tanaman sayuran kubis dan wortel pada unit lahan
24 dan 25 untuk klasifikasi erodibilitas menurut Dougler& El Swaify, 1976
pada bentuk lahan asal volkanis di Dusun Toyomerto pada lokasi I memiliki
nilai 0,32 yang termasuk sedang, pada lokasi II memiliki
termasuk agak tinggi dan pada lokasi III memiliki nilai 0,47 yang termasuk
tinggi.
62
6.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka penelitian ini memberikan
informasi dan saran untuk pemanfaatan lahan di Desa Pesanggrahan khususnya untuk
pengembangan tanaman sayuran diantaranya sebagai berikut:
1. Perlu dilakukannya usaha perbaikan seperti menghindari praktek bercocok
tanam yang bersifat menurunkan permeabilitas tanah. Mengusahakan agar
permukaan tanah sedapat mungkin dilindungi oleh vegetasi berumput atau
semak selama dan serapat mungkin. Merencanakan dengan baik pembuatan
jalan di daerah rawan erosi/tanah longsor sehinmgga aliran air permukaan tidak
mengalir ke selokan-selokan di tempat yamg rawan tersebut.Menerapkan teknikteknik pengendali erosi di lahan pertanian, dan mengusahakan peningkatan laju
infiltrasi.
2. Bagi masyarakat di daerah penelitian agar lebih memperhatikan pengelolaan
lahanyang sesuai untuk penggunaan lahan secara tepat.
3. Bagi pemerintah Kecamatan Batu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam perencanaan penggunaan lahan serta dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan budidaya tanaman sayuran
dan agar
63
DAFTAR RUJUKAN
Andharisandi, Ebta. 2008. Analisis Risiko dan Mitigasi Bahaya Longsor terhadap
Jaringan Jalan di Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Tesis, Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Arsyad, S, 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor.
Bowles, J, 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Foth, H. D, 1978. Fundamental of Soil Science, John Willey and Sons, New York,
Christer, Brisbane, Toronto.
http://ari-ariardani.blogspot.com/. Usaha-usaha untuk Mengurangi Erosi Tanah. Diakses
pada tanggal 4 Mei 2014
Hakim, N. M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis, S.G Nugroho., M.R Saul., M.A Diha., Goban
Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. UGM Press:
Yogyakarta
Hardjowigeno, S, 2003. Ilmu Tanah. Aka Presindo, Bandung.
Hillel, D. 1971. Soil and Water, Physical Principles and Process Academic Press,New
York- London.
Juarti. 2012. Diktat Konservasi Lahan dan Air. UM Press: Malang
Kartasaepotra, 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Akapress, Bandung
Konkhe, H. 1968. Soil Physic, Mc graw Hill, Inc. New York.
Lenny Widya P.2011. Penetapan Tingkat Erodibilitas Tanah Berdasarkan Kemiringan
Lereng di Kecamatan Pancur Batu Dengan Berbagai Metoda. Skripsi tidak
diterbitkan. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
64
Meyer, L.D., and W.C. Harmon, 1984. Suspectibility of agricultural soils to interil
erosion. Soil Sci. Soc. Am. J. 8 :1.152-1.157.
Morgan, R.P.C. 1986. Soil Erosion and Consevation. Longman scientic and Technical,
New York.
Muklis, 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press, Medan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Agroklimat dan Tanah (Puslitanak), 2005.
Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah
Lingkungan. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian, Bogor.
Rafii, 1990. Ilmu Tanah. Penerbit Buana, Bandung.
Rahim, S, 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.
Rusdianto. 2012. Analisis Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Di Kecamatan Pekuncen
Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. 11 September 2012. Semarang
Sinulingga, 1990. Dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi, IPB
Press, Bogor.
Soepardi, G, 1983. Sifat dan Ciri Tanah, IPB, Bogor.
Suci Handayani dan Bambang Hendro Sunarminto, 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis
Olah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutikno, (1994), Pendekatan Geomorfologi Untuk Mitigasi Bencana Alam Akibat
Gerakan MassaTanah/Batuan.Makalah Utama Simposium Nasional Mitigasi
Bencana Alam, 16 17 September 1994,Yogyakarta.
Utomo, H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.
Veiche, A. 2002. The Spatial Variability of Erodibility and Its Relation To Soil Types. A
Study for Northen Ghana.
Winarso, 2005. Kesuburan Tanah. Gava Media, Yogyakarta
65
LAMPIRAN
66
7a. Gambar di atas menunjukkan penggunaan lahan dengan vegetasi penutup sayuran
yaitu kubis yang terdapat pada lokasi 1
7b. Gambar di atas menunjukkan penggunaan lahan dengan vegetasi penutup sayuran
yaitu kubis dan tomat yang terdapat pada lokasi 2
7c. Gambar di atas menunjukkan penggunaan lahan dengan vegetasi penutup sayuran
berupa wortel yang terdapat pada lokasi 3
67
7d. Gambar di atas merupakan kegiatan pengambilan sampel tanah utuh pada lokasi 3 di
lapanganyang selanjutnya akan diteliti di laboratorium untuk mendapatkan nilai K
(erodibilitas tanah)
7e. Gambar di atas merupakan kegiatan pengambilan sampel tanah utuh pada lokasi 2 di
lapangan yang selanjutnya akan diteliti di laboratorium untuk mendapatkan nilai K
(erodibilitas tanah)
68
7f dan 7g. Gambar di atas merupakan kegiatan pengambilan sampel tanah biasa pada
lokasi 2 di lapangan yang selanjutnya akan diteliti di laboratorium untuk mendapatkan
nilai K(erodibilitas tanah)
7h. Gambar di atas merupakan kegiatan pemberian label untuk identitas masing-masing
sampel tanah sekaligus pencatatan data di lapangan
69